Geometric Shapes Media for Cognitive Abilities in Early Childhood
Media Bentuk Geometri untuk Kemampuan Kognitif Anak Usia Dini
DOI:
https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i1.922Keywords:
Early Childhood Education, Cognitive Development, Geometry, Learning MediaAbstract
General Background: Cognitive development in early childhood is a critical foundation for later learning and problem-solving skills. Specific Background: Many children at the age of 4–5 years still experience difficulties in recognizing and classifying geometric shapes, which hinders their logical thinking ability. Knowledge Gap: Previous studies have explored learning media for early childhood, but limited evidence exists on the direct role of geometric shape media in stimulating cognitive growth. Aims: This study aims to examine how geometric shape media can improve the cognitive abilities of children aged 4–5 years in IT Nurul Hidayah Kindergarten. Results: Using a pre-experimental design (one-group pretest–posttest) with 36 participants, the findings show a significant increase in posttest scores compared to pretest (mean score rising from 58.05 to 86.11). Statistical analysis confirmed significance with Tcount = 38.65 > Ttable = 1.691. Novelty: This research highlights the application of simple, tangible, and context-related geometric media that directly engage children in learning through play. Implications: The results suggest that integrating geometric shape media into early childhood learning environments can effectively foster logical reasoning and classification skills crucial for cognitive development.
Hightlights:
-
Geometric media significantly improve children’s cognitive abilities.
-
Novel use of tangible, play-based materials for early learning.
-
Supports practical integration into PAUD learning environments.
Keywords: Early Childhood Education; Cognitive Development; Geometry; Learning Media;
Pendahuluan
Usia dini merupakan awal masa pendidikan yang penting bagi kehidupan manusia, semua instrumen besar manusia terbentuk pada periode ini, baik dari kecakapan psikisnya maupun dari kecerdasannya. Perkembangan kognitif anak merupakan perkembangan yang harus terus di stimulus dengan menggunakan salah satu cara yaitu mengenalkan benda sekitar yang berbentuk geometri. [1] metode tumbuh kembang anak usia dini sangat unik yang mana Integensi, komunikasi dan bahasa yang digunakan sangat khusus serta sosial emosional yang disesuaikan pada tingkat tumbuh kembang anak. Peniru ulung itulah anak usia dini dengan beragam keadaan atau hal yang ada disekitarnya yang dilihat dan didengar oleh anak maka hal itulah yang akan dilakukan oleh anak usia dini, sebab dari itu sebagai seorang pendidik hendaknya melakukan dan memberikan contoh baik agar anak dapat melakukan hal baik pula. Pendidikan Anak Usia Dini ialah salah satu cara untuk mengembangkan dan menstimulus potensi dan berbagai hal yang anak lakukan, mulai dari anak baru lahir sampai enam tahun dengan penerapan rangsangan melalui
Pendidikan guna membantu tumbuh kembang anak, salah satu tujuan agar anak lebih siap untuk memasuki Pendidikan berikutnya. Fungsi Pendidikan anak usia dini ialah untuk mengembangkan, membina dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki pada diri anak secara optimal sehingga kemampuan dan perilaku terbentu
sesuai tahap tumbuh kembang anak. [2]. Salah satu manfaat dari Pendidikan Anak Usia Dini ialah membentuk struktur otak. Di usia 5 tahun, perkembangan otak si Kecil mencapai 90%. Dengan mengikuti Pendidikan Anak Usia Dini anak akan mendapatkan banyak pengalaman yang akan memberikan efek secara jangka panjang bagi masa depannya. Selain itu membentu kepribnadian yang lebih matang pada anak dan perkembangan emosi serta intelektualnya. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) akan membantu kontrol emosi dan mengembangkan kecerdasan anak Anda. Dalam sesi PAUD,
anak akan diajarkan berhitung, membaca, menulis, dan mengasah kreativitas dengan cara menggambar dan bernyanyi. Melatih kemandirian sejak dini seperti yang kita tahu, kisaran usia 3-5 tahun merupakan masa dimana anak masih suka bermanja-manja dengan kedua orangtuanya. Momen inilah yang dapat digunakan untuk melatih kemandirian lewat mendaftarkan ia ke PAUD. Dalam program ini, anak akan mulai dilatih untuk berjauhan dengan orang tua, pergi ke toilet sendiri dan makan sendiri. Terbiasa mengikuti kegiatan terstruktur dalam Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) anak Anda akan mulai terbiasa dengan kegiatan yang terjadwal. Sehingga ia tidak bisa seenaknya sendiri. Kegiatan yang terorganisir dan terjadwal akan melatihnya agar memiliki “Time management” yang lebih baik. Kemampuan mengelola waktu dengan baik ini adalah hal yang sangat dibutuhkan agar anak tahu bagaimana mengatur tahu harus melakukan apa setiap harinya. Belajar berinteraksi dengan teman
Masing-masing anak membutuhkan dorongan bimbingan yang berbeda baik dari yang satu maupun yang lain. Pada undang-undang yang berhubungan dengan sistem pendidikan nasional mengemukakan bahwasanya Pendidikan Dalam peraturan yang terkait dengan sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah program yang diperuntukkan bagi anak-anak mulai dari lahir hingga usia 6 tahun, yang bertujuan memberikan rangsangan pendidikan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka secara fisik dan mental, sehingga mereka siap untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan selanjutnya. [3]
Salah satu tujuan pendidikan anak usia dini ialah untuk menumbuhkan bakat yang dimiliki anak secara optimal berdasarkan masa perkembangan anak dan sebagai bentuk budi pekerti anak mulai anak dalam kandungan, masa bayi sampai anak berusia paling tidak 8 tahun. Jalur Pendidikan formal pertama yang laksanakan oleh anak ialah Pendidikan Anak Usia Dini dengan memiliki salah satu tujuan yaitu memberikan stimulasi pada anak. [4]. Santrock menjelaskan bahwa pertumbuhan anak usia dini mencakup beragam aspek seperti perkembangan kognitif, fisik, moral, sosial emosional, konteks sosial, bahasa, gender, dan identitas diri. Enam aspek utama perkembangan anak pada tahap ini meliputi perkembangan kognitif, motorik fisik, moral dan agama, bahasa, sosial emosional, serta seni. [5]
Dalam Pendidikan anak usia dini perkembangan kognitif merupakan hal yang perlu dikembangkan untuk terus melatih kognitif pada diri anak. Perkembangan kognitif anak pada tahap awal dibagi menjadi empat fase, dimulai dengan tahap sensorimotor (dari lahir hingga 2 tahun), diikuti oleh tahap pra-operasional (dari usia 2 hingga 7 tahun), kemudian tahap konkret-operasional (dari usia 7 hingga 11 tahun), dan terakhir tahap operasional formal (dari usia 11 tahun ke atas). [6]. Tahap perkembangan pra operasional berada pada anak usia TK yang mana merupakan tahapan untuk mempersiapkan kea rah pengorganisasian yang lebih konkret. Pada tahapan inilah anak mulai mengenal yang namanya ukuran dan bentuk. Maka dari itu jika guru menjelaskan tentang sebuah materi diharapkan anak dapat mengetahui hal yang konkret sesuai dengan apa yang dilihatnya. [7]. Selain itu pada tahapan ini anak sudah mulai berproses yaitu dapat berfikir dengan jelas, mengetahui beberapa symbol, Bahasa, gambar dan tanda [8]. Hal yang diharapkan pada kompetensi dan hasil belajar perkembangan kognitif ini ialah anak mampu dalam berfikir secara logis, kritis, mampu memberikan alasan dan dapat menjelaskan antara hubungan sebab dan akibat dalam memecahkan sebuah masalah [9]. Adapun salah satu tujuan pengembangan kognitif anak yaitu agar anak mampu mengelompokkan berbagai benda dengan memiliki persamaan baik dari warna, bentuk maupun ukuran dalam mengelompokkan benda berbentuk geometri, mengelompokkan benda yang memiliki bentuk serupa seperti persegi, lingkaran, dan segitiga serta anak mampu menghitung angka dari 1-20 [10], konsep ukuran dan bentuk sangat erat sekali hubungannya dengan pengembangan konsep geometri. Dengan mengenali berbgai macam bentuk, memisahkan dan melihat gambar seperti persegi, lingkaran dan segitiga adalah salah satu upaya untuk membangun konsep geometri pada anak [11]
Kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun dengan mengenal atau mengetahui bentuk geometri yaitu anak dapat mengelompokkan berbagai macam benda kedalam kelompok yang serupa atau sama, hal tersebut sesuai dengan pendapatnya Sujiono bahwa anak juga dapat berfikir secara logis dan simbolik dengan mengenal perbedaan dan pola. Gardner menyampaikan bahwa kemampuan untuk menghasilkan sebuah karya dan dapat menyelesaikan suatu masalah ialah kemampuan kognitif, dimana salah satu karya yang dihasilkan dapat dihargai oleh suatu kebudayaan[12]. Perkembangan pada kemampuan kognitif berjalan dengan bertahap mulai dari perkembangan fisik dan syaraf-syaraf yang ada pada pusat susunan syaraf [13]. Kemampuan anak usia dini dalam mengenali dan memahami bentuk geometri melibatkan kemampuan untuk mengidentifikasi, menunjuk, menyebutkan, dan mengumpulkan berbagai objek di sekitar berdasarkan bentuk geometrisnya. [14].
Permasalahan yang terjadi berdasarkan hasil pengamatan di TK IT Nurul Hidayah Sampang menunjukkan bahwa terdapat 20 dari 36 anak yang masih belum bisa menunjuk atau menyebutkan bentuk geometri secara benar dan pada saat anak menyebutkan nama dari berbagai bentuk geometri masih sering sekali terbolak balik, serta anak masih belum mampu dalam mengidentifikasi benda yang ada disekitar dengan bentuk geometri, dan terbatasnya pula Alat Permainan Edukatif (APE) yang menarik di sekolah dalam bentuk geometri sehingga kurang mengasah kemampuan kognitif anak.
Maka dari itu peneliti menggunakan bentuk geometri sebagai salah satu media bantu untuk menstimulasi kemampuan kognitif anak pada usia 4-5 tahun. Adapun cara mengenalkan bentuk benda di sekitar anak sama seperti dengan pengenalan bentuk geometri karena pada dasarnya setiap benda yang berada disekitar anak memiliki bentuk geometri seperti pintu, meja, jam dinding dan lainya. Mengenalkan bentuk geometri memiliki salah satu tujuan yaitu sebagai keperluan bermain anak dan kebutuhnya sehari-hrinya. Jika anak memiliki kekurangan kompetensi pada pengenalan bentuk geometri maka hal tersebut akan mempengaruhi tentang pembelajaran matemtika anak dan juga mempengaruhi tentang pengenalan betuk geometri tersebut. [15]. Bentuk geometri termasuk media yang bisa digunakan pada pembelajaran di Pendidikan anak usia dini, Adapun berbagai macam dari bentuk geometri mulai dari persegi, segitiga dan lingkaran. Menstimulasi kemampuan kognitif melalui bentuk geometri memiliki salah satu keunggulan yaitu anak dapat berfikir secara logis dalam pengenalan bentuk dan ukuran.
Fokus penelitian ini yaitu kepada kemampuan kognitif anak melalui media bentuk geometri dengan berfikir logis dengan cara mengenal berbagai perbedaan, klasifikasi dan pola. Peneliti menggunakan media berbentuk geometri yang terbuat dari kain flannel yang didalamnya berisi busa dan memiliki berbagai macam ukuran mulai dari kecil, sedang dan besar. Media berbentuk geometri merupakan media yang dapat dipegang dan diremas oleh anak, sehingga selain melatih kognitif anak, media tersebut juga bisa melatih motoric halus anak, dan dari media tersebut anak bisa mengetahui bentuk geometri dengan sisi-sisi yang dimiliki.
Pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti artikel dengan judul Mengembangakan Kemampuan Kognitif Melalui Media Bahan Kardus Bentuk Geometri di Taman Kanak Kanak Negeri Sekincau Lampung Barat. Yang mana sasarannya adalah anak didik TK B yang berjumlah 17, disana disebutkan bahwa dengan hasil analisis data, Pengamatan dan wawancara menunjukkan bahwa kemampuan kognitif anak meningkat ketika menggunakan media berupa bahan kardus berbentuk geometri. Perubahan ini terlihat dari perbandingan nilai sebelum dan sesudah perlakuan, dengan 17 anak dalam penelitian tersebut. Sebelum perlakuan, 11,8% anak dikategorikan sebagai Belum Berkembang (BB), tidak ada yang Berkembang Sangat Baik (BSB), 64,7% anak dikategorikan sebagai Mulai Berkembang (MB), dan 23,5% anak dikategorikan sebagai Berkembang Sesuai Harapan (BSH). Namun, setelah perlakuan dengan media tersebut, terjadi peningkatan dimana terdapat 4 anak dalam kategori Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dan 13 anak dalam kategori Mulai Berkembang (MB). Yang pertama adalah kegiatan yang dilakukan sebelum pemberian perlakuan (pretest), yang kedua kegiatan dengan pemberian perlakuan (treatment),dan yang ketiga adalah kegiatan setelah pemberian perlakuan yaitu (posttest).Berdasarkan data hasil observasi pada pretest dan posttest dengan menggunakan uji Wilcoxon Matched Pairs Test mengalami peningkatan yang signifikan sehingga Ttabel diperoleh dari tabel nilai kritis dalam test Wilcoxon yaitu 52 yang artinya hipotesis terhadap penelitian diterima yaitu terdapat pengaruh media bentuk geometri terhadap kemampuan kognitif anak kelompok A di TK Islam Asfiyah Lidah Wetan Surabaya. [17]. Dari dua penelitian sebelumnya bisa disimpulkan bahwa media bentuk geometri memiliki pengaruh dalam perkembangan kognitif anak, perubahan yang signifikan dari banyaknya jumlah anak yang belum berkembnag (BB) yang kemudian diberi perlakuan hingga jumlah anak yang belum berkembang (BB) menurun. Dari hal tersebut juga dapat dilihat bahwa pemberian metode yang sesuai sangat berpengaruh dari yang awalnya dilakukan sebuah observasi, analisis data dan wawancara kemudian di angkat untuk dilakukan sebuah pretest, treatment dan posttest. Maka dari itu peneliti mengangkat judul Pengaruh Media Bentuk Geometri terhadap Kemampuan Kognitif anak usia 4-5 tahun di TK IT Nurul Hidayah Sampang, dengan focus peneltian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak dengan cara mengenalkan bentuk-bentuk geometri yang bertujuan agar anak mampu mengelompokkan benda yang memiliki persamaan warna, bentuk dan ukuran, serta agar anak mampu mengidentifikasi benda sekitar dengan bentuk geometri.
Metode
Penelitian tentang pengaruh media bentuk geometri terhadap kemampuan kognitif anak usia 4-5 tahun di TK IT Nurul Hidayah Sampang menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan jenis pre-experimental design ialah one grup pretest and posttest design yaitu rancangan yang mencakup satu kelompok atau satu kelas yang diberikan pra dan pasca uji tanpa adanya kelompok control atau pembanding, dalam penelitian jenis metode ini berupaya untuk mendapatkan hubungan sebab akibat dengan melibatkan satu kelompok atau satu kelas sebagai subjek kemudian dilakukan observasi dan setelah observasi ialah intervensi kemudian dilakukan observasi lagi setelah dilakukan intervensi, (Nursalam, 2014).
Variabel dalam penelitian ini adalah media bentuk geometri (X) sebagai variabel independent, dan kemampuan kognitif anak (Y) sebagai variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 4-5 tahun di TK IT Nurul Hidayah Sampang dengan jumlah anak 36. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini berupa tes yang berdasar pada instrument kemampuan kognitif anak
Indikator pada penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang berjudul Pengaruh Media Tangram Terhadap Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Anak Usia Dini.
Berikut kisi-kisi instrument penilaian pada tabel.1
Tabel 1 instrumen kemampuan anak mengenal bentuk geometri
No. | Indicator | Soal | |
1. | Mengetahui Bentuk Geometri | - | Menunjuk dan menyebutkan bjentuk persegi |
- | Menyebutkan perbedaan bentuk persegi, lingkaran dan segitiga | ||
- | Menunjuk dan menyebutkan ciri-ciri bentuklingkaran | ||
2. | Mengetahui pola geometri dan mengelompokkan bentuk geometri yang sesuai | -- | Mengurutkan bentuk segitiga dari yang terkecil ke yang terbesarMengurutkan bentuk persegi dari yang terbesar keyang terkecil |
Kemampuan kognitif anak melalui media bentuk geometri dengan data pretest dan posttest akan di analisis menggunakan uji T untuk melihat perbedaSebelum melakukan uji T, langkah awalnya adalah melakukan uji prasyarat dengan menggunakan uji normalitas, yang bertujuan untuk memeriksa apakah distribusi data terdistribusi secara normal. Uji ini merupakan salah satu pengujian yang paling umum dilakukan untuk analisis statistik parametrik.
[18]Asumsi yang penting dalam melakukan uji ini adalah bahwa data memiliki distribusi yang normal. Jika nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka data dianggap terdistribusi secara normal; namun, jika nilai signifikansi kurang dari 0,05, maka data dianggap tidak terdistribus
Keterangan :
: Rata-rata xi
μ0: Nilai hipotesis SD: Standart Deviasi
N: Jumlah sampel
Jika thitung>ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima
Kemudian untuk melihat atau menunjukkan kualitas peningkatan kemampuan anak maka dilakukan Uji N Gain, seperti berikut.
Figure 1. Skema model one grup pretest posttest
Hasil dan Pembahasan
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan dengan pemberian perlakuan media bentuk geometri. Pada pemberian perlakuan dilaksanakan selama 2 kali pertemuan, yang di awali dengan pretestyaitu kegiatan awal untuk mengetahui kemampuan anak sebelum diberikan perlakuan melalui media bentuk geometri. Kemudian di akhiri dengan post testyaitu kegiatan untuk untuk mengetahui kemampuan anak setelah diberikan perlakuan melalui media bentu geometri.
Pada kegiatan pemberian perlakuan peneliti menyebutkan bentuk dan ukuran geometri yang dipegang seperti persegi, segitiga dan lingkaran, kemudian peneliti menjelaskan cara mainnya yaitu dengan memasukkan bantalan bentuk geometri pada kotak yang setiap sisinya sudah ada bentuk geometri dengan 3 ukuran yang berbeda. Kemudian dilanjutkan oleh peserta didik yaitu memasukkan bantalan bentuk geometri pada kotak sesuai dengan bentuk dan ukurannya.
Hasil test pada kemampuan mengenal bentuk geometri mengacu pada dua indicator yaitu yang pertama mengetahui bentuk geometri dan yang kedua mengetahui pola geometri dan menggelompokkan bentuk geometri sesuai. Kemudian dapat diperoleh data sebagaimana gambar 1.
Figure 2. Data pretestdan posttestKemampuan Kognitif Anak
Dari data pada gambar 1 dapat terlihat perbedaan nilai rata-rata kemampuan anak mengetahui bentuk geometri, pada sebelum diberikan perlakuan media bentuk geometri nilai rata-rata pada kemampuan anak 58,05 namun setelah diberikan perlakuan media bentuk geometri nilai rata-rata anak mengalami perubahan yaitu 86,11. Selanjutnya hasil uji T dapat dilihat pada gambar 2. Tabel Uji T
Figure 3.
Berdasarkan data pada gambar 2. Diketahui Thitung = 38,65 sedangkan Ttabel = 1,691 sesuai dengan rumus Uji T jika Thitung>Ttabel, maka H0 ditolak yang berarti bahwa variabel X berpengaruh terhadap Y. Yang mana penerapan media bentuk geometri berpengaruh terhadap kemampuan kognitif anak.
Dalam Pendidikan anak usia dini perkembangan kognitif merupakan hal yang perlu dikembangkan untuk terus melatih kognitif pada diri anak. Perkembangan kognitif anak pada tahap awal dibagi menjadi empat fase, dimulai dengan tahap sensorimotor, tahap pra-operasional, tahap konkret-operasional dan tahap operasional formal. Maka dari itu peneliti menggunakan bentuk geometri sebagai salah satu media bantu untuk menstimulasi kemampuan kognitif anak pada usia 4-5 tahun. Adapun cara mengenalkan bentuk benda di sekitar anak sama seperti dengan pengenalan bentuk geometri karena pada dasarnya setiap benda yang berada disekitar anak memiliki bentuk geometri seperti pintu, meja, jam dinding dan lainya. Mengenalkan bentuk geometri memiliki salah satu tujuan yaitu sebagai keperluan bermain anak dan kebutuhnya sehari-hrinya. Jika anak memiliki kekurangan kompetensi pada pengenalan bentuk geometri maka hal tersebut akan mempengaruhi tentang pembelajaran matemtika anak dan juga mempengaruhi tentang pengenalan betuk geometri tersebut. [15].
Di TK IT nurul hidayah terdapat 7 kelas untuk TK A namun peneliti menggunakan rondom sampling sehingga hanya terdapat 1 kelas yaitu TK A1 untuk menjadi sample penelitian krn pada kelas ini jumlah anak yang belum mengetahui tentang bentuk geometri lebih banyak dari pada kelas yang lain. Sehingga memang terbukti terdapat perubahan pada saat anak sebelum diberikan perlakuan dan setelah diberikan perlakuan. Pada jenis penelitian tentang kuantitatif dengan jenis pre-experimental design yaitu one grup pretest dan post test design pada jenis penelitian juga terdapat uji prasyarat dan uji normalitat yaitu digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi adalah sama atau tidak dan untuk mengetahui apakah data yang diamati memiliki distribusi normal atau tidak.
Uji t adalah uji beda ketika ada perbedaan pada saat sebelum dan sesudah diberikan perlakuan maka dapat diketahui media ini memang berpengaruh atau tidak dan pada penelitian ini peneliti telah melakukan uji t dan menggunakan pretest post test kemudian hasil yang didapat oleh peneliti ialah perubahan atau beda dari hasil sebelum dan sesudah diberikan perlakuan.
Berdasarkan karakteristik anak usia dini yang suka sekali bermain, maka dengan menggunakan media bentuk geometri anak selain mengucapkan secara verbal bentuk, ukuran dan warna, anak juga terlihat senang dan aktif dalam bermain. Kemampuan mengenal bentuk geometri dapat mudah di fahami anak melalui penerapan bentuk geometri dalam kehidupan sehari-hari geometri dalam kehidupan sehari-hari [19]. Ditunjang dari data yang ada dilapangan bahwa saat anak ditanya tentang bentuk geometri yang ada dilingkungan mereka atau yang biasa mereka lihat anak dapat menjawab contohnya saat ditanya bentuk lingkaran yang ada disekitar mereka dan anak menjawab jam dinding, contoh lainnya saat anak ditanya bentuk persegi yang ada disekitarnya dan anak menjawab jendela pun saat anak bermain dikelas menggunakan media bentuk geometri anak sudah dapat membedakan bentuk, warna dan ukurannya juga memasukkan bentuk geometri tersebut pada kotak yang tiap sisinya sudah memiliki bentuk geometri dan memiliki ukuran yang berbeda-beda. Dalam pertumbuhannya, anak-anak tidak dapat di pisahkan dari benda-benda yang ada disekitarnya. Sejak kecil anak-anak sudah mengenal benda-benda terdekatnya yang bentuk bendanya sama dengan bentuk geometri, contohnya koin, lemari, meja, buku, bola, atau benda lainnya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan sehari-sehari dan keperluan anak bermain [20].
Kesimpulan
Penerapan media bentuk geometri sangat berpengaruh terhadap kemampuan kognitif pada anak. Dengan menghubungkan bentuk geometri dalam kehidupan sehari-hari dan benda-benda yang ada disekitar termasuk salah satu hal yang melatih kemampuan kognitif anak. Hal ini ditunjang dari data yang diperoleh pada Uji Thitung yakni 38,65 sedangkkan Ttabel ialah 1,691 yang artinya jika Thitung>Ttabel, maka H0 ditolak yang berarti bahwa variabel X berpengaruh terhadap Y. Dengan menggunakan media bentuk geometri selain anak dapat menyebutkan bentuk, ukuran dan warna anak juga terlibat aktif dalam permainan memasukkan bentuk geometri pada balok yang setiap sisinya sudah memiliki lubang bentuk geometri. Sesuai dengan karakteristik pendidikan anak usia dini yakni dalam kegiatan belajar menggunakan seluruh indra anak.
Ucapan Terimakasih
Dalam proses penulisan karya ini, Saya ingin berterimakasih kepada semua orang yang telah membantu saya, Tanpa dukungan dan dorongan dari orang-orang disekitar saya, baik secara langsung maupun tidak langsung, artikel ini mungkin tidak akan terwujud. Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT, kepada kedua orangtua beserta keluarga, kepada pembimbing yang telah membimbing saya hingga dititik ini, kepada kepala sekolah dan guru TK IT Nurul Hidayah Sampang yang telah memberikan izin,dukungan, serta Kerjasama yang baik selama proses penelitian berlangsung. Saya berterimakasih kepada semua pihak yang telah telibat atas penelitian ini dan Upaya semua pihak yang telah berkontribusi terhadapa keberhasilan artikel ini. Semoga hasil penelitian ini dapat memeberikan manfaat dan menjadi acuan atau referensi lembaga pendidikan yang akan mulai menerapkan program pembelajaran inklusi.
References
[1] N. L. Choiriyah and D. Komalasari, “Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Melalui Kegiatan Mencetak Pada Anak Usia 3–4 Tahun,” Unesa Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, no. 1, pp. 1–7, 2014.
[2] Maghfiroh and D. S. Suryana, “Pembelajaran di Pendidikan Anak Usia Dini,” Jurnal Pendidikan Tambusai, vol. 5, no. 1, p. 1561, 2021.
[3] D. Suryana, “Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Perkembangan Anak,” Jurnal Pendidikan Dasar dan Humaniora, vol. 2, no. 1, pp. 65–72, 2014.
[4] C. Astutik, “Penerapan Layanan Bimbingan dan Konseling Pada Anak Usia Dini,” Alpen Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 2, no. 2, 2019, doi: 10.24929/alpen.v2i2.17.
[5] A. Marifah, “Peningkatan Kemampuan Kognitif Dalam Mengenal Bentuk Geometri Melalui Permainan Konstruktif Pada Kelompok A di TK Hikari,” Repository UIN Jakarta, 2018.
[6] K. Anak and U. Dini, “Pembelajaran Seni Musik Bagi Pengembangan Kognitif Anak Usia Dini,” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, pp. 11–21, 2018.
[7] E. Yuni, P. Dewi, K. Mengenal, B. Geometri, and P. Balok, “Kemampuan Geometri Balok,” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 6034, no. 1, pp. 32–45, 2018.
[8] M. Andriyani, “Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk-Bentuk Geometri Datar Melalui Permainan Tradisional Gotri Legendri Pada Anak Kelas B TK Sunan Kalijaga,” Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 4, no. 8, p. 8, 2015.
[9] Y. Novitasari and D. Prastyo, “Egosentrisme Anak Pada Perkembangan Kognitif Tahap Praoperasional,” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Anak Usia Dini, vol. 7, no. 1, pp. 2407–4454, 2020.
[10] N. K. Sarnyani, N. Wirya, and I. N. G. ..., “Penerapan Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Balok Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif Anak,” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, vol. 3, no. 1, 2015.
[11] A. Rusdianti, Y. Solfiah, and R. Kurnia, “Pengembangan Media Getar (Geometri Putar) Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Pada Anak Usia 4–5 Tahun,” Jurnal Review Pendidikan dan Pengajaran, vol. 3, no. 2, pp. 145–152, 2020, doi: 10.31004/jrpp.v3i2.1210.
[12] M. Gardner, “Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Pendidikan Anak Usia Dini Suatu Upaya Geometri Pada Anak Usia Dini,” Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, pp. 1–13, 2018.
[13] F. N. Ulfa, R. Hafidah, and N. K. Dewi, “Mengenal Bentuk Geometri Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Stick Pada Anak Usia Dini,” Kumara Cendekia, vol. 8, no. 1, p. 82, 2020, doi: 10.20961/kc.v8i1.39354.
[14] E. Elan, D. A. Muiz L., and F. Feranis, “Penggunaan Media Puzzle Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri,” Jurnal PAUD Agapedia, vol. 1, no. 1, pp. 66–75, 2017, doi: 10.17509/jpa.v1i1.7168.
[15] L. A. Chusna and M. A. Ningrum, “Pengembangan Media Dakon Geometri Untuk Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Anak Usia 4–5 Tahun,” Jurnal PAUD Teratai, vol. 8, no. 2, pp. 1–6, 2019.
[16] J. B. Mapossa, “Analysis of Health-Related Indicators Among Elderly at Home Using Covariance Structure Analysis,” Journal of Public Health Research, vol. 372, no. 2, 2018. [Online]. Available: https://doi.org/10.1007/s00401-018-1825z
[17] R. H. Rifa’atul Mahmudah, “Pengaruh Media Bentuk Geometri Terhadap Kemampuan Kognitif Anak Kelompok A di TK Islam Asfiyah Lidah Wetan Surabaya,” Jurnal PAUD Teratai, vol. 6, pp. 1–8, 2017.
[18] H. Nurhayati, “Hubungan Kelekatan Aman dengan Perkembangan Anak Usia Dini,” Jurnal Psikologi Pendidikan Anak, no. November, 2015.
[19] A. I. Hamida and C. N. Aulina, “Pengaruh Media Tangram Terhadap Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Anak Usia Dini,” Jurnal PAUD Teratai, vol. 4, no. 2, Apr. 2021.
[20] S. Cania, R. Novianti, and D. Chairilsyah, “Pengaruh Media Glowing City Terhadap Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri Pada Anak Usia Dini,” Journal on Early Childhood, vol. 3, no. 1, 2020.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Umyati, LULUK IFFATUR ROCMAH

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.