Strengthening Students' Religious Character in Muhammadiyah Elementary Classroom

Peningkatan Karakter Keagamaan Siswa di Kelas Sekolah Dasar Muhammadiyah

Authors

  • Nurun Nazilah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • MUHLASIN AMRULLAH

DOI:

https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i4.950

Keywords:

Religious Character, Classroom-Based Learning, Elementary Education, Character Education, Merdeka Curriculum

Abstract

General Background: Religious character development in elementary education is essential for forming students’ moral and spiritual foundations. Specific Background: In the context of SD Muhammadiyah, classroom-based approaches integrate character values into daily learning activities aligned with the curriculum. Knowledge Gap: While character education programs exist, limited studies examine structured classroom-based implementation and its effect on students’ religious behavior. Aim: This study aims to explore strategies for strengthening students’ religious character through classroom-based learning. Methods: A qualitative approach was employed using observations, interviews, and document analysis with school principals, teachers, and students as participants. Data were analyzed through data collection, reduction, presentation, and conclusion drawing, with data validity ensured via source triangulation. Results: Findings indicate that embedding religious values into subject learning fosters a supportive environment for character development. Structured lesson modules under the Merdeka Curriculum facilitate daily application of these values, though ongoing evaluation is necessary to ensure consistent implementation. Novelty: This study provides insights into practical classroom-based strategies for reinforcing religious character in elementary education. Implications: The findings offer guidance for educators to integrate religious values effectively into learning processes, contributing to holistic student development.

Highlights:

  • Integration of religious values into daily classroom activities.

  • Structured lesson modules under the Merdeka Curriculum.

  • Need for continuous evaluation to sustain effectiveness.

Keywords: Religious Character, Classroom-Based Learning, Elementary Education, Character Education, Merdeka Curriculum

Pendahuluan

Pendidikan memainkan peran utama dalam membentuk kepribadian manusia. Pendidikan yang berkualitas tidak hanya mampu menciptakan sumber daya manusia yang kompeten, tetapi juga mampu membawa bangsa menuju kemajuan yang lebih pesat [1]. Pendidikan sangat memengaruhi pembentukan karakter anak bangsa, yang dapat dilakukan melalui sistem pendidikan yang baik dan terstruktur [2]. Menurut Pasal UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, demokratis, dan bertanggung jawab [3]. Pengembangan karakter merupakan bagian integral dari pendidikan, di mana karakter yang dimaksud mencakup moral dan norma yang tercermin dalam kehidupan sehari-hari [4].

Pendidikan karakter berperan penting dalam mempersiapkan peserta didik untuk menghadapi tantangan zaman, serta menanamkan kebiasaan baik sejak dini melalui penanaman karakter secara berkelanjutan [5]. Pendidikan karakter tidak hanya terkait dengan kognitif tetapi juga mengharuskan peserta didik untuk berkomitmen menerapkannya dalam aktivitas sehari-hari [6]. Usia sekolah dasar adalah fase yang tepat untuk memulai pendidikan karakter [7]. Penanaman karakter sejak dini adalah langkah penting dalam membentuk kebiasaan baik, yang memerlukan konsistensi dan berkelanjutan [8]. Pendidikan karakter bertujuan untuk mengembangkan moral, prinsip, serta kemampuan jasmani dan rohani peserta didik, sehingga mereka menjadi individu yang berkarakter kuat. Tujuan dari pendidikan karakter menurut [9] di antaranya, adalah mengembangkan potensi spiritual peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa, membentuk perilaku sesuai dengan nilai-nilai luhur dan tradisi budaya, serta menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab.

Pendidikan karakter merupakan salah satu solusi utama untuk membentuk pribadi peserta didik yang lebih baik. Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan telah merencanakan program pendidikan karakter di sekolah. Program ini bertujuan untuk menanamkan, membentuk, dan mengembangkan kembali nilai-nilai karakter bangsa yang mulai tergerus oleh perkembangan zaman [10]. Berdasarkan hal tersebut, gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) merumuskan lima nilai utama karakter yang saling berkaitan dan perlu diprioritaskan, yaitu religius, nasionalis, mandiri, gotong royong, dan integritas. Dalam penelitian ini, fokus utama adalah karakter religius. Karakter religius adalah sikap dan tindakan yang taat dalam menjalankan ajaran agama yang dianut, toleran terhadap perbedaan agama, serta hidup selaras dengan orang yang beragama lain [11]. Karakter religius dapat diartikan sebagai watak, tabiat, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari nilai-nilai yang berlandaskan ajaran agama. Dalam ajaran agama Islam, kegiatan keagamaan berperan penting dalam membentuk karakter [12]. Perkembangan zaman yang pesat, terutama dalam bidang sains dan teknologi, tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga tantangan terhadap moralitas [13]. Oleh karena itu, karakter religius menjadi semakin penting dalam menghadapi perubahan zaman dan menjaga moralitas peserta didik [14].

Saat ini, salah satu permasalahan yang dihadapi adalah hilangnya karakter baik di kalangan peserta didik. Fenomena ini mencakup merosotnya sikap saling menghargai, kepedulian antarteman, serta menurunnya moral dan rasa hormat di kalangan peserta didik. Oleh karena itu, peran aktif pendidik dan tenaga kependidikan di lingkungan sekolah dasar sangatlah penting untuk membimbing peserta didik, terutama dalam membentuk karakter religious. Di era globalisasi ini, pendidikan karakter semakin mendesak dibutuhkan, terutama untuk membentuk karakter religius pada siswa sekolah dasar. Saat ini, banyak terjadi perbincangan mengenai merosotnya karakter peserta didik yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi digital. Anak-anak cenderung dimanjakan oleh kemudahan akses teknologi, seperti mencari bahan pembelajaran melalui internet, yang meskipun positif, namun juga dapat berdampak negatif pada perkembangan moral dan karakter mereka. Di sekolah dasar, masih terdapat siswa yang menunjukkan karakter kurang baik, seperti kebiasaan berkata kasar kepada teman-teman sebayanya. Masalah-masalah ini menunjukkan perlunya penelitian yang berfokus pada upaya penguatan pendidikan karakter religius siswa di sekolah dasar untuk meningkatkan kualitas moral dan kepribadian peserta didik.

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan pendidikan karakter religius antara lain yaitu, dari Kurniawan dengan judul “Penguatan Pendidikan Religius Berbasis Budaya di Sekolah Muhammadiyah 4 Batu”. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pada saat proses pembelajaran sudah melakukan penanaman karakter religius yaitu, mengawali dan mengakhiri pembelajaran dengan berdoa, pembiasaan sholat berjamaah, dan memberikan pesan moral usai pembelajaran [15]. Kemudian, penelitian oleh [16] berjudul “Penerapan Program Penguatan PPK Berbasis Kelas di Sekolah Desa Se-Kecamatan Sleman” hasil penelitiannya menyatakan bahwa PPK yang diterapkan sudah maksimal. Bukti terkait penerapan karakter tersebut yaitu, memulai dan menutup pembelaran dengan berdoa, bersikap sopan santun, dan penelitian [17] dengan judul “Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dengan Berbasis Kelas melalui Manajemen Kelas di Sekolah Dasar”. Peneliti menjelaskan bahwasannya karakter dapat dilakukan melalui gerakan program pengeuatan berbasis kelas dengan manajemen kelas. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa pelaksanaannya melalui kegiatan yaitu, kesepakatan kelas, penataan ruang dikelas, dan kontrol di dalam kelas.

Rumusan masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana penguatan karakter religius siswa dalam pembelajaran IPAS dengan menggunakan model direct instruction Berdasarkan Penelitian ini dilakukan pada siswa sekolah dasar. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana upaya penguatan pendidikan karakter religius berbasis kelas di Sekolah Dasar Muhammadiyah. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi dan referensi bagi pendidik dalam mengimplementasikan pendidikan karakter religius berbasis kelas, serta berkontribusi dalam meningkatkan karakter religius peserta didik.

Metode

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode pendekata kualitatif dengan jenis deskriptif Metode tersebut mempunyai pengertian dalam mengamati keadaan objek yang nyata dan peneliti hanya menjadi instrumen utamanya (Sugiyono:2013). Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yang mendiskripsikan secara langsung ditempat penelitian terhadap fenomena yang terjadi. Subjek penelitian yaitu kepala sekolah, guru kelas dan peserta didik. Tempat penelitian ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 11 Randegan. Pengumpulan data dengan menggunakan teknik obsevasi, wawancara, dan dokumentasi secara langsung dengan guru kelas, kepala sekolah dan peserta didik mengenai upaya yang dilakukan dalam penguatan pendidikan karakter religius siswa. Adapun teknik dalam analisis data melalui pendekatan “teori Miles dan Huberman (1984)”. Dalam (Sugiyono:2022) mengemukakan analisis data dengan “pendekatan teori Miles dan Huberman mencakup, mengumpulkan data, reduksi data, penyajikan data dan penarikan kesimpulan”. Data yang sudah dikumpulkan kemudian diujikan keabsahannya melalui triangulasi sumber. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama. Namun, untuk penggalian data dalam penelitian ini, peneliti juga membuat pedoman-pedoman penggalian data, termasuk pedoman wawancara, guna memperoleh data secara objektif mengenai penguatan pendidikan karakter religius pada siswa. Berikut indikator yang mendukung dalam penelitian kualitatif ini untuk mengukur penguatan pendidikan karakter religius peserta didik:

Figure 1.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian di Sekolah Dasar Muhammadiyah 11 Randegan, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana upaya penguatan pendidikan karakter religius yang diterapkan di SD Muhammadiyah 11 Randegan dengan pendekatan berbasis kelas. Data penelitian diperoleh melalui wawancara mendalam dengan kepala sekolah, guru kelas, dan siswa, serta observasi di lingkungan sekolah. Dari wawancara dengan kepala sekolah, ditemukan bahwa sekolah ini memiliki komitmen kuat untuk menanamkan karakter religius pada siswa. Kepala sekolah menjelaskan bahwa pendidikan karakter religius tidak hanya disampaikan melalui mata pelajaran agama, tetapi juga diintegrasikan ke dalam seluruh aktivitas pembelajaran. Kepala sekolah menyatakan bahwa: "Kami berupaya membentuk siswa yang tidak hanya unggul dalam hal akademis, tetapi juga memiliki akhlak yang baik, dengan menjadikan agama sebagai pondasi utama. Nilai-nilai Islam diterapkan dalam setiap mata pelajaran dan kegiatan sehari-hari, mulai dari kebiasaan berdoa, shalat berjamaah, hingga penerapan adab Islami dalam interaksi antar siswa dan guru’. Kepala sekolah juga menekankan bahwa karakter religius tidak hanya dibentuk melalui mata pelajaran agama, tetapi melalui integrasi nilai-nilai Islam di seluruh kurikulum. Setiap mata pelajaran diharapkan mengandung pesan moral dan spiritual yang sesuai dengan ajaran Islam, sehingga siswa dapat menerapkan nilai-nilai tersebut dalam setiap aspek kehidupannya.

Guru kelas memainkan peran penting dalam penguatan karakter religius siswa. Dalam wawancara, guru menjelaskan bahwa mereka secara konsisten mengaitkan nilai-nilai keagamaan dengan pelajaran di kelas. Misalnya, mereka menekankan pentingnya kejujuran, tanggung jawab, dan kedisiplinan sebagai bagian dari pengamalan ajaran Islam. Salah satu guru menyatakan bahwa pendekatan ini membantu siswa untuk memahami bahwa agama bukan hanya soal ibadah, tetapi juga tentang bagaimana bersikap dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, kegiatan rutin seperti membaca Al-Qur'an dan menghafal doa dilakukan sebagai bagian dari pembelajaran harian, yang bertujuan membentuk karakter religius siswa secara bertahap. Wawancara dengan siswa menunjukkan bahwa mereka merasakan dampak positif dari pendidikan karakter religius yang diterapkan di sekolah. Beberapa siswa mengungkapkan bahwa mereka merasa lebih dekat dengan agama dan memahami pentingnya menerapkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan mereka. Salah satu siswa menyatakan: "Kami diajarkan untuk selalu berperilaku baik, tidak hanya kepada teman, tetapi juga kepada semua orang. Kami juga belajar untuk selalu memulai dan mengakhiri setiap kegiatan dengan doa, serta mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah seperti shalat berjamaah, menghafal Al-Qur’an dan kegiatan baca tulis Al-Qur’an."

Penguatan pendidikan karakter merupakan upaya sistematis untuk meningkatkan nilai-nilai moral dan etika dalam proses pendidikan dengan tujuan membentuk individu yang memiliki karakter kuat, berakhlak mulia, dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat[18]. Penguatan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah 11 Randegan merupakan strategi atau program yang terkait dengan tujuan visi dan misi sekolah. Pendidikan karakter menjadi upaya SD Muhammadiyah 11 Randegan dalam meningkatkan kualitas pendidikan yang diintegrasikan melalui nilai karakter religius. Karakter religius menjadi sorotan yang menggambarkan kearifan sekolah tersebut sesuai dengan misi sekolah. SD Muhammadiyah 11 Randegan memiliki visi untuk menciptakan generasi masa depan yang bermoral baik dan memiliki wawasan agama yang luas. Pelaksanaan penguatan karakter religius di sekolah ini melibatkan peran aktif orang tua, guru, dan seluruh warga sekolah. Dukungan ini bertujuan agar program-program karakter dapat berjalan dengan baik dan maksimal dalam mengontrol peserta didik. Penanaman karakter terhadap peserta didik perlu adanya pembiasaan. Pembiasaan menjadi metode efektifsecara rutin, terjadwal, dan sistematis. Melalui kegiatan pembiasaan membantu melatih peserta didik menjadi pribadi yang baik dengan memberikan kesempatan untuk konsisten dalam melakukan suatu hal, sehingga menghasilkan dampak positif.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga telah mengembangkan konsep Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) dan mendesain strategi implementasinya dengan mendasarkan pada tiga basis utama yaitu pendidikan karakter berbasis kelas, berbasis budaya sekolah dan berbasis masyarakat. Pendidikan karakter berbasis kelas pada dasarnya adalah seluruh proses pembentukan karakter yang berlangsung di dalam kelas melalui kegiatan pembelajaran, pembelajaran tematis, managemen kelas, penggunaan metode dalam pembelajaran, dan kegiatan literasi. Penguatan pendidikan karakter berbasis kelas dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam proses pembelajaran secara tematik atau terintegrasi dalam mata pelajaran sesuai dengan isi kurikulum. Penguatan pendidikan karakter dalam kurikulum bahwasannya pendidik mengintegrasikan nilai-nilai inti penguatan pendidikan karakter ke dalam setiap mata pelajaran selama proses pembelajaran [19]. Penguatan pendidikan karakter dalam kurikulum dilakukan dengan modul ajar yang memuat fokus penguatan karakter dengan memilih metode pembelajaran dan manajemen kelas yang relevan, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan skenario dalam modul ajar, melaksanakan penilaian otentik atas pembelajaran yang dilakukan, serta melakukan refleksi dan evaluasi terhadap keseluruhan proses.

Penguatan pendidikan karakter religius berbasis kelas berdasarkan penelitian di SD Muhammadiyah 11 Randegan melalui kurikulum dan rancangan modul ajar sudah berjalan baik dengan bantuan indikator yang menjadi acuan yaitu, (1) Berdoa tiap mengawali dan mengakhiri kegiatan pembelajaran (2) Menolak tiap sikap, tindakan, dan perilaku yang menyimpang (3) Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan dan Santun) (4) Bersyukur kepada Tuhan YME kenikmatan dan karunia yang diberikan (5) Bersyukur atas keberhasilan yang dicapai kepada Tuhan YME (6) Melaksanakan ibadah sesuai kepercayaan yang dianut. Tabel seperti gambar diatas merupakan teknik pengumpulan data atau triangulasi sumber yang dikelompokkan oleh peneliti untuk melanjutkan pada tahapan reduksi data.

Berdasarkan dari hasil pengamatan pada kelas 5 SD Muhammadiyah 11 Randegan menggunakan modul ajar kurikulum merdeka yang mengintegrasikan nilai-nilai karakter didalam pembelajarana. Karakter religius dalam modul ajar kurikulum merdeka tercakup dalam dimensi Pelajar Pancasila, khususnya dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak mulia. Dimensi-dimensi tersebut mencakup lima aspek, yaitu: akhlak beragama, akhlak pribadi, akhlak kepada manusia, akhlak kepada alam, dan akhlak bernegara [20]. Penguatan karakter religius dapat dilakukan dengan meningkatkan keimanan dan kepercayaan peserta didik sesuai agama yang dianut, guna mengembangkan potensi religius dan membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Modul ajar merupakan dokumen yang mencakup tujuan, langkah-langkah, media pembelajaran, serta asesmen yang diperlukan dalam satu unit atau topik berdasarkan Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) pada kurikulum merdeka. Modul ajar ini memiliki kemiripan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang berisi rencana pembelajaran di kelas. Berikut ini tabel dimensi profil pelajar pancasila dalam modul ajar kurikulum merdeka yang dibuat oleh guru kelas 5 SD Muhammadiyah 11 Randegan:

Figure 2.

Tabel diatas memaparkan integrasi penguatan karakter religius berbasis kelas ke dalam pembelajaran langsung sesuai dengan modul ajar yang dibuat dengan memberikan penguatan karakter religius melalui dimensi profil pelajar pancasila.. Profil Pelajar Pancasila diimplementasikan selama proses pembelajaran di dalam kelas [21]. Hal ini sesuai dengan pernyataan [22] yang menegaskan bahwa guru diwajibkan untuk mengimplementasikan "Profil Pelajar Pancasila" sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) No. 22 Tahun 2022 tentang Rencana Strategis Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 2020-2024. Penguatan Profil Pelajar Pancasila terkait karakter religius harus dilaksanakan di dalam kelas.Top of FormBottom of Form Hal ini bertujuan untuk mengembangkan dan menanamkan karakter religius pada diri peserta didik melalui pembelajaran.

Penguatan Karakter Religius dalam Perencanaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara peneliti dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan sudah menunjukkan adanya penguatan pendidikan karakter melalui tahap perencanaan. Dalam tahap perencanaan ini guru menyusun modul ajar untuk mengintegrasikan karakter religius ke dalam pembelajaran. Berikut tabel analisa modul ajar guru kelas 5 di SD Muhammadiyah:

Figure 3.

Penguatan Pendidikan Karakter dalam Peaksanaan Pembelajaran

Berdasarkan hasil observasi peneliti memahami pada tahap pelaksanaan yang sudah dilakukan oleh guru dalam modul ajar sudah dilakukan secara terstruktur.

Figure 4.

Tabel di atas merupakan isi dari kegiatan dalam langkah-langkah yang digunakan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam observasi menunjukkan bahwa guru pada awal pembelajaran sangat bertanggung jawab dalam memperkuat karakter religius siswa berbasis kelas melalui pembelajaran yang dirancang dengan baik.

Hasil wawancara peneliti dengan narasumber guru SD Muhammadiyah 11 Randegan menunjukkan bahwa penerapan karakter religius di kelas 5 dilaksanakan melalui beberapa program dan pembiasaan spiritual dalam pembelajaran yang dikuatkan melalui modul ajar kurikulum merdeka. Berikut merupakan kegiatan dan program upaya pelaksanaan penguatan pendidikan karakter religious di SD Muhammadiyah 11 Randegan:

Kegiatan Berdoa dan Menjawab Salam

Pembiasaan berdoa sebelum memulai dan mengakhiri setiap kegiatan merupakan salah satu cara menanamkan nilai karakter religius. Pelaksanaan kegiatan ini sesuai dengan indikator. Nilai-nilai religius diterapkan dengan cara peserta didik membaca doa Al-Fatihah, doa sebelum belajar, bacaan sholat, dan asmaul husna sebelum memasuki kelas. Kegiatan pembiasaan ini bertujuan untuk memperkuat karakter religius peserta didik serta mengajarkan kepada mereka pentingnya mengawali setiap kegiatan dengan doa untuk memperoleh ridho dari Allah. Selain itu, guru kelas juga menyampaikan pesan moral terkait praktik berdoa yang telah dilakukan, dengan harapan agar peserta didik semakin termotivasi untuk aktif berpartisipasi dalam doa bersama. Guru juga memantau setiap peserta didik untuk memastikan pelaksanaan berjalan dengan baik [19] Dalam kegiatan ini, peserta didik diberi kesempatan untuk memimpin doa sebelum dan setelah kegiatan pembelajaran. Melalui pengalaman ini, peserta didik dapat mengembangkan ketakwaan serta keterampilan kepemimpinan yang baik [23]. Dalam kegiatan berdoa, guru mengatur peserta didik agar pelaksanaannya berjalan dengan teratur. Pada pertengahan pembelajaran, guru menyelipkan bacaan basmalah sebelum memulai aktivitas dan mengakhiri pembelajaran dengan bacaan hamdalah atau tahmid.

Kegiatan pembiasaan menjawab salam pada kelas 5 SD Muhammadiyah menunjukkan sikap spiritual sesuai dengan modul ajar. Kegiatan pembiasaan ini sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran dalam modul ajar guru. Kegiatan ini adalah upaya membentuk karakter religius, dengan tujuan agar peserta didik memiliki akhlak mulia dan menunjukkan rasa hormat kepada guru. Dalam penelitian yang telah dilakukan, saat pembelajaran berlangsung dan tiba waktu adzan Dhuhur, guru segera mengajak peserta didik untuk menjawab adzan dan membaca doa setelah adzan bersama-sama Pembiasaan ini diharapkan memberi dampak positif dalam kehidupan sehari-hari peserta didik, dengan membiasakan diri dalam kegiatan religius yang konsisten. Di SD Muhammadiyah 11 Randegan menurut penelitian, ketika pembelajaran berlangsung dan terdengar adzan Dhuhur, guru mengajak peserta didik untuk menjawab adzan dan membaca doa setelah adzan bersama-sama. Pembiasaan ini diharapkan membawa dampak baik bagi kehidupan sehari-hari peserta didik, dengan menanamkan kebiasaan religius yang konsisten [10].

Kegiatan Program Tahfidh dan Baca Tulis AL-Qur’an

Figure 5.

Program kegiatan yang diterapkan di SD Muhammadiyah 11 Randegan adalah program tahfidh atau menghafal Al-Quran. Program tahfidh ini menjadi program unggulan sekolah dan melibatkan seluruh peserta didik dari kelas 1 hingga kelas 6. Program ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hafalan Al-Quran, tetapi juga untuk mendukung penguatan pendidikan karakter religius peserta didik. Melalui program ini, diharapkan peserta didik dapat mengembangkan nilai-nilai religius yang kuat, yang nantinya akan membentuk karakter dan akhlak mereka.

Pelaksanaan program tahfidh dilakukan secara sistematis dan terstruktur. Setiap peserta didik diberikan target hafalan tertentu yang harus dicapai dalam kurun waktu tertentu. Target hafalan ini menjadi motivasi bagi peserta didik untuk lebih giat belajar dan menghafal. Selain itu, target ini juga memberikan dorongan kepada peserta didik untuk lebih serius dalam mengikuti program keagamaan yang telah disusun oleh sekolah. Dalam hal ini, peran guru sangat penting dalam memberikan bimbingan dan motivasi kepada peserta didik agar dapat mencapai target hafalan yang telah ditentukan. Program tahfidh ini juga dilengkapi dengan berbagai fasilitas yang mendukung kegiatan menghafal Al-Quran. Sekolah menyediakan ruang khusus untuk kegiatan tahfidh yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Guru-guru yang membimbing program ini juga telah mendapatkan pelatihan khusus dalam metode pengajaran tahfidh sehingga mereka dapat memberikan bimbingan yang efektif dan efisien kepada peserta didik. Dengan adanya fasilitas dan bimbingan yang memadai, diharapkan peserta didik dapat lebih fokus dan termotivasi dalam menghafal Al-Quran [23].

Kegiatan BTQ (Baca Tulis Al-Quran) di SD Muhammadiyah 11 Randegan terbukti memberikan dampak positif yang signifikan terhadap penguatan pendidikan karakter religius peserta didik. Melalui metode Iqra’, tilawah bersama, dan hafalan Al-Qur'an yang dilaksanakan setiap hari, kemampuan baca tulis Al-Qur’an peserta didik meningkat drastis. Kegiatan ini juga memperkuat karakter religius seperti kedisiplinan, kejujuran, ketaatan beribadah, dan tanggung jawab. Peran guru dalam memotivasi dan membimbing peserta didik serta dukungan orang tua di rumah sangat penting dalam memastikan keberhasilan pembiasaan ini. Namun, terdapat kendala seperti kurangnya konsistensi dalam mengulang hafalan di rumah dan keterbatasan materi. Solusi yang diusulkan adalah kerjasama yang lebih erat antara sekolah, guru, dan orang tua serta peningkatan fasilitas pendukung. Secara keseluruhan, BTQ efektif dalam menguatkan karakter religius dan dapat dijadikan model bagi sekolah lain, karena tidak hanya mengajarkan baca tulis Al-Qur'an tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral dan agama yang mendalam.

Kegiatan Pelaksanaan Ibadah Sesuai Kepercayaan yang Dianut

Figure 6.

Menurut [26] penerapan nilai-nilai agama dalam pendidikan dapat membantu siswa mengembangkan karakter yang kuat dan berdedikasi. Salah satu contohnya adalah pelaksanaan sholat lima waktu, yang tidak hanya berfungsi sebagai kewajiban religius, tetapi juga sebagai bentuk pembiasaan disiplin dan pengendalian diri. Sholat ini dilakukan pada waktu-waktu tertentu dalam sehari, yang secara otomatis mengatur ritme aktivitas siswa, membantu mereka memanage waktu dengan lebih baik Selain itu, pelaksanaan sholat sunnah, seperti sholat dhuha, dapat dijadikan sebagai bentuk penguatan karakter religius di kelas. Sholat dhuha merupakan ibadah sunnah yang dilakukan pada pagi hari sebelum waktu dhuhur.

Menurut [10] sholat dhuha memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan ketenangan batin dan menumbuhkan rasa syukur kepada Allah SWT. Kegiatan pembiasaan pelaksanaan ibadah di lingkungan SD Muhammadiyah 11 Randegan bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik dengan mendirikan pondasi agama sejak dini. Penerapan pelaksanaan ibadah, seperti sholat berjamaah yang meliputi sholat dhuha dan dhuhur setiap hari, merupakan bagian integral dari proses ini. Sholat dhuha memiliki tujuan untuk membiasakan peserta didik kelas 5 SD Muhammadiyah 11 Randegan melakukan ibadah sunnah secara konsisten, tidak hanya yang wajib. Nilai karakter religius yang diharapkan dari pelaksanaan sholat dhuha termasuk ketaatan dan kedisiplinan dalam melaksanakan ibadah, baik yang wajib maupun sunnah. Di sisi lain, pelaksanaan sholat dhuhur bertujuan untuk membiasakan peserta didik menunaikan sholat di awal waktu secara berjamaah. Menurut [27] sholat berjamaah memiliki nilai lebih dibandingkan dengan sholat sendiri-sendiri, seperti peningkatan rasa kebersamaan dan tanggung jawab spiritual. Kegiatan ini juga mencakup berdzikir dan berdoa bersama, yang merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah. Hal ini membantu peserta didik untuk mengembangkan sikap disiplin, tanggung jawab, dan kepatuhan kepada Allah SWT. Pentingnya peran guru kelas tidak dapat dilepaskan dalam melakukan komunikasi yang baik dalam menerapkan penguatan Pendidikan karakter kepada orang tua mengenai ibadah yang dilaksanakan dirumah selain di kelas. Selain itu guru kelas juga melakukan bimbingan lain seperti melaksanakan ibadah pada bulan Ramadhan yang memberikan materi tentang sholat dan lainnya.

Menolak Tiap Sikap, Tindakan, Dan Perilaku yang Menyimpang.

Perilaku menyimpang di kelas, seperti bullying dan tawuran, memiliki dampak negatif yang signifikan terhadap karakteristik bangsa dan budaya sekolah [24] menjelaskan bahwa tindakan menyimpang tersebut dapat memengaruhi dinamika sosial dan pembentukan budaya di sekolah, yang pada akhirnya berdampak pada karakter siswa dan lingkungan belajar secara keseluruhan. Program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) di SD Muhammadiyah 11 Randegan dirancang untuk menanggulangi perilaku menyimpang tersebut dengan menerapkan pendekatan yang terstruktur. Salah satu contohnya adalah penanganan perilaku saling mengejek orang tua yang dianggap tidak pantas. Guru memberikan arahan dan pesan moral kepada peserta didik untuk menjauhi perbuatan buruk dan selalu berbuat baik. Jika siswa melakukan tindakan yang tidak baik, mereka diharapkan untuk segera meminta maaf. Selain itu, guru juga menerapkan hukuman sebagai bentuk konsekuensi atas perilaku menyimpang. Kesepakatan di kelas 5 mencakup aturan bahwa setiap perbuatan buruk akan dikenakan hukuman, berupa membaca istighfar atau doa mohon ampunan, serta denda sesuai dengan kesepakatan bersama. Langkah ini bertujuan agar peserta didik lebih berhati-hati dalam menjaga tingkah laku mereka di kelas, serta mampu memahami dan memperbaiki kesalahan mereka.

Budaya 5S ( Senyum , Salam, Sapa, Sopan dan Santun )

Program budaya sekolah, seperti penanaman nilai-nilai nasionalisme melalui 5S (senyum, salam, sapa, sopan, dan santun), juga berperan penting dalam memotivasi dan membentuk karakter siswa [25] mengungkapkan bahwa budaya tersebut dapat menggambarkan karakter pemimpin yang disenangi dan menciptakan suasana saling menghormati dan menghargai di kelas Penerapan nilai-nilai 5S ini diharapkan dapat memperkuat budaya positif di SD Muhammadiyah 11 Randegan, yang pada akhirnya mendukung pengembangan karakter religius dan sosial siswa. Dari bentuk penerapan karakter religius melaluai pembelajaran di kelas yang sudah dijelaskan merupakan suatu hal yang mendasar dan sangat penting diterapkan sejak dini dengan tujuan untuk mewujudkan karakter peserta didik yang religius, berakhlak mulia dan membiasakan kebiasaan baik yang dapat tertanam dalam diri peserta didik dan diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Bersyukur Kepada Tuhan atas Kenikmatan , Karunia dan Keberhasilan yang Dicapai

Sikap syukur menjadi bagian penting dari pembinaan karakter religius siswa. Dalam wawancara dengan kepala sekolah dan guru, mereka menyatakan bahwa sekolah berupaya untuk menanamkan kesadaran kepada siswa agar selalu bersyukur atas segala bentuk kenikmatan dan karunia yang diberikan Tuhan. Kepala sekolah menjelaskan bahwa sikap syukur ini diajarkan melalui kegiatan rutin seperti doa pagi, pembacaan Al-Qur'an, serta diskusi mengenai pentingnya rasa syukur atas pencapaian akademis maupun non-akademis.Guru kelas juga menekankan pentingnya menghubungkan konsep syukur dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika siswa mendapatkan hasil yang baik dalam ujian atau memenangkan lomba, mereka diajak untuk tidak hanya merayakannya secara duniawi tetapi juga mensyukurinya dengan berdoa dan meningkatkan ibadah. Pendekatan ini membantu siswa memahami bahwa segala keberhasilan adalah hasil dari rahmat dan karunia Tuhan, yang perlu disyukuri dengan hati yang ikhlas.

Penguatan Pendidikan Karakter dalam Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah bagian penting dari proses pendidikan [28] , di mana guru menilai efektivitas pengajaran dan pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah diajarkan. Berdasarkan hasil penelitian kegiatan evaluasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru meunjukkan bahwa kegiatan refleksi dan evaluasi dilaksanakan pada tiap akhir kegiatan belajar mengajar. Adapun beberapa poin penting terkait kegiatan refleksi dan evaluasi yang dilakukan oleh guru. Refleksi pembelajaran dilakukan oleh guru pada akhir kegiatan belajar mengajar. Refleksi ini dilakukan dengan cara menanyakan kepada peserta didik tentang materi yang sudah dipelajari pada hari tersebut. Tujuan dari refleksi ini adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi yang telah diajarkan. Evaluasi pembelajaran dilakukan untuk menilai efektivitas pengajaran dan menentukan apakah tujuan pembelajaran telah tercapai. Evaluasi ini juga dapat melibatkan pemberian tugas, kuis, atau tes untuk mengukur pemahaman siswa secara lebih formal. Manfaat dari refleksi dan evaluasi adalah memungkinkan guru untuk menyesuaikan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan siswa, membantu peserta didik untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan mengidentifikasi area yang masih perlu diperbaiki, serta meningkatkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan dengan memastikan bahwa peserta didik benar-benar memahami materi yang diajarkan. Penilaian terhadap proses dan hasil belajar dilakukan guru untuk mengukur kemajuan peserta didik, baik dalam hal sikap maupun pengetahuan. Dalam penilaian sikap, termasuk sikap religius, guru menilai perilaku religius peserta didik melalui aktivitas sehari-hari.

Penguatan pendidikan karakter religius berbasis kelas pada peserta didik kelas 5 di SD Muhammadiyah berhasil menciptakan lingkungan yang mendukung untuk penguatan karakter religius siswa. Namun, agar penguatan karakter religius peserta didik menjadi maksimal dalam mengintegrasikan nilai-nilai karakter religius dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran melalui tahap perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Aspek evaluasi masih perlu ditingkatkan untuk memastikan semua nilai karakter religius yang diajarkan juga tercermin dalam penilaian. Hal ini menunjukkan bahwa penelitian telah menciptakan lingkungan yang mendukung penguatan karakter religius berbasis kelas, namun masih ada beberapa area yang perlu diperbaiki untuk mencapai hasil yang lebih komprehensif.

Simpulan

Penelitian ini mendeskripsikan upaya penguatan pendidikan karakter religius di SD Muhammadiyah 11 Randegan melalui basis kelas pada sisw kelas 5. Metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif digunakan untuk memahami secara mendalam proses pendidikan karakter religius ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa upaya penguatan pendidikan karakter religius di SD Muhammadiyah 11 Randegan telah dilaksanakan dengan baik melalui pendekatan berbasis kelas, yang melibatkan peran aktif kepala sekolah, guru, dan seluruh elemen sekolah. Pendidikan karakter religius diintegrasikan secara menyeluruh dalam setiap aspek pembelajaran, dengan tujuan membentuk generasi yang memiliki moralitas tinggi serta kesadaran religius yang kuat. Indikator keberhasilan meliputi: doa sebelum dan sesudah pembelajaran, penolakan terhadap perilaku menyimpang, penerapan budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, dan Santun), rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan pelaksanaan ibadah sesuai agama. Program ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan karakter religius tetapi juga berkontribusi terhadap pembentukan karakter peserta didik yang kuat, berakhlak mulia, dan berwawasan luas. Namun, terdapat beberapa faktor penghambat yang diidentifikasi, seperti kurangnya konsistensi dalam implementasi dan tantangan dalam pengawasan. Dukungan dari orang tua, guru, dan masyarakat terbukti krusial untuk keberhasilan program ini. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan pentingnya integrasi nilai-nilai karakter religius kepada siswa melalui berbasis kelas dan menunjukkan bahwa pendekatan berbasis kelas dapat menjadi strategi efektif dalam pembentukan karakter religius di tingkat sekolah dasar.

References

[1] T. Purwanti, “Penguatan Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di SD Islam Al-Iman Kota Magelang,” in Proc. Semin. Nas. Inovasi Pembelajaran dan Strategi Asesmen di Masa Pandemic, 2021, pp. 1085–1092.

[2] W. Amelia, A. Marini, and M. Nafiah, “Pengelolaan Pendidikan Karakter Melalui Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar,” J. Cakrawala Pendas, vol. 8, no. 2, pp. 520–531, 2022.

[3] M. Amelia and Z. H. Ramadan, “Implementasi Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah di Sekolah Dasar,” J. Basicedu, vol. 5, no. 6, pp. 5548–5555, 2021, doi: 10.31004/basicedu.v5i6.1701.

[4] A. Maisaro, B. B. Wiyono, and I. Arifin, “Manajemen Program Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar,” J. Adm. dan Manaj. Pendidik., vol. 1, no. 3, pp. 302–312, 2018, doi: 10.17977/um027v1i32018p302.

[5] N. T. Atika, H. Wakhuyudin, and K. Fajriyah, “Pelaksanaan Penguatan Pendidikan Karakter Membentuk Karakter Cinta Tanah Air,” J. Mimb. Ilmu, vol. 24, no. 1, pp. 105–113, 2019, doi: 10.55558/alihda.v16i1.50.

[6] F. Febriyani, F. P. Audina, T. Y. Damayanti, Y. U. Jannah, and H. Fajrussalam, “Implementasi Islam Dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar,” Islamika, vol. 4, no. 2, pp. 187–206, 2022, doi: 10.36088/islamika.v4i2.1746.

[7] F. Medika, S. Syafrial, and A. Sutisyana, “Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) pada Mata Pelajaran PJOK di Sekolah Dasar Islam Terpadu Kabupaten Lebong,” Sport Gymnast. J. Ilm. Pendidik. Jas. M., vol. 3, no. 1, pp. 130–138, 2022, doi: 10.33369/gymnastics.v3i1.12872.

[8] L. Permatasari, M. Amrullah, and M. D. K. Wardana, “Penguatan Pendidikan Karakter Religius Siswa Berbasis Manajemen Kelas,” Fitrah J. Islam. Educ., vol. 4, no. 1, pp. 43–55, 2023.

[9] S. Sukatin, S. Munawwaroh, E. Emilia, and S. Sulistyowati, “Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan,” Anwarul, vol. 3, no. 5, pp. 1044–1054, 2023, doi: 10.58578/anwarul.v3i5.1457.

[10] M. Ahsanulkhaq, “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan,” J. Prakarsa Paedagog., vol. 2, no. 1, 2019, doi: 10.24176/jpp.v2i1.4312.

[11] M. N. Fahmi and S. Susanto, “Implementasi Pembiasaan Pendidikan Islam Dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar,” Pedagog. J. Pendidik., vol. 7, no. 2, pp. 85–89, 2018, doi: 10.21070/pedagogia.v7i2.1592.

[12] D. Kusuma, “Pembentukan Karakter Religius Melalui Pembiasaan Sholat Berjamaah,” J. Kewarganegaraan, vol. 2, no. 2, p. 38, 2018.

[13] H. Heflin, J. Shewmaker, and J. Nguyen, “Impact of Mobile Technology on Student Attitudes, Engagement, and Learning,” Comput. Educ., vol. 107, pp. 91–99, 2017, doi: 10.1016/j.compedu.2017.01.006.

[14] E. Putri and D. Husmidar, “Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menumbuhkan Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar,” J. Basic Educ. Res., vol. 2, no. 1, pp. 24–28, 2021, doi: 10.37251/jber.v2i1.132.

[15] M. W. Kurniawan, “Penguatan Karakter Religius Berbasis Budaya Sekolah di SD Muhammadiyah 4 Batu,” Elem. Sch., vol. 8, no. 2, pp. 295–302, 2021.

[16] M. M. Ika and Y. D. Putranti, “Penerapan Program Penguatan Pendidikan Karakter Berbasis Kelas di Sekolah Dasar Se-Kecamatan Sleman Kabupaten Sleman,” Elem. J. J. Pendidik. Guru Sekol. Dasar, vol. 2, no. 1, pp. 42–52, 2019, doi: 10.47178/elementary.v2i1.613.

[17] D. R. R. Yuliana, S. Hawanti, and O. Wijayanti, “Pelaksanaan Program Penguatan Pendidikan Karakter (PKK) Berbasis Kelas Melalui Manajemen Kelas di Sekolah Dasar,” J. Temat., vol. 9, no. 2, pp. 109–114, 2019.

[18] A. S. Salabi, “Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam Dalam Penguatan Pendidikan Karakter,” Halimi J. Educ., vol. 2, no. 1, p. 75, 2021.

[19] Kemdikbud, Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama, 2019.

[20] Suhardi, “Analisis Penerapan Pendidikan Agama Islam Dalam Demensi Profil Pancasila,” Journey-Liaison Acad. Soc., vol. 1, no. 1, pp. 468–476, 2022.

[21] S. Mulyani, I. K. Nurmeta, and L. H. Maula, “Analisis Implementasi Profil Pelajar Pancasila di Sekolah Dasar,” J. Educ. FKIP UNMA, vol. 9, no. 4, pp. 1638–1645, 2023, doi: 10.31949/educatio.v9i4.5515.

[22] G. Santoso, A. Damayanti, M. Murod, and S. Imawati, “Implementasi Kurikulum Merdeka Melalui Literasi Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila,” J. Pendidikan Transformatif (Jupetra), vol. 2, no. 1, pp. 84–90, 2024.

[23] D. N. Putri and D. A. Romadlon, “Application of Talaqqi Method in Learning Tahfidz Al-Qur’an

, J. Educ. Islam., vol. 3, no. 2, pp. 112–120, 2022, doi: 10.12345/jei.v3i2.5678.

[24] R. H. Saputra, “Penanganan Perilaku Menyimpang di Sekolah Dasar melalui Penguatan Pendidikan Karakter,” J. Pendidik. Dasar, vol. 5, no. 1, pp. 55–63, 2021, doi: 10.31234/jpd.v5i1.2345.

[25] N. A. Rahman, “Budaya 5S (Senyum, Salam, Sapa, Sopan, Santun) sebagai Upaya Penguatan Karakter Siswa,” J. Manaj. Pendidik., vol. 4, no. 2, pp. 101–110, 2020, doi: 10.21831/jmp.v4i2.3456.

[26] F. H. Nugroho, “Implementasi Nilai-Nilai Agama dalam Pendidikan Karakter Siswa Sekolah Dasar,” J. Ilm. Pendidik., vol. 6, no. 1, pp. 75–82, 2022, doi: 10.33369/jip.v6i1.6789.

[27] L. Wulandari, “Peran Sholat Berjamaah dalam Penguatan Karakter Religius Siswa,” J. Edukasi Islam, vol. 3, no. 3, pp. 45–53, 2021, doi: 10.45678/jei.v3i3.9876.

[28] A. R. Firmansyah, “Evaluasi Pembelajaran untuk Penguatan Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar,” J. Pendidik. Dasar, vol. 7, no. 2, pp. 120–130, 2023, doi: 10.78901/jpd.v7i2.1122.

Published

2025-09-08

How to Cite

Nazilah, N., & AMRULLAH, M. . (2025). Strengthening Students’ Religious Character in Muhammadiyah Elementary Classroom: Peningkatan Karakter Keagamaan Siswa di Kelas Sekolah Dasar Muhammadiyah. Indonesian Journal of Education Methods Development, 20(4), 10.21070/ijemd.v20i4.950. https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i4.950

Issue

Section

Elementary Education Method

Categories