Self-Efficacy and Independent Learning in Students’ Learning Motivation
Efikasi Diri dan Pembelajaran Mandiri dalam Motivasi Belajar Siswa
DOI:
https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i4.935Keywords:
Self-Efficacy, Independent Learning, Motivation, Boarding School, Secondary EducationAbstract
General background: Motivation is a crucial factor in students’ academic success, especially in the context of boarding schools where learning environments shape character and discipline. Specific background: However, many students still struggle with low motivation due to limited self-efficacy and inadequate independent learning skills, which hinder optimal academic achievement. Knowledge gap: While previous studies have examined self-efficacy or independent learning separately, few have analyzed their combined role in shaping students’ motivation at the junior secondary boarding school level. Aims: This study investigates how self-efficacy and independent learning contribute to students’ learning motivation at SMP Muhammadiyah 5 Tulangan. Results: Using a saturated sample of 75 students across grades 7 to 9 and analyzing data with multiple linear regression, the findings show that self-efficacy and independent learning significantly predict learning motivation (F=56.838; p<0.001), explaining 62.1% (R²=0.612) of its variance. Novelty: The study demonstrates that the synergy of self-efficacy and independent learning provides stronger explanatory power for student motivation compared to analyzing them in isolation. Implications: Strengthening these two factors may offer educators practical strategies to foster motivation and academic engagement in Islamic boarding school settings.
Highlights:
-
Self-efficacy and independent learning jointly shape students’ learning motivation.
-
The model explains 62.1% of motivation variance among boarding school students.
-
Offers insights for strategies to strengthen motivation in Islamic education contexts.
Keywords: Self-Efficacy, Independent Learning, Motivation, Boarding School, Secondary Education
Pendahuluan
Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam perkembangan individu yang berfunsi sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan yang dapat diperoleh dari Lembaga formal maupun nonformal guna menghasilkan individu yang berkualitas [1]. Boarding School atau sekolah berasrama adalah salah satu jenis sekolah formal di Indonesia yang menyediakan fasilitas penginapan bagi siswanya, dimana penginapan tersebut terletak berdekatan dengan sekolah [2]. Program boarding school merupakan salah satu cara efektif untuk membantu siswa membentuk karakter yang positif, seperti kemampuan mengelola waktu, kepercayaan diri, kemandirian dan kemampuan beradaptasi dengan berbagai kondisi. Namun masih ditemukan banyak diantara siswa yang belum mampu memanfaatkan program boarding school sebagai pendorong motivasi untuk belajar dengan baik.
Beberapa penelitian terkait motivasi belajar pada siswa antara lain yaitu, penelitian Dedi, dkk (2020) mengatakan bahwa 7,6% siswa di MAN Insan Cendekia Sambas memiliki motivasi belajar yang rendah [3]. Sedangkan dari penelitian Poetri, dkk mengatakan bahwa sebanyak 47,5% siswa di SMP Cimahi memiliki motivasi belajar yang rendah [4]. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hasanah, dkk (2015) bahwa di sekolah Madrasah Aliyah Al-Ihsan juga mendapatkan hasil bahwa baik siswa laki-laki atau perempuan mengalami penurunan motivasi belajar [5].
Motivasi belajar yang kurang pada siswa dapat menghambat tercapainya suatu tujuan yang diinginkan. Hal ini dapat dibuktikan dari data penelitian oleh Widya dan Muwakhidah (2021) bahwa 214 siswa mengalami penurunan motivasi belajar akibat efikasi diri yang rendah [6]. Alderfer mengartikan motivasi belajar adalah sebuah kecenderungan seseorang dalam melakukan aktivitas belajar dengan dorongan atau hasrat untuk mencapai hasil belajar yang baik [7]. Motivasi belajar adalah faktor penting yang mendorong siswa untuk belajar dengan giat dan meraih prestasi yang tinggi. Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan lebih termotivasi untuk mencapai tujuan akademik mereka dan memiliki semangat yang tinggi dalam menghadapi tantangan belajar. Adapun dampak dari menurunnya motivasi belajar berdasarkan teori kebutuhan berprestasi menurut McClelland yaitu, kurangnya pencapaian, rendahnya ambisi, kurangnya orientasi pada tugas, kurangnya tanggung jawab, dan rendahnya ketekunan pada siswa [8].
Menurut Sardiman, siswa yang memiliki tingkat motivasi belajar yang tinggi ditandai oleh beberapa ciri, yaitu: 1) ketekunan dalam menghadapi tugas dan proses belajar, 2) ketahanan dalam menghadapi kesulitan, 3) menunjukkan ketertarikan yang tinggi terhadap proses belajar, dan 4) memiliki kemandirian dalam belajar [9]. Motivasi belajar siswa terlihat pada sikapnya saat proses pembelajaran yang mencakup konsentrasi, keaktifan, minat belajar, focus pada pembelajaran. Siswa yang bermotivasi tinggi menunjukkan minat dan konsentrasi yang tinggi dalam pembelajaran tanpa merasa bosan dan putus asa atas tugas-tugas yang diberikan. Di sisi lain, siswa dengan motivasi belajar rendah akan menunjukkan keengganan, mudah bosan, dan cenderung menghindari kegiatan belajar. Motivasi ini berperan dalam meningkatkan kecepatan anak didik dalam menyelesaikan tugas dan juga mempercepat pemahaman mereka terhadap materi pelajaran [10]. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian dari Tanti bahwa variabel motivasi belajar memberikan kontribusi sebesar 13% dalam meningkatkan prestasi belajar ilmu pengetahuan sosial [11]. Seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan membayangkan sebuah keberhasilan dimana bayangan ini mampu mendorong seseorang untuk melakukan tugasnya serta memotivasi dirinya untuk meraih tujuan [12].
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Aditya (2022) dengan metode studi literatur diperoleh bahwa faktor internal motivasi belajar siswa adalah efikasi diri, minat dan kecerdasan emosional [13]. Dalam penelitian Hamidah, dkk (2021) adanya penurunan motivasi belajar pada siswa SMA Insan Cendekia dipengaruhi oleh rendahnya kemandirian belajar siswa dikarenakan siswa dituntut untuk belajar secara mandiri saat pembelajaran daring yang biasanya di sekolah mereka diberi dorongan dan perlu diingatkan berulang-ulang untuk belajar oleh gurunya [14].
Dari hasil wawancara survey awal pada tanggal 10 Juli 2023 di SMP Muhammadiyah 5 Tulangan yang dilakukan pada wali kelas dari kelas 7, 8, dan 9 MBS didapatkan bahwa dari ketiga kelas tersebut masih terdapat banyak siswa yang telat masuk pelajaran ketika selesai jam istirahat, siswa kurang focus belajar akibat kelelahan dari aktifitas yang padat di hari sebelumnya, seperti halnya hafal, jam belajar malam hari dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa dikelas. Misalnya rasa kantuk, hal ini yang membuat siswa malas belajar sehingga sulit memahami apa yang disampaikan guru yang sedang mengajar. Tidak sedikit juga siswa yang mencontek ketika ulangan harian. Kurangnya konsentrasi siswa mengakibatkan siswa jarang berpartisipasi dalam diskusi kelas, tuntutan belajar yang lebih sehingga membuat siswa mengantuk saat jam pelajaran di pagi hari. Siswa juga menunjukkan minat yang kurang terhadap mata pelajaran yang menyebabkan mereka kurang aktif dalam kegiatan belajar. Hal ini dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah adanya motivasi belajar yang rendah pada siswa, dimana mereka memunculkan ciri-ciri motivasi belajar yang rendah seperti menunjukkan keengganan, mudah bosan, dan cenderung menghindari kegiatan belajar.
Menurut Pintrich, dkk dalam alat ukur MLSQ terdapat aspek-aspek motivasi belajar, yaitu: 1. Orientasi tujuan intrinsic yaitu pandangan siswa terhadap alasan atau motivasi mereka dalam mengerjakan tugas, termasuk tujuan belajar dan pandangan bahwa tugas tersebut menantang serta memicu rasa ingin tahu. 2. Motivasi tujuan ekstrinsik , pandangan siswa tentang partisipasi mereka dalam tugas untuk mendapatkan nilai, peringkat, dan hadiah. 3. Nilai tugas, yaitu evaluasi siswa terhadap seberapa menarik dan bermanfaatnya sebuah tugas. 4. Keyakinan pengendalian belajar, yaitu keyakinan siswa bahwa usaha yang mereka lakukan saat belajar menghasilkan hasil yang baik. 5. Efikasi diri, yaitu keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menguasai pengetahuan. 6. Kecemasan tes, yaitu ketidaknyamanan yang muncul saat siswa mengerjakan tugas atau penilaian [4].
Salah satu aspek dari motivasi belajar menurut Pintrich adalah efikasi diri, yang artinya efikasi diri merupakan keyakinan seseorang pada dirinya sendiri mengenai kemampuannya untuk menguasai pengetahuan [4]. Bandura menyatakan bahwa efikasi diri merujuk pada keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengendalikan tindakan mereka sendiri dan kejadian di sekitarnya dengan aspek-aspek efikasi diri meliputi tingkat kesulitan tugas (level), kekuatan keyakinan (strength), dan generalitas (generality) [15]. Mayers mengungkapkan bahwa orang dengan efikasi diri tinggi mempunyai sikap gigih dalam menghadapi suatu hal dan tidak merasa cemas atau tertekan [16]. Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Lestyanto yang menyatakan bahwa efikasi diri dan motivasi belajar memiliki hubungan yang signifikan [17]. Dalam penelitian lain oleh Prihatin, dkk dengan tujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa Universitas X Yogyakarta. Hasilnya terdapat hubungan positif yang signifikan antara efikasi diri dengan motivasi berprestasi dengan nilai signifikansi sebesar 0.000 < 0.01, dengan korelasi sebesar 0.682 [18]. Menurut Santrock, efikasi diri merupakan keyakinan bahwa “Aku bisa”, dimana pernyataan ini menekankan pada keyakinan untuk menguasai pada situasi yang dihadapi yang artinya siswa yang memiliki efikasi diri tinggi lebih mampu menyelesaikan tugas yang menantang [19].
Selain itu kemandirian belajar juga merupakan salah satu faktor dari motivasi belajar seseorang yang dikaitkan dengan Self-Determination Theory (SDT) yang dikembangkan oleh Edward Deci dan Richard Ryan, dimana teori tersebut menekankan pentingnya tiga kebutuhan psikologis dasar untuk mendukung motivasi intrinsik dan kesejahteraan: otonomi (kemandirian), kompetensi, dan keterkaitan (hubungan)[20]. Menurut Song and Hill aspek-aspek yang mempengaruhi kemandirian belajar yaitu personal attribute, processes, learning context[21]. Maka dari itu siswa boarding schooldiharapkan memiliki kemandirian yang memadai. Mandiri disebut juga berdiri diatas kaki sendiri tanpa bergantung pada orang lain dan mampu bertangjawab atas tindakannya sendiri. Sumarno berpendapat pada penelitiannya bahwa kemandirian membuat siswa cenderung lebih mampu mengatur waktu dan mengatus strategi belajarnya, serta mengevaluasi dan mengarahkan ataupun mengontrol pikiran dan tindakannya secara mandiri [22]. Kemandirian menurut Therington dalam Spencer yaitu suatu tindakan atau perilaku yang mencerminkan adanya inisiatif dari diri dan melakukan sesuatu untuk memecahkan sebuah masalah tanpa bantuan ataupun dorongan orang lain [23]. Kemandirian yang baik akan berdampak positif pada prestasi akademik dan motivasi belajar siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian dari Amalia, dkk dengan hasil variabel kemandirian belajar dan motivasi belajar memiliki hunbungan yang positif sebesar 0.635 dan signifikan dengan nilai sig <0.05 [24]. Dalam penelitian yang dilakukan Fauziah, dkk di SMPN 6 Garut juga ditemukan bahwa kemandirian belajar dan motivasi belajar memiliki hubungan positif dan signifikan [25].
Berdasarkan fenomena diatas diketahui bahwa terdapat hubungan antara (X1) efikasi diri dengan variabel (Y) motivasi belajar dan variablel (X2) kemandirian belajar dengan variabel (Y) motivasi belajar. meskipun hubungan antara efikasi diri dengan motivasi belajar serta antara kemandirian belajar dengan motivasi belajar telah banyak diteliti secara terpisah, namun belum ditemukan pada penelitian terdahulu terkait bagaimana efikasi diri dan kemandirian belajar secara bersama-sama mempengaruhi motivasi belajar terutama dikalangan siswa SMP. Sehingga, penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan dalam literatur dan memberikan wawasan yang lebih mengenai faktor yang mempengaruhi motivasi belajar.
Maka dari itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh efikasi diri dan kemandirian belajar dengan motivasi belajar pada siswa boarding school di SMP Muhammadiyah 5 Tulangan. Adapun penelitian terkait mengenai motivasi belajar pada siswa SMP yang boarding schoolmasih menjadi kajian yang kurang banyak dibahas lebih lanjut sehingga hal tersebut bisa menjadi nilai kebaruan dalam dunia akademik. Hipotesis penelitian ini adalah terdapat pengaruh antara efikasi diri dan kemandirian belajar terhadap motivasi belajar pada siswa boarding schooldi SMP Muhammadiyah 5 Tulangan.
Metode
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan tujuan untuk mencari tahu bagaimana hubungan antara satu variabel dependen dan dua variabel independent. Yaitu efikasi diri (X1) dan kemandirian (X2) sebagai variabel bebas,sedangkan motivasi belajar (Y) sebagai variabel terikat. Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 5 Tulangan. Teknik pengambilan sampel menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel, sehingga penelitian ini menggunakan sampel dari seluruh kelas boarding school dari kelas 7,8 dan 9 yang keseluruhan siswa berjumlah 75 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala psikologi yang disusun berdasarkan skala likert. Skala likert adalah skala pengukuran memiliki empat atau lebih butir-butir pertanyaan yang dikombinasikan sehingga membentuk sebuah skor atau nilai yang mempersentasikan sifat individu [26]. Adapun skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala efikasi diri, skala kemandirian dan skala motvasi belajar.
Untuk skala variabel efikasi diri diadaptasi dari Constantia (2019) yang disusun dari skala modifikasi GSE (General Self Efficacy) dan teori Bandura dengan jumlah item 25 butir dan nilai reliabilitas 0.733. Aspek-aspek dalam skala ini adalah Level, Generality, dan Strenght [16]. Untuk skala kemandirian belajar diadaptasi dari Famela (2019) dari penelitian yang dijelaskan dan dikembangkan Song & Hill (2007) dengan 22 item yang mengukur personal attribute, processes, learning context., dengan nilai reliabilitas 0.734. [21]. Untuk skala variabel motivasi belajar adaptasi dari Suryani (2024) yang disusun berdasarkan alat ukur MLSQ (Motivated Learning Strategies Questionnaire) yang memiliki 6 aspek yaitu orientasi tujuan intrinsic, motivasi tujuan ekstrinsik, nilai tugas, keyakinan mengendalikan belajar, efikasi diri dan kecemasan tes dengan jumlah item 19 butir dan nilai reliabilitas 0,725 [27]. Untuk memperoleh hasil analisis, uji regresi berganda pada program JASP digunakan untuk menganalisis data yang sudah terkumpul.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil
Sebelum menguj i hipotesis , penting untuk memastikan bahwa semua asumsi yang diperlukan telah terpenuhi . Uji asumsi membantu untuk memastikan model statistik yang akan digunakan sesuai dengan data. Jika asumsi dasar tidak terpenuhi maka hasil hipotesis mungkin tidak akurat . Yang pertama adalah uji normalitas , tujuannya untuk memeriksa apakah data telah terdistribusi normal atau tidak .
Figure 1. Uji Normalitas
Bedasarkan hasil uji asumsi normalitas dengan model diagram residual pada gambar di atas, juga ditemukan data penelitian terdistribusi normal karena diagram membentuk kurva lonceng yang simetris. Maka dapat disimpulkan bahwa asumsi normalitas terpenuhi. Setelah itu dilakukan uji linearitas dengan tujuan untuk memastikan bahwa hubungan antara variabel independent dan dependen adalah linear.
Figure 2. Uji linearitas Motivasi Belajar vs. Efikasi Diri
Figure 3. Uji Linearitas Motivasi Belajar vs. Kemandirian Belajar
Selanjutnya, hasil uji linearitas menggunakan metode grafik menunjukkan adanya hubungan linear antara variabel independen efikasi diri dan kemandirian belajar dengan variabel dependen motivasi belajar. Hal ini ditunjukkan oleh garis linear yang terbentuk dan condong ke atas, serta titik-titik scatter plot yang tersebar di sekitar garis tersebut. Setelah itu dilakukan uji multikolienaritas yang bertujuan untuk mengevaluasi apakah ada korelasi yang tinggi antara variabel independent dan dependen.
Coefficients | ||||||||
Collinearity Statistics | ||||||||
Model | Unstandardized | Standard Error | Standardized | t | p | Tolerance | VIF | |
M₀ | (Intercept) | 45.760 | 0.744 | 61.530 | < .001 | |||
M₁ | (Intercept) | 7.027 | 3.719 | 1.889 | 0.063 | |||
Efikasi Diri | 0.259 | 0.077 | 0.316 | 3.346 | 0.001 | 0.602 | 1.662 | |
Kemandirian Belajar | 0.420 | 0.073 | 0.543 | 5.742 | < .001 | 0.602 | 1.662 | |
Uji multikolinearitas dilakukan dengan cara melihat nilai tolerance dan VIF. Hasil tabel diatas menunjukkan bahwa variabel independen (X1) efikasi diri memiliki nilai toleransi 0.602 dan VIF 1.662, sedangkan variabel independen (X2) kemandirian belajar juga memiliki nilai toleransi 0.602 dan VIF 1.662. Multikolinieritas dianggap tidak terjadi jika nilai toleransi > 0.100 dan nilai VIF < 10.00. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa antar variabel bebas tidak terjadi multikolienaritas. Setelah dilakukan uji asumsi yang dimana ketiga asumsi tepenuhi maka analisis dapat dilanjutkan menggunakan uji regresi linear berganda yang diolah dengan bantuan JASP dengan hasil sebagai berikut:
Model Summary - Motivasi Belajar | |||||||||
Model | R | R² | Adjusted R² | RMSE | |||||
M₀ | 0.000 | 0.000 | 0.000 | 6.441 | |||||
M₁ | 0.647 | 0.612 | 0.601 | 4.066 |
Berdasarkan hasil dari tabel di atas, kontribusi efikasi diri dan kemandirian belajar terhadap motivasi belajar secara keseluruhan adalah sebesar 61,2% dari sampel penelitian (R²=0.612). Dengan demikian, sebanyak 38,8% variasi dalam motivasi belajar pada sampel penelitian dipengaruhi oleh variabel lain di luar efikasi diri dan kemandirian belajar. Selanjutnya, uji regresi linear berganda berdasarkan ANOVA menunjukkan hasil sebagai berikut:
ANOVA | ||||||
Model | Sum of Squares | df | Mean Square | F | p | |
M₁ | Regression | 1879.347 | 2 | 939.674 | 56.838 | < .001 |
Residual | 1190.333 | 72 | 16.532 | |||
Total | 3069.680 | 74 | ||||
Berdasarkan hasil tabel di atas, nilai F= 56.838 dengan p<0.001. Uji ini terpenuhi jika nilai signifikan <0.05. Karena nilai signifikan dari tabel diatal <0.05 artinya variabel (X) efikasi diri dan kemandirian belajar secara bersama-sama dapat mempengaruhi variabel dependen (Y) motivasi belajar.
Coefficients | ||||||
Model | Unstandardized | Standard Error | Standardized | t | p | |
M₀ | (Intercept) | 45.760 | 0.744 | 61.530 | < .001 | |
M₁ | (Intercept) | 7.027 | 3.719 | 1.889 | 0.063 | |
Efikasi Diri | 0.259 | 0.077 | 0.316 | 3.346 | 0.001 | |
Kemandirian Belajar | 0.420 | 0.073 | 0.543 | 5.742 | < .001 | |
Hasil dari tabel 6 yaitu menjelaskan bahwa variabel (X1) efikasi diri memiliki nilai sig = 0.001dan variabel (X2) memiliki nilai sig <.001. Dimana kedua varibel (X) menunjukkan nilai sig <0.05 maka bisa diartikan bahwa variabel efikasi diri dan kemandirian sama-sama memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda, dapat dilihat adanya kontribusi yang signifikan dari efikasi diri dan kemandirian belajar terhadap motivasi belajar. Nilai F-Statistic sebesar 56.838,p-value < 0.001 menunjukkan bahwa model regresi secara keseluruhan signifikan. Ini berarti efikasi diri dan kemandirian belajar secara bersama-sama memiliki pengaruh pada motivasi belajar siswa. Nilai R²=0.612 mengindikasikan bahwa 61,2% variabilitas dalam motivasi belajar dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen ini, sementara 38,8% sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Pada penelitian ini efikasi diri memiliki nilai t sebesar 3.346 dengan signifikansi sebesar 0.001 (<0.05) yang artinya efikasi diri berpengaruh terhadap motivasi belajar. Variabel kemandirian belajar menunjukkan nilai t sebesar 5.742 dengan signifikansi sebesar <.001 (<0.05) yang artinya kemandirian belajar juga memiliki pengaruh terhadap motifasi belajar pada siswa. Berdasarkan temuan ini, dapat disimpulkan bahwa hipotesis penelitian, yaitu bahwa efikasi diri dan kemandirian belajar berperan terhadap motivasi belajar, terbukti benar sehingga hipotesis tersebut dapat diterima.
Hasil penelitian ini juga memiliki kesamaan pada penelitian terdahulu dengan topik yang sesuai. Penelitian oleh Evan dan Kusnarto (2021) mengatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan terhadap efikasi diri dan motivasi belajar dengan nilai signifikansi <0.05 yang artinya semakin tinggi tingat efikasi diri siswa maka semakin tinggi juga tingkat motivasi belajar siswa saat menghadapi ulangan [28]. Penelitian lain dari Mita Afriani (2022) juga mengatakan bahwa variabel efikasi diri memiliki kontribusi atau pengaruh terhadap motivasi belajar sebesar 62,2% yang dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan antara efikasi dengan motivasi belajar dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain [29]. Hal ini sejalan dengan teori Bandura yang menyatakan bahwa efikasi diri yaitu keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk mengorganisasi dan melaksanakan tindakan guna mencapai hasil tertentu sangat mempengaruhi bagaimana mereka merasa, berpikir, memotivasi diri, dan bertindak, dengan efikasi diri yang tinggi cenderung menghasilkan upaya lebih besar, ketekunan, dan ketahanan dalam menghadapi tantangan [30].
Siswa dengan efikasi diri yang tinggi cenderung merasa lebih mampu menghadapi tantangan akademik, yang pada gilirannya meningkatkan motivasi mereka untuk belajar. Hasil ini menegaskan pentingnya peran efikasi diri dalam proses belajar mengajar dan menunjukan bahwa upaya untuk meningkatkan efikasi diri siswa dapat berkontribusi positif terhadap motivasi belajar mereka. Hal ini sejalan denga teori efikasi diri (Self-efficacy Theory)yang juga dikenal sebagai teori kognitif sosial, yang megacu pada keyakinan sesorang bahwa dia merasa mampu melaksanakan tugas dan tantangan [31]. Menurut Bandura dalam M. Nur Ghufron, efikasi diri mempengaruhi aspek kognitif yang berkaitan dengan motivasi seseoran, dimana ketika sesorang memiliki nilai efikasi diri yang tinggi maka nilai motivasi belajarnya juga tinggi dikarenakan kedua aspek ini saling berkaitan [32]. Efikasi diri yang tinggi membuat seseorang berpikir positif, berusaha maksimal, dan tidak bergantung pada orang lain. Sebaliknya, individu yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung cepat menyerah dan merasa kurang percaya diri, yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri mereka secara keseluruhan [33].
Dalam penelitian ini dihasilkan bahwa kemandirian belajar juga mempengaruhi motivasi belajar dengan nilai siginifikansi >0.05. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi. Nurhayati mengungkapkan bahwa siswa yang dalam belajarnya bersikap terampil tanpa bergantung pada orang lain dan berinisiatif sendiri tanpa menunggu dorongan orang lain dapat dimaknai sebagi proses belajar mandiri [25]. Hal yang sama dikemukakan oleh Nursaptini bahwa individu yang mandiri adalah individu yang dapat berdiri sendiri, menyelesaikan masalah yang dihadapinya, mengambil keputusan sendiri, serta memiliki inisiatif dan kreatifitas, tanpamengabaikan lingkungan sekitar [34].
Kemandirian belajar ini berkaitan erat dengan motivasi belajar, karena individu yang mandiri cenderung memiliki motivasi lebih tinggi untuk mencapai tujuan akademik. Hal ini diperkuat dengan temuan dari penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa diperoleh hubungan positif yang signifikan dengan nilai r=0,770 (p<0.01) yang artinya terdapat hubungan antara motivasi belajar dan kemandirian belajar mahasiswa [35]. Hal serupa juga ditemukan dalam penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara variabel motivasi belajar dengan kemandirian belajar dengan nilai r=0,659 (p=0.000) [36].
Dalam Self Detremination Theory yang dikembangkan oleh Deci & Ryan menyatakan bahwa kemandirian belajar meningkatkan motivasi intrinsic siswa karena memberikan mereka rasa otonom dan kontrol terhadap proses belajar mereka [20]. Kemandirian belajar pada dasarnya melibatkan perubahan dalam cara sesorang menghadapi dan menyelesaikan masalah secara mandiri tanpa bergantung pada orang lain serta mencakup keinginan untuk berkembang demi kebaikan pribadi, kemampuan untuk membuat keputusan dan mengambil inisisatif dalam mengatasi masalah dan memiliki rasa percaya dalam menyelesaikan tugas sehingga mampu bertanggung jawab atas tindakannya [37]. Artinya bahwa sesorang yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi maka mereka merasamempunyai tanggung jawab untuk memahami bagaimana cara yang efektif untuk meningkatkan keterampilan belajar mereka sehingga dorongan untuk mecapai prestasi belajar yang tinggi lebih kuat.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa efikasi diri dan kemandirian belajar secara bersama-sama berkontribusi signifikan terhadap motivasi belajar. Sumbangan efektif yang diberikan oleh efikasi diri dan kemandirian belajar kepada motivasi belajar sebesar 61.2% dimana sisanya dipengaruhi oleh faktor lain. Hal ini berarti bahwa kedua variabel memiliki efek kumulatif yang memperkuat motivasi belajar siswa. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi dan memiliki kemampuan untuk belajar secara mandiri cenderung lebih termotivasi karena mereka memiliki keyakinan akan kemapuan mereka sekaligus memiliki kemampuan untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri. Temuan ini memberikan dukungan empiris terhadap pentingnya mengembangkan kedua aspek tersebut secara bersama dalam rangka meningkatkakn motivasi belajar siswa.
Dwiky Nauri (2019) dalam penelitiannya menemukan beberapa faktor dari motivasi belajar yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal berupa kondisi fisik dan psikis, minat yang dipelajari, dan strategi belajar sedangkan faktor eksternal berupa kondisi lingkungan sekolah, teman sebaya, cara guru mengajar dan dukungan dari keluarga [7]. Hal serupa ditemukan dalam penelitian Putri Aulia (2020) yang mengatakan bahwa faktor dari motivasi belajar adalah lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, tujuan dan minat belajar, dan cara guru mengajar [38].
Berdasarkan pembahasan diatas membuktikan bahwa efikasi diri dan kemandirian belajar berkontribusi dalam timbulnya motivasi belajar bagi siswa dan siswa. Meskipun motivasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh efikasi diri dan kemandirian belajar. Hal ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, pihak sekolah bisa membantu sebagai pemberi fasilitas khususnya guru agar memberikan metode belajar yang menyenangkan dan disenangi siswa, sehingga siswa dapat meningkatkan motivasi belajarnya.
Simpulan
Hasil analisis regresi berganda mendukung hipotesis bahwa efikasi diri dan kemandirian belajar memiliki pengaruh signifikan terhadap motivasi belajar siswa. Variabel efikasi diri dan kemandirian belajar secara bersama-sama menjelaskan sebagian besar variasi dalam motivasi belajar, dengan R-Squared sebesar 0.612 mengindikasikan bahwa 61,2% variabilitas dalam motivasi belajar dapat dijelaskan oleh kedua variabel independen ini, sementara 38,8% sisanya dijelaskan oleh faktor lain. Secara individu, efikasi diri dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Begitupun kemandirian belajar juga mempengaruhi motivasi belajar siswa.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan efikasi diri dan kemandirian belajar akan meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini penting bagi pendidik dan praktisi pendidikan untuk memperhatikan faktor-faktor ini dalam upaya meningkatkan motivasi belajar siswa, terutama di lingkungan sekolah berasrama seperti SMP Muhammadiyah. Penerapan strategi yang memperkuat efikasi diri dan kemandirian belajar dapat diintegrasikan dalam program pembelajaran untuk mendukung motivasi belajar yang lebih tinggi.
Adanya keterbatasan dalam proses penelitian ini memungkinkan dapat mempengaruhi hasil penelitian, yaitu ukuran sampel yang digunakan dalam penelitian ini terbatas, sehingga tidak sepenuhnya dapat digeneralisasikan ke populasi siswa lain. Kemampuan beberapa responden yang kurang dalam memahami pernyataan pada kuisioner serta kejujuran dalam mengisinya juga dapat menyebabkan hasil yang kurang akurat.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terimakasih sebesar-besarnya ditujukan kepada pihak-pihak yang sudah membantu dalam proses pengerjaan penelitian ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Terimakasih untuk dosen pembimbing atas bimbingan dan dukungannya selama proses pengerjaan penelitian ini. Terimakasih juga ditujukan untuk pihak SMP Muhammadiyah 5 Tulangan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan untuk para siswa-siswi boarding school SMP Muhammadiyah 5 Tulangan atas kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini.
References
[1] B. Y. A. Aziizu, “Tujuan Besar Pendidikan Adalah Tindakan,” Prosiding Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, vol. 2, no. 2, pp. 295–300, 2015, doi: 10.24198/jppm.v2i2.13540.
[2] M. Rasyid, “Hubungan Antara Peer Attachment dengan Regulasi Emosi Remaja yang Menjadi Siswa di Boarding School SMA Negeri 10 Samarinda,” Jurnal Informasi, vol. 2, no. 30, pp. 1–17, 2013.
[3] Dedi and M. Y. Habibie, “Pengaruh Kehidupan Sekolah Boarding School Terhadap Motivasi Belajar Siswa MAN Insan Cendekia Sambas Kelas X Tahun Pelajaran 2017/2018,” Cendikia Sambas, vol. 1, no. 1, pp. 15–29, 2020.
[4] N. A. Poetri and Y. Aslamawati, “Studi Deskriptif Mengenai Motivasi Belajar pada Siswa SMPN 3 Cimahi,” Prosiding Psikologi, vol. 6, no. 2, pp. 113–118, 2020.
[5] N. Hasanah, Zulhelmi, and Azizahwati, “Perbedaan Motivasi Belajar Siswa Berdasarkan Gender dalam Pembelajaran Fisika dengan Model Collaborative Learning di Kelas X Madrasah Aliyah Al-Ihsan Boarding School Kampar,” Jurnal Pendidikan Fisika, vol. 2, no. 2, pp. 1–15, 2015.
[6] K. S. Widya and Muwakhidah, “Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Motivasi Belajar pada Siswa SMP Negeri 1 Waru di Masa Pandemi Covid-19,” Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Bimbingan dan Konseling, vol. 2, no. 2, pp. 68–76, 2021.
[7] D. Nuari, “Motivasi Belajar Siswa yang Tinggal di Boarding School SMP IT Bina Amal Semarang 2019 (Studi Kasus pada Sepuluh Siswa),” 2020.
[8] W. Prihartanta, “Teori-Teori Motivasi Prestasi,” Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, vol. 1, no. 83, pp. 1–11, 2015.
[9] N. Jannah, M. Mudjiran, and H. Nirwana, “Hubungan Kecanduan Game dengan Motivasi Belajar Siswa dan Implikasinya terhadap Bimbingan dan Konseling,” Konselor, vol. 4, no. 4, p. 200, 2015, doi: 10.24036/02015446473-0-00.
[10] Yuliana and F. Ummya, “Penerapan Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas VIII E SMP Islam Integral Luqman Al-Hakim Batam,” Jurnal AS-SAID, vol. 3, no. 1, pp. 62–70, 2023.
[11] T. Ardianti, “Pengaruh Konsep Diri dan Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa SMP Negeri di Kabupaten Serang,” Jurnal Selaras Kajian Bimbingan dan Konseling serta Psikologi Pendidikan, vol. 2, no. 1, pp. 11–22, 2019, doi: 10.33541/sel.v2i1.1001.
[12] A. Quraisy and A. Agus, “Hubungan Efikasi Diri dan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Muhammadiyah Kota Makassar,” Sigma Jurnal Pendidikan Matematika, vol. 13, no. 2, pp. 85–91, 2021, doi: 10.26618/sigma.v13i2.5325.
[13] I. Perdana and T. D. Valentina, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa Sekolah Dasar,” Jurnal Ilmiah Indonesia, vol. 7, no. 12, pp. 1–23, 2022.
[14] H. R. Awanda, A. A. H. Abdat, and L. Ruhaena, “Bagaimana Motivasi Belajar Siswa Kelas 11 dan 12 SMA Insan Cendekia Boarding School Sukoharjo di Masa Pandemi,” Abdi Psikonomi, vol. 2, no. 3, pp. 136–142, 2021.
[15] S. Maimunah, “Pengaruh Dukungan Sosial dan Efikasi Diri terhadap Penyesuaian Diri,” Psikoborneo Jurnal Ilmiah Psikologi, vol. 8, no. 2, pp. 275–282, 2020, doi: 10.30872/psikoborneo.v8i2.4911.
[16] N. Constantia, “Hubungan Antara Efikasi Diri dan Motivasi Belajar dengan Kemandirian Belajar Siswa SMK Taruna Satria Pekanbaru,” Jurnal Pendidikan, vol. 561, no. 3, pp. S2–S3, 2019.
[17] T. Lestyanto, “Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Motivasi Belajar pada Siswa RSBI Kelas VIII SMP Negeri 3 Pati,” 2013.
[18] A. Prihatini, M. Z. Romas, and F. W. Widiantoro, “Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa Universitas X Yogyakarta,” Jurnal Psikologi, vol. 14, no. 1, pp. 7–11, 2018.
[19] J. N. Sinulingga, “Kepribadian dan Efikasi Diri dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 7, no. 1, p. 48, 2016, doi: 10.21009/jpd.071.05.
[20] H. C. Mamahit and D. D. B. Situmorang, “Hubungan Self-Determination dan Motivasi Berprestasi dengan Kemampuan Pengambilan Keputusan Siswa SMA,” Jurnal Psikologi Psibernetika, vol. 9, no. 2, 2016, doi: 10.30813/psibernetika.v9i2.459.
[21] M. Famela, “Pengaruh Regulasi Diri, Iklim Sekolah, dan Dukungan Sosial terhadap Kemandirian Belajar Siswa SMP YPUI Jakarta Selatan,” Repository UIN Jakarta, 2019.
[22] A. Saprizal, H. Nindiasari, and S. Syamsuri, “Analisis Kemandirian Belajar Matematika pada Siswa Kelas IX SMPN 7 Kota Serang Ditinjau Berdasarkan Gender,” TIRTAMATH Jurnal Penelitian dan Pengajaran Matematika, vol. 3, no. 1, p. 15, 2021, doi: 10.48181/tirtamath.v3i1.8954.
[23] M. Rantina, “Melalui Kegiatan Pembelajaran Practical Life (Penelitian Tindakan di TK B Negeri Pembina Kabupaten Lima Puluh Kota, Tahun 2015),” Jurnal Pendidikan Usia Dini, vol. 9, no. 2, pp. 181–200, 2015.
[24] N. K. Eliza Rahmah Prahestiwi and A. Saepudin, “Jurnal Pendidikan dan Konseling,” Jurnal Pendidikan dan Konseling, vol. 4, no. 4, pp. 1349–1358, 2022.
[25] N. Fauziah, T. Sobari, and E. Supriatna, “Hubungan Motivasi Belajar dengan Kemandirian Belajar Siswa SMPN 6 Garut,” FOKUS: Kajian Bimbingan Konseling dalam Pendidikan, vol. 4, no. 1, p. 49, 2021, doi: 10.22460/fokus.v4i1.5951.
[26] R. A. Setyawan and W. F. Atapukan, “Pengukuran Usability Website E-Commerce Sambal Nyoss Menggunakan Metode Skala Likert,” Compiler, vol. 7, no. 1, pp. 54–61, 2018, doi: 10.28989/compiler.v7i1.254.
[27] D. Suryani, "Hubungan Antara Minat Belajar Dan Dukungan Keluarga Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa Boarding School," 2024.
[28] E. D. Rindu and K. Kurniawan, "Hubungan Antara Self-Efficacy Dengan Motivasi Belajar Menghadapi Ulangan Pada Siswa," Indones. J. Guid. Couns. Theory Appl., vol. 10, no. 1, pp. 42–54, 2021.
[29] M. Afriani, Suhendri, and Venty, "Hubungan Efikasi Diri Dengan Motivasi Belajar Siswa SMP Negeri 2 Kalimanah," J. Pendidik. Dan Konseling, vol. 4, no. 6, pp. 681–690, 2022
[30] S. F. L. Zagoto, "Efikasi Diri Dalam Proses Pembelajaran," J. Rev. Pendidik. Dan Pengajaran, vol. 2, no. 2, pp. 386–391, 2019, doi: 10.31004/jrpp.v2i2.667
[31] L. Suryani, S. B. Seto, and M. G. D. Bantas, "Hubungan Efikasi Diri dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar Berbasis E-Learning Pada Mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Flores," J. Kependidikan J. Has. Penelit. Dan Kaji. Kepustakaan Di Bid. Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, vol. 6, no. 2, p. 275, 2020, doi: 10.33394/jk.v6i2.2609
[32] Mardiana, F. Oviyanti, and B. Anggara, "Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Motivasi Belajar Siswa Di SMA Persatuan Pedamaran," J. PAI Raden Fatah, vol. 3, no. 3, pp. 275–287, 2021
[33] I. Ismail, "Peran Self-Efficacy Dalam Meningkatkan Kinerja Koperasi Indonesia," J. Manaj. Bisnis Indones., vol. 4, no. 1, pp. 35–50, 2016
[34] N. Nursaptini, M. Syazali, M. Sobri, D. Sutisna, and A. Widodo, "Profil Kemandirian Belajar Mahasiswa dan Analisis Faktor yang Mempengaruhinya: Komunikasi Orang Tua dan Kepercayaan Diri," J. Pendidik. Edutama, vol. 7, no. 1, p. 85, 2020, doi: 10.30734/jpe.v7i1.711
[35] N. Daulay, "Motivasi dan Kemandirian Belajar Pada Mahasiswa Baru," Al-Hikmah J. Agama Dan Ilmu Pengetah., vol. 18, no. 1, pp. 21–35, 2021, doi: 10.25299/al-hikmah:jaip.2021.vol18(1).5011
[36] S. Batubara and R. R. Nugroho, "Hubungan Motivasi Belajar Dengan Kemandirian Belajar Siswa Kelas IX MTSN 28 Jakarta Pada Masa Pandemi," Guid. J. Bimbing. Dan Konseling, vol. 18, no. 1, pp. 8–16, 2021.
[37] N. Matsani and M. A. Rafsanjani, "Peran Kemandirian Belajar Dalam Memediasi Pengaruh Motivasi Berprestasi Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Selama Pembelajaran Daring," J. Pendidik. Ekon. Undiksha, vol. 13, no. 1, p. 9, 2021, doi: 10.23887/jjpe.v13i1.33910
[38] P. A. E. Dina, "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Negeri Batu," Progr. Stud. Ilmu Pengetah. Sos., Jur. Ilmu Pengetah. Sos., Fak. Ilmu Tarb. Dan Kegur., Univ. Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, p. 16, 2020
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Categories
License
Copyright (c) 2025 Jesia Ramandha, NURFI LAILI

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.