Religious Character Education through Habituation at MTsN 2 Kediri
Pendidikan Karakter Beragama Melalui Pembiasaan di MTsN 2 Kediri
DOI:
https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i3.934Keywords:
Religious Character Education, Habituation, Islamic Values, Secondary Education, Social HarmonyAbstract
General background: Education plays a crucial role in shaping students’ values and behaviors, particularly in fostering religious character as a foundation for moral development. Specific background: At MTsN 2 Kediri City, habituation activities such as congregational Duha prayers, tahsinul Qur’an, and morning greetings are implemented to nurture students’ religiosity. Knowledge gap: While many studies emphasize character education broadly, limited research explores the systematic role of daily Islamic habituation activities in secondary-level madrasah. Aims: This study aims to describe how religious habituation activities contribute to strengthening students’ attitudes and behaviors aligned with Islamic teachings. Results: Using a qualitative case study with observations, interviews, and document review, the findings indicate that students developed habits of punctual congregational prayer, increased solemnity in worship, stronger ukhuwah Islamiyah, regular Qur’an recitation, love and understanding of tajwid, higher faith and piety, and improved social interactions through daily greetings. Novelty: This research highlights the integrated function of school-based habituation as a sustainable model for reinforcing Islamic character. Implications: The study suggests that systematic habituation can serve as a replicable strategy for Islamic schools in promoting lifelong religious values and social harmony.
Highlights:
-
Habituation strengthens students’ worship discipline and religiosity.
-
Daily practices foster social harmony and Islamic brotherhood.
-
Novelty lies in systematic integration of school-based religious activities.
Keywords: Religious Character Education; Habituation; Islamic Values; Secondary Education; Social Harmony
Pendahuluan
Pendidikan mencakup aktivitas yang harmonis Dengan kehidupan sosial seseorang dan berfungsi untuk meneruskan tradisi, kebudayaan, serta lembaga sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dalam bahasa Latin, pendidikan juga diartikan sebagai pengembangan moral dan kesempatan untuk mencapai kesuksesan pribadi.[1] Pendidikan memiliki peran yang krusial dalam membentuk karakter peserta didik, karena proses ini melibatkan pengajaran pengetahuan serta penanaman nilai-nilai pada peserta didik. Melalui proses tersebut, karakter siswa akan berkembang sesuai dengan sifat atau karakter yang diajarkan.[2]
Pendidikan karakter merupakan upaya untuk mempersiapkan peserta didik dalam aspek agama, sosial, dan budaya, yang tercermin dalam tindakan yang baik dalam ucapan, tindakan, pemikiran, sikap, dan karakter.[3] Menurut Lickona, sebagaimana dikutip dalam Chairunnisa, pendidikan karakter melibatkan tiga aspek utama: pengetahuan, perasaan, dan tindakan. Pendidikan karakter mencakup pendidikan nilai, moral, dan karakter yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik dalam membedakan antara baik dan buruk, menjaga kebaikan, serta menerapkan kebaikan dalam kehidupan sehari-hari secara konsisten.[4] Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 20 Tahun 2018, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) adalah inisiatif pendidikan yang berada di bawah tanggung jawab satuan pendidikan untuk memperkuat karakter peserta didik melalui harmonisasi antara olah hati, olah rasa, olah pikir, dan olah raga, dengan melibatkan dan bekerja sama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat sebagai bagian dari Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM).[5]
Nilai religius mencerminkan keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan diterapkan melalui perilaku yang
sesuai dengan ajaran agama serta keyakinan yang dianut. Nilai ini mencakup penghargaan terhadap perbedaan agama, sikap toleransi dalam pelaksanaan ibadah agama dan kepercayaan lain, serta kehidupan yang harmonis dan damai dengan penganut agama lainnya. Nilai religius memiliki tiga dimensi hubungan: hubungan individu dengan Tuhan, hubungan individu dengan sesama manusia, dan hubungan individu dengan alam semesta atau lingkungan.[6]
Pendidikan karakter religius merupakan pendekatan untuk membentuk perilaku anak dan menjadi fondasi dasar dalam menciptakan generasi yang bermoral dan berakhlak mulia. Proses pendidikan ini dimulai di lingkungan keluarga dan sekolah, di mana peran orang tua dan institusi pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter religius anak. Karakter religius juga mencakup kemampuan untuk mendidik diri sendiri, toleransi terhadap praktik keagamaan orang lain, serta hidup harmonis dengan penganut agama lain.[7]
Menurut Darmawan Iskandar, pendidikan karakter dipahami sebagai proses berkelanjutan yang bersifat abadi, bertujuan untuk mencapai penyesuaian yang lebih baik bagi individu yang telah berkembang secara fisik dan mental. Proses ini mencakup kebebasan dan kesadaran kepada Tuhan serta tercermin dalam dimensi intelektual, emosional, dan kemanusiaan.[8] Menurut Berkowitz dan Bier, pendidikan karakter adalah proses pembentukan lingkungan sekolah yang mendukung perkembangan etika dan tanggung jawab siswa melalui penerapan model dan pengajaran karakter yang positif, berdasarkan nilai-nilai universal.[9]
Pendidikan karakter sangat penting untuk mengatasi krisis moral yang sedang terjadi di Indonesia saat ini. Tujuannya adalah agar anak-anak dapat mengambil keputusan yang bijaksana dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memberikan dampak positif bagi masyarakat.[10] Pendidikan karakter memerlukan waktu yang lama dan konsistensi, karena hasilnya tidak dapat terlihat dalam waktu singkat atau hanya melalui satu kegiatan. Sudrajat mengatakan bahwa terdapat empat strategi untuk memaksimalkan pendidikan karakter di lingkungan akademik, yaitu pengajaran, keteladanan, penguatan, dan pembiasaan. Pendidikan atau pengajaran merupakan tahap awal yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan. Selanjutnya, efektivitas pendidikan karakter dapat ditingkatkan melalui keteladanan, penguatan, dan pembiasaan dalam aktivitas sehari- hari.[11]
Menurut Daryanto, membangun budaya sekolah yang kokoh dan positif memerlukan tingkat rasa saling percaya dan rasa memiliki yang tinggi terhadap sekolah, serta perasaan kebersamaan dan intensitas nilai yang dapat memungkinkan terjadinya pengendalian perilaku.[12] Hidayat menyatakan bahwa tanpa adanya budaya sekolah yang baik, pelaksanaan pendidikan karakter akan menghadapi kesulitan. Namun, jika budaya sekolah sudah terbangun dengan baik, setiap individu yang bergabung akan mengikuti tradisi atau kebiasaan yang berlaku. Budaya yang positif dapat diterapkan di sekolah melalui pembiasaan, pengarahan, dan teladan dari guru, yang pada akhirnya akan membentuk karakter peserta didik.[13]
Proses yang efektif dalam membangun budaya sekolah melibatkan partisipasi dari seluruh warga sekolah, termasuk kepala sekolah, guru, karyawan, dan peserta didik, untuk menciptakan komitmen bersama.[14] Fokus utama sekolah harus tertuju pada upaya untuk menyampaikan dan menanamkan keyakinan, nilai, norma, dan kebiasaan yang diharapkan oleh semua pihak terkait. Dengan demikian, setiap individu yang memasuki lingkungan sekolah diharapkan untuk menyesuaikan diri dengan budaya yang berlaku di sekolah tersebut.[15]
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilaksanakan terhadap guru dan peserta didik di MTsN 2 Kota Kediri, ditemukan bahwa pendidikan karakter religius diterapkan melalui kegiatan pembiasaan shalat Dzuhur berjamaah. Sekolah tersebut berhasil membiasakan siswa kelas VII hingga IX, yang berusia antara 12-15 tahun, untuk mengikuti shalat Dzuhur berjamaah yang dilaksanakan setelah jam pelajaran terakhir. Peneliti memfokuskan studi di kelas VIII karena siswa di MTsN 2 Kota Kediri telah menjalani pembiasaan shalat Dzuhur berjamaah sejak mereka duduk di kelas VII, sehingga dampak pendidikan karakter yang dikembangkan melalui kegiatan tersebut sudah tampak pada siswa kelas VIII. Dengan demikian, peneliti tertarik untuk membahas dan mengkaji lebih dalam mengenai implementasi pendidikan karakter religius melalui kegiatan pembiasaan di MTsN 2 Kota Kediri. Untuk rumusan masalah yang akan dibahas pada penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana keberhasilan implemetasi karakter religius yang dilaksanakan di MTsN 2 Kota Kediri?
2. Apa saja pengembangan karakter lain yang dilaksanakan di MTsN 2 Kota Kediri?
3. Apa saja faktor penghambat dalam proses pelaksanaan pendidikan karakter religius di MTsN 2 Kota Kediri?
Metode
Sesuai dengan judulnya, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis studi kasus, dan menghasilkan data deskriptif. Menurut Ahmadi, pendekatan kualitatif memiliki karakteristik yang bersifat alami yang berkembang secara spontan, karena konsep dalam penelitian kualitatif menekankan pada proses pengumpulan data dan lebih mementingkan proses daripada hasil yang diperoleh dari sumber data primer.[16]
Penelitian ini menggunakan metode studi kasus untuk memahami alasan di balik terjadinya suatu kasus dan bagaimana masalah tersebut dapat diatasi, khususnya dalam konteks pendidikan.[17] Studi kasus memungkinkan
peneliti untuk mengidentifikasi keunikan dari kasus yang sedang diteliti.[18] Data deskriptif dalam penelitian ini menggambarkan implementasi pendidikan karakter melalui budaya salaman pagi. Kehadiran peneliti di lapangan sangat krusial untuk mengkaji lebih dalam fokus penelitian. Lokasi penelitian, yaitu MTsN 2 Kota Kediri, dipilih karena madrasah ini dikenal memiliki pendidikan karakter yang kokoh dan baik dalam pelaksanaannya. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan tiga metode: observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data terdiri dari tiga langkah: pertama, reduksi data, yaitu proses pengolahan data sesuai dengan fokus penelitian dengan merangkum dan menyederhanakan data yang relevan;[19] kedua, penyajian data, yaitu menyusun data untuk melihat keterkaitan antar data;[20] dan ketiga, penarikan kesimpulan, yang dilakukan melalui verifikasi sejak awal pengumpulan data untuk mempermudah penarikan kesimpulan akhir.[21] Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono, triangulasi adalah metode penggunaan berbagai sumber dalam mengumpulkan data untuk menganalisis suatu masalah yang saling berkaitan.[22]
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan wawancara, observasi, angket, dan dokumentasi yang telah dikumpulkan, berikut ini adalah paparan mengenai kegiatan pembiasaan, pelaksanaan pendidikan karakter, dan nilai-nilai karakter religius di MTsN 2 Kota Kediri:
1. Pelaksanaan pembiasaan pendidikan karakter religius dalam budaya sekolah di MTsN 2 Kota Kediri.
Berdasarkan data terkait pelaksanaan shalat Dzuhur berjamaah di MTsN 2 Kota Kediri dan hasil wawancara dengan kepala sekolah mengenai nilai-nilai pendidikan karakter dalam budaya sekolah, dapat disimpulkan bahwa MTsN 2 Kota Kediri telah merencanakan pendidikan karakter secara sistematis dan terstruktur. Budaya sekolah yang dikembangkan di MTsN 2 Kota Kediri merupakan sebuah sistem yang sengaja dibentuk oleh pihak sekolah untuk membiasakan para siswa memahami dan menerapkan nilai-nilai karakter. Proses pelaksanaan pendidikan karakter di MTsN 2 Kota Kediri berbasis pada pembiasaan, di mana setiap hari siswa dibiasakan untuk melakukan kegiatan-kegiatan rutin yang telah direncanakan oleh sekolah. Kegiatan-kegiatan rutin ini sudah berjalan di sekolah, sesuai dengan pandangan Armai Arief yang menyatakan bahwa metode pembiasaan adalah cara efektif untuk membiasakan peserta didik berpikir, bersikap, dan bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Sudrajat (2012) menyatakan bahwa terdapat empat strategi utama untuk memaksimalkan pendidikan karakter dalam membangun moral di lingkungan akademik: pengajaran (teaching), keteladanan (modeling), penguatan (reinforcing), dan pembiasaan (habituating). Pengajaran berfungsi sebagai langkah awal dalam memberikan pengetahuan yang diperlukan untuk membentuk karakter individu.[23] Setelah tahap pengajaran, efektivitasnya dapat ditingkatkan melalui penerapan keteladanan, penguatan, dan pembiasaan dalam kehidupan sehari-hari.[24] Berdasarkan deskripsi tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan pendidikan karakter di MTsN 2 Kota Kediri mendorong seluruh warga sekolah untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik. Selain itu, peran dari setiap pihak berkontribusi dalam membentuk budaya sekolah yang kondusif untuk proses belajar dan penerapan pendidikan karakter.[25]
2. Pelaksanaan kegiatan pembiasaan di MTsN 2 kota kediri dalam membentuk karakter siswa
Bagian ini akan menjelaskan pembahasan dan hasil penelitian yang telah dilakukan, yang mengungkap kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh MTsN 2 Kota Kediri dalam membentuk karakter siswa. Beberapa kegiatan yang dilakukan oleh MTsN 2 Kota Kediri dalam mendidik para siswa-siswinya antara lain:
a. Bersalaman dengan bapak atau ibu guru saat memasuki madrasah
Siswa-siswi bersalaman dengan bapak atau ibu guru ketika mereka memasuki pintu gerbang madrasah. Di depan gerbang, bapak atau ibu guru yang bertugas piket siap menyambut para siswa. Proses bersalaman ini dilakukan sebelum memasuki area madrasah dan bertujuan untuk membiasakan sikap menghormati orang yang lebih tua, yaitu bapak atau ibu guru.
b. Melaksanakan ibadah shalat Dhuha pada hari Jumat secara berjamaah di masjid sebelum memasuki kelas
Shalat Dhuha dilaksanakan antara pukul 06.45-07.30 di masjid madrasah secara berjamaah dan diwajibkan diikuti oleh semua siswa MTsN 2 Kota Kediri. Kegiatan ini bertujuan untuk membiasakan siswa dalam melaksanakan ibadah, khususnya shalat Dhuha.
c. Kegiatan keputrian bagi sisiwi yang udzur shalat
Selama pelaksanaan shalat Dhuha, siswi yang udzur shalat diwajibkan mengikuti kegiatan keputrian. Dzikir pagi ini dilakukan dengan pendampingan dari ibu guru. Kegiatan dzikir pagi bertujuan untuk mendidik dan meningkatkan kompetensi Fiqhun Nisa’ atau Fiqh Wanita kepada para siswi yang udzur shalat.
d. Melaksanakan shalat Dzuhur dan Ashar secara berjamaah
Shalat Dzuhur berjamaah dilaksanakan pada jam istirahat kedua, pukul 12.00, sementara shalat Ashar berjamaah dilakukan pada pukul 15.00 sebelum pulang. Seluruh siswa dan civitas akademika diwajibkan mengikuti shalat Dzuhur dan Ashar berjamaah di masjid madrasah. Kegiatan ini bertujuan untuk mendidik siswa agar taat beribadah, melaksanakan shalat berjamaah dengan baik, serta membiasakan pelaksanaan shalat tepat waktu.[26]
2. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pendidikan Karakter Religius dalam Budaya Sekolah di MTsN 2 Kota Kediri
Terdapat beberapa faktor yang mendukung keberhasilan pendidikan karakter di MTsN 2 Kota Kediri, antara lain: lingkungan sekolah yang kondusif serta fasilitas yang memadai, dukungan orang tua terhadap kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak sekolah, komunikasi rutin yang memudahkan pendekatan terhadap peserta didik yang beragam, serta sumber daya manusia, terutama guru-guru, yang berperan penting dalam membentuk karakter religius peserta didik dengan efektif.
Namun, terdapat juga faktor penghambat dalam penanaman pendidikan karakter yang lebih banyak berasal dari faktor eksternal, yaitu lingkungan sekitar peserta didik. Faktor internal yang menjadi hambatan utama adalah lingkungan keluarga. Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pendidikan peserta didik, di mana mereka menerima pendidikan dan bimbingan awal. Lingkungan keluarga menjadi salah satu faktor penentu yang signifikan dalam perkembangan pribadi peserta didik.
Harapan besar sekolah ke depan adalah peningkatan program pendidikan karakter yang diikuti oleh seluruh warga sekolah, agar pendidikan karakter dapat terus dilaksanakan untuk kepentingan dan kemajuan bersama. Sekolah diharapkan dapat meningkatkan prestasi, baik di bidang akademik maupun non-akademik. Namun demikian, yang paling utama adalah pembentukan watak dan kepribadian yang baik, yang harus terbentuk di lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat, serta akan berguna bagi peserta didik pada masa kini dan masa depan.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan atau analisis pada bab sebelumnya yang berjudul "Implementasi Pendidikan Karakter Religius melalui Kegiatan Pembiasaan di MTsN 2 Kota Kediri," dapat disimpulkan bahwa:
1. KeberhasilanImplementasiKarakterReligius: MTsN 2 Kota Kediri telah memenuhi indikator keberhasilan dalam mengimplementasikan nilai-nilai karakter religius yang menjadi fokus atau pusat perhaian penelitian. Keberhasilan ini dicapai berkat kerjasama yang efektif antara seluruh warga sekolah dan orang tua siswa dalam menciptakan budaya sekolah yang secara konsisten menerapkan nilai-nilai karakter religius.
2. Pengembangan Karakter Lain: Selain karakter religius, pembiasaan shalat Dzuhur berjamaah di MTsN 2 Kota Kediri juga menumbuhkan beberapa karakter lainnya, seperti disiplin, tanggung jawab, toleransi, kemandirian, komunikasi, kepedulian terhadap lingkungan, dan kepedulian sosial. Karakter-karakter ini telah terimplementasikan dengan cukup baik oleh peserta didik melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan di MTsN 2 Kota Kediri.
3. KendalaPelaksanaan: Kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan karakter religius di MTsN 2 Kota Kediri berasal dari berbagai sumber, termasuk guru, siswa, dan orang tua siswa itu sendiri.
Ucapan Terimakasih
Ucapan terima kasih ditujukan kepada seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat dan berkah. Aamiin.
References
[1] M. Yusuf, Pendidikan Holistik Menurut Para Ahli. Jakarta, Indonesia: Mitra Wacana Media, 2021.
[2] M. Hanif, "Internalisasi Nilai-Nilai Karakter Berdasarkan Spiritual Intelligence di SD Islam Bani Hasyim, Kabupaten Malang," Jurnal Pendidikan Islam, vol. 38, pp. 1–10, 2021.
[3] D. S. Tsauri, Pendidikan Karakter: Peluang dalam Membangun Karakter Bangsa. Jember, Indonesia: IAIN Jember Press, 2015 (Skripsi tidak diterbitkan).
[4] D. C. Chairunnisa, Pengembangan Model Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama. Jakarta, Indonesia: Mitra Wacana Media, 2019.
[5] Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Permendikbud Nomor 20 Tahun 2018 tentang Penguatan Pendidikan Karakter pada Satuan Pendidikan Formal, Jakarta, Indonesia, 2018.
[6] P. D. Komalasari, Pendidikan Karakter: Konsep dan Aplikasi Living Values Education. Bandung, Indonesia: PT Refika Aditama, 2017.
[7] D. A. Esmael, "Implementasi Pendidikan Karakter Religius di Sekolah Dasar Khadijah Surabaya," Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 19, pp. 1–12, 2018.
[8] Daryanto and S. Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta, Indonesia: Gava Media, 2013.
[9] A. O. Hastuti, Implementasi Pendidikan Karakter Religius dalam Pembelajaran Sosiologi (Studi Kasus SMA Negeri 1 Comal), Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia, 2015.
[10] Daryanto and S. Darmiatun, Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta, Indonesia: Gava Media, 2013.
[11] A. O. Hastuti, Implementasi Pendidikan Karakter Religius dalam Pembelajaran Sosiologi (Studi Kasus SMA Negeri 1 Comal), Skripsi, Universitas Negeri Semarang, Semarang, Indonesia, 2015.
[12] Zubaedi, Strategi Taktis Pendidikan Karakter (Untuk PAUD dan Sekolah). Depok, Indonesia: PT Rajagrafindo Persada, 2017.
[13] E. Maryamah, "Pengembangan Budaya Sekolah," Tarbawi, vol. 2, no. 2, pp. 86–96, 2016.
[14] P. N. Sari, Pengembangan Karakter Siswa Melalui Budaya Sekolah yang Religius di SD Aisyah Unggulan Gemolong Tahun 2017, Skripsi, Institut Agama Islam Negeri Surakarta, Surakarta, Indonesia, 2017.
[15] A. M. Abidin, "Pengaruh Penerapan Kegiatan Keagamaan di Lembaga Pendidikan Formal terhadap Peningkatan Kecerdasan Spiritual Anak," Jurnal Studi Gender dan Anak, vol. 5, no. 3, pp. 573–582, 2019.
[16] M. L. Azizah, Implementasi Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Keagamaan di MI Muhammadiyah Braja Asri Kecamatan Way Jepara Kabupaten Lampung Timur, Skripsi, IAIN Metro, Lampung, Indonesia, 2019.
[17] L. N. A. B. Dina, "Pemanfaatan Aplikasi WhatsApp sebagai Media Alternatif dalam Pembelajaran Tematik Berbasis Ramah Anak pada Masa Pandemi Covid-19," in Prosiding Konferensi Nasional Pendidikan Islam, 2020.
[18] M. Dolah, Penanaman Nilai Karakter Siswa melalui Program Wajib Shalat Dhuha di SDIT Alam Ikatan Keluarga Muslim Al-Muhajirin Palangka Raya, Skripsi, IAIN Palangka Raya, Palangka Raya, Indonesia, 2018.
[19] F. R. Faliyandra, "Urgensi Pembelajaran Al-Qur’an bagi Siswa Madrasah Ibtidaiyah," Jurnal Auladuna, vol. 8, no. 1, pp. 40–52, 2021.
[20] H. P. Khikayah, "Aktivitas dan Habituasi Keagamaan Siswa SDIT Nidaul Hikmah," Jurnal Pendidikan Agama Islam Universitas Wahid Hasyim Semarang, vol. 5, no. 2, pp. 131–140, 2021.
[21] A. Majid, Perencanaan Pembelajaran. Bandung, Indonesia: PT Remaja Rosdakarya, 2006.
[22] S. A. Maulana, "Pembentukan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Rohis di SMA Negeri 1 Mendo Barat," Jurnal Tunas Pendidikan, vol. 13, no. 1, pp. 1–10, 2020.
[23] P. D. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Indonesia: PT Remaja Rosdakarya, 2017.
[24] J. W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta, Indonesia: PT Pustaka Pelajar, 2010.
[25] Nunzairina, Implementasi Pendidikan Karakter dalam Budaya Sekolah di SD IT Al-Hijrah 2 Laut Dendang, Skripsi, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara, Medan, Indonesia, 2018.
[26] W. S. Sholehuddin, Shalat Berjamaah dan Permasalahannya. Bandung, Indonesia: Tafakur, 2014.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Categories
License
Copyright (c) 2025 Andika Nehru Rahmadin, anita puji astutik

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.