Login
Section Elementary Education Method

Outing Class as a Strategy to Strengthen Merdeka Curriculum Implementation

Kegiatan Lapangan sebagai Strategi untuk Menguatkan Pelaksanaan Kurikulum Merdeka
Vol. 20 No. 1 (2025): February:

Nailirrohmah (1), Moch. Bahak Udin By Arifin (2)

(1) Program Studi Pendidikan GuruMadrasah Ibtidaiyah, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, , Indonesia
(2) Program Studi Pendidikan GuruMadrasah Ibtidaiyah, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, , Indonesia

Abstract:

Background: The Merdeka Curriculum emphasizes flexible and contextual learning, yet limited interactive learning resources in several schools hinder its optimal implementation. Specific Background: SDN Candiharjo has applied Outing Class activities, but no empirical evidence has been documented regarding their contribution to curriculum effectiveness. Gap: Previous studies highlighted benefits of outdoor learning, but none assessed its direct role in strengthening the Merdeka Curriculum within this specific school context. Aim: This study examines the effectiveness of Outing Class in supporting the Merdeka Curriculum and evaluates its contribution to students’ learning outcomes. Results: Using a sequential explanatory mixed-method design, the study shows a significant improvement in students’ scores, with the average increasing from 59.16 to 78.57, and the minimum score rising from 36 to 76. Observations and interviews confirm enhanced engagement, contextual understanding, and social interaction. Novelty: This study provides the first empirical evidence of Outing Class implementation in SDN Candiharjo within the IPAS subject, focusing on the integration of local cultural sites as learning resources. Implication: Findings support the integration of contextual outdoor learning as a practical strategy for strengthening the application of the Merdeka Curriculum in elementary schools.


Highlights:
• Significant learning improvement after Outing Class
• Integration of local culture for contextual learning
• Strengthened implementation of Merdeka Curriculum


Keywords: Merdeka Curriculum, Outing Class, Contextual Learning, Elementary School, Learning Outcomes

Pendahuluan

Kurikulum merupakan komponen esensial dalam sistem pendidikan yang kerap terabaikan. Sebagai sebuah entitas yang kompleks dan multidimensional, kurikulum menjadi titik awal dan akhir dari proses belajar, serta merupakan inti dari pendidikan itu sendiri. Karenanya, kurikulum perlu dievaluasi secara inovatif, dinamis, dan berkala agar relevan dengan perkembangan zaman [1]. Kurikulum pendidikan mengalami evolusi seiring dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Saat ini, kurikulum terbaru yang diadopsi adalah Kurikulum Merdeka. Berbasis pada konsep "Merdeka Belajar", kurikulum ini membedakan diri dari pendahulunya, Kurikulum 2013. Kurikulum Merdeka memberikan otonomi kepada sekolah, guru, dan siswa untuk berinovasi, belajar secara mandiri, dan mengembangkan kreativitas [2]. Kurikulum disusun berdasarkan prinsip-prinsip dasar, dan setiap sekolah diwajibkan untuk mengadopsi dan menerapkannya sesuai dengan pedoman teknis dan implementasi yang ditetapkan oleh pemerintah pusat [3].

Kurikulum merdeka dikatakan efektif apabila sebelum pelaksanaannya, antara lembaga dan guru memenuhi kriteria indikator implementasi keefektifan dari kurikulum merdeka. Menurut terdapat 6 indikator sebuah pelaksanaan kurikulum merdeka dapat dikatakan efektif. Indikator yang pertama adalah pemahaman karakteristik dan struktur kurikulum yang perlu dipahami oleh lembaga dan tenaga pendidik. Indikator yang kedua adalah kesiapan rencana pembelajaran. Indikator yang ketiga adalah kesiapan proses pembelajaran. Indikator yang keempat adalah kesiapan modul bahan ajar. Indikator yang kelima adalah kesiapan sarana dan prasarana. Indikator yang terakhir adalah kesiapan penilaian pembelajaran [4].

Pada implementasinya terdapat problematika berupa guru dituntut secara profesional merancang pembelajaran secara efektif dan bermakna, mengorganisir pembelajaran, memilih pendekatan pembelajaran yang tepat, menentukan prosedur pembelajaran dan pembentukan kompetensi secara efektif, serta menetapkan kriteria keberhasilan [5]. Sehingga bisa dikatakan persiapan implementasi kurikulum merdeka memerlukan proses yang matang dan sumber daya tenaga kependidikan yang kritis serta kreatif sebelum menerapkannya pada peserta didik. Selain itu, sarana prasarana juga perlu diperhatikan dalam keberlangsungan pembelajaran karena difungsikan sebagai sumber belajar. Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dapat memberi siswa pengalaman belajar baik di dalam kelas maupun diluar. Kurangnya sumber belajar juga dapat menghambat kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan analitis, serta mengurangi kemampuan mereka untuk membandingkan informasi dan menarik kesimpulan sendiri[6], [7]. Guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran wajib menyiapkan berbagai sarana dan prasarana dari sekolah yang dapat menarik minat belajar peserta didik [8]. Ketersediaan alat peraga sangat mempengaruhi efektivitas pembelajaran, sehingga pembelajaran yang inovatif, menarik, dan menyenangkan bagi peserta didik dapat tercipta. Alat peraga berperan penting sebagai sumber belajar yang mendukung proses pembelajaran yang berkualitas dan menyenangkan. Dengan demikian, perhatian terhadap penyediaan alat peraga yang memadai menjadi krusial dalam meningkatkan pengalaman belajar siswa [9]. Ketika sarana dan prasarana sekolah tidak memadai maka akan berakibat dalam masalah minimnya pendidikan, disebabkan karena keterbatasan fasilitas sekolah dan pembelajaran yang tidak memadai [10]. Dengan terbatasnya sarana prasarana sebagai sumber belajar dapat menjadi dampak turunnya kualitas belajar peserta didik.

Berdasarkan temuan beberapa studi, ketersediaan sumber belajar yang terbatas berpotensi menghambat guru dalam menyusun program pengajaran yang terstruktur dan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. [11]. Dengan demikian, pembelajaran akan terkesan membosankan, dan guru akan menghadapi kesulitan dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Padahal, suasana belajar dalam Kurikulum Merdeka seharusnya mendukung kemandirian dan interaksi. Penelitian sebelumnya telah mengungkap bahwa guru masih banyak yang menggunakan metode ceramah atau penugasan, sehingga pembelajaran menjadi monoton dan guru tidak memiliki pengalaman memadai dengan konsep Kurikulum Merdeka Belajar. [12]. Maka dari itu, dikatakan implementasi kurikulum merdeka ini belum optimal, karena guru belum paham sepenuhnya terhadap konsep merdeka belajar. Penelitian sebelumnya juga mengungkapkan bahwa kendala yang terjadi sehingga tidak memenuhi 100% itu terdapat pada pencocokan bahan ajar, media, metode, serta pendekatan yang sesuai dengan materi yang diajarkan [13]. Artinya hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh gaya pendidik dalam mengajar, Ketersediaan sumber belajar dan metode yang digunakan dalam pembelajaran. Sehingga diperlukan prinsip pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan memudahkan siswa untuk menerima materi pembelajaran yang nantinya berpengaruh pada hasil belajar siswa.

Tenaga pendidik dapat menggunakan prinsip pembelajaran pada Kurikulum Merdeka salah satunya adalah pembelajaran berdiferensiasi [14]. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang fleksibel, karena bersifat tidak memaksa dan menyesuaikan kebutuhan siswa. Melalui pembelajaran ini peserta didik dapat mengembangkan keterampilan kognitif dan psikomotornya dalam memperoleh ilmu baru berdasarkan lingkungan sekitarnya [15]. Lingkungan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran di sekolah dasar sehingga dimungkinkan siswa sekolah dasar memperoleh pengalaman-pengalaman bermakna sesuai tujuan pembelajaran yang diharapkan [16]. Lingkungan yang dapat digunakan peserta didik sebagai sarana pembelajaran bisa didalam kelas maupun diluar kelas, yang berkonsep siswa dapat belajar dimana saja untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu metode pembelajaran inovatif yang dapat diimplementasikan sebagai pendukung Kurikulum Merdeka adalah Outing Class. Program ini mengintegrasikan aktivitas keterampilan dan permainan bernuansa edukatif yang relevan dengan kehidupan nyata [17]. Kegiatan pembelajaran di luar kelas ini menjadi metode yang efektif dalam menarik antusiasme siswa. Dilangsungkan di lingkungan terbuka, siswa akan merasa leluasa dan bersemangat untuk menelusuri lingkungan guna memperluas wawasan mereka. Melalui aktivitas di Outing Class ini, siswa memiliki kesempatan untuk terlibat aktif dalam eksplorasi langsung lingkungan sekitar. [18]. Outing class, sebuah kegiatan yang melibatkan alam secara langsung untuk dijadikan sebagai sumber belajar, memiliki urgensi yang signifikan dalam pendidikan. Kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan dan keterampilan yang tidak didapatkan siswa di dalam kelas. Semua aktivitas tersebut hanya membutuhkan pemantauan secara seksama, sehingga bisa diarahkan [19]. Selain memberikan pengalaman langsung kepada siswa, metode outing class ini juga dapat menarik perhatian dan antusias siswa saat melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki kualitas pembelajaran karena aspek psikomotoriknya juga berperan. Psikomotorik merupakan aspek yang menjadi awal dari kecerdasan dan emosi sosial [20] Selain itu manfaat outing class dalam pembelajaran adalah dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang alam sekitar, menumbuhkan kecintaan anak terhadap alam sekitar, mengurangi kejenuhan anak saat belajar, membuat anak lebih mudah menerima informasi, menumbuhkan kepedulian anak terhadap alam sekitar, dan merangsang kreativitas anak. Selain itu, pembelajaran outing class membantu guru membuat rencana pembelajaran yang lebih baik.

Urgensi penelitian ini untuk dilakukan pada mata pelajaran IPAS kelas 4 SD karena Outing class ini sudah diterapkan di sekolah SDN Candiharjo akan tetapi belum ada bukti atau penelitian pada SDN Candiharjo, yang menjelskan bahwa Outing Class ini dapat meningkatkan efektivitas kurikulum merdeka. Maka dari urgensi tersebut penelitian ini berfokus pada; pertama, bagaimana efektivitas kurikulum merdeka dalam implementasi outing class. Kedua, bagaimana dampak implementasi Outing Class dalam peningkatan efektivitas kurikulum meredeka. Studi ini akan mengevaluasi sejauh mana outing class dapat meningkatkan keterlibatan siswa, pemahaman materi, dan keterampilan sosial melalui metode pembelajaran yang lebih fleksibel dan kontekstual. Penelitian ini juga akan mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan outing class.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan kurikulum merdeka yang lebih efektif dan meningkatkan kesadaran peserta didik terhadap kekayaan budaya yang berupa candi di lingkungan sekitar. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi guru dan sekolah dalam mengembangkan kegiatan outing class yang lebih efektif dan meningkatkan kualitas pendidikan di SDN Candiharjo.

Metode

Penelitian ini menggunakan menggunakan mix method dengan desain atau model sekuensial eksplanatori [4]. Metode ini menggabungkan antara kuantitatif dan kualitatif secara berurutan. Di mana, penelitian ini dimulai dengan penelitian kuantitatif untuk memperoleh hasil analisis data, kemudian dilanjutkan dengan penelitian kualitatif untuk menemukan penjelasan lebih rinci atas hasil tersebut. Metode kuantitatif menekankan pada pengukuran, sementara kualitatif menekankan pada observasi. Artinya, kedua mekanisme ini diintegrasikan untuk menghasilkan kesimpulan yang kuat, jelas, dan dalam, serta temuan baru.

Figure 1. Gambar 1. Prosedur Penelitian

Penelitian kuantitatif pada fase 1 adalah metode penelitian yang berfokus pada pengumpulan dan analisis data numerik untuk menguji hipotesis dan menjawab pertanyaan penelitian. Rangkaian data kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi. Distribusi frekuensi merupakan penyusunan dan peringkasan data numerik berdasarkan frekuensi munculnya nilai sebelum dan sesudah diterapkannya outing class dalam kurikulum merdeka [5].

Sedangkan penelitian kualitatif pada fase 2 merupakan data tertulis dan perilaku yang dapat diamati yang dihasilkan dari prosedur penelitian [6]. Peneliti menggambarkan secara sistematis, akurat, dan faktual detail fenomena yang berkaitan dengan subjek yang diteliti melalui teknik deskriptif. Untuk mengetahui seberapa efektif peningkatan kurikulum merdeka melalui implementasi outing class.

Penulis memilih lokasi penelitian di SDN Candiharjo, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto. Penulis memilih tempat ini sebagai objek penelitian karena di SDN Candiharjo sudah menerapkan kurikulum merdeka pada kelas 4 dan juga telah mengimplementasikan outing class. Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa hasil observasi dan wawancara pada saat penelitian berlangsung sedangkan data sekunder berupa data dokumen.

Teknik pengumpulan data didapatkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Observasi dilakukan secara langsung agar dapat merasakan suasana dan kondisi subjek penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Candiharjo. Penelitian ini menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan menyiapkan pertanyaan kepada guru mata pelajaran IPAS untuk mengetahui informasi lebih mendalam. Sedangkan dokumentasi merupakan pengumpulan data dalam bentuk LKPD berupa buku kecil yang berisikan pertanyaan untuk peserta didik kegiatan seputar kegiatan outing class, dan dokumentasi saat outing class berlangsung atau catatan lain yang mendukung penelitian

Hasil dan Pembahasan

A. Efektivitas Kurikulum Merdeka dalam Implementasi Outing Class

Pembelajaran menggunakan kurikulum merdeka menuntut guru agar menciptakan pembelajaran yang interaktif. Karena dengan metode yang menyenangkan dan kreatif akan menstimulasi kinerja otak peserta didik lebih dari menggunakan materi yang ada di buku dan penjelasan di papan tulis [7]. Namun minimnya fasilitas sekolah menghambat terciptanya pembelajaran yang interaktif. Guru tidak akan secara leluasa memberikan pembelajaran interaktif dengan kondisi fasilitas yang terbatas. Sehingga membutuhkan suasana belajar baru untuk menciptakan inovasi pembelajaran yang menyenangkan. Outing Class merupakan salah satu rancangan program pembelajaran interaktif. Dengan mengimplementasikan Outing Class akan berarti sesuai dengan kurikulum merdeka yang bersifat berdeferensiasi, yakni menyesuaikan kebutuhan peserta didik untuk membantu mencapai potensi maksimal.

Dengan terlaksananya kegiatan Outing Class, terbukti meningkatkan efektivitas pembelajaran. Di SDN PengasinanVIII dengan nilai signifikansi terhadap korelasi diperoleh t hitung (8,078) > t tabel (1,662) pada α = 0,05 [8]. sesuai yang dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pengalaman belajar di luar kelas dapat memperdalam kemapuan kognitif pemahaman siswa terhadap materi, meningkatkan keterlibatan, dan memfasilitasi pembelajaran yang lebih kontekstual, sehingga menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna dan berkesan.

Di SDN Candiharjo Mojokerto, Outing Class diimplementasikan sebagai salah satu program pembelajaran interaktif agar peserta didik memiliki pengalaman baru diluar kelas. Program ini telah berjalan 4 tahun dan dilaksanakan sesuai analisis kebutuhan peserta didik oleh guru mata pelajaran yang menyesuaikan dengan materi. Sehingga peserta didik memiliki pengalaman baru dengan belajar secara langsung. Program ini terakhir diimplementasikan pada kelas IV mata pelajaran IPAS yang mengunjungi Candi Bangkal dan Candi Jedong.

Figure 2. Gambar 2.1 Pelaksanaan Implementasi Program Outing Class

Figure 3. Gambar 2.2 Pelaksanaan Implementasi Program Outing Class

Outing Class merupakan elemen penting dalam peningkatan efektivitas kurikulum merdeka. Pertama, merupakan pembelajaran kontekstual yang mengintegrasikan antara materi dengan konteks dunia nyata. Kedua, peserta didik melakukan kolaborasi dan interaksi untuk melakukan kerjasama. Ketiga, sebagai stimulasi kreativitas dan inovasi peserta didik untuk mengembangkan ide-ide baru. Keempat, menghasilkan pengalaman belajar yang lebih holistik dan bermakna bagi peserta didik.

Maka untuk mengetahui seberapa efektif implementasi program Outing Class untuk meningktakan efektivitas kurikulum merdeka, peneliti menggunakan teknik pengolahan data distribusi frekuensi. Teknik pengolahan data yang menampilkan jumlah nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, nilai tengah dan nilai yang sering muncul. Adapun sample yang diambil adalah kelas IV yang berjumlah 37 Siswa.

Figure 4. Gambar 3. Tabel Hasil Uji Distribusi Frekuensi

Pada tabel 1 merupakan hasil uji Distribusi frekuensi. Diketahui rata-rata nilai responden sebelum intervensi adalah 59.16, menunjukkan nilai yang relatif rendah. Rata-rata meningkat signifikan menjadi 78.57. Peningkatan ini menunjukkan bahwa implementasi Outing Class berhasil meningkatkan pemahaman atau keterampilan siswa. Median 62.00, yang sejalan dengan rata-rata dan Median meningkat menjadi 78.00, menunjukkan bahwa setengah dari siswa mencapai nilai di atas 78 setelah impelementasi Outing Class. Nilai 62 adalah yang paling sering muncul dan Mode berubah menjadi 78, yang mengindikasikan pergeseran yang signifikan dalam performa siswa setelah implementasi Outing Class. Sebelum implementasi, rentang nilai adalah 53, sedangkan setelahnya menyusut menjadi 15. Ini menunjukkan bahwa nilai siswa setelah implementasi Outing Class lebih homogen dan terdistribusi lebih merata. Untuk nilai minimum meningkat dari 36 sebelum implementasi menjadi 76 sesudahnya, dan nilai maksimum juga meningkat dari 89 menjadi 91. Hal ini menunjukkan bahwa semua siswa mengalami peningkatan nilai. Dapat dilihat dari Total skor sebelum implementasi Outing Class adalah 2189, sedangkan setelah implementasi Outing Class menjadi 2907. Peningkatan total skor ini adalah indikasi kuantitatif yang jelas bahwa implementasi Outing Class memberikan dampak positif secara signifikan.

B. D ampak Implementasi Outing Class dalam Peningkatan Efektivitas Kurikulum Merdeka

Pelaksanaan Outing Class di SDN Candiharjo dilaksanakan dengan perancangan dan persiapan yang menyeluruh. Pihak sekolah melakukan pengkajian kebutuhan, merancang materi, serta menetapkan tujuan pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Merdeka. Langkah-langkah ini sejalan dengan hasil penelitian terdahulu yang menggarisbawahi krusialnya perencanaan matang untuk menjamin efektivitas kegiatan belajar Outing Class [9].

Outing class diadakan dengan tujuan utama untuk menyajikan pengalaman belajar interaktif dan kontekstual bagi siswa. Dengan mengunjungi lokasi-lokasi edukatif, seperti mengunjungi candi-candi bersejarah seperti yang telah dilakukan SDN Candiharjo. Sehingga siswa dapat mengaitkan teori dengan praktik secara langsung. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan minat belajar dan pemahaman materi, sejalan dengan penelitian [10] yang mengidentifikasi dampak positif outing class terhadap motivasi dan hasil belajar siswa.

Selain itu, kegiatan outing class juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial dan karakter siswa sesuai implementasi sikap profil penguatan pelajar pancasila dalam kurikulum merdeka. Melalui aktivitas kelompok, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dalam komunikasi, kolaborasi, dan tanggung jawab mereka. Temuan ini didukung oleh penelitian [11] yang menunjukkan peningkatan aspek afektif dan psikomotorik siswa setelah mengikuti outing class.

Meskipun terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan Outing Class, seperti koordinasi dan pembiayaan, pihak sekolah berhasil dapat mengatasi tantangan tersebut dengan baik dan efektif. Komunikasi yang intensif dengan wali murid, pemilihan lokasi edukatif yang sesuai dengan pembelajaran, serta upaya meningkatkan partisipasi siswa menjadi solusi yang diterapkan. Hal ini sejalan dengan rekomendasi penelitian [12] untuk mengoptimalkan koordinasi dan keterlibatan para pihak terkait dalam pelaksanaan kegiatan Outing Class.

Selama kegiatan pembelajaran Outing Class, pihak sekolah memberikan petunjuk secara menyeluruh kepada siswa untuk menekankan nilai-nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan keselamatan. Selain itu, siswa dilibatkan dalam beragam aktivitas yang menarik, meliputi kunjungan ke candi, diskusi langsung mengenai materi pelajaran bersama pemandu wisata, permainan, dan pendokumentasian melalui foto bersama. Aktivitas-aktivitas ini bertujuan menciptakan pembelajaran yang inovatif dan berfokus pada siswa. Pihak sekolah beranggapan bahwa melalui keterlibatan aktif, siswa akan lebih termotivasi dan memperoleh pemahaman yang lebih komprehensif.Analisis ini didukung oleh temuan dari studi-studi terdahulu Wibowo (2020) yang mengidentifikasi pentingnya desain kegiatan outing class yang terpusat pada siswa. Selain itu, pemilihan aktivitas yang sesuai dengan karakteristik dan minat siswa juga berkontribusi pada peningkatan efektivitas outing class. Melalui berbagai aktivitas yang menarik, diharapkan siswa dapat membangun koneksi yang lebih kuat antara teori dan praktik, serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreativitas. Kegiatan outing class yang dirancang secara komprehensif dan partisipatif juga menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Evaluasi outing class dilakukan secara komprehensif, mencakup aspek seperti partisipasi siswa, relevansi kegiatan dengan kurikulum, dan umpan balik dari siswa harus diperhatikan. Proses ini bertujuan untuk mengukur dampak kegiatan terhadap pencapaian tujuan pembelajaran dan efektivitas kurikulum merdeka. Selain itu, evaluasi juga mencakup penilaian terhadap penyelenggaraan kegiatan, termasuk pengaturan waktu, lokasi, dan keamanan. Temuan ini sejalan dengan penelitian [13] yang menekankan pentingnya evaluasi yang sistematis untuk mengoptimalkan pelaksanaan outing class. Dengan melakukan evaluasi yang menyeluruh, sekolah dapat mengidentifikasi kekuatan dan area yang perlu diperbaiki untuk outing class di masa depan.

Figure 5. Gambar 4. Grafik Peningkatan Nilai dari Implementasi Outing Class.

Berdasarkan diagram pada gambar 3 menunjukkan hasil evaluasi implementasi Outing Class Hasil mengalami peningkatan dan berdampak positif terhadap efektivitas kurikulum merdeka. Penelitian ini dapat dibuktikan melalui nilai sebelum implementasi Outing Class yang masih rendah kemudian meningkat setelah adanya Outing Class. Siswa menunjukkan peningkatan minat belajar, keterampilan sosial, dan pemahaman materi. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang mengidentifikasi dampak positif outing class terhadap keterlibatan aktif siswa dan pencapaian tujuan pembelajaran [14]. Pihak sekolah juga melihat adanya peningkatan pemahaman siswa terkait materi sejarah dan budaya lokal. Kegiatan outing class yang mengunjungi candi-candi memberikan pengalaman belajar yang lebih kontekstual bagi siswa dan peningkatan pengetahuan siswa melalui outing class. Selain itu, dampak outing class juga terlihat dari peningkatan aspek kognitif dan afektif siswa. Siswa menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan sikap positif terhadap pembelajaran. Hal ini sejalan dengan penelitian [15] yang menekankan pengembangan kompetensi holistik siswa melalui kegiatan outing class.

Secara keseluruhan, implementasi outing class di sekolah ini telah memberikan dampak positif terhadap peningkatan efektivitas pelaksanaan kurikulum merdeka. Kegiatan ini berhasil menciptakan pengalaman belajar yang lebih kontekstual, menarik, dan mengembangkan aspek kognitif serta afektif siswa. Temuan ini memperkuat hasil penelitian-penelitian sebelumnya dan menunjukkan bahwa penerapan outing class dapat direkomendasikan sebagai strategi pembelajaran yang efektif dalam mendukung kurikulum merdeka. Maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dari implementasi Outing Class terhadap peningkatan efektivitas kurikulum merdeka pada siswa kelas IV SDN Candiharjo. Rangkaian proses implementasi Outing Class dalam meningkatkan Efektivitas kurikulum merdeka dapat dilihat melalui analisis hasil wawancara menggunakan aplikasi atlas.ti seperti yang tertera pada gambar 5.

Figure 6. Gambar 5. Analisis Hasil Wawancara.

Simpulan

Simpulan menggambarkan jawaban dari hipotesis dan/atau tujuan penelitian atau temuan ilmiah yang diperoleh. simpulan bukan berisi perulangan dari hasil dan pembahasan, tetapi lebih kepada ringkasan hasil temuan seperti yang diharapkan di tujuan atau hipotesis. Bila perlu, di bagian akhir simpulan dapat juga dituliskan hal-hal yang akan/perlu dilakukan terkait dengan gagasan selanjutnya dari penelitian tersebut.

simpulan dinyatakan sebagai paragraf. Numbering atau itemize tidak diperkenankan di bab ini. Subbab (misalnya 7.1 Simpulan, 7.2 Saran) juga tidak diperkenankan dalam bab ini.

Ucapan Terima Kasih

Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi Outing Class secara signifikan meningkatkan efektivitas Kurikulum Merdeka di SDN Candiharjo. Data kuantitatif yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari 59.16 sebelum kegiatan Outing Class menjadi 78.00 setelahnya, yang mencerminkan pemahaman dan keterampilan siswa yang lebih baik. Hal ini juga diindikasikan oleh peningkatan nilai minimum dan maksimum, serta pergeseran mode nilai, yang menunjukkan bahwa semua siswa mengalami peningkatan dalam hasil belajar mereka. Dengan demikian, Outing Class terbukti berhasil menciptakan lingkungan pembelajaran yang interaktif dan kontekstual, sesuai dengan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka.

Lebih jauh, hasil penelitian ini menegaskan pentingnya perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Outing Class yang terstruktur dan komprehensif. Kegiatan ini tidak hanya meningkatkan minat belajar siswa, tetapi juga mengembangkan keterampilan sosial dan karakter mereka melalui interaksi dalam kelompok. Meskipun terdapat tantangan dalam pelaksanaan, seperti koordinasi dan pembiayaan, sekolah mampu mengatasi hambatan tersebut melalui komunikasi yang baik dengan orang tua dan pemilihan lokasi edukatif yang sesuai. Oleh karena itu, penelitian ini merekomendasikan penggunaan Outing Class sebagai strategi pembelajaran yang efektif dalam mendukung Kurikulum Merdeka di sekolah dasar.

References

[1] M. Cholilah, A. G. P. Tatuwo, Komariah, and S. P. Rosdiana, “Pengembangan Kurikulum Merdeka Dalam Satuan Pendidikan Serta Implementasi Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Abad 21,” Sanskara Pendidikan dan Pengajaran, vol. 1, no. 2, pp. 56–67, 2023, doi: 10.58812/spp.v1i02.110.

[2] D. Rahmadayanti and A. Hartoyo, “Potret Kurikulum Merdeka, Wujud Merdeka Belajar di Sekolah Dasar,” J. Basicedu, vol. 6, no. 4, pp. 7174–7187, 2022, doi: 10.31004/basicedu.v6i4.3431.

[3] K. Nisa, “Analisis Kritis Kebijakan Kurikulum: Antara KBK, KTSP, K13 dan Kurikulum Merdeka,” Ar-Rosikhun J. Manajemen Pendidikan Islam, vol. 2, no. 2, pp. 118–126, 2023, doi: 10.18860/rosikhun.v2i2.21603.

[4] N. K. C. Purani and I. K. D. A. Susanto Putra, “Analisis Kesiapan Guru Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di SDN 2 Cempaga,” J. Pendidikan Dasar Rare Pustaka, vol. 4, no. 2, pp. 8–12, 2022, doi: 10.59789/rarepustaka.v4i2.125.

[5] I. K. W. Wiguna and M. A. N. Tristaningrat, “Langkah Mempercepat Perkembangan Kurikulum Merdeka Belajar,” Edukasi J. Pendidikan Dasar, vol. 3, no. 1, p. 17, 2022, doi: 10.55115/edukasi.v3i1.2296.

[6] U. H. Salsabila and N. Agustian, “Peran Teknologi Pendidikan Dalam Pembelajaran,” Sentri J. Riset Ilmiah, vol. 3, no. 7, pp. 3257–3262, 2024, doi: 10.55681/sentri.v3i7.3115.

[7] F. B. Dopo and C. Ismaniati, “Persepsi Guru Tentang Digital Natives, Sumber Belajar Digital dan Motivasi Memanfaatkan Sumber Belajar Digital,” J. Inovasi Teknologi Pendidikan, vol. 3, no. 1, p. 13, 2016, doi: 10.21831/tp.v3i1.8280.

[8] R. D. K. Sari and M. Arifin, “Penerapan Model Pembelajaran Make a Match untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Kelas IV MI Miftahul Ulum Kraton pada Tema 6,” Modeling J. Program Studi …, vol. 9, pp. 281–291, 2022.

[9] Nurdyansyah, B. Udin, and M. A. Rosid, “Pengembangan Media Alat Peraga Edukatif Interaktif (APEI) Laboratorium Bengkel Belajar Berbasis Custom By User,” J. Teknologi Pendidikan, vol. 6, no. 1, pp. 54–71, 2021, doi: 10.32832/educate.v6i1.4047.

[10] P. Padlan, F. Nurmahmudah, and D. M. Nasaruddin, “Manajemen Pemanfaatan dan Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan di SD Muhammadiyah Tanjung Redeb,” J. Pendidikan Tambusai, vol. 6, no. 2, pp. 16319–16328, 2022.

[11] P. Manurung, “Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Bidang Bimbingan dan Konseling,” Hikmah, vol. 17, no. 2, pp. 115–127, 2021, doi: 10.53802/hikmah.v17i2.96.

[12] W. Windayanti et al., “Problematika Guru Dalam Menerapkan Kurikulum Merdeka,” J. Educ., vol. 6, no. 1, pp. 2056–2063, 2023, doi: 10.31004/joe.v6i1.3197.

[13] D. Permatasari, D. P. Rasmi, and M. Hendri, “Analisis Kreativitas Siswa pada Mata Pelajaran Fisika Materi Momentum dan Impuls Kelas X IPA,” J. Pendidikan MIPA, vol. 12, pp. 682–689, 2022.

[14] S. U. Nirmala et al., “Penerapan Media Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi pada Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar,” Ideguru J. Karya Ilmiah Guru, vol. 9, no. 1, pp. 182–187, 2023, doi: 10.51169/ideguru.v9i1.746.

[15] M. R. Izzul Haq and M. B. U. B. Arifin, “Implementation of the Project-Based Differentiated Learning Model in Science and Social Sciences (IPAS),” J. Pendidikan Glasser, vol. 8, no. 1, pp. 98–113, 2024, doi: 10.32529/glasser.v8i1.3177.

[16] B. Azmy et al., “Optimalisasi Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar: Pengabdian Masyarakat Guru di Sekolah Dasar,” Bernas J. Pengabdian kepada Masyarakat, vol. 4, no. 1, pp. 165–170, 2023.

[17] Listiana, “Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Outing Class Sebagai Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar Tembang Dolanan,” Univ. Muhammadiyah Magelang, 2022.

[18] M. Y. Raga et al., “Efektivitas Gerakan Agroliterasi Melalui Kegiatan Outing Class Untuk Meningkatkan Kreativitas Menulis Peserta Didik Kelas V Sekolah Dasar,” vol. 5, no. 2, 2024.

[19] P. B. Lele et al., “Implementation of Outing Class to Stimulate Student Motivation,” Mattawang J. Pengabdian Masyarakat, vol. 4, no. 1, pp. 1–7, 2023, doi: 10.35877/454ri.mattawang1328.

[20] A. Kamila and R. Hidayaturrochman, “Peran Guru Dalam Mengembangkan Psikomotorik Anak Usia Dini Melalui Media Pembelajaran Outing Class,” Psycomedia J. Psikologi, vol. 1, no. 2, pp. 1–13, 2022, doi: 10.35316/psycomedia.2022.v1i2.1-13.

[21] J. W. Creswell and J. D. Creswell, Mixed Methods Procedures, 2018.

[22] B. P. dan L. Miftahul Jannah, Metodologi Penelitian Kuantitatif, vol. 3, no. 2, 2016.

[23] Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, 2018.

[24] A. K. Syam, S. A. Latief, and A. Syakur, “Efektivitas Penerapan Metode Outing Class Terhadap Kemampuan Menulis Deskripsi Siswa Kelas V SD,” Didaktika J. Kependidikan, vol. 13, no. 1, pp. 991–998, 2024.

[25] S. Rahmatunnisa and F. Herviana, “Hubungan Antara Kegiatan Outing Class Dengan Kemampuan Kognitif Materi Makhluk Hidup di Sekolah Ramah Anak,” El-Muhbib J. Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Dasar, vol. 5, no. 1, pp. 12–25, 2021, doi: 10.52266/el-muhbib.v5i1.613.

[26] S. Maisyarah et al., “Penerapan Metode Outing Class Berbasis Lingkungan di SD Alam Muhammadiyah Banjarbaru,” 2021.

[27] R. L. Rahmawati and F. Nazarullail, “Strategi Pembelajaran Outing Class Guna Meningkatkan Aspek Perkembangan Anak Usia Dini,” J. PG-PAUD Trunojoyo, vol. 7, no. 2, pp. 9–22, 2020, doi: 10.21107/pgpaudtrunojoyo.v7i2.8839.

[28] D. S. W. Lubis, S. G. Dinamika, and Y. A. Lubis, “Membentuk Jiwa Leadership pada Santri Pesantren Modern Saifullah An-Nahdliyah Melalui Kegiatan Outing Class,” PaKMas J. Pengabdian kepada Masyarakat, vol. 3, no. 2, pp. 160–166, 2023, doi: 10.54259/pakmas.v3i2.2103.

[29] A. Lestari, “Pengaruh Pembelajaran Outing Class Pada Merdeka Belajar Untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas V SD Inpres Tamalatea Kabupaten Gowa,” Didaktik J. Ilmiah PGSD STKIP Subang, vol. 9, no. 5, pp. 571–582, 2023, doi: 10.36989/didaktik.v9i5.1965.

[30] R. Subagja and A. Ma’mun, “Perbandingan Minat Belajar Antara Indoor Class dan Outing Class pada Siswa Sekolah Dasar,” vol. 12, no. 2, pp. 234–244, 2024.

[31] M. N. Rusmiati, R. Ashifa, and Y. T. Herlambang, “Analisis Problematika Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar,” Naturalistic J. Kajian dan Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, vol. 7, no. 2, pp. 1490–1499, 2023, doi: 10.35568/naturalistic.v7i2.2203.