Implementation of Audio-Visual Media in Fiqh Learning Activities

Penerapan Media Audio-Visual dalam Kegiatan Pembelajaran Fiqh

Authors

  • Nor Kholip Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • anita puji astutik Program Studi Pendidikan Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

DOI:

https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i3.930

Keywords:

Learning Media, Audiovisual, Fiqh Education, Islamic Education, Educational Technology

Abstract

General background: Learning media is a crucial component in modern education, serving as a bridge for knowledge transfer through audio, visual, and audiovisual formats. Specific background: In Islamic education, particularly in fiqh learning at elementary level, traditional teaching methods often limit students’ engagement and comprehension. Knowledge gap: Few studies have deeply explored how audiovisual media specifically supports cognitive, affective, and participatory aspects of fiqh learning in madrasah contexts. Aims: This study investigates the implementation of audiovisual learning media in Grade V fiqh lessons at MI Unggulan Miftahul Huda, focusing on challenges, benefits, and learning outcomes. Results: Findings indicate that audiovisual media improves students’ understanding of complex fiqh concepts, increases active participation, and stimulates motivation, although challenges remain in teacher expertise, time management, and facility availability. Novelty: The study highlights the integration of audiovisual media as a concrete approach aligned with students’ developmental stages, providing richer learning experiences than conventional methods. Implications: Proper utilization of audiovisual technology can strengthen Islamic education delivery, foster deeper comprehension, and contribute to sustainable quality improvement in religious learning.

Highlights:

  • Audiovisual media improves comprehension and engagement in fiqh learning.

  • Teachers face challenges in technology mastery and resources.

  • Novel integration aligns with students’ cognitive developmental stages.

Keywords: Learning Media, Audiovisual, Fiqh Education, Islamic Education, Educational Technology

Pendahuluan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru diakui sebagai seorang profesional dalam bidang pendidikan yang bertanggung jawab atas berbagai kegiatan seperti membimbing, mengarahkan, mengajar, mendidik, menilai, melatih, dan mengevaluasi pelajar di beragam tingkat pendidikan, mulai dari anak usia dini hingga pendidikan dasar, formal, dan menengah. Namun, pada kenyataannya saat ini, peran pendidik terutama guru secara bertahap mulai menghilang[4].

Guru tidak dapat menjalankan peran mereka sebagai pendidik secara efektif. Saat ini, banyak guru hanya fokus pada waktu mengajar demi mendapatkan penghasilan yang lebih besar. Bahkan, beberapa guru mengajar di berbagai tempat, yang mengakibatkan kurangnya fokus pada peserta didik yang mereka ajar dan menyebabkan penumpukan jam mengajar. Akibatnya, banyak guru tidak memiliki persiapan yang memadai dalam mengajar dan hanya sedikit membuat rencana pembelajaran yang terstruktur dan efektif[5].

Dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, dukungan adalah hal yang sangat penting, Salah satu bentuk dukungan yang sangat vital dalam proses belajar-mengajar adalah dukungan dari pengajar atau guru. Guru perlu memberikan dukungan dalam bentuk pemilihan materi ajar, penyediaan sarana dan prasarana belajar, fasilitas yang mendukung, kesiapan peserta didik dalam menyerap materi, dan juga motivasi peserta didik untuk mencapai hasil belajar yang lebih baik. Tugas guru adalah menyampaikan materi pembelajaran dengan cara yang memastikan pemahaman peserta didik terhadap materi yang diajarkan. Oleh karena itu, dalam penyampaian materi, seorang guru harus memperhatikan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Kegiatan pembelajaran hanya bisa dikatakan berhasil jika tujuan pembelajaran tercapai. Oleh karena itu, agar guru berhasil dalam menyampaikan materi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran yang mendukung perlu dipertimbangkan[6].

Pada dasarnya, media pembelajaran merupakan sara pendukung dalam pendidikan yang digunakan sebagai perantara di dalam proses pembelajaran guna menunjang dan meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam mencapai tujuan pada pengajaran. Penggunaan media memiliki peran yang signifikan dalam kelas-kelas pembelajaran terutama di era digitalisasi saat ini. Kehadiran media memiliki nilai yang penting dalam proses pengajaran karena membantu guru menyampaikan materi pelajaran dengan lebih mudah kepada peserta didik. Namun, tidak semua materi pelajaran dapat secara maksimal diterapkan dengan dengan menggunakan media, hanya materi tertentu yang dapat disampaikan dengan bantuannya. Oleh karena itu, dalam memilih media pembelajaran, seorang guru harus memilih media yang mudah di peroleh dan dapat dipahami dengan baik oleh peserta didik.[7]

Penggunaan media membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran, terutama jika materi tersebut rumit atau membingungkan bagi peserta didik. Media mempermudah penyampaian materi dan dapat mewakili informasi yang sulit diungkapkan secara verbal. Oleh karena itu, bantuan media sangat diperlukan dalam proses pembelajaran. James O. Whittaker menjelaskan bahwa belajar merupakan sebuah proses di mana perilaku individu dapat dipicu atau berubah melalui latihan atau pengalaman. Dalam konteks pembelajaran, tantangan belajar muncul sebelum, selama, dan setelah proses pembelajaran. Belajar dapat terjadi dengan bimbingan dari guru, orang tua, atau rekan, dan dapat terjadi di berbagai tempat, seperti di sekolah, di rumah, atau di tempat bermain. Dalam konteks belajar, aktivitas mengajar juga menjadi bagian integral. Alvin W. Howard menyatakan bahwa mengajar adalah memberikan bantuan kepada seseorang untuk mengembangkan, mengubah, atau meningkatkan kemampuan, sikap, impian, apresiasi, dan pengetahuan, Dalam proses pengajaran, seorang pendidik perlu mendorong peserta didiknya untuk aktif, kreatif, dan merasa senang. Oleh karena itu, guru tidak dapat mengabaikan penggunaan media pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan sarana yang digunakan oleh guru untuk menyampaikan materi kepada siswa. Salah satu jenis media pembelajaran yang melibatkan indra manusia adalah media audio visual. Media ini mencakup perangkat yang dapat menghasilkan gambar bergerak dan suara, seperti televisi, video-VCD, sound slide, dan film. Penting untuk memilih video yang sesuai dengan materi pembelajaran, memastikan ketersediaannya selama pembelajaran, mengatur waktu pembelajaran yang sesuai, dan membuat video yang menarik perhatian siswa. Sebagai alat pembelajaran, audio visual memiliki beberapa keunggulan, termasuk meningkatkan persepsi, pemahaman, transfer pembelajaran, penguatan hasil belajar, dan informasi.

Media audio visual memiliki keunggulan dan kelemahannya. Keunggulan dari media ini adalah dapat menjaga minat pengguna, memudahkan pemahaman materi, dan memberikan informasi yang lebih jelas. Namun, kelemahannya termasuk suara yang mungkin tidak terlalu jelas, waktu yang diperlukan dalam penggunaannya cukup lama, dan biaya yang dibutuhkan relatif mahal. Di sekolah-sekolah yang telah maju, kebutuhan akan peralatan pendidikan tidak lagi menjadi masalah karena biasanya sudah dilengkapi dengan peralatan seperti komputer, LCD, proyektor, dan lainnya. Meskipun tidak semua kelas memiliki teknologi ini, setidaknya beberapa fasilitas canggih sudah tersedia di sekolah. Dalam penggunaan media ini, penyampaian materi bisa berjalan lancar, meskipun biasanya hanya materi tertentu yang dapat menggunakan media tersebut.

Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah dari Latipah Aini. dalam studi ini, disampaikan bahwa hasil belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dari siswa kelas VII/B di Sekolah Luar Biasa (SLB) PKK Provinsi Lampung belum mencapai batas kelulusan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, dengan nilai awal rata-rata sebesar 67,71. Namun, setelah menerapkan media Audio Visual dalam pembelajaran untuk siswa tunarungu di SLB PKK Provinsi Lampung dengan menggunakan metode pembelajaran terbukti efektif, dan hasil belajar siswa meningkat menjadi 81,14.57. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Latipah Aini yang juga membahas penggunaan media audio visual dan menggunakan pendekatan kualitatif. Meskipun demikian, perbedaan utama antara penelitian ini dengan penelitian Latipah Aini adalah fokusnya; Latipah Aini mempertimbangkan penggunaan media audio visual dalam meningkatkan nilai belajar PAI di SLB PKK Provinsi Lampung, sedangkan penelitian ini lebih difokuskan pada penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Fiqih di kelas V di MI Unggulan Miftahul Huda.

Senada dengan penelitian yang dilakukan Alif Bagus Fitriadi . Dalam penelitian ini, diungkapkan bahwa pemahaman siswa terhadap prosedur haji, terutama mengenai rukun, wajib, dan sunnah haji, belum sepenuhnya teruji. Hal ini disebabkan oleh dominasi metode ceramah dan kurangnya penggunaan media dalam proses pembelajaran. Namun, setelah penerapan media audio visual, proses pembelajaran berjalan lebih baik, terutama dalam tahap refleksi setiap siklusnya. Pada siklus pertama, aktivitas guru mencapai nilai 84, dikategorikan sebagai baik, dan meningkat menjadi 95,45 pada siklus kedua, dikategorikan sebagai sangat baik. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus pertama mencapai nilai 80,6, baik, dan meningkat menjadi 93 pada siklus kedua, sangat baik. Paralel dengan penelitian yang dilakukan oleh Alif Bagus Fitriadi, penelitian ini juga mengeksplorasi penggunaan media audio visual untuk pembelajaran Fiqih di kelas V.

Namun, perbedaan utama antara penelitian ini dan penelitian Alif Bagus Fitriadi adalah pendekatan penelitian yang digunakan; Alif Bagus Fitriadi menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian Alif Bagus Fitriadi berfokus pada penggunaan media audio visual untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang rukun, wajib, dan sunnah haji di MI Tarbiatul Atfhal Simongagrok Mojokerto, sedangkan penelitian ini menekankan pada penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Fiqih di MI Unggulan Miftahul Huda.

Adapun penelitian yang dilakukan Rian Wahyu Nugroho mengatakan dalam penelitiannya, bahwa dari hasil penelitian, terlihat bahwa penggunaan media Pembelajaran Audio Visual dalam pembelajaran Perbaikan Perawatan Mekanik Otomotif dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Hal ini terlihat dari peningkatan rerata prestasi belajar siswa dari siklus I (67,21) menjadi siklus II (71,73). Pada siklus I, Ketercapaian KKM sebesar 52,17%, meningkat menjadi 82,61% pada siklus II. Peningkatan motivasi siswa ini menunjukkan bahwa penggunaan media audio visual dalam pembelajaran teori perbaikan perawatan mekanik otomotif mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran dan prestasi belajar siswa.[8] Persamaan antara penelitian ini dan penelitian yang dilakukan oleh Rian Wahyu Nugroho adalah keduanya membahas penggunaan media audio visual. Namun, perbedaannya terletak pada jenis penelitian yang digunakan; Rian Wahyu Nugroho menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK), sementara penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian Rian Wahyu Nugroho difokuskan pada penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas XI sepeda motor B di SMK PIRI Sleman, sedangkan penelitian ini berfokus pada penggunaan media audio visual dalam pembelajaran Fiqih di kelas V MI Unggulan Miftahul Huda.

Dengan berkembangnya kemajuan teknologi dan perannya yang semakin penting pada dunia pendidikan, sekolah saat ini diwajibkan untuk memanfaatkan media teknologi, terutama dalam konteks pendidikan. Terlebih lagi, penerapan Kurikulum 2013 menuntut semua guru untuk menggunakan media pembelajaran. Namun, dalam penggunaan media, perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat memengaruhi pembelajaran, seperti kondisi siswa, materi yang akan diajarkan, dan fasilitas pendukung dalam proses belajar mengajar. Menghadapi tantangan tersebut. Penggunaan media ini membantu beliau dalam menyampaikan materi kepada siswa, terutama pada konten fiqih yang membutuhkan pengalaman langsung dari guru. Fikih merupakan bagian dari Pendidikan Agama Islam yang secara langsung terkait dengan kehidupan sehari-hari manusia, baik dalam konteks sekolah, masyarakat, maupun keluarga siswa. Dengan berkembangnya zaman, pelajaran fiqih semakin penting karena banyaknya masalah yang muncul di era globalisasi sementara prestasi belajar siswa masih rendah.

Berdasarkan hasil obserfasi yang di lakukan, di temukan bahwa dalam penyampaian materi pelajaran dengan menggunakan fasilitas sekolah seperti LCD dan proyektor. Menurutnya, pelajaran fiqih dengan memperhatikan aspek kognitif seperti mengingat, memahami, menerapkan, dan menganalisis. Pentingnya penelitian dalam menggunakan media pembelajaran audio visual pada pembelajaran fiqih di kelas V MI Unggulan Miftahul Huda menunjukkan perlunya penelitian lebih mendalam, hal ini didasari dengan sebelum menerapkan media tersebut, hasil belajar siswa masih di bawah rata-rata atau di bawah KKM, dan siswa yang mendapat nilai rendah perlu mendapatkan remidi. KKM yang ditetapkan oleh madrasah adalah 70 untuk setiap mata pelajaran. Ketidakmampuan mencapai hasil belajar yang baik disebabkan oleh kurangnya kreativitas guru dalam menyajikan materi.

Adapun beberapa rumusan masalah dari penelitian ini antara lain yaitu: Bagaimana pemahaman siswa kelas V di MI Unggulan Miftahul Huda terhadap materi fiqih ketika menggunakan media pembelajaran berbasis audio visual dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional? Dan apa saja kelebihan dan kekurangan penggunaan media audio visual dalam pengajaran fiqih di MI Unggulan Miftahul Huda? Bagaimana efektivitas media audio visual dalam membantu siswa memahami konsep-konsep fiqih secara mendalam dan aplikatif?Bagaimana implementasi media audio visual dalam pembelajaran fiqih dapat diintegrasikan dengan metode pengajaran lainnya untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kekurangan dan kelebihan pada implementasi media pembelajaran audio visual dalam pembelajaran fiqih di kelas V MI Unggulan Miftahul Huda, sehingga para pendidik yang bertugas dapat menerapkan setrategi pengunaan audio visual secara efektif dan maksimal dalam proses pelaksanaan belajar dan mengajar.

Metode

Dalam penelitian ini, peneliti menerapkan metode penelitian lapangan, yang mana peneliti berada langsung di lokasi penelitian untuk mengumpulkan data dari sumber-sumber informasi yang relevan . Oleh karena itu, peneliti langsung terlibat di MI Unggulan Miftahul Huda untuk mengamati langsung implementasi media pembelajaran audio visual dalam proses pembelajaran. Adapun pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, di mana penelitian dilakukan untuk menggali permasalahan secara mendalam dalam konteks waktu dan situasi yang relevan. Penelitian ini dilakukan secara objektif dan alami, tanpa adanya upaya manipulasi.[9]

Subyek penelitian atau informan dipilih dari guru dan semua siswa kelas V di MI Unggulan Miftahul Huda. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah snowball sampling, di mana sampel awalnya kecil kemudian diperluas seiring berjalannya penelitian. Selain melakukan wawancara dengan siswa kelas V, peneliti juga mewawancarai guru mata pelajaran fiqih kelas V, kepala madrasah, dan wakil kepala kurikulum. Hal ini dilakukan untuk melengkapi data dari informan sebelumnya dan mendukung kelengkapan penelitian. Dalam penelitian tersebut, terdapat dua sumber data yang digunakan oleh peneliti: Sumber data primer, yang merupakan sumber data yang langsung memberikan informasi kepada peneliti.

Pengumpulan data dilakukan untuk memperolah informasi terkait implementasi media pembelajaran audio visual dalam pembelajaran fiqih. Peneliti melakukan wawancara secara langsung kepada stakeholder terkait dan beberapa dari siswa kelas V di MI Unggulan Miftahul Huda. Sumber data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai literatur atau referensi yang mendukung penelitian, seperti karya tulis ilmiah, buku paket, skripsi, dan penelitian terdahulu yang relevan dengan topik penelitian saat ini. Selain itu, data sekunder juga diperoleh dari file data madrasah, termasuk informasi umum, tinjauan historis, lokasi geografis, profil madrasah, tujuan, visi, dan misi madrasah, kondisi guru dan tenaga kependidikan, kondisi siswa, fasilitas dan sarana, rencana pembelajaran, ringkasan materi, serta dokumentasi mengenai penerapan media pembelajaran audio visual dalam pembelajaran fiqih di kelas V MI Unggulan Miftahul Huda. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang diperlukan meliputi wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara bertahap, baik selama proses pengumpulan data maupun setelah pengumpulan data selesai dalam periode tertentu. Saat melakukan wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang diberikan responden. Jika jawaban tersebut belum memuaskan setelah dianalisis, peneliti akan terus melanjutkan pertanyaan hingga diperoleh data yang dianggap kredibel. Menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berkesinambungan hingga semua aspek yang relevan telah dijelaskan dengan baik, dan data sudah tidak lagi memberikan tambahan informasi yang signifikan. Langkah-langkah dalam analisis tersebut termasuk reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Hasil dan Pembahasan

A. Pengertian media Pembelajaran

1. Pengertian media Pembelajaran

Media adalah istilah yang berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti 'perantara' atau 'pengantar'. Dalam bahasa Arab, media atau perantara disebut dengan kata " وَسِيْلَـةً" yang merupakan bentuk jamak dari "" وَسِيْلَـ ". Oleh karena itu, secara etimologis, media merujuk pada pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan . Asosiasi untuk Teknologi Pendidikan dan Komunikasi (AECT) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk proses penyaluran informasi. Sementara itu, Asosiasi Pendidikan (NEA) mendefinisikan media sebagai objek yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan, beserta instrumen yang digunakan dengan baik dalam kegiatan belajar-mengajar, yang dapat mempengaruhi efektivitas program instruksional. Menurut Yusuf Hadi Miarso, media adalah segala sesuatu yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri pembelajar. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media adalah alat bantu yang digunakan oleh pendidik, baik buatan sendiri maupun orang lain, untuk menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didiknya[10].

Pengertian pembelajaran secara etimologis merupakan bentuk makna dari kata "instruction". Konsep pembelajaran memiliki variasi makna yang luas, Sebagian besar interpretasi dari kata pembelajaran merujuk pada usaha untuk memberikan pengetahuan kepada Siswa. Menurut Saylor, "Instruction is the actual engagement of the learner with planned learning opportunities." Dari definisi ini, tergambar bahwa pembelajaran memiliki dua dasar unsur komponen yang harus terpenuhi, komponen pertama yaitu keterlibatan individu siswa dalam aktivitas dan pengaturan lingkungan yang di gambarkan dan dikonsep secara spesifik untuk memandu aktivitas Siswa. Winkel menyatakan bahwa pembelajaran merupakan rangkaian tindakan yang olah supaya dapat mendukung proses belajar peserta didik, dengan mempertimbangkan pengaruh faktor eksternal yang memengaruhi peristiwa-peristiwa internal yang terjadi dalam diri peserta Didik.[11]

Menurut Dimyati dan Mudjiono, pembelajaran adalah upaya yang ditujukan untuk memberikan pengetahuan kepada peserta didik. Dalam konteks lain, pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan yang direncanakan untuk mengelola sumber belajar agar terjadi proses pembelajaran di dalam diri peserta Didik. Dengan demikian, pembelajaran adalah suatu proses di mana individu berupaya untuk mengalami perubahan perilaku baru secara menyeluruh sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan mereka.[12]

2. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Media pembelajaran Merupakan alat atau sarana yang digunakan oleh para pengajar/pendidik untuk membantu menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik khususnya pada siswa kelas V di MI Unggulan Miftahul Huda. Media ini dapat diklasifikasikan berdasarkan dua kriteria utama: cara belajar yang digunakan dan kehadiran fisik media tersebut, adapun beberapa klasifikasi diantaranya sebagai berikut:[13]

1. Klasifikasi Berdasarkan Cara Belajar

Berdasarkan cara belajar yang difasilitasi oleh media tersebut, media pembelajaran dapat dibagi menjadi tiga kategori utama:

a. Media audio

Media audio adalah alat yang menyampaikan materi pembelajaran melalui suara. Media ini cocok untuk pembelajaran yang memanfaatkan pendengaran sebagai saluran utama, seperti ceramah, rekaman suara, atau siaran radio pendidikan. contoh media audio meliputi:

1) Podcast Pendidikan: rekaman audio yang membahas topik tertentu dan bisa didengarkan kapan saja.

2) Rekaman suara guru : digunakan untuk menyampaikan materi dalam bentuk penjelasan, cerita, atau diskusi.

3) Siaran radio pendidikan: program yang disiarkan melalui radio untuk memberikan informasi dan materi pembelajaran.

Media audio bermanfaat terutama dalam mengembangkan keterampilan mendengarkan dan membantu siswa memahami informasi yang disampaikan secara verbal.

b. Media visual

Media visual adalah alat yang menyampaikan materi pembelajaran melalui elemen-elemen yang dapat dilihat oleh mata. Media ini mengandalkan gambar, grafik, diagram, dan visual lainnya untuk membantu peserta didik memahami konsep-konsep yang disampaikan. Ragam media visual sangat luas, mulai dari gambar sederhana hingga teknologi canggih berbasis komputer. Contoh media visual meliputi:

1) Poster atau diagram: Menyajikan informasi dalam bentuk visual yang mudah dipahami.

2) video pembelajaran tanpa suara: menggunakan gambar bergerak untuk menyampaikan pesan.

3) presentasi slide: Menggabungkan teks dan gambar untuk menjelaskan materi.

Media visual sangat efektif dalam membantu siswa memahami informasi kompleks melalui representasi visual, serta memperkuat daya ingat melalui penggambaran visual.

c. Media audio visual

Media audio visual menggabungkan unsur audio dan visual dalam menyampaikan pesan pembelajaran. Media ini memanfaatkan suara dan gambar secara bersamaan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih kaya dan interaktif. Contoh media audio visual meliputi:

1) Video pembelajaran dengan narasi: Kombinasi gambar bergerak dan suara narator yang menjelaskan materi.

2) Film pendidikan: Menyajikan cerita atau dokumentasi yang mendidik melalui perpaduan gambar dan suara.

3) Animasi interaktif: Media berbasis komputer yang menggabungkan elemen audio dan visual serta memungkinkan interaksi pengguna.

Media audio visual sangat efektif dalam menarik perhatian siswa, memberikan ilustrasi yang lebih konkret, serta memfasilitasi pemahaman yang lebih mendalam melalui kombinasi suara dan gambar.

1. Klasifikasi Berdasarkan Kehadiran Fisik

Berdasarkan kehadiran fisik media tersebut, media pembelajaran dapat dibagi menjadi dua kategori utama:

a. Media Kongkrit

Media kongkrit adalah media yang berupa objek nyata yang berkaitan langsung dengan materi yang sedang dipelajari. Media ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi langsung dengan objek yang sebenarnya, memberikan pengalaman belajar yang sangat realistis dan konkret. Contoh media kongkrit meliputi:

1) Hewan kurban nyata dalam pembelajaran tentang kurban: Siswa dapat melihat dan mungkin menyentuh hewan kurban sebenarnya untuk memahami proses kurban secara langsung.

2) Alat laboratorium dalam pelajaran sains, siswa menggunakan alat laboratorium nyata untuk melakukan eksperimen.

Media kongkrit sangat berguna untuk pembelajaran yang memerlukan observasi langsung dan interaksi fisik dengan objek nyata, yang membantu siswa memahami konsep melalui pengalaman langsung.

b. Media tiruan

Media tiruan adalah replika atau model dari objek nyata yang sedang dipelajari. Media ini digunakan ketika sulit atau tidak praktis untuk menghadirkan objek nyata ke dalam kelas. Replika atau model ini memberikan representasi visual yang mendekati objek sebenarnya, meskipun tidak sepenuhnya asli. Contoh media tiruan meliputi:

1) Patung atau boneka hewan dalam pembelajaran tentang kurban: Digunakan sebagai pengganti hewan kurban nyata, memberikan gambaran bentuk dan ukuran hewan tanpa menghadirkan hewan yang sebenarnya.

2) Model Anatomi Manusia: Digunakan dalam pembelajaran biologi untuk mempelajari struktur tubuh manusia tanpa menggunakan tubuh asli.

Media tiruan berguna dalam situasi di mana penggunaan objek nyata tidak memungkinkan, tetapi tetap memberikan gambaran visual yang cukup akurat untuk membantu pemahaman.

Dengan adanya klasifikasi ini, pendidik dapat memilih media pembelajaran yang paling sesuai dengan kebutuhan siswa dan tujuan pembelajaran khususnya pada siswa kelas V di MI Unggulan Miftahul Huda. Setiap jenis media memiliki kelebihan dan kekurangannya Masing-masing, dan pilihan media yang tepat dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran serta membantu siswa mencapai hasil belajar yang optimal.

2. Keunggulan dan Kelemahan Media Pembelajaran Video

Setiap komponen dan media bantu belajar pasti akan memiliki beberapa sisi positif dan negative dalam pelaksanaannya, adapun beberapa Manfaat penggunaan media video pada proses pendidikan adalah diantaranya sebagai berikut:

1) Menyempurnakan pengalaman dasar peserta didik saat membaca, berdiskusi, atau berlatih dalam memahami pelajaran.

2) Mampu menggambarkan suatu proses dengan akurat dan bisa diputar berulang jika diperlukan dalam memperdalam pelajaran.

3) Membangun sikap afektif peserta didik dalam proses pembelajaran.

4) Mendorong pemikiran yang positif pada peserta didik.

5) Menyajikan peristiwa yang tidak dapat disaksikan langsung oleh peserta didik.

6) Dapat ditayangkan kepada sejumlah peserta didik dalam kelompok atau secara individu.

7) Membutuhkan waktu yang cukup lama dan keahlian pada bidang desain dalam pembuatannya dan mempersiapkan dari setiap materi yang di sajikan kepada siswa.

Namun, terlepas dari beberapa kelebihan pada penggunaan media video, media video, juga memiliki keterbatasan dan kendala antara lain yaitu sebagai berikut:

1) Pembuatan video memerlukan biaya yang relatif mahal dan waktu yang cukup lama.

2) Peserta didik tidak dapat mengikuti atau meniru tindakan yang ditampilkan dalam video karena gambar bergerak dengan cepat.

3) Tidak semua video yang tersedia sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pembelajaran, kecuali jika video tersebut dirancang khusus untuk keperluan tertentu[14].

B. Implementasi pembelajaran audio visual

a. Implementasi pembelajaran audio visual di MI Uanggulan Miftahul Huda

Dalam kurikulum Pendidikan Agama Islam (PAI) di madrasah khususnya pada siswa kelas V di MI Unggulan Miftahul Huda, mata pelajaran fiqih memiliki peranan penting dalam memahami hokum islam, Fiqih, sebagai subjek dalam kurikulum pada siswa kelas V MI Unggulan Miftahul Huda, mengajarkan hukum-hukum Islam yang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari dan hubungan manusia dengan Allah serta sesama. Materi fiqih yang diajarkan oleh para guru di MI mencakup berbagai aspek, seperti praktik ibadah (rukun Islam), serta norma-norma yang relevan dalam kehidupan sehari-hari, termasuk hukum halal dan haram, pelaksanaan kurban, prosedur transaksi jual beli, khitan, dan peminjaman.

Adapun Tujuan utama dari pengajaran fiqih di MI adalah untuk memberikan pemahaman dan keterampilan kepada siswa dalam menerapkan prinsip-prinsip dasar Islam, baik dalam hal ibadah maupun dalam kehidupan sosial. Mata pelajaran ini tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga menekankan harmoni dan keselarasan hubungan antara manusia dengan Allah, sesama manusia, makhluk lainnya, dan lingkungan. Dengan pemahaman yang benar, siswa diharapkan mampu menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab.

Dalam konteks pelaksanaan kurikulum 2013, yang menekankan inovasi dan kreativitas dalam proses pembelajaran, penggunaan media pembelajaran menjadi sangat penting. Guru, termasuk guru fiqih, didorong untuk menggunakan berbagai media pembelajaran yang disediakan oleh madrasah, seperti media LCD yang memungkinkan penggunaan media audio visual. Media audio visual ini berfungsi untuk menjelaskan materi pembelajaran dengan lebih efektif dan menarik, sehingga siswa menjadi lebih aktif dan terlibat dalam proses belajar mengajar[15].

Hal ini seperti hasil keterangan dan informasi yang telah di sampaikan oleh guru agama pada siswa kelas V di MI Unggulan Miftahul Huda, pak wandi sebagai guru mata pelajaran fikih di kelas V MI Unggulan Miftahul Huda menjelaskan terkait pengalaman belajar siswa, para siswa di nilai dapat menerima pelajaran dengan seksama secara detail, hal ini dapat dilihat dari beberapa rangkain pertanyaan dan tanya jawab yang di lakukan oleh pak wandi dengan para siswa sebagai bentuk asesmen tentang sejauh mana perkembangan murid kelas V MI Unggulan Miftahul Huda selama menggunakan media audio visual. audio visual, yang memberikan pengalaman langsung dan visual kepada siswa, berada di bagian yang lebih konkret dari modern ini, yang membuatnya sangat cocok untuk diterapkan kepada siswa MI Unggulan Miftahul Huda.

Hal ini mengindikasikan bahwa penggunaan audio visual yang di terapkan oleh guru fikih di pada siswa kelas V di MI Unggulan Miftahul Huda menjadi solusi dan alternative yang optimal bagi para pendidik khususna para guru fikih dalam memberikan pemaparan dan penjelasan kepada siswa di banding dengan metode pengajaran dengan ceramah dan penjelasan dari buku paket, hal ini berbanding lurus dengan teori yang di kemukakan oleh Jean Piaget pada teori perkembangan anak, berada dalam tahap operasional konkret. Pada tahap ini, siswa mampu berpikir secara logis, tetapi pemikiran para siswa masih terbatas pada objek fisik atau nyata yang dapat mereka amati secara langsung. Mereka sering kali membutuhkan bantuan media atau alat pembelajaran untuk memahami konsep-konsep yang diajarkan, karena masih mengalami kesulitan dalam berpikir logis tanpa kehadiran objek fisik[16].

Terkait hasil yang maksimal tentu hal ini tergantung dengan kemampuan para guru dalam menguasai tekhnologi dan aplikasi pendukung terkait penggunaan tekhnologi audio visual, karena apa bila seorang pendidik tidak menguasai maka tentu hasil yang akan di capai tidak akan optimal[17]

Di MI Unggulan Miftahul Huda, media audio visual telah diterapkan dalam pembelajaran fiqih, khususnya di kelas V. Penggunaan media ini bertujuan untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan efektif. Dengan media audio visual, siswa dapat lebih mudah menangkap dan memahami materi, karena media ini membantu mengkonkretkan pengetahuan dan memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata, Penggunaan media audio visual dalam pembelajaran fiqih tidak hanya meningkatkan hasil belajar siswa, tetapi juga membuat mereka lebih aktif dan tertarik pada materi yang diajarkan. Dengan demikian, penggunaan media ini membantu mengubah sikap siswa yang sebelumnya pasif menjadi lebih aktif dan partisipatif dalam proses pembelajaran. Hasil akhirnya adalah peningkatan kualitas pembelajaran, di mana siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan baru, tetapi juga mampu menerapkan pemahaman mereka dalam kehidupan sehari-hari.

b. Permasalahan dalam penerapan audio visual di Kelas 5 MI Unggulan Miftkhul huda

MI Unggulan miftahul huda merupakan salah satu sekolah suasta yang memiliki komitmen dalam mendidik para siswa dengan baik, hal ini dapat di ketahui dengan beberapa aspek sarana prasaran pendudukung dalam pelaksanaan proses belajar dan mengajar, walaupun dari komite sekolah dan para pengurus MI Unggulan Miftkhul Huda berkomitmen dalam mengembangkan dan memajukan sekolah terkait saran dan prasaran, mutu pendidikan dan kualitas sekolah yang baik, namun dari hasil observasi dan wawancara penelitian yang di lakukan terdapat beberapa kendala yang di hadapi oleh setiap guru.

Terkait dengan perkembangan tekhnologi, hal ini merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat terhindarkan khususnya dalam dunia pendidikan, perkembangan ini tentunya menuntut terhadap semua lembaga pendidikan dan sluruh stakeholder agar dapat mampu bersaing dan mengejar kemajuan itu sendiri, pada pengaplikasian metode pengajaran dengan menggunakan audio visual di MI Uanggulan Miftahul Huda terdapat kemajuan yang sangat memuaskan dalam memahami setiap pelajaran yang di berikan khsusnya di kelas 5 MI, namun terdapat beberapa kendala yang di hadapi oleh pak Suwandi selaku guru mata pelajaran fikih dalam pengaplikasian media audio visual tersebut.

Beberapa kendala yang di hadapi oleh guru antara lain yaitu:

a) Tenaga pendidik yang memadai

Tenaga pendidik Saat ini di tuntut mampu dalam menguasai sarana/peralatan yang di gunakan dalam pengajaran, seperti pengoprasian laptop, LCD proyektor dan saran prasarana pendukung lainnya, namun realitanya para pendidik masih kesulitan dalam pengoprasian alat-alat tersebut begitu juga dengan cara mengatasi kendala yang tidak terduga, hal ini juga terjadi pada beberapa guru di MI Unggulan Miftahul Huda Dari informasi yang di peroleh dari kepala sekolah[15].

b) Guru di tuntut mampu menguasai software dan aplikasi pendudukung

Proses pembuatan audio visual tidak terlepas dari aplikasi pendukung seperti, editing dengan menggunakan aplikasi kanva, pixlab, corel draw, photoshop, power poin dan lain sebagainya, kemampuan ini di anggap penting karena dalam pengaplikasian audio visual sesorang di tuntut untuk memvisualisasikan sebaik dan semenarik mungkin sehingga pesan dari pelajaran yang di berikan dapat di terima dengan baik, namun dari beberapa realita yang ada di MI Unggulan Miftahul Huda khususnya di guru pelajaran fikih, guru masih meminta bantuan dari anak dan rekan yang menguasai terkait aplikasi tersebut.[18]

c) Ketersediaan waktu

Dalam hal ini seorang guru yang akan menggunakan media visual proyektor sebagai alat bantu belajar tentu harus meluangkan waktu dalam mendesaian dan mengatur waktu yang sesuai dengan modul pelajaran yang di sesuaikan dengan RPP, hal ini tentunya akan menyita waktu lebih banyak dari seorang guru sehingga banyak guru khususnya guru pelajran fikih kelas V yang hanya menggunakan media audio visual proyektor pada momen tertentu. Semisal pada saat praktek merawat jenazah[19].

d) Ketersedian sarana dan prasarana pendukung.

Dalam penggunaan perangkat audio visual tentu sarana pendukung harus memadai seperti halnya, ruangan yang kondisi dan tidak banyak cahaya, audio yang jelas, instalasi kelistrikan yang baik, karena tanpa adanya sarana pendukung yang memadai kegiatan belajar mengajar dengan menngunakan audio visual tidak maksimal, seperti penggunaan audio visual di kelas 5 MI Miftahul huda dimana dari penjelasan wali kelas 5 MI penggunaan audio visual belum dapat dilakukan secara maksimal di karenakan ruang yang di gunakan adalah ruang kelas pada umunya, sehinga banyak cahaya matahari yang masuk dalam ruangan sehingga gambar menjadi bias, hal ini juga dengan tidak adanya fasilitas layar khusus untuk LCD Proyektor sehingga pengaplikasian gambar langsung di tujukan pada dinding kelas[20].

Penggunaan media belajar dengan bantuan teknologi terutama LCD Proyektor dapat memperlancar proses belajar mengajar secara maksimal. Adanya media pembelajaran berbasis tekhnologi dapat membantu tenaga pendidik untuk dapat menciptakan sebuah media belajar yang menarik perhatian siswa dan kreatif dengan memanfaatkan media sosial. Penggunaan Audio visual sebagai salah satu media pembelajaran memiliki daya tarik tersendiri bagi peserta didik mengingat saat ini segala sesuatu disampaikan dengan bentuk visualisasi gambar tidak hanya tulisan dan bacaan tak terkecuali para peserta didik. Pemanfaatan Audio visual sebagai media pembelajaran membuat guru menjadi kreatif dalam memilih media belajar sehingga dapat meningkatkan motivasi dan menarik minat siswa dalam belajar secara maksimal[21].

Simpulan

Berdasarkan penelitian yang berjudul "Implementasi Media Pembelajaran Audio Visual dalam Kegiatan Belajar Mengajar pada Mata Pelajaran Fiqih di Kelas V MI Unggulan Miftahul Huda," implementasi media pembelajaran audio visual dilakukan melalui tiga tahap utama: perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, guru menyusun rencana pembelajaran, menyiapkan bahan dan media, serta membuat latihan soal. Dalam pelaksanaan, guru menyampaikan materi dengan metode ceramah yang relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, menjelaskan materi secara rinci, dan menayangkan video yang terkait. Setelah itu, guru memberikan latihan soal sambil melafalkan doa berkurban bersama siswa. Evaluasi dilakukan melalui tes tertulis, pelafalan, dan observasi untuk menilai pemahaman, keterampilan, dan sikap siswa. Implementasi ini terbukti meningkatkan hasil belajar siswa, yang tercermin dari antusiasme, peningkatan pengalaman, dan hasil belajar yang lebih baik, serta penyampaian materi yang lebih komprehensif.

Kelebihan dari media pembelajaran audio visual termasuk kemampuannya untuk menjelaskan konsep-konsep yang sulit dipahami secara langsung, memotivasi siswa, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, serta meningkatkan keaktifan dan daya ingat siswa. Namun, terdapat beberapa kekurangan seperti waktu dan biaya yang dibutuhkan, keterbatasan materi yang bisa disajikan, kurangnya penjelasan dari guru, serta kejelasan suara dalam penyampaian. Peneliti merekomendasikan beberapa langkah untuk meningkatkan efektivitas penggunaan media pembelajaran ini, termasuk penyediaan fasilitas LCD dan pelatihan bagi guru, komunikasi yang baik antara guru dan siswa, inovasi pembelajaran yang berkelanjutan, serta sikap positif dan semangat belajar dari siswa.

Ucapan Terimakasih

Kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah berperan dalam penelitian ini. Terima kasih kepada tim pengajar, peserta didik, serta pihak-pihak terkait di MI Unggulan Miftahul Huda atas kerjasama dan partisipasinya dalam pelaksanaan penelitian ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada kepala madrasah atas dukungan dan fasilitas yang diberikan. Tak lupa, kami mengucapkan rasa terima kasih yang mendalam kepada responden dan semua individu yang telah turut serta dalam pengumpulan data. Semua kontribusi dan bantuan yang diberikan sangat berarti bagi kelancaran penelitian ini. Terima kasih atas dedikasi, kerjasama, dan dukungan yang luar biasa dari semua pihak.

References

[1] A. Pujiatutik and A. A. Choirudin, “Peran Majlis Taklim dalam Membentuk Karakter Islami melalui Sirah Nabawi,” Tabyin J. Pendidik. Islam, vol. 11, 2024.

[2] M. Sulaiman, M. D. Al Hamdani, and A. Aziz, “Emotional Spiritual Quotient (ESQ) dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kurikulum 2013,” J. Penelit. Pendidik. Islam, vol. 6, no. 1, p. 77, 2018, doi: 10.36667/jppi.v6i1.156.

[3] N. Ristianah and T. Ma’sum, “Konsep Manajemen Mutu Pendidikan,” Tabyin J. Pendidik. Islam, vol. 4, no. 1, pp. 45–55, 2022.

[4] D. M. Andini and E. Supardi, “Kompetensi Pedagogik Guru terhadap Efektivitas Pembelajaran,” J. Pendidik., vol. 3, no. 1, pp. 149–155, 2018.

[5] Z. Rohman and M. I. K. Rohman, “Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Total Quality Management (TQM) di MTsN 5 Kediri,” E-Theses IAIN Kediri, pp. 13–35, 2019.

[6] I. M. Laily, A. P. Astutik, and B. Haryanto, “Instagram sebagai Media Pembelajaran Digital Agama Islam di Era 4.0,” Munaddhomah J. Manaj. Pendidik. Islam, vol. 3, no. 2, pp. 160–174, 2022, doi: 10.31538/munaddhomah.v3i2.250.

[7] F. Amalia, R. Salahuddin, and A. P. Astutik, “Utilisation of Canva Application and Student Worksheet Digital-Based Islamic Learning During the Learning Process,” J. Islamic Educ., vol. 5, no. 1, pp. 70–83, 2024.

[8] L. N. Aida, D. Maryam, F. Febiola, S. D. Agami, and U. Fawaida, “Inovasi Media Pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui Media Audiovisual,” Terampil J. Pendidik. dan Pembelajaran Dasar, vol. 7, no. 1, pp. 43–50, 2020.

[9] R. S. U. Mochamad Nashrullah, O. Maharani, A. Rohman, E. F. Fahyuni, and Nurdyansyah, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta, Indonesia: Prenadamedia, 2023.

[10] T. S. Windasari and H. Syofyan, “Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV Sekolah Dasar,” J. Pendidik. Dasar, vol. 10, no. 1, pp. 1–12, 2019, doi: 10.21009/jpd.v10i1.11241.

[11] Umiyati, “Media Pembelajaran Audio Visual: Literature Review,” J. Pendidik., vol. 4, no. 1, p. 6, 2021.

[12] A. Almarisi, “Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum Merdeka pada Pembelajaran Sejarah dalam Perspektif Historis,” Mukadimah J. Pendidikan, Sejarah, dan Ilmu-ilmu Sosial, vol. 7, no. 1, pp. 111–117, 2023, doi: 10.30743/mkd.v7i1.6291.

[13] T. Tafonao, “Peranan Media Pembelajaran dalam Meningkatkan Minat Belajar Mahasiswa,” J. Komun. Pendidik., vol. 2, no. 2, p. 103, 2018, doi: 10.32585/jkp.v2i2.113.

[14] W. A. D. Pamungkas and H. D. Koeswanti, “Penggunaan Media Pembelajaran Video terhadap Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar,” J. Ilm. Pendidik. Profesi Guru, vol. 4, no. 3, pp. 346–354, 2022, doi: 10.23887/jippg.v4i3.41223.

[15] U. Muhammadiyah and S. Utara, “Penerapan Media Audio Visual dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Pendidikan Agama Islam pada Anak,” J. Raudhah, vol. 10, no. 2, pp. 45–53, 2022.

[16] R. Rahmatullah, I. Inanna, and A. T. Ampa, “Media Pembelajaran Audio Visual Berbasis Aplikasi Canva,” J. Pendidik. Ekon. Undiksha, vol. 12, no. 2, pp. 317–327, 2020.

[17] A. P. Astutik, R. S. Untari, and A. M. Putri, “Penggunaan Media Animasi ‘Muroja’ah for Kids’ untuk Meningkatkan Hafalan Anak,” Community Empower., vol. 6, no. 4, pp. 682–687, 2021, doi: 10.31603/ce.4579.

[18] M. Ritonga et al., “Penerapan Media Audio Visual dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam,” MIDA J. Pendidik. Dasar Islam, vol. 6, no. 1, pp. 100–107, 2023.

[19] A. I. Nadlif, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta, Indonesia: Rajawali Pers, 2022.

[20] B. Raudatussolihah, “Pengembangan Teknologi Audio-Visual dalam Pembelajaran Bahasa Arab,” Educ. Learn. J., vol. 3, no. 1, p. 53, 2022, doi: 10.33096/eljour.v3i1.150.

[21] T. T. Gunarti, “Pengembangan Media Pembelajaran Bahasa Arab Berbasis Audio Visual untuk Meningkatkan Maharah Istima’ pada Siswa-Siswi Madrasah Ibtidaiyah,” Awwaliyah J. Pendidik. Guru Madrasah Ibtidaiyah, vol. 3, no. 2, pp. 122–129, 2020.

Published

2025-08-26

How to Cite

Kholip, N., & astutik, anita puji. (2025). Implementation of Audio-Visual Media in Fiqh Learning Activities: Penerapan Media Audio-Visual dalam Kegiatan Pembelajaran Fiqh. Indonesian Journal of Education Methods Development, 20(3), 10.21070/ijemd.v20i3.930. https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i3.930

Issue

Section

Languange Education Method

Categories