Barriers to Quran Reading Instruction at MA Hasanuddin Blitar
Hambatan dalam Pengajaran Pembacaan Al-Quran di MA Hasanuddin Blitar
DOI:
https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i1.919Keywords:
Quran Reading, Learning Barriers, Motivation, Teaching Methods, Islamic EducationAbstract
General background: The ability to read the Quran correctly is a fundamental aspect of Islamic education that contributes to students’ spiritual development and religious identity. Specific background: Despite its importance, many students in Islamic schools still face challenges in mastering Quranic reading skills, particularly in applying Tajwid and Makhraj rules. Knowledge gap: Previous studies have highlighted Quran literacy problems in various contexts, but limited research has systematically analyzed the underlying barriers in senior high-level Islamic institutions. Aims: This study aims to identify and analyze the factors hindering Quran reading instruction at MA Hasanuddin Gaprang, Blitar Regency. Methods: Using a qualitative descriptive approach, data were collected through observation and interviews with students and teachers. Results: The findings reveal several obstacles, including decreased student motivation, insufficient school facilities, and the continued use of outdated teaching methods, leading to disengagement in learning. Novelty: Unlike earlier research focusing on student performance alone, this study emphasizes the interplay between internal (motivation, background, intelligence) and external (school facilities, teaching methods) factors in shaping learning outcomes. Implications: The study provides practical recommendations for improving Quran reading pedagogy, serving as a reference for educators and policymakers to enhance the quality of Islamic education.
Highlights:
-
Identifies internal and external obstacles in Quran reading.
-
Emphasizes the need for improved teaching methods.
-
Highlights the importance of facilities in supporting learning.
Pendahuluan
Kitab Al Quran merupakan wahyu yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril. Kitab suci bagi umat Islam yang menjadi sumber hukum dan pedoman hidup[1]. Kitab Al Quran mengandung berbagai aspek kehidupan, mulai dari akidah, syari’at, akhlak, ilmu pengetahuan dll[2]. Kitab ini memiliki keistimewaan yang menjadikannya lebih mulia dari pada kitab suci lainnya. Salah satu keistimewaannya, yaitu menjadi penawar hati bagi yang membacanya. Selain itu, mampu meningkatkan kekuatan iman kita, membawa pahala di setiap ayatnya[3].
Sebagian masyarakat kita masih kurang memperhatikan tentang kitab Al Quran, kitab suci yang menjadi pegangan hidup kita semua seringkali hanya menjadi pajangan atau hiasan tanpa pernah menyentuhnya. Seharusnya kita semua menyadari akan hadirnya kitab Al Quran dengan merawat, membaca, mempelajari dan mengamalkan kandungan Al Quran. Bagi umat Muslim, penting untuk memiliki keterampilan membaca Al Quran, dikarenakan membacanya bernilai ibadah, walaupun hanya membaca satu ayat. Keutamaan lain dari Al Quran yaitu memberikan ketenangan hati, mengangkat derajat bagi siapa saja yang membacanya, membawa syafa’at kelak di hari kiamat.
Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pertama di gua Hiro’, Allah SWT memerintahkan Nabi untuk membaca, namun Nabi belum bisa membaca[4]. Perintah untuk membaca ini tertuang pada surat Al-Alaq ayat 1-5. Dari turunnya wahyu Nabi inilah perintah untuk membaca merupakan hal yang wajib bagi setiap Muslim. Membaca bisa juga diartikan dengan mempelajari, mengamalkan berbagai hal tentang sesuatu. Maka dari itu, membaca Al Quran juga bisa diartikan mempelajari dan mengamalkan nilai – nilai maupun kandungan di kitab Al Quran. Terdapat beberapa ayat Al Quran maupun hadits yang menerangkan pentingnya membaca Al Quran. Salah satunya adalah hadits yang diriwayatkan oleh An-Nu’man ibn Basyir yang menyatakan : “Sebaik – baiknya ibadah umatku adalah membaca Al Quran” (HR. Al Baihaqi). Hadis menjelaskan membaca Al Quran merupakan ibadah yang sangat baik dan istimewa[5].
Bagi umat Muslim, suatu keharusan untuk selalu mempelajari dan mengamalkan Al Quran. Salah satu bentuk mempelajarinya yakni membacanya dengan baik dan benar sesuai dengan Makhraj dan Tajwid-nya. Perlu diketahui Makhraj ( Makharijul Huruf ) merupakan tempat keluarnya huruf – huruf Hijaiyah ketika dilfalkan[6]. Sedangkan, Tajwid adalah ilmu yang mengatur tata cara membaca Al Quran[7]. Membaca Al Quran dengan baik sesuai dengan Makhraj dan Tajwid-nya menjadikan bacaan Al Quran sesuai dengan arti dan maknanya. Walaupun, kita belum bisa memahami makna seutuhnya, namun membacanya sudah bernilai ibadah.
Membiasakan rutin membaca Al Quran memberikan beberapa manfaat untuk setiap Muslim, karena bernilai pahala bagi siapa yang membacanya. Banyak sekali pelajaran maupun petunjuk kehidupan yang terkandung di dalam kitab Al Quran. Sehingga, dengan berpedoman pada Al Quran kehidupan umat Muslim akan lebih terarah, tenang dan damai. Seruan untuk selalu meningkatkan kemampuan membaca Al Quran juga disampaikan oleh pemerintah dalam Surat Keputusan Bersama ( SKB ) Menteri dalam Negeri dan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 128/44A. Dalam surat tersebut pemerintah secara tidak langsung terus mendorong meningkatkan kemampuan membaca Al Quran dan juga mengamalkan Al Quran di kehidupan sehari – hari[8]. Umat Muslim diharapkan mampu menyadari nilai – nilai keutamaan Al Quran, dengan begitu umat Muslim mampu menerapkan nilai – nilainya di kehidupan mereka. Dan juga meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT.
Berdasarkan penjelasan di atas, membaca Al Quran dengan baik sesuai kaidah Tajwiddan Makhraj-nya menjadi kewajiban setiap Muslim[9]. Meskipun, masih ada sebagian Muslim yang belum bisa membaca Al Quran dengan baik dan benar. Di era modern saat ini, yang ditandai dengan kemajuan teknologi dan akses mudah terhadap pembelajaran, ironisnya masih terdapat umat Muslim yang belum mampu terampil membaca Al Quran secara mendalam. Sebaliknya, pada masa penjajahan sebelumnya, umat Muslim belajar membaca dan mempelajari Al Quran sebagai bentuk upaya mempertahankan identitas budaya dan agama mereka dari penjajah, yang menunjukkan tingkat penguasaan yang lebih tinggi pada masa itu. Pembelajaran Al Quran di lingkungan pendidikan formal, terutama di jenjang MA/SMA, memiliki urgensi yang tinggi karena memberikan fondasi kuat dalam pembentukan karakter dan keberhasilan pada tahap perkembangan berikutnya. Pendidikan Al Quran tidak hanya memberikan pengetahuan tentang keterampilan membaca, tetapi juga memberikan pemahaman yang lebih luas akan nilai Islam yang terkandung di dalam Al Quran. Harapannya dengan pendidikan Al Quran yang baik bisa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Oleh karena itu, diperlukan upaya intensif untuk memperkuat kurikulum dan pembelajaran Al Quran di institusi pendidikan formal guna mengatasi tantangan ini, sehingga generasi muda Muslim dapat menguasai dan meningkatkan kemampuan membaca Al Quran dengan baik dan benar.
Madrasah Aliyah (MA) Hasanuddin, sebagai Lembaga pendidikan agama Islam dibawah naungan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU mengharuskan setiap siswanya untuk menguasai baca Al Quran. Realitanya, hampir sebagian siswa sudah lancar dan mampu membaca Al Quran sesuai dengan kaidah Tajwid. Namun, tantangan yang dihadapi masih banyak siswa yang belum menguasai keterampilan membaca Al Quran. Masih ada beberapa siswa yang masih terbata – bata ketika membaca Al Quran. Ada juga yang membaca salah dalam pelafalan huruf Hijaiyah, tidak memperhatikan panjang dan pendeknya bacaaan maupun tanda baca pada ayat – ayat Al Quran. Selain itu, motivasi siswa dalam belajar Al Quran terlihat menurun dan tidak begitu semangat. Sehingga, pembelajaran menjadi tidak kondusif. Metode mengajar para guru juga masih menggunakan metode lama yang dulu masih efektif diterapkan di kelas. Namun, untuk saat ini sudah tidak efektif, terlihat para siswa tidak bersemangat dan tidak memperhatikan penjelasan para guru. Sarana dan prasarana yang disediakan sekolah masih sedikit dan terlihat masih kurang. Misalnya, ketersediaan kitab Al Quran untuk belajar siswa tersedia sedikit. Sehingga, siswa harus bergantian untuk membaca Al Quran. Alokasi waktu untuk belajar yang termasuk sarana dari sekolah juga terbilang sedikit dibandingkan pelajaran umum lainnya. Selain hambatan – hambatan di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga juga bisa menjadi hambatan pembelajaran siswa. Para orang tua yang tidak memperhatikan dan tidak peduli hasil belajar anaknya, akan membuat semangat belajar anaknya juga menurun. Dukungan para orang tua penting dalam proses belajar siswa, terutama pada kemampuan membaca Al Quran. Ada beberapa siswa yang latar belakang keluarganya masih kekurangan, mereka terkadang harus tidak masuk sekolah dikarenakan harus bekerja mencari uang membantu keluarganya.
Penelitian terdahulu yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Budi Nurdiana dan kawan – kawan dengan judul “Faktor penghambat kemampuan siswa SMP dalam membaca Al-Quran”. Pada penelitian tersebut peneliti berusaha membahas faktor yang menyebabkan rendahnya kemampuam membaca Al Quran peserta didik dari faktor internal yakni peserta didik yang malas mengaji karena kebanyakan bermain gadget dan faktor eksternal yakni tidak ada motivasi dari keluarga[10]. Penelitan kedua yang relevan adalah penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Syaifullah, Humayrani Siregar dan kawan – kawan yang berjudul “Analisis kemampuan membaca dan menulis Al Quran pada siswa kelas V MI/SD”. Hasil dari penelitian ini peneliti memperoleh informasi mengenai kemampuan anak didik kelas V dalam membaca dan menulis Al Quran. Yaitu, dalam membaca Al Quran sudah lancar, namun pengetahuan dan penerapan ilmu Tajwid masih kurang. Dari kemampuan menulis Al Quran mereka juga belum mampu menulis huruf Hijaiyah secara bersambung dan masih banyak kesalahan[11].
Penelitian selanjutnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Amran Eku dari Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ternate yang berjudul “Analisis problematika dalam membaca Al Quran pada mahasiswa semester 8 jurusan Pendidikan Agama Islam di Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate”. Pada penelitian ini, peneliti berusaha mengindentifikasi masalah yang dihadapi mahasiswa semester 8 dalam membaca Al Quran seperti beberapa mahasiswa masih keulitan dalam membaca huruf – huruf Arab, pengucapannya masih banyak yang tidak tepat, dan juga ada beberapa mahasiswa yang belum paham tentang Ilmu Tajwid[12]. Berdasarkan penjelasan tentang peneliitian yang telah dilakukan di atas, keterbaruan penelitian yang peneliti lakukan adalah menganalisa hambatan – hambatan maupun faktor dalam pembelajaran membaca Al Quran siswa. Terutama dari faktor internal maupun eksternal siswa.
Proses belajar yang baik memerlukan interaksi dua arah antara guru dan siswa, dimana hubungan interaksi ini menjadi kunci utama. Tidak hanya siswa yang aktif dan disiplin di kelas, tetapi guru juga sebagai fasilitator penting. Guru sebagai fasilitator yang baik tidak hanya memberikan informasi saja, namun juga membantu siswa yang mengalami hambatan dan kesulitan dalam belajar membaca Al Quran. Dari uraian dan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisa Hambatan Pembelajaran Membaca Al Quran di MA Hasanuddi Gaprang”. Peneliti berharap hasil dari penelitian ini mampu menyumbang kontribusi berharga untuk mengembangkan metode pembelajaran Al Quran yang lebih efektif dan baik lagi.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MA Hasanuddin yang terletak di Desa Gaprang Kecamaan Kanigoro Kabupaten Blitar. Pendekatan kualitatif deskriptif digunakan pada penelitian ini, tujuan dari pendekatan ini untuk memahami dan menggambarkan proses belajar serta peristiwa yang terjadi dalam pembelajaran membaca Al Quran di MA Hasanuddin. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi serta menganalisis berbagai hambatan yang dihadapi oleh siswa dalam proses pembelajaran membaca Al Quran.
Proses pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik, seperti teknik observasi yang bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi di lapangan selama proses belajar siswa. Selanjutnya teknik wawancara yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam dari para responden mengenai hambatan yang mereka alami pada pembelajaran membaca Al Quran. Teknik yang terakhir yakni dokumentasi, untuk merekam dan mendokumentasikan kegiatan siswa selama penelitian[13]. Data yang sudah terkumpul kemudian dianalisa dengan mereduksi data, menyajikan data supaya mudah dibaca, lalu menarik kesimpulan. Proses analisis ini bertujuan untuk menyajikan gambaran yang jelas mengenai hambatan-hambatan yang teridentifikasi, serta memberikan rekomendasi yang relevan untuk mengatasi hambatan tersebut. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif ini, peneliti berharap hasil dari penelitian dapat memberikan pengetahuan yang lebih dalam tentang hambatan pembelajaran membaca Al Quran di MA Hasanuddin, sehingga dapat dijadikan dasar untuk perbaikan dan peningkatan metode pembelajaran yang lebih efektif di masa depan.
Hasil dan Pembahasan
Peneliti melakukan observasi dengan melakukan tes membaca Al Quran kepada 15 siswa secara acak. Tes ini berfokus pada 3 hal, yaitu keterampilan membaca Al Quran dari segi kelancaran, dari segi ilmu Tajwid, dan dari segi Makhroj. Tujuan dari tes ini untuk mengetahui keterampilan siswa dalam membaca Al Quran. Berikut ini hasil tes siswa membaca Al Quran dari segi kelancaran membaca.
Kemampuan membaca segi kelancaran | Jumlah siswa |
Lancar | 10 |
Sedang | 3 |
Kurang | 2 |
Dari tabel di atas menunjukkan, mayoritas siswa keterampilan membaca Al Quran-nya sudah lancar namun ada beberapa siswa yang tingkat kelancarannya masih sedang dan kurang lancar. Mereka masih kesulitann membaca Al Quran dan kesusahan dalam melafalkannya. Selanjutnya hasil tes untuk mengetahui kemampuan membaca siswa dari segi Tajwid bisa dilihat pada tabel di bawah ini.
Kemampuan membaca segi Tajwid | Jumlah siswa |
Sudah sesuai | 8 |
Tidak sesuai | 7 |
Ditinjau dari tabel 2 di atas, peneliti hanya membuat dua kategori yakni sudah sesuai dengan ilmu Tajwid dan tidak sesuai dengan Tajwid. Dari tabel di atas sebagian siswa mampu menerapkan ilmu Tajwid pada bacaannya. Namun, ada beberapa siswa yang bacaanya tidak sesuai dengan ilmu Tajwid. Kebanyakan dari mereka masih salah dalam membaca panjang dan pendeknya bacaan ayat Al Quran, ada juga yang mengabaikan anda baca pada bacaan ayat Al Quran. Berikutnya, kita bisa melihat hasil tes membaca siswa dari segi Makhroj.
Kemampuan membaca segi Makhroj | Jumlah siswa |
Baik | 4 |
Sedang | 8 |
Kurang | 3 |
Data pada tabel 3 di atas bisa dilihat bahwa sebagian siswa membaca Al Qurannya belum sesuai dengan Makhroj-nya. Bahkan ada siswa yang pelafalannya masih salah. Perlu adanya tambahan pembelajaran dan peningkatan dari segi Makhroj-nya. Berdasarkan hasil observasi membaca Al Quran di atas dapat dilihat tingkat kemahiran membaca Al Quran para siswa sudah cukup baik, namun perlu adanya pembinaan / peningkatan belajar Al Quran terutama dari segi Tajwid dan Makhroj-nya. Selain dari observasi, peneliti juga melakukan wawancara kepada siswa dan guru pengajar Al Quran yang bisa disimpulkan terdapat beberapa faktor yang bisa menjadi penghambat pada pembelajaran siswa, diantaranya :
A. Faktor dari Motivasi Siswa
Berdasarkan observasi peneliti ketika di kelas, para siswa memiliki motivasi yang berbeda – beda. Berikut ini penjelasannya :
Saat ini mata pelajaran umum lebih populer dibandingkan dengan mata pelajaran agama Islam. Dikarenakan mata pelajaran umum lebih banyak digunakan sebagai tes untuk masuk ke jenjang pendidkan yang lebih tinggi. Seperti, mata pelajaran : Matematika, Bahasa Inggris, Sejarah dll. Para siswa merasa belajar pelajaran agama nantinya tidak akan dipakai ketika lanjut di pendidikan berikutnya. Ada sebagian siswa dalam belajar mata pelajaran agama merasa kalau pelajaran agama yang penting bisa membaca Al Quran sudah cukup. Namun, kenyataanya masih banyak beberapa siswa yang tidak bisa membaca Al Qur’an. Siswa yang memiliki motivasi tinggi dalam belajar akan mendorong siswa untuk meningkatkan kemampuan mereka[14].
1. Motivasi pada mata pelajaran
2. Motivasi dalam diri siswa
Mungkin faktor motivasi atau niat belajar siswa bisa mempengaruhi pada pembelajaran siswa. Motivasi merupakan energi utama yang menggerakkan siswa untuk belajar[15]. Siswa yang berangkat dari rumah untuk sekolah dan memiliki niat tulus / motivasi yang kuat untuk belajar. Mereka akan semangat dan berusaha aktif sebaik mungkin di kelas, mencatat dan memahami setiap apa yang disampaikan guru di kelas. Namun, ketika niat / motivasi untuk belajar tidak ada maka pelajaran tidak akan bisa diterima oleh siswa. Mereka hanya bermain – main saja.
B. Faktor Intelegensi siswa
Intelegensi setiap siswa berbeda – beda, karena intelegensi merupakan pemberian dari Allah SWT. Berdasarkan observasi dan wawancara, tingkat intelegensi mungkin bisa menjadi penghambat dalam belajara membaca Al Quran siswa. Intelegensi sangat berkaitan dengan bakat, yang mana siswa yang cerdas memiliki prestasi tentunya memiliki tingkat intelegensi yang lebih baik dari yang lainnya[16]. Ada beberapa siswa yang cerdas di bidang akademik, ada yang cerdas di bidang seni, bidang olahraga, cerdas di bidang kepempinan dll. Siswa yang berbakat di bidang olahraga, biasanya akan meiliki tingkat prestasi akademik yang lebih rendah dengan siswa yang memiliki bakat di bidang akademik. Maka tingkat intelegensi bisa jadi menjadi faktor yang menjadi hambatan siswa dalam belajar membaca Al Quran
C. Faktor Latar Belakang Siswa
Latar belakang siswa yang berbeda bisa jadi menghambat pembelajaran membaca Al Quran. Tingkat ekonomi keluarga bisa menentukan semangat siswa[17]. Mereka yang terpenuhi kebutuhan belajarnya akan lebih siap dibandingkan dengan yang kebutuhannya masih kurang. Budaya keluarga juga mempengaruhi belajar siswa, kelurga yang sangat perhatian terhadap pendidikan anaknya akan membuat siswa merasa pendidikan itu penting. Berbeda dengan keluarga yang tidak peduli dengan pendidikan anak didinya. Selain itu latar belakang pendidikan siswa, siswa yang datang dari sekolah umum dimana pendidikan membaca Al Quran tidak diutamakan akan kesusahan dibandingkan dengan siswa yang berasal dari sekolah Madrasah[18].
D. Faktor Kemajuan Teknologi
Kita tidak bisa menghindari zaman seperti sekarang dimana kemajuan teknologi sudah sangat pesat. Mudahnya untuk mendapatkan gadget membuat setiap siswa pasti memiliki dan membawa gadget ketika sekolah. Gadget merupakan teknologi terkini untuk memudahkan komunikasi yang hampir setiap orang memilikinya. Walaupun teknologi ini membawa dampak positif pada kehidupan kita, namun bisa jadi gadget memberikan dampak negatif terhadap siswa[19]. Terutama dalam pendidikan belajar membaca Al Quran. Dengan semakin seringnya siswa bermain gadget siswa menjadi malas dan tidak semangat belajar. Secara tidak langsung mereka sudah ketagihan dengan gadget. Ketika observasi di MA Hasanuddin peneliti melihat ada beberapa gadget siswa yang tertumpuk di sebuah rak. Ini membuktikan bahwa hampir setiap siswa memiliki dan membawa gadget mereka ketika di sekolah. Faktor ini juga bisa menjadi hambatan siswa dalam belajar membaca Al Quran.
E. Faktor Sarana dan Prasarana
Sarana prasarana bisa juga menjadi faktor yang menghambat belajar membaca Al Quran. Ini juga dibenarkan oleh Ibu Siti Nasifah selaku guru Baca Tulis Quran dan Waka Kurikulum MA Hasanuddin. Beliau mengatakan sarana prasarana di MA Hasanuddin masih sedikit dan perlu adanya penambahan. Terutama kitab Al Quran masih kurang, buku – buku pendukung maupun alat peraga juga masih sangat kurang. Dengan adanya sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran siswa akan berjalan maksimal dan efisien[20].
F. Faktor Metode Guru
Metode yang digunakan guru ketika mengajar di kelas mungkin bisa jadi menjadi penghambat dalam belajar membaca Al Quran. Metode klasik atau sudah lama mungkin dulu masih bisa digunanakan, namun untuk sekarang mungkin sudah tidak bisa diterapkan. Siswa akan merasa bosan dan jenuh dalam belajar apabila pembelajaran menggunakan metode lama. Metode mengajar guru sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa[21].
G. Faktor Alokasi Waktu
Alokasi waktu mungkin juga bisa menjadi penghambat dalam belajar membaca Al Quran. Dengan alokasi waktu yang sudah ditentukan seorang guru harus membuat rencana pengajaran sebaik dan seefektif mungkin. Agar pembelajaran berjalan sesuai dengan rencana. Namun, di MA Hasanuddin alokasi waktu untuk mata pelajaran agama tergolong sedikit dibandingkan dengan pelajaran umum lainnya. Terkhusus mata pelajaran membaca Al Quran mendapat alokasi yang sedikit juga jika dibandingkan dengan pelajaran seperti Matematika. Penempatan mata pelajaran pada jam – jam tertentu juga berpengaruh pada semangat belajar siswa[22]. Mata pelajaran membaca Al Quran bila ditempatkan pada jam terakhir akan membuat siswa tidak semangat untuk mengikutinya, berbeda jika ditempatkan pada jam pertama sekolah. Pikiran dan semangat siswa masih segar.
H. Faktor Kurikulum Siswa
Kurikulum pada MA Hasanuddin belum sepenuhnya menekankan pada pendidikan agama Islam. Terutama membaca Al Quran, hanya ada mata pelajaran Al Quran Hadist yang tidak fokus belajar membaca Al Quran. Mungkin kurikulum juga bisa menjadi faktor penghambat belajar membaca Al Quran siswa. Secara tidak langsung pihak guru dan sekolah masih menekankan pada mata pelajaran umum daripada mata pelajaran agama. Dikarenakan mata pelajaran umum masih digunakan untuk seleksi di pendidikan tingkat lanjut. Sehingga, untuk saat ini kurikulum masih memberikan pelajaran umum yang banyak dibandingkan pelajaran agama.
Pada observasi membaca Al Quran yang dilakukan pada siswa MA Hasanuddin terdapat beberapa masalah yang bisa peneliti temukan. Berikut ini beberapa masalah siswa dalam membaca Al Quran :
1. Banyak siswa yang masih salah dalam membaca Al Quran yang tidak sesuai dengan Makhorijul Huruf-nya. Bisa jadi dikarenakan pendidikan sebelumnya yang berasal dari sekolah umum dan tidak mengutamakan membaca Al Quran
2. Terdapat beberapa siswa yang tidak mengetahui tanda baca pada ayat Al Quran seperti Waqof atau tanda untuk berhenti, Mad tanda baca untuk harakat panjang / pendek[23].
3. Sebagian siswa belum menguasai ilmu Tajwid, dan masih salah semua.
4. Beberapa siswa membacanya masih kurang lancar dan terbata – bata.
Dalam meraih kesuksesan sesuai visi misi sekolah, MA Hasanuddin pasti menghadapi tantangan dan masalah. Beberapa tantangan yang dihadapi oleh lembaga ini dalam mengatasi hambatan – hambatan membaca Al Quran diantaranya adalah :
1. Problematika terkait dengan tingkat pengetahuan siswa melibatkan berbagai faktor seperti perbedaan latar belakang keluarga, kondisi kesehatan, pola makan, usia, status sosial ekonomi orang tua, serta faktor internal seperti intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, dan kesiapan siswa. Kombinasi dari faktor-faktor ini dapat memengaruhi semangat dan pola belajar siswa dengan tidak seimbang. Dampaknya, penguasaan materi pelajaran oleh siswa menjadi bervariasi, sehingga dalam satu kelas dapat terjadi berbagai tingkat kemajuan yang berbeda-beda. Kondisi ini menimbulkan tantangan bagi pendidik dalam mengatur strategi teknik belajar yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi individu setiap siswa. Diperlukan pendekatan yang lebih inklusif dan diferensiasi dalam pendidikan untuk dapat memaksimalkan potensi pembelajaran siswa secara merata, meskipun menghadapi perbedaan dalam kemampuan dan kecepatan pembelajaran mereka.
2. Problematika terkait dengan penguasaan dan pengembangan materi dalam konteks pembelajaran memiliki beberapa aspek yang signifikan. Pertama, keterbatasan waktu mengajar menjadi kendala utama karena membatasi waktu yang tersedia untuk menyampaikan materi secara mendalam dan efektif. Kedua, jumlah materi yang luas dalam kurikulum dapat menyebabkan pelajaran menjadi terlalu padat, yang sulit untuk dipelajari dengan baik oleh siswa. Ketiga, kurangnya buku penunjang yang memadai juga menjadi faktor penghambat karena buku yang baik diperlukan untuk mendukung pengajaran yang bervariasi dan terstruktur. Sementara itu, sarana dan prasarana yang terbatas dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran secara keseluruhan. Misalnya, fasilitas yang kurang memadai bisa menghambat kegiatan praktik atau eksperimen yang diperlukan dalam beberapa mata pelajaran. Para pemimpin sekolah perlu mencari solusi untuk mendukung para guru agar dapat mengajar dengan lebih profesional dan sesuai dengan standar pendidikan yang ditetapkan. Hal ini dapat mencakup peningkatan dalam penggunaan teknologi dalam pengajaran, penyediaan sumber daya yang lebih baik, dan juga strategi pembelajaran yang dikembangkan lebih adaptif dan responsif terhadap kebutuhan siswa dengan beragam tingkat kemampuan.
3. Problematika dalam pengelolaan kelas dan metode pengajaran di MA Hasanuddin Gaprang meliputi beberapa aspek penting. Pertama, masalah utama terletak pada penggunaan metode pengajaran yang kurang efektif. Metode yang tidak cocok dengan karakteristik siswa dapat menghambat proses pembelajaran yang optimal. Kedua, minimnya motivasi dari siswa menjadi faktor yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran. Ketika siswa kurang termotivasi, mereka cenderung kurang fokus dan tidak aktif dalam mengikuti pembelajaran. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya keterlibatan dalam proses pembelajaran atau ketidakcocokan antara metode pengajaran dan minat siswa. Selain itu, fasilitas yang kurang memadai juga menjadi hambatan dalam pembelajaran di MA Hasanuddin Gaprang. Kurangnya alat peraga atau sumber belajar yang cukup dapat mengurangi kemampuan guru untuk mengilustrasikan materi dengan baik dan membantu siswa memahami dengan lebih baik. Faktor guru itu sendiri juga perlu dipertimbangkan, termasuk dalam hal pengetahuan, keterampilan, dan motivasi mereka dalam menggunakan metode pengajaran yang lebih efektif dan lebih bervariasi. Untuk mengatasi problematika ini, diperlukan evaluasi menyeluruh terhadap metode yang diterapkan, meningkatan fasilitas dan sumber daya belajar yang tersedia, serta pemberian dukungan yang tepat kepada para guru untuk meningkatkan keterampilan dan motivasi mereka dalam mengajar. Dengan demikian, diharapkan kualitas pembelajaran di MA Hasanuddin Gaprang dapat meningkat secara signifikan.
4. Problematika dalam evaluasi di MA Hasanuddin Gaprang menghadapi beberapa tantangan penting. Pertama, evaluasi yang umumnya dilakukan hanya pada penilaian hasil belajar akhir setiap pokok bahasan, tengah semester, dan akhir semester. Pendekatan ini cenderung fokus pada aspek kognitif (pengetahuan) siswa, sedangkan aspek afektif (sikap, nilai-nilai) dan psikomotorik (keterampilan) jarang dievaluasi secara menyeluruh. Keterbatasan waktu menjadi faktor utama yang menghambat pelaksanaan evaluasi komprehensif. Jumlah waktu yang terbatas mengarah pada prioritas yang lebih tinggi terhadap evaluasi yang dapat dilakukan dengan cepat dan efisien, yaitu evaluasi kognitif. Selain itu, keterbatasan fasilitas juga turut mempengaruhi pelaksanaan evaluasi. Evaluasi aspek afektif dan psikomotorik sering kali memerlukan pendekatan dan alat yang berbeda, seperti observasi langsung terhadap perilaku siswa atau penggunaan alat peraga untuk mengukur keterampilan praktis. Kurangnya fasilitas ini membuat implementasi evaluasi menjadi lebih sulit dilakukan. Untuk mengatasi problematika ini, perlu dilakukan pemikiran strategis dalam perencanaan evaluasi yang lebih holistik. Hal ini mencakup pengembangan metode evaluasi yang dapat mengukur tidak hanya pengetahuan (kognitif), tetapi juga sikap dan keterampilan siswa (afektif dan psikomotorik). Selain itu, pemenuhan fasilitas yang memadai juga penting untuk mendukung keberhasilan implementasi evaluasi yang lebih komprehensif dan berimbang. Dengan demikian, proses evaluasi di MA Hasanuddin Gaprang dapat memberikan petunjuk yang lebih lengkap tentang pencapaian dan perkembangan holistik siswa.
Dari penjelasaan hambatan – hambatan dalam pembelajaran membaca Al Quran di atas, pihak sekolah dan para guru terus berupaya dan berinovasi untuk memperbaikinya. Upaya tersebut dapat dilakukan oleh para guru maupun pihak sekolah untuk mengembangkan keterampilan membaca Al Quran di MA Hasanuddin meliputi:
1. Mengadakan Khotmil Qur’an untuk para siswa setiap hari minggu. Kegiatan ini diikuti oleh para siswa dan didampingi oleh para guru yang sudah ditunjuk. Pada acara tersebut siswa akan membaca Al Quran secara bergiliran sampai khatam Al Quran. Harapan dari diadakannya kegiatan ini yaitu, untuk membiasakan dan melatih kemahiran membaca Al Quran para siswa. Sehingga kemahiran mereka semakin meningkat dan baik.
2. Menyarankan para siswa untuk melanjutkan pendidikan agamanya di sekolah Diniyah maupun Pondok Pesantren di daerah asal mereka merupakan langkah yang dapat memberikan manfaat signifikan. Di Kabupaten Blitar, terdapat banyak sekolah Diniyah maupun pondok pesantren yang sudah terkenal memberikan pendidikan agama yang berkualitas bagi siswa sekolah. Berikut adalah beberapa manfaat dari menyarankan hal ini:
3. Memperdalam tata cara membaca Al Quran dengan baik dan benar sesuai Makhorijul huruf-nya, sesuai denga Tajwid, dan membaca dengan lancar Tartil.
4. Penguatan Pendidikan Agama: Sekolah Diniyah dan Pondok Pesantren biasanya memberikan fokus yang lebih mendalam dalam pendidikan agama, termasuk dalam hal mempelajari Al Quran, mempelajari hadis, dan memahami ajaran Islam secara lebih mendalam.
5. Pengembangan Karakter: Pendidikan Sekolah Diniyah dan Pondok Pesantren tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan moral siswa. Hal ini dapat membentuk kepribadian siswa yang kuat berdasarkan nilai-nilai Islam.
6. Lingkungan yang Mendukung: Lingkungan di sekolah Diniyah dan Pondok Pesantren cenderung lebih kondusif untuk pembelajaran agama, dengan adanya kegiatan-kegiatan keagamaan dan kebersamaan yang memperdalam pemahaman siswa terhadap Islam.
7. Pemeliharaan Budaya Lokal: Dengan melanjutkan pendidikan di daerah asal, siswa dapat tetap terhubung dengan budaya dan nilai-nilai lokal yang khas, sekaligus mengembangkan rasa kecintaan terhadap lingkungan dan komunitas mereka.
8. Mengurangi Beban Transportasi dan Akomodasi: Melanjutkan pendidikan agama di daerah asal dapat mengurangi beban finansial dan logistik bagi siswa dan keluarga, karena mereka tidak perlu meninggalkan lingkungan asalnya untuk belajar.
Dengan memberikan saran ini, diharapkan para siswa dapat mengoptimalkan potensi mereka dalam pembelajaran agama Islam dan mengamalkan nilai-nilai Islam yang diajarkan di MA Hasanuddin dan di lingkungan pendidikan agama lainnya di Kabupaten Blitar.
1. Menerapkan beberapa metode baru dalam mengajar, salah satunya metode pembelajaran menyenangkan untuk pembelajaran membaca Al Quran. Metode ini seorang guru menciptakan suasana menyenangkan dan hangat ketika mengajar[24].
2. Interaksi Aktif: Mendorong interaksi aktif antara guru dan siswa, serta interaksi antara siswa sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pertanyaan, diskusi kelompok, atau kegiatan kolaboratif lainnya yang melibatkan partisipasi semua siswa.
3. Variasi Metode Pengajaran: Menggunakan berbagai metode pengajaran yang menarik dan bervariasi untuk menghindari monoton dan membosankan. Misalnya, pembelajaran berbasis proyek, diskusi, presentasi, simulasi, atau teknik belajar mandiri.
4. Pemanfaatan Teknologi: Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran untuk membuat kelas lebih menarik dan interaktif. Penggunaan multimedia, video pembelajaran, atau aplikasi edukasi dapat membantu memperkaya pengalaman belajar siswa.
5. Keterlibatan Siswa: Memberikan kesempatan untuk siswa berpartisipasi aktif dalam proses belajar. Misalnya, melalui kegiatan praktik langsung, permainan peran, atau eksperimen yang relevan dengan materi pembelajaran.
6. Kreativitas dan Inovasi: Mendorong kreativitas dan inovasi dalam penyampaian materi pembelajaran. Guru dapat menciptakan suasana yang mendukung eksplorasi ide-ide baru dan pemecahan masalah bersama-sama.
7. Evaluasi Formatif: Melakukan evaluasi secara formatif secara teratur untuk memonitor pemahaman siswa dan menyesuaikan pendekatan pembelajaran sesuai kebutuhan mereka.
8. Penggunaan Metode Pengajaran Variatif: Guru dapat mengadopsi berbagai metode pengajaran yang menarik seperti diskusi kelompok, pembelajaran berbasis proyek, simulasi, dan permainan peran. Hal ini akan membantu mempertahankan ketertarikan siswa dan meningkatkan keterlibatan mereka dalam pembelajaran.
9. Pemanfaatan Teknologi: Memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran seperti multimedia, video pembelajaran, dan aplikasi edukasi dapat menambahkan dimensi baru yang menarik dalam proses belajar mengajar. Teknologi juga dapat membantu menghadirkan konten yang lebih visual dan interaktif.
10. Kolaborasi dan Diskusi: Mendorong kolaborasi antara siswa dan juga antara siswa dengan guru dapat meningkatkan pemahaman materi. Diskusi mengenai konsep-konsep yang diajarkan dapat membantu siswa dalam menginternalisasi dan mengaplikasikan materi tersebut.
11. Penilaian Formatif: Melakukan penilaian secara formatif secara teratur untuk memonitor pemahaman siswa selama proses pembelajaran. Ini membantu guru untuk menyesuaikan pendekatan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa.
12. Pembelajaran Aktif: Mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran dengan memberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat, bertanya, dan berdiskusi. Hal ini membantu membangun rasa memiliki terhadap proses pembelajaran.
a. Musholla dan Ruang Kegiatan Agama: Memiliki musholla yang nyaman dan dilengkapi dengan fasilitas seperti sajadah, tempat wudhu, dan perlengkapan ibadah lainnya dapat memberikan ruang yang sesuai untuk kegiatan ibadah harian dan kegiatan agama lainnya.
b. Latihan Reban: Fasilitas untuk latihan rebana atau alat musik tradisional Islam lainnya dapat membantu dalam pengembangan keterampilan seni dan budaya Islam di kalangan siswa. Ini juga dapat menjadi wadah untuk memperdalam pemahaman tentang nilai-nilai dan tradisi Islam.
c. Peringatan Hari Besar Islam: Memiliki fasilitas untuk peringatan hari besar Islam seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan lainnya dapat membantu siswa untuk lebih mendalami makna dan nilai-nilai dari perayaan tersebut. Kegiatan ini juga dapat meningkatkan pemahaman dan kecintaan siswa terhadap ajaran Islam.
d. Penambahan Fasilitas Lainnya: Menyediakan fasilitas tambahan seperti perpustakaan dengan koleksi buku-buku Islam yang lengkap, laboratorium bahasa Arab untuk mendalami pengetahuan tentang Al Quran dan hadis dalam bahasa aslinya, serta ruang kelas yang dilengkapi dengan teknologi modern untuk mendukung pembelajaran yang interaktif.
e. Konsistensi dalam Pemeliharaan dan Penggunaan Fasilitas: Penting untuk menjaga kebersihan, ketersediaan, dan keamanan fasilitas agar dapat digunakan secara optimal oleh siswa dan staf pengajar. Konsistensi ini akan memberikan dampak positif dalam menciptakan lingkungan pembelajaran yang kondusif.
Dengan memberikan sarana pembelajaran Al Quran yang memadai dan berkelanjutan, MA Hasanuddin Gaprang dapat memperkuat komitmen mereka terhadap pendidikan agama Islam yang holistik dan berkualitas bagi para siswa. Selain itu, juga bisa memperluas kesempatan siswa untuk meningkatkan diri secara spiritual dan intelektual sesuai dengan nilai-nilai Islam.
1. Memberikan program beasiswa kepada siswa yang tergolong kurang mampu. Program ini bertujuan membantu siswa yang belum ada biaya untuk keperluan belajar mereka dan harapannya dapat membantu dalam kebutuhan belajar siswa, agar para siswa tetap fokus belajar di sekolah dengan baik.
2. Memberlakukan metode “hadiah dan hukuman”. Metode ini memberlakukan sistem pemberian hadiah kepada siswa yang berprestasi dan hukuman kepada siswa yang gagal, tentunya dengan standar yang disesuaikan dengan kemampuan siswa[25].
Simpulan
Sebagai siswa Madrasah yang baik, memiliki keterampilan dalam membaca Al Quran merupakan suatu keharusan, termasuk mempelajari dan mengamalkannya. Berdasarkan penjelasan di atas, kemampuan membaca Al Quran dengan baik dan benar merupakan aspek penting dan harus diterapkan di setiap pembelajaran. Keterampilan ini seharusnya menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki setiap siswa.
Hambatan membaca Al Quran pasti ada di setiap lembaga pendidkan. Terutama pada MA Hasanuddin, masih banyak siswa yang belum mampu membaca Al Quran dengan benar. Hambatan dalam belajar siswa seperti motivasi belajar yang menurun, metode pengajaran guru yang sudah lama, dan sarana prasarana yang belum memadai memerulkan waktu, biaya dan tenaga yang cukup besar untuk memperbaikinya. Akan tetapi, sebaiknya dengan fasilitas yang sudah tersedia para guru dan pihak sekolah perlu membuat rancangan dan strategi untuk mengatasi hambatan belajar siswa. Inovasi, kreativitas dan pengalaman para guru sangat diperlukan untuk membina para siswa agar lebih baik
Dari hasil observasi dan wawancara dengan siswa MA Hasanuddin, ditemukan bahwa proses pembelajaran membaca Al Quran sudah berjalan sesuai dengan visi dan misi sekolah. Namun, masih belum maksimal karena adanya kendala yang perlu diperbaiki untuk kelancaran proses belajar di MA Hasanuddin. Peneliti juga berharap agar para guru memiliki kesempatan untuk mengikuti pelatihan atau pendidikan lanjutan. Hal ini diharapkan untuk memperkaya metode pengajaran dan membuat para siswa lebih antusias dan semangat dalam belajar
References
[1] M. N. Al Muiz and C. Umatin, “Upaya Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Quran Santri Melalui Metode Ummi di Pesantren Pelajar Al-Fath Kediri,” Edudeena: Jurnal Islam dan Pendidikan Agama Islam, vol. 6, no. 1, pp. 78–86, 2022, doi: 10.30762/ed.v6i1.518.
[2] K. Batistuta, Analisis Kemampuan Membaca Al-Qur’an dengan Tajwid pada Peserta Didik Kelas X SMA Negeri 1 Batu, 2022.
[3] J. Nalysta and A. Kosasih, “Analisis Kesulitan Membaca dan Menulis Al-Quran Peserta Didik di Sekolah Menengah Pertama,” An-Nuha: Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 1, no. 2, pp. 27–32, 2021.
[4] F. S. N. Salsabil, “Analisis Faktor-Faktor Penghambat Kemampuan Membaca Siswa,” pp. 18–24, 2023.
[5] A. Mulia and A. Kosasih, “Strategi Guru PAI Dalam Menghadapi Kesulitan Membaca Al-Quran Peserta Didik Kelas V SD Negeri 04 Kampung Dalam,” An-Nuha: Jurnal Pendidikan Agama Islam, vol. 1, no. 3, pp. 271–280, 2021, doi: 10.24036/annuha.v1i3.80.
[6] Arlina, D. Priantono, I. E. Nasution, R. Munawwarah, and Y. H. Lubis, “Analisis Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur’an Siswa Kelas V-E di Sekolah MIN 12 Medan Tembung,” Al-Ubudiyah: Jurnal Pendidikan dan Studi Islam, vol. 3, no. 2, pp. 57–66, 2022, doi: 10.55623/au.v3i2.117.
[7] S. N. Khofifah and A. P. Astutik, “Implementasi Pembelajaran Ilmu Tajwid dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an,” PAIRF: Jurnal Pendidikan Agama Islam Raden Fatah, vol. 6, no. 1, pp. 441–458, 2024.
[8] A. Muzakki and N. N. Muksin, “Mengedukasikan Hikmah dan Manfaat Jika Rutin dalam Membaca Al-Qur’an pada Ruang Lingkup Remaja Masjid RW 08, KP. Kebantenan, Pondok Aren, Tangerang Selatan,” 2021.
[9] D. Fitriani and F. Hayati, “Penerapan Metode Tahsin untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Al-Qur’an Siswa Sekolah Menengah Atas,” Jurnal Pendidikan Islam Indonesia, vol. 5, no. 1, pp. 15–30, 2020, doi: 10.35316/jpii.v5i1.227.
[10] B. Nurdiana, A. Z. Mafruhah, H. Hasbiyallah, and I. F. Ch, “Faktor Penghambat Kemampuan Siswa SMP dalam Membaca Al-Quran,” Almarhalah: Jurnal Pendidikan Islam, vol. 6, no. 2, pp. 211–219, 2022, doi: 10.38153/almarhalah.v6i2.146.
[11] M. Syaifullah, H. Siregar, Mawaddah, R. Dita, and S. R. Siregar, “Analisis Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur’an pada Siswa Kelas V MI/SD,” Jurnal Pendidikan Tambusai, vol. 6, no. 2, p. 1, 2022.
[12] A. Eku, “Analisis Problematika dalam Membaca Al-Qur’an pada Mahasiswa Semester 8 Jurusan Pendidikan Agama Islam di Institute Agama Islam Negeri (IAIN) Ternate,” Jurnal Pendidikan Islam, vol. 10, no. 3, pp. 955–967, 2024.
[13] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung, Indonesia: Alfabeta, 2013.
[14] D. Meningkatkan and H. Belajar, “Pentingnya Motivasi Belajar dalam Meningkatkan Hasil Belajar,” pp. 289–302, 2021.
[15] N. Z. Elvira, Neviyarni, and H. Nirwana, “Studi Literatur: Motivasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran,” Jurnal Literasi Pendidikan, vol. 1, no. 2, pp. 350–359, 2022, doi: https://doi.org/10.56480/eductum.v1i2.767
[16] A. N. Huwaida, F. Asihanngtyas, S. N. Alviah, and U. M. Tangerang, “Pengaruh Intelegensi dalam Pendidikan Anak,” Jurnal Pendidikan Anak, vol. 2, pp. 42–49, 2020.
[17] N. Purnamasari, Mulyadi, and M. Rohiq, “Pengaruh Latar Belakang Pendidikan dan Minat Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Bahasa Arab di Madrasah Aliyah Laboratorium Jambi,” Jurnal Pendidikan dan Konseling, vol. 4, no. 4, pp. 4530–4534, 2022.
[18] A. Kurnia Sari, M. Nurhadi, and E. P. Tyas, “Analisis Karakteristik terhadap Latar Belakang Peserta Didik bagi Pembelajaran Efektif,” Jurnal Pendidikan Dasar, pp. 30–33, 2022.
[19] A. Rahman, “Pengaruh Negatif Era Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Remaja (Perspektif Pendidikan Islam),” Jurnal Pendidikan Islam, 2016.
[20] I. Bararah, “Pengelolaan Sarana dan Prasarana Pendidikan dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran,” Jurnal Mudarrusuna, vol. 10, no. 2, pp. 351–370, 2020.
[21] A. D. Afifatusholihah, “Pengaruh Metode Mengajar Guru dan Fasilitas Belajar terhadap Hasil Belajar IPS,” Dinamika Sosial: Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, vol. 1, no. 1, pp. 12–20, 2022, doi: 10.18860/dsjpips.v1i1.1010.
[22] N. C. Dewi and T. Sobari, “Pengaruh Alokasi Waktu Pembelajaran Bahasa Indonesia terhadap Minat Belajar Siswa SMK,” Jurnal Pendidikan Bahasa, vol. 2, pp. 391–398, 2019.
[23] L. Fitriyani, “Peningkatan Kemampuan Membaca Al-Qur’an melalui Metode Tartil di SDN 1 Kutadalom Kecamatan Gistig Kabupaten Tanggamus,” Jurnal Pendidikan Islam, vol. 1, no. 1, 2019.
[24] S. D. Siani and B. Haryanto, “Implementasi Metode Fun Learning dalam Pembelajaran BTQ untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa,” Jurnal Pendidikan Islam, pp. 1–13, 2024.
[25] D. Irfansyah, M. Afifulloh, and N. Hasan, “Implementasi Reward dan Punishment dalam Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kedisiplinan Peserta Didik,” Vicratina: Jurnal Pendidikan Islam, vol. 6, no. 4, 2021.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Ulfa Auliatul Faizah, Budi Haryanto

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.