Teachers’ Role in Developing Independence of Early Childhood Learners
Peran Guru dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini
DOI:
https://doi.org/10.21070/ijemd.v18i3.926Keywords:
Teacher Role, Early Childhood, Independence, Autonomy, PAUDAbstract
General Background: Early childhood education is a critical foundation for character development and readiness for formal schooling. Specific Background: One essential competence to be cultivated is independence, which reflects children’s confidence and responsibility in daily tasks. Knowledge Gap: Although prior studies have examined independence in young learners, limited attention has been given to how teachers systematically foster independence through structured daily practices in specific PAUD institutions. Aim: This study aimed to describe the role of teachers in fostering independence among children aged 5–6 years at PAUD Teratai Putih Muaro Jambi. Results: Findings revealed that 75% of children were able to eat independently, 65% could tidy up toys, and 85% could wear shoes without assistance. Teachers acted as facilitators, motivators, and guides by applying consistent routines, gradual guidance, and positive reinforcement. Novelty: The study highlights how practical strategies in everyday routines can effectively stimulate independence, with contextual insights from a local PAUD setting. Implications: These findings emphasize the importance of teacher creativity and collaboration with parents in developing children’s autonomy, providing a useful reference for early childhood educators and policymakers.
Highlights:
- Teachers foster independence through daily structured routines
- Parental support and learning environment strengthen outcomes
- Independence emerges through guided practice and motivation
Keywords: Teacher Role, Early Childhood, Independence, Autonomy, PAUD
Pendahuluan
Pendidikan anak usia dini merupakan fondasi penting bagi pembentukan karakter dan kemampuan dasar anak dalam menjalani kehidupan [1]. Salah satu kemampuan esensial yang harus dikembangkan sejak dini adalah kemandirian. Anak yang mandiri memiliki kepercayaan diri, tanggung jawab, dan kemampuan mengambil keputusan sederhana dalam kehidupan sehari-hari [2]. Peran guru sangat krusial dalam proses pembelajaran yang bertujuan menumbuhkan kemandirian tersebut [3].
Kemandirian anak usia 5-6 tahun sangat penting karena menjadi indikator kesiapan mereka untuk memasuki jenjang pendidikan dasar [4]. Guru memiliki posisi strategis dalam membimbing dan memberikan pengalaman langsung kepada anak dalam membangun perilaku mandiri [5]. Di PAUD Teratai Putih Muaro Jambi, berbagai strategi diterapkan oleh guru untuk menstimulasi kemandirian anak.
Penelitian ini berfokus pada bagaimana guru menjalankan perannya dalam melatih kemandirian anak, tantangan yang dihadapi, serta strategi yang efektif dalam mendukung pencapaian perkembangan kemandirian anak usia dini [6].
Metode Peneltian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif. Lokasi penelitian adalah PAUD Teratai Putih Muaro Jambi. Subjek penelitian adalah 20 anak usia 5–6 tahun dan dua orang guru kelas B. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi kegiatan belajar mengajar, wawancara mendalam dengan guru, dokumentasi kegiatan anak, dan pemberian instrumen penilaian kemandirian anak yang mencakup tiga indikator utama: makan sendiri, merapikan mainan, dan memakai sepatu sendiri. Data diolah menggunakan analisis persentase [7].
Pelaksanaan penelitian ini diawali dengan tahap koordinasi bersama pihak sekolah untuk menyampaikan tujuan, rencana kegiatan, serta teknik yang akan digunakan. Guru dan kepala sekolah memberikan dukungan penuh terhadap proses penelitian, mengingat topik yang diangkat sejalan dengan kebutuhan sekolah dalam memantau perkembangan kemandirian anak. Peneliti hadir di lokasi penelitian selama beberapa hari sebelum pengambilan data dimulai, dengan tujuan membangun kedekatan dengan anak-anak agar mereka merasa nyaman dan tidak tertekan ketika diobservasi. Hal ini penting dilakukan mengingat subjek penelitian adalah anak usia dini yang sangat peka terhadap suasana dan orang baru di sekitarnya.
Pada hari pertama pengumpulan data, peneliti melakukan observasi terhadap kegiatan belajar mengajar di kelas B. Anak-anak terlihat antusias mengikuti kegiatan pagi, mulai dari berbaris, berdoa bersama, hingga menyanyi lagu pembuka. Guru memberikan arahan secara santai namun tetap jelas, sehingga anak-anak dapat memahami instruksi dengan baik. Dalam proses ini, peneliti mulai mengamati perilaku anak terkait tiga indikator kemandirian yang menjadi fokus penelitian. Misalnya, saat jam istirahat, peneliti memperhatikan bagaimana anak-anak makan bekal masing-masing tanpa bantuan guru atau orang dewasa. Ada anak yang sudah mampu membuka kotak bekalnya sendiri dan makan dengan rapi, namun ada pula yang masih meminta bantuan untuk membuka bungkus makanan atau minuman.
Pengamatan selanjutnya dilakukan pada saat waktu bermain di dalam kelas. Peneliti melihat bagaimana anak-anak menggunakan berbagai mainan edukatif yang tersedia. Setelah waktu bermain selesai, guru menginstruksikan anak untuk merapikan kembali mainan ke tempat semula. Di sinilah peneliti menilai tingkat kemandirian anak dalam merapikan mainan mereka. Beberapa anak langsung sigap mengembalikan mainan tanpa disuruh berkali-kali, sementara sebagian lainnya masih tampak enggan dan menunggu bantuan teman atau guru. Perbedaan respon ini memberikan gambaran awal tentang variasi tingkat kemandirian di antara anak-anak.
Indikator ketiga, yaitu kemampuan memakai sepatu sendiri, diamati ketika anak-anak bersiap pulang. Momen ini menjadi salah satu situasi yang cukup menarik, karena beberapa anak tampak terburu-buru dan langsung memakai sepatu tanpa bantuan, sedangkan yang lain memerlukan waktu lebih lama bahkan ada yang kesulitan membedakan sisi kanan dan kiri sepatu. Guru biasanya hanya memberikan bantuan ringan, seperti mengingatkan posisi sepatu yang benar, agar anak tetap mencoba melakukannya sendiri.
Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan dua guru kelas B untuk mendapatkan gambaran lebih mendalam mengenai kebiasaan anak di sekolah dan di rumah. Guru memberikan informasi tentang perkembangan kemandirian setiap anak, faktor pendukung, serta tantangan yang dihadapi. Beberapa guru mengungkapkan bahwa anak yang terbiasa dilatih mandiri di rumah cenderung lebih cepat menyesuaikan diri di sekolah. Sebaliknya, anak yang terlalu sering dibantu dalam setiap aktivitas di rumah, biasanya memerlukan waktu lebih lama untuk mandiri di sekolah. Informasi ini membantu peneliti memahami latar belakang perilaku anak yang diamati.
Proses dokumentasi kegiatan anak juga menjadi bagian penting dalam penelitian ini. Peneliti mengambil foto-foto kegiatan tertentu, seperti saat anak makan sendiri, merapikan mainan, dan memakai sepatu. Dokumentasi ini tidak hanya menjadi bukti visual, tetapi juga membantu peneliti dalam memverifikasi hasil observasi. Setiap foto disimpan dengan catatan waktu dan deskripsi singkat situasinya, sehingga memudahkan analisis data di tahap akhir.
Instrumen penilaian kemandirian yang digunakan terdiri dari beberapa butir pertanyaan atau pernyataan yang telah disesuaikan dengan indikator penelitian. Peneliti mengisi instrumen tersebut berdasarkan hasil observasi langsung di lapangan. Setiap anak diberikan penilaian secara objektif sesuai dengan perilaku yang ditunjukkan selama kegiatan berlangsung. Data yang terkumpul kemudian dikelompokkan untuk memudahkan perhitungan persentase tingkat kemandirian anak.
Seluruh data yang diperoleh, baik dari observasi, wawancara, maupun dokumentasi, dipadukan untuk mendapatkan gambaran utuh tentang kondisi kemandirian anak di PAUD Teratai Putih Muaro Jambi. Hasil pengolahan data diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pihak sekolah dan orang tua, sehingga mereka dapat bekerja sama dalam meningkatkan kemandirian anak secara bertahap. Penelitian ini juga diharapkan menjadi dasar bagi pengembangan strategi pembelajaran dan pembiasaan yang lebih efektif di lingkungan sekolah. Dengan demikian, setiap anak memiliki kesempatan yang sama untuk mengembangkan kemandirian sesuai dengan tahap perkembangannya.
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis menunjukkan bahwa peran guru dalam melatih kemandirian anak usia 5–6 tahun cukup efektif dengan capaian kemandirian sebagai berikut:
1. Makan sendiri: 15 dari 20 anak atau 75% mampu makan tanpa bantuan.
2. Merapikan mainan: 13 dari 20 anak atau 65% sudah mandiri dalam merapikan alat bermain.
3. Memakai sepatu sendiri: 17 dari 20 anak atau 85% mampu melakukannya tanpa bantuan.
Hasil analisis menunjukkan bahwa peran guru dalam melatih kemandirian anak usia 5–6 tahun cukup efektif, dengan capaian kemandirian sebagai berikut:
Indikator Kemandirian | Jumlah Anak | Persentase |
---|---|---|
Makan sendiri | 15 dari 20 | 75% |
Merapikan mainan | 13 dari 20 | 65% |
Memakai sepatu sendiri | 17 dari 20 | 85% |
Figure 1. Kemandirian Anak Usia 5–6 Tahun
Data di atas menunjukkan bahwa sebagian besar anak mulai menunjukkan perilaku mandiri dalam kegiatan rutinnya sehari-hari.
a. Guru sebagai fasilitator : Guru menyediakan berbagai kegiatan yang mendorong anak untuk mandiri, seperti makan sendiri, mencuci tangan, memakai sepatu, dan merapikan mainan setelah bermain [8].
b. Guru sebagai pembimbing : Guru memberikan bimbingan secara bertahap kepada anak sesuai dengan tingkat kemampuannya. Anak dibantu namun tidak didominasi [9].
c. Guru sebagai motivator : Guru memberikan pujian dan motivasi verbal untuk setiap usaha kemandirian yang dilakukan anak [10].
d. Strategi pembelajaran : Strategi yang digunakan antara lain pembiasaan, keteladanan, dan penguatan positif [11].
e. Faktor pendukung
1. Konsistensi guru dalam menerapkan rutinitas;
2. Dukungan orang tua yang sejalan;
3. Lingkungan kelas yang tertata dan aman [12].
f. Hambatan yang dihadapi
1. Anak yang masih sangat tergantung pada orang dewasa;
2. Waktu pembelajaran yang terbatas; 3) Kurangnya dukungan dari rumah [13].
Temuan ini diperkuat oleh hasil penelitian sebelumnya [1]-[15] yang menegaskan bahwa peran guru sangat signifikan dalam mengembangkan kemandirian anak usia dini melalui interaksi yang terstruktur dan lingkungan yang mendukung [14][15].
Temuan penelitian ini semakin jelas terlihat ketika peneliti mengamati secara langsung bagaimana guru memainkan peran penting dalam kegiatan sehari-hari di kelas. Guru tidak hanya berfungsi sebagai pemberi materi, tetapi juga sebagai pembimbing yang secara aktif mengarahkan anak untuk mencoba melakukan berbagai hal secara mandiri. Dalam berbagai momen, guru terlihat memberikan instruksi dengan bahasa yang sederhana, namun disertai contoh yang jelas, sehingga anak-anak mampu memahami apa yang diharapkan dari mereka. Misalnya, ketika tiba waktu makan, guru mengingatkan anak untuk mencuci tangan terlebih dahulu, lalu mempersilakan mereka membuka bekal masing-masing. Anak yang mengalami kesulitan dibantu seperlunya, namun guru tetap memberi kesempatan agar mereka mencoba sendiri sebelum mendapatkan bantuan penuh.
Interaksi guru dengan anak tidak bersifat memerintah secara kaku, melainkan mengajak dan memotivasi. Dalam satu sesi bermain di luar kelas, peneliti menyaksikan bagaimana guru mendampingi anak saat mereka harus merapikan mainan. Alih-alih langsung membereskan sendiri, guru meminta anak untuk bekerja sama mengembalikan mainan ke tempat semula. Guru juga memberikan pujian sederhana seperti “Bagus sekali, kamu sudah bisa merapikan mainan sendiri,” yang membuat anak tersenyum bangga. Bentuk apresiasi kecil seperti ini terlihat memicu anak untuk lebih percaya diri melakukan tugas-tugas berikutnya tanpa menunggu perintah.
Kesimpulan
Peran guru dalam melatih kemandirian anak usia 5-6 tahun di PAUD Teratai Putih Muaro Jambi sangat penting dan nyata dalam praktik pembelajaran harian. Guru tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga pembimbing, fasilitator, dan motivator yang aktif mendampingi anak dalam proses belajar mandiri [2][3]. Kegiatan pembiasaan, bimbingan bertahap, dan strategi penguatan menjadi pendekatan yang efektif. Berdasarkan hasil kuantitatif, sebanyak 75% anak sudah mampu makan sendiri, 65% mampu merapikan mainan, dan 85% mampu memakai sepatu secara mandiri. Dukungan orang tua dan lingkungan belajar yang mendukung turut memperkuat hasil [12]. Disarankan agar guru terus mengembangkan kreativitas dalam merancang aktivitas yang melatih kemandirian anak serta membangun kerja sama yang baik dengan orang tua [13].
References
[1] S. A. Ningsih and M. Haris, “Pengaruh Pembiasaan Terhadap Kemandirian Anak Usia Dini,” Jurnal PAUD Nusantara, vol. 5, no. 2, pp. 123–130, 2022.
[2] I. Rahmawati, “Peran Guru dalam Menumbuhkan Kemandirian Anak,” Jurnal Anak Usia Dini, vol. 4, no. 1, pp. 50–56, 2022.
[3] A. Sari and D. Novita, “Strategi Guru dalam Meningkatkan Kemandirian Anak PAUD,” Jurnal Ilmiah PGPAUD, vol. 7, no. 3, pp. 210–217, 2021.
[4] Y. Lestari, “Pembelajaran Kontekstual dalam Pengembangan Kemandirian Anak,” Jurnal Pendidikan Anak, vol. 3, no. 2, pp. 89–96, 2022.
[5] H. Widya, “Faktor Pendukung dan Penghambat Kemandirian Anak,” Jurnal PAUD Cendekia, vol. 6, no. 1, pp. 45–53, 2020.
[6] R. Mulyani, “Kemandirian Anak Usia 5–6 Tahun: Studi Kasus di TK A,” Jurnal PAUD Kreatif, vol. 5, no. 4, pp. 77–84, 2021.
[7] T. Prasetyo and F. Wahyuni, “Implementasi Kegiatan Rutin dalam Meningkatkan Kemandirian,” Jurnal Edukasi Anak, vol. 8, no. 2, pp. 114–120, 2022.
[8] D. A. Putri, “Kemandirian dan Tanggung Jawab Anak Usia Dini,” Jurnal Golden Age, vol. 6, no. 3, pp. 33–40, 2021.
[9] S. Nugroho, “Pendidikan Kemandirian Anak Usia Dini Berbasis Karakter,” Jurnal Karakter Anak, vol. 4, no. 2, pp. 120–127, 2020.
[10] M. I. Azizah, “Peran Lingkungan Sekolah dalam Melatih Kemandirian Anak,” Jurnal Dunia Anak, vol. 3, no. 1, pp. 22–29, 2020.
[11] E. K. Dewi and S. Laksmi, “Penguatan Kemandirian Melalui Permainan Edukatif,” Jurnal Kreativitas Anak, vol. 7, no. 2, pp. 155–162, 2021.
[12] N. Fauziah, “Keterlibatan Orang Tua dalam Pengembangan Kemandirian Anak,” Jurnal PAUD Visioner, vol. 5, no. 2, pp. 98–105, 2022.
[13] L. Astuti, “Stimulasi Kemandirian Anak Melalui Kegiatan Harian,” Jurnal Edukasi PAUD, vol. 6, no. 1, pp. 73–79, 2020.
[14] F. Rahayu and A. Mulyono, “Model Pembelajaran untuk Anak Mandiri,” Jurnal Pembelajaran Usia Dini, vol. 4, no. 3, pp. 60–67, 2021.
[15] D. Handayani, “Kemandirian dan Kepercayaan Diri Anak PAUD,” Jurnal Tumbuh Kembang Anak, vol. 5, no. 1, pp. 88–95, 2021.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Cendya Lastari, Mastika Wati, Kompri Kompri, Rani Astria, Raoda Tul Jannah Maruddani

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.