Used Materials Media for Improving Fine Motor Skills in Early Childhood
Media Bahan Bekas untuk Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus pada Anak Usia Dini
DOI:
https://doi.org/10.21070/ijemd.v19i2.952Keywords:
Fine Motor Skills, Recycled Materials, PAUD, Early Childhood, CreativityAbstract
General Background: Early childhood education emphasizes the development of fine motor skills as a foundation for later learning readiness. Specific Background: However, limited variation in learning media often restricts children’s opportunities to practice fine motor coordination, creativity, and environmental awareness. Knowledge Gap: Few studies have systematically examined the role of recycled or used materials as a sustainable medium for improving fine motor development in early childhood education. Aim: This study investigates the use of used materials to strengthen cutting and pasting skills of children aged 4–5 years in PAUD An-Nur Tanjung Jabung Timur. Results: Using classroom action research in two cycles with 10 participants, findings show significant improvement: in cutting, 70% reached the “Very Well Developed” category, while in pasting, 80% achieved this category by the second cycle. Novelty: The research highlights how simple, accessible, and environmentally friendly materials can serve as effective media for structured fine motor practice. Implications: The findings suggest the integration of used materials in PAUD learning not only enhances motor skills but also fosters creativity and ecological responsibility.
Highlights:
-
Fine motor skills of young children improved significantly through used materials.
-
Recycled media fostered creativity and environmental awareness.
-
The study offers sustainable strategies for PAUD motor development.
Keywords: Fine Motor Skills, Recycled Materials, PAUD, Early Childhood, Creativity
Pendahuluan
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut. Media pembelajaran adalah alat yang digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, yang dapat membantu siswa dalam mengikuti proses belajar. (Daniyati dkk, 2023).
Aspek perkembangan anak berdasarkan permendikbud 137 tahun 2014, nilai agama dan moral, fisik motorik, aspek Bahasa, sosial emosional, dan seni. Motorik terbagi dua motorik kasar dan motorik halus. Motorik halus adalah keterampilan yang melibatkan koordinasi dan penggunaan otot-otot kecil, seperti jari dan tangan yang sering kali memerlukan ketelitian dan keterpaduan dengan gerakan tangan. Keterampilan ini mencakup penggunaan alat untuk menyelesaikan tugas tertentu. Kemampuan motorik halus anak melibatkan aktivitas yang menggunakan otot-otot kecil, seperti menulis, meremas, menggambar, menyusun balok, dan memasukkan kelereng. Keterampilan motorik halus berhubungan dengan kemampuan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi antara mata dan tangan. (Nofianti, 2020).
Perkembangan kemampuan motorik, bisa melalui berbagai kreativitas. Kreativitas pada anak usia dini merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan anak usia dini (PAUD). Kreatifitas tidak hanya membantu anak dalam mengekspresikan ide dan perasaan mereka, tetapi juga berperan penting dalam membentuk kemampuan problem-solving dan berpikir kritis di kemudian hari. (Santrock, 2019). Pada usia 4-5 tahun, anak-anak berada pada fase eksplorasi di mana mereka cenderung tertarik mencoba hal-hal baru serta bereksperimen dengan berbagai material dan alat di sekitar mereka. Oleh karena itu, lingkungan yang kaya akan rangsangan kreatif sangat diperlukan untuk memfasilitasi perkembangan ini motorik anak.
Motorik halus pada anak prasekolah adalah kemampuan melakukan berbagai aktivitas dengan melibatkan otot-otot kecil, seperti jari dan tangan. Keterampilan ini mencakup kegiatan seperti menulis, meremas, menggambar, menggenggam, menyusun balok, dan memasukkan kelereng ke dalam wadah. Motorik halus melibatkan pengaturan penggunaan otot-otot kecil yang sering memerlukan ketelitian serta koordinasi antara mata dan tangan, misalnya saat menulis, menggambar, memotong, dan bermain dengan berbagai benda atau alat permainan. (kurniati & Novianto, 2017).
Secara umum, motorik halus adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dan aktivitas sehari-hari yang melibatkan keterampilan fisik. Keterampilan ini mengandalkan otot-otot kecil di pergelangan tangan dan tangan, yang berperan penting dalam aktivitas yang menggunakan jari dan tangan. Beberapa contoh kegiatan yang memerlukan motorik halus meliputi memegang pensil, memotong, bermain dengan lego, mengancingkan pakaian, dan menulis. (Lestari Rambe et al., 2023).
Menurut hurlock (2013), perkembangan motorik halus adalah peningkatan dalam kemampuan mengontrol dan mengoordinasikan gerakan, terutama yang melibatkan kelompok otot kecil. Keterampilan ini mencakup aktivitas seperti menggenggam, melempar, menggambar, menjumput, menggunting, dan kegiatan serupa yang membutuhkan ketepatan koordinasi. (kurniati & Novianto, 2019).
Perkembangan kemampuan motorik, bisa melalui berbagai kreativitas. Kreativitas pada anak usia dini merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan anak usia dini (PAUD). Kreatifitas tidak hanya membantu anak dalam mengekspresikan ide dan perasaan mereka, tetapi juga berperan penting dalam membentuk kemampuan problem-solving dan berpikir kritis di kemudian hari. (Santrock, 2019). Pada usia 4-5 tahun, anak-anak berada pada fase eksplorasi di mana mereka cenderung tertarik mencoba hal-hal baru serta bereksperimen dengan berbagai material dan alat di sekitar mereka. Oleh karena itu, lingkungan yang kaya akan rangsangan kreatif sangat diperlukan untuk memfasilitasi perkembangan ini motorik anak.
Sejalan dengan pandangan tersebut, masalah yang kerap terjadi di kelas adalah dominasi peran guru, terlihat dari aktivitas utama guru yang berfokus pada penyampaian informasi satu arah, sehingga siswa menjadi pasif. Guru juga cenderung bergantung pada buku teks standar, yang mengurangi kesempatan bagi siswa untuk memperoleh perspektif yang realistis dan berguna dalam menyelesaikan masalah kehidupan sehari-hari. Selain itu, pengaturan tempat duduk dan pembagian tugas sering kali mengisolasi siswa satu sama lain, menyulitkan komunikasi dan pertukaran pemikiran antar siswa. Pertanyaan yang diajukan guru juga lebih sering bersifat konvergen dibandingkan divergen, sehingga membatasi kreativitas siswa (dis-empowering), yang turut memengaruhi kemandirian mereka, karena anak yang kreatif cenderung lebih mandiri (Hardiningsih Hanafi, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Hanafi & Sujarwo di TKN Pembina Kota Bima khususnya kelas B2 melalui penggunaan media bahan bekas dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas anak meliputi proses kegiatan membuat mainan dengan aspek perkembanga dalam kreativitas, yaitu ke- lancaran, keluwesan, keaslian, keterperincian, dan kepekaan.
Kegiatan pemanfaatan media barang bekas biasanya dilakukan dalam rangka mengurangi sampah yang ada di lingkungan anak, menyalurkan ideide kreatif dan imajinatif karena dapat mengembangkan kreativitas anak dalam perkembangan motorik halusnya. Menurut Montolalu.
Berdasarkan analisis penilaian harian mingguan yang dilakukan peneliti di PAUD An-Nur yang beralamat RT 28 Dusun Kemang Desa Carur Rahayu Kecamatan Dendang Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dengan Jumlah anak 10 orang terdiri dari 7 anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Masih ada anak yang belum berkembang dalam perkembangan motorik halus anak pada indikator mengontrol gerakan tangan yang meggunakan otot halus menjumput, mengelus, mencolek, mengepal, memelintir, memilin, memeras sebebsar 40 % dari jumlah anak.
Lingkup Perkembangan | Kriteria | Jumlah | persentase |
Menggunting | BB | 4 | 40% |
MB | 6 | 60% | |
BSH | - | - | |
BSB | - | - | |
menempel | BB | 4 | 40% |
MB | 6 | 60% | |
BSH | - | - | |
BSB | - | - |
Berdasarkan tabel diatas perkembangan motorik halus anak belum berkembang sebanyak 40%. Dari analisis perkembangan bahasa anak dalam keaksaraan tersebut menjadikan peneliti untuk melakukan tindakan kelas dalam mengembangkan bahasa anak dengan judul “Penggunaan Media Barang Bekas Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak 4-5 Tahun di Paud An-Nur Tanjung Jabung Timur”.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pembelajaran di dalam kelas, John Elliot (dalam Iskandar, 2009:22). Model PTK yang digunakan adalah model yang di kemukakan kemis & Taggart. Menurut Rustam, penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksi tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar anak dapat meningkat.” (Heru Santoso Wahito Nugroho, 2017). Langkah-langkah yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, refleksi, dan observas. (Sugiono, 2015). Waktu penelitian dilaksanakan pada rentang waktu September hingga Januari 2024. Teknik pengumpulan data yang digunakan observasi dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan menentukan perkembangan yang dicapai anak dalam proses belajar dengan menggunakan analisis data kualitatif dan kuantitatif. Data yang diperoleh dari 0bservasi dan dokumentasi dilakukan pengolahan dengan teknik persentase anak yang tuntas belajar dengan rumus sebagai berikut :
Figure 1.
Hasil dan Pembahasan
No | Motorik Halus | Kriteria | Siklus 1 pertemuan 1 | Siklus 1 pertemuan 2 | Siklus 1 pertemuan 3 |
1 | Menggunting | Belum Berkembang | 20% | 10% | 10% |
Mulai Berkembang | 50% | 30% | 30% | ||
Berkembang Sesuai Harapan | 30% | 30% | 30% | ||
Berkembang Sangat Baik | - | 30% | 30% | ||
Jumlah | 100% | 100% | 100% | ||
2 | Menempel | Belum Berkembang | - | - | - |
Mulai Berkembang | 70% | 20% | 20% | ||
Berkembang Sesuai Harapan | 30% | 50% | 50% | ||
Berkembang Sangat Baik | - | 30% | 30% |
No | Motorik Halus | Kriteria | Siklus 2 pertemuan 1 | Siklus 2 pertemuan 2 | Siklus 2 pertemuan 3 |
1 | Menggunting | Belum Berkembang | - | - | - |
Mulai Berkembang | 30% | 10% | 10% | ||
Berkembang Sesuai Harapan | 30% | 20% | 20% | ||
Berkembang Sangat Baik | 30% | 70% | 70% | ||
Jumlah | 100% | 100% | 100% | ||
2 | Menempel | Belum Berkembang | - | - | - |
Mulai Berkembang | - | - | - | ||
Berkembang Sesuai Harapan | 30% | 20% | 20% | ||
Berkembang Sangat Baik | 70% | 80% | 80% |
Pada Siklus 1, kemampuan motorik halus anak pada kegiatan menggunting menunjukkan peningkatan bertahap. Anak-anak yang berada pada kategori "Belum Berkembang" berkurang dari 20% di Pertemuan 1 menjadi 10% di Pertemuan 2 dan Pertemuan 3, sementara kategori "Berkembang Sangat Baik" mulai terlihat pada Pertemuan 2 sebesar 30% dan stabil hingga Pertemuan 3. Pada Siklus 2, kategori "Mulai Berkembang" mengalami penurunan dari 30% menjadi 10%, seiring dengan peningkatan signifikan pada kategori "Berkembang Sangat Baik" dari 30% di Pertemuan 1 menjadi 70% di Pertemuan 2 dan Pertemuan 3. Hal ini menunjukkan adanya transisi positif dari kemampuan dasar ke tingkat mahir, dengan lebih banyak anak yang mencapai kategori optimal pada Siklus 2.
Pada kegiatan menempel, Siklus 1 memperlihatkan pergeseran dari kategori "Mulai Berkembang" sebesar 70% di Pertemuan 1 menjadi 20% di Pertemuan 2 dan Pertemuan 3, yang diimbangi oleh peningkatan pada kategori "Berkembang Sangat Baik" dari 0% menjadi 30% di Pertemuan 2 dan 3. Pada Siklus 2, kategori "Berkembang Sesuai Harapan" menurun dari 30% menjadi 20%, sedangkan kategori "Berkembang Sangat Baik" terus meningkat hingga 80%. Tren ini menunjukkan adanya perkembangan signifikan dalam keterampilan motorik halus, dengan lebih banyak anak mencapai level tertinggi pada kegiatan menempel.
Hasil ini sesuai dengan teori perkembangan motorik halus oleh Jean Piaget, yang menyatakan bahwa anak usia dini (tahap praoperasional) berkembang melalui interaksi aktif dengan lingkungan sekitarnya. Dalam kegiatan menggunting dan menempel, anak menggunakan keterampilan visual-motorik, koordinasi tangan-mata, dan kontrol otot kecil, yang merupakan inti dari perkembangan motorik halus. Lev Vygotsky juga menekankan pentingnya scaffolding dalam mendukung anak mencapai potensi perkembangan maksimal. Dalam hal ini, pemberian dukungan seperti demonstrasi, arahan verbal, dan kesempatan berlatih telah membantu anak berpindah dari kategori "Belum Berkembang" atau "Mulai Berkembang" ke kategori yang lebih tinggi.
Hasil penelitian ini memperkuat temuan Mustafa dan Handayani (2021) yang menunjukkan bahwa aktivitas terstruktur seperti menggunting dan menempel secara signifikan meningkatkan perkembangan motorik halus anak. Namun, ada perbedaan dalam tingkat pencapaian kategori "Berkembang Sangat Baik" pada penelitian ini yang lebih tinggi dibandingkan penelitian serupa. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh pendekatan pengajaran yang lebih berfokus pada individualisasi kebutuhan anak, seperti memberikan instruksi yang fleksibel dan materi pembelajaran yang bervariasi.
Selain itu, penelitian ini juga berbeda dari temuan Nuryani (2019), yang mencatat bahwa sebagian besar anak membutuhkan waktu lebih lama untuk mencapai kategori "Berkembang Sangat Baik" pada kegiatan motorik halus. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh frekuensi interaksi dan lingkungan belajar yang lebih mendukung dalam penelitian ini, seperti penggunaan alat bantu yang menarik dan suasana belajar yang menyenangkan.
Secara keseluruhan, hasil penelitian menunjukkan perkembangan signifikan dalam kemampuan motorik halus anak pada kegiatan menggunting dan menempel dari Siklus 1 ke Siklus 2. Pendekatan berbasis teori perkembangan kognitif dan sosial membantu anak-anak mencapai kategori yang lebih tinggi, yang mengindikasikan efektivitas metode pembelajaran yang digunakan. Penemuan ini dapat menjadi rujukan untuk pengembangan program pembelajaran motorik halus yang lebih optimal di masa depan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan melalui dua siklus pembelajaran mengenai keterampilan motorik halus anak 4-5 Tahun, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang melibatkan keterampilan menggunting dan menempel memberikan dampak positif terhadap perkembangan motorik halus anak. Pada Siklus 1, kegiatan menggunting menunjukkan 20% anak berada pada kategori Belum Berkembang, 50% pada kategori Mulai Berkembang, 30% pada Berkembang Sesuai Harapan, dan tidak ada anak pada kategori Berkembang Sangat Baik. Namun, pada Siklus 2, terdapat peningkatan yang signifikan pada kategori Berkembang Sangat Baik, dengan 30% anak mencapai kategori ini pada pertemuan pertama, 70% pada pertemuan kedua, dan 70% pada pertemuan ketiga. Untuk keterampilan menempel, pada Siklus 1, terdapat 70% anak pada kategori Mulai Berkembang dan 30% pada kategori Berkembang Sesuai Harapan. Sedangkan pada Siklus 2, 70% anak mencapai kategori Berkembang Sangat Baik pada pertemuan pertama, 80% pada pertemuan kedua, dan 80% pada pertemuan ketiga. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan perkembangan keterampilan motorik halus anak, yang didukung oleh teori Jean Piaget yang menekankan pentingnya pengalaman langsung dan Lev Vygotsky yang mengungkapkan pentingnya dukungan sosial dalam proses pembelajaran anak. Secara keseluruhan, terdapat peningkatan yang signifikan dalam keterampilan menggunting dan menempel pada Siklus 2, terutama pada kategori Berkembang Sangat Baik, yang menunjukkan bahwa pendekatan yang diterapkan pada siklus kedua lebih efektif..
References
[1] Arikunto, S. Penelitian Tindakan Kelas. 2015.
[2] Aulia, R., Santoso, R., & Pramanik, N. D. Penggunaan alat permainan edukatif barang bekas untuk mengembangkan kreativitas anak usia 5–6 tahun di Kober Nurul Huda Albisri. 2003.
[3] Dachlan. Penelitian Tindakan Kelas. 2014.
[4] Daniyati, A., Saputri, I. B., Septiyani, S. A., & Setiawan, U. D. Konsep dasar media pembelajaran Ricken Wijaya STAI DR.KHEZ Muttaqien Purwakarta. 2023.
[5] Diajukan, S. Meningkatkan kreativitas anak melalui media barang bekas pakai menggunakan metode SSR. n.d.
[6] Ebbut, M., Elliot, M., Lewin, M. K., & Kemmis, M. Model PTK. 1946.
[7] Hardiningsih, H. H. Upaya meningkatkan kreativitas anak dengan memanfaatkan media barang bekas di TK Kota Bima. 2015.
[8] D. D. & Vidya, V. F. Pengembangan kreativitas anak usia dini. 2016.
[9] Kamus Bahasa Indonesia. n.d.
[10] Kurniati, W., & Novianto, E. Mengembangkan keterampilan motorik halus anak usia 5–6 tahun dengan menggunakan media kolase. 2017.
[11] Rambe, E. L., dkk. Meningkatkan motorik kasar anak usia dini melalui permainan tradisional. 2023.
[12] Afri, L. D., dkk. Pemanfaatan barang bekas dalam meningkatkan kreativitas anak-anak Dusun 3 Desa Aman Damai. 2024.
[13] Lutfiah, E. O., dkk. ‘Tutup Botol Pintar’ pemanfaatan barang bekas sebagai media belajar anak. n.d.
[14] Nasution, E. M., & Srikandi, S. Konsep pengembangan kreativitas AUD. 2021.
[15] Nofianti, R. Upaya meningkatkan keterampilan motorik halus melalui kegiatan menggunting dengan pola pada anak usia dini. 2020.
[16] Anonim. Pemanfaatan media barang bekas dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III MI Datok Sulaiman Bagian Putra Kota Palopo. n.d.
[17] Anonim. Pengembangan kreativitas anak usia dini dengan media barang bekas di TK LKMD 1 Kopen Teras Boyolali. n.d.
[18] Penulis, K., Usia, A., & Hikrawati, D. Pengembangan media pembelajaran bahan bekas untuk meningkatkan kreativitas. 2022.
[19] Penulis, T., dkk. Psikologi Perkembangan. n.d.
[20] Permendikbud. Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini. 2014.
[21] Ramli, M. A. Pengembangan media pembelajaran menurut konsep teknologi pembelajaran. 2019.
[22] Santrock, J. W. Children. 2019.
[23] Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. 2014.
[24] Sugiono. Metode Penelitian Kualitatif. 2015.
[25] Susanto, S. H., dkk. Botol Toga (BOGA) sebagai pemanfaatan barang bekas untuk meningkatkan pemahaman anak dalam menjaga lingkungan. 2024.
[26] Anonim. Upaya meningkatkan motorik halus melalui permainan menjiplak menjadi gambar usia 5–6 tahun di TKQ An-Nur. n.d.
[27] Winata, W., dkk. Alat permainan edukatif dari barang bekas. n.d.
[28] Yuni, R., Hayati, D. H., & Amelia, L. Pengembangan media kreatif barang bekas untuk melatih kreativitas anak kelompok B di TK Cut Meutia Banda Aceh. 2020.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Categories
License
Copyright (c) 2024 Maspupah, Fitriah, Mastikawati, Amiroh, Azwir

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.