The Principal's Role in Implementing Merdeka Curriculum in Elementary Schools
Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar
DOI:
https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i3.905Keywords:
Kurikulum Merdeka, School Principal Role, Leadership, Elementary Education, Implementation StrategyAbstract
General background: The Independent Curriculum provides educators and students with the freedom to design learning according to contextual needs. Specific background: SDN Gunungsari II has implemented the Independent Curriculum in alignment with its principles for an extended period. Knowledge gap: However, limited studies specifically explore the comprehensive role of school principals in leading its implementation within elementary education, particularly in rural contexts. Aims: This study aims to describe the principal’s roles, identify supporting and inhibiting factors, and outline the principal’s strategies in implementing the curriculum at SDN Gunungsari II. Results: Findings reveal that the principal plays essential roles as educator, manager, administrator, supervisor, leader, innovator, and motivator, with significant influence on program continuity. Key challenges include limited teacher understanding, insufficient facilities, and inconsistent government policies, while supporting factors include teacher competency development, active participation in curriculum design, and provision of locally relevant learning materials. Novelty: This study provides a detailed, role-based framework for principal leadership in curriculum implementation. Implications: The findings offer practical insights for policymakers and school leaders in optimizing curriculum application in elementary schools.
Highlights:
-
Comprehensive mapping of principal’s roles in curriculum implementation
-
Identification of specific supports and barriers in rural school settings
-
Practical leadership framework for elementary school principals
Keywords: Kurikulum Merdeka, School Principal Role, Leadership, Elementary Education, Implementation Strategy
Pendahuluan
Mengembangkan potensi diri manusia dan meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah hal yang paling penting dalam kehidupan. SDM pendidikan adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki oleh tenaga pendidik dan kependidikan. [1]. Karena Indonesia memiliki kualitas sumber daya manusia yang rendah dengan dilihat dari masih tertinggal dengan negara asia maupun eropa pada kualitas pendidikannya[2]. Oleh karena itu, dengan perkembangan zaman, pemerintah pusat dan daerah, pembuat kebijakan di tingkat atas, tindakan strategis untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pembuat kebijakan ada tingkat bawah yakni kepala sekolah, melaksanakan ini. Oleh karena itu, diperlukan seorang pemimpin yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan pendidikan di masa depan dengan menerapkan berbagai kebijakan untuk meningkatkan pendidikan dasar.[3] Kepala sekolah memiliki peran penting dalam meningkatkan mutu Pendidikan melalui pelaksanaan kurikulum merdeka belajar. kepala sekolah berperan sebagai pemimpin untuk membantu guru meningkatkan kualitas pengajaran dan mengelola proses pembelajaran. Peran kepala sekolah adalah kunci keberhasilan implementasi. Keberhasilan tergantung pada usaha kepsek dan para guru untuk merubah. Sebagai seorang pemimpin, kepsek berperan penting untuk memotivasi para guru untuk menjadi seorang pendidik yang lebih terampil Selain itu, kepala sekolah juga berperan sebagai pendidik, kepala sekolah memberikan bimbingan dan pemahaman kepada guru tentang konsep pembelajaran individual. [3] Kepala sekolah melalui perannya sebagai manajer/pemimpin harus memastikan penyelenggaraan kurikulum pendidikan khusus dikelola dengan baik, dengan mengacu pada program yang sistematis dan terukur. agar kegiatan yang telah ditetapkan dapat tercapai, dan apabila belum berhasil sebaiknya segera dimutakhirkan dengan melakukan perbaikan Untuk menerapkan konsep Merdeka Belajar di sekolah, kepala sekolah perlu meningkatkan kompetensi kepemimpinannya agar lebih memahami kemampuan stafnya (Mustagfiroh, 2020).
Oleh karena itu, konsep Merdeka Belajar merupakan hal penting bagi kepala sekolah dalam penerapannnya di sekolah yang dipimpinya dengan pemahamannya akan fungsi serta tugasnya. Sebagai kepala sekolah mempunyai peran serta kedudukan sebagai pemimpin yang kedudukannya pada pangkat tinggi di suatu lembaga pembelajaran di sekolah. Pada fungsi kepemimpinan yang dimiliki, diharapkan kepala sekolah dapat melahirkan siswa yang memiliki budi pekerti yang baik serta kognitif ada kecerdasan sehingga selaras dengan konsep Merdeka Belajar, sehingga menjadi memajukan negara serta bangsa yang unggul dan berkualitas di masa yang akan mendatang..[3]
Penyusunan kurikulum merdeka bertujuan untuk sejalan dengan konsep merdeka belajar,yang menekankan kebebasan dan fleksibilitas dalam proses pendidikan. Kurikulum ini di rancang dengan memperhatikan kerangka dasar dan struktur yang bertujuan untuk menguatkan profil pelajar Pancasila, yang merupakan tujuan Pendidikan nasional dengan enam aspek utama : beriman kepada tuhan yang maha esa serta berakhlak mulia, menambahkan nilai-nilai spiritual dan moral yang kuat. Mandiri : mendorong kemandirian siswa dalam berfikir maupun bertindak. Gotong royong : mengfajarkan pentingnya kerja sama dan solidaritas. Berkebinekaan global : menyadarkan siswa akan pentingnya memahami dan menghargai dalam kontek globalan dalam konteks global. Bernalar kritis : mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan analis. Kreatif : mendorong inovasi dan kreatifitas kurikulum ini di susun berdasrkan acuan dan kerangka standard nasional Pendidikan. Yang di jabarkan struktur kurikulum, penilaian ( assesmen ), prinsip pembelajaran , serta capaian pembelajaran. Capaian pembelajaran dalam kurikulum merdeka terdiri dari tiga elemen penting. Nilai agama dan budi pekerti : menekankan pentingnya pengembangan karakter dan nilai moral. Jati diri : mendorong siswa untuk memahami dan menghargai identitas mereka sendiri. Dasar-dasar literasi, matematika, sains, teknologi rekayasa dan seni dan menyediakan fondasi yang kuat dalam bidang-bidang inti tersebut. Kurikulum memberikan kebebasan kepada guru dan siswa dalam mengembangkan minat dan bakat, serta memudahkan proses adaptasi dengan lingkungan sekitar. Selain itu kurikulum merdeka di lengkapi dengan perangkat ajar yang di rancang untukl mengurangi beban kerja dan memaksimalkan pembelajaran, dimana guru berperan sebagai perancang modul dan fasilitator pembelajaran.
Kepala sekolah memanfaatkan pertemuan atau diskusi rutin untuk mengatasi kendala yang muncul, tujuannya untuk mencari solusi dan memberikan arahan, sehingga kendala pelaksanaan rencana belajar mandiri segera teratasi. Hal ini dilakukan baik melalui pelatihan internal maupun eksternal serta kolaborasi dengan rekan kerja untuk meningkatkan pemahaman teknologi dan pembelajaran. Teknologi merupakan bagian penting dalam kurikulum Merdeka Belajar. karena teknologi memberdayakan siswa dalam mengelola media digital, agar pembelajaran menjadi lebih menyenangkan [4].
Pengoptimalan di sekolah dengan mengimplementasikan Kurikulum Merdeka dengan ditambahkan eforma oleh kepemimpinan kepala sekolah secara transformasional dengan strategis. Peran kepala sekolah yang ditentukan oleh motivasi kerja guru dilihat dari kepemimpinan yang berhasil atau tidak serta perancangan dalam mengoptimalkan implementasi Kurikulum Merdeka sesuai strategi serta inoasi dengan diaplikasikan di sekolah dasar. [5].
Hasil penelitian terdahulu tentang implementasi kurikulum meredeka dengan pengarahan akan ketepatan anggota serta bimbingan guru dengan pengadaan rapat oleh kepala sekolah serta memberikan guru kegiatan pelatihan serta pengikutsertakan guru dalam pembinaan, selain itu untuk mendukung IKM di sekolah diberikannya fasilitas yang mendukung dalam sarana serta prasarana, serta rutinnya rapat serta evaluasi dengan monitoring. Orang tua yang kurang memiliki keaktfan dalam peran, sebab adanya perubahan dalam pembelajaran yang dapat dikatakan drastis membuat guru-guru masih mengalami adaptasi, hal itu merupakan beberapa hambatan yang harus dapat diatasi sehingga kepala sekolah memiliki peran yang penting pada implementasi kurikulum merdeka. Peran orang tua, fasilitas sarana dan prasarana, guru, serta sosialisasi kurikulum merdeka merupakan faktor yang dapat mendukung hal-hal tersebut. Untuk menjadi pendidik, superisor, dan pemimpin merupakan kepemimpinan yang dilaksanakan perannya oleh kepala sekolah agar dalam mengimplementasikan kurikulum merdekan dapat secara visioner [6].
Pihak Sekolah mengalami macam-macam kendala, secara internal dan secara eksternal pada kurikulum merdeka yang sedang diterapkan. Pengembangan kemampuan SDM serta heterogennya siswa yang dimiliki merupakan beberapa tantang secara internal yang harus dihadapi. Kurang maksimalnya masyarakat dalam dukungan penggerakan program sekolah yang mewajibkan kolaborasi pada masyarakan merupakan sebuah tantangan secara eksternal [7].Oleh karena itu, peran kepala sekolah sangat berpengaruh implementasi Kurikulum Merdeka, termasuk pendidik, manajer, administrator, pengawas, pemimpin, inovator, dan motivator.[8].
Pemberi arah serta pengatur sekolah yang diperankan manajer pada pimpinan tertinggi di Sekolah merupakan hal yang dapat dilakukan oleh Kepala Sekolah. Daerah kekuasaan yang berada di ruang lingkup dengan bermutunya suatu dinamika merupakan peran dari kepala sekolah sebagai manajer. Manajemen pendidikan, peserta didik, pengelolaan kurikulum, kependidikan keuangan, sarana, prasarana, dan tenaga pendidik merupakan peran kepala sekolah sebagai manajerial Pembimbing serta pembinaan terhadap tenaga kependidikan dan guru merupakan tanggung jawab Kepala Sekolah pada peningkatan pendidikan dari segi mutu. Penggerak pembelajaran pada pusat siswa dengan memberikan seluas-luasnya pada guru yakni kebebasan dalam perancangan kegiatan belajar mengajar pada imlementasinya di merdeka belajar yang tepat sesuai kebutuhaan siswa serta untuk peningkatan potensi diri pada tenaga kependidikan dalam kualitas kerja agar tujuan pendidikan tercpai merupakan tugas Kepala Sekolah [9].
Penggerak dalam menciptakan merdeka belajar di sekolah merupakan proses pembelajaran yang sangat penting untuk guru dari peran keala sekolah. Perwujudan merdeka belajar di sekolah yang dapat dilakukan kepala sekolah, antara lain (1) Pemberian ajaran, dorongan, serta arahan merupakan tanggung jawabnya kepada komunitas sekolah, (2) Sumber daya sekolah dapat digerakkan, direncanakan, dikoordinasikan, serta diselaraskan, (3) Kegiatan Merdeka Belajar dapat diberikan dukungan dalam pendokumenan, pembiayaan, serta penyusunannya, (4) Kondusifnya budaya organisasi sekolah yang diciptakan, (5) Motivasi yang diberikan, dan (6) Pengendalian serta pengawasan yang diberikan [10].
Berdasarkan observasi awal di Ssdn Gunungsari 2 Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan, menunjukkan bahwa sekolah telah melaksanakan kurikulum merdeka sejak tahun 2022 adapun peran kepala sekolah sebagai leader/pemimpin, Untuk itulah tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan peran kepala sekolah dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar. Selain itu peneliti juga akan mendeskripsikan factor pendukung dan juga penghambatnya.
Metode
Pendekatan kualitatif merupakan pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti. Menurut Nazir bahwa metode deskriptif kualitatif yang digunakan dapat dilakukan dengan tujuan memberikan deskriptif secara sistematis, pada objek, manusia, kondisi, peristiwa masa sekarang, serta pemikiran secara akurat dan factual, studi kepustakaan, wawancara, dan observasi. Peran kepala sekolah dalam pengimplemntasiannya di kurikulum merdeka akan dijelaskan pada penelitian ini pada satuan pendidikan sekolah dasar serta pada implementasi kurikulum meredeka akan diberiahukan tantangan yang dihadapi kepala sekolah [7].
iPenelitian ikualitatif merupakan ipenelitian iyang idigunakan iuntuk imenyelidiki, menemukan, imenggambarkan, idan imenjelaskan ikualitas atau ikeistimewaan dari ipengaruh isosial iyang itidak idapat dijelaskan, idiukur iatau idigambarkan. Dengan menerapkan triangulasi, peneliti dapat meningkatkan keakuratan dan objektivitas hasil penelitian, serta memberikan gambaran yang lebih holistik tentang fenomena yang diteliti.
Benda, peristiwa, dan keadaan merupakan persepsi yang memiliki kaitan dengan fenomologi. Pengalaman sadar merupakan sebuah pengeahuan dari pandangan manusia. Fenomologi pada konteks hal ini akan dimunculkan sebagai adanya dengan dibiarkan segala sesuatunya. Makna muncul, satu sisi, memungkinkan realitas/fenomena/pengalaman terungkap. Makna muncul sebagai hasil interaksi antara subjek dengan fenomena yang ditemuinya merupakan sebaliknya. Permasalahan ontologis merupakan jawaban dari permasalahan yang diteliti pada fenomologis. Dalam penelitian fenomenologi akan diberikan langkah-langkah dengan proses pendekatan, penentuan individu serta lokasi, eknik pengumpulan data, prosedur pencatatan data, strategi penentuan pemilihan informan, penyimpanan data tahap pelaoran, serta isu-isu lapangan [11]. Penelitian ini dilakukan di sdn Gunungsari 2 Kecamatan Beji Kabupaten Pasuruan. Pengumpulan data pada penelitian ini adalah wawancara dengan kepala sekolah, observasi saat pembelajaran dan dokumentasi kegiatan pembelajaran dan juga program P5 guru. Adapun analisis data menggunakan triangulasi data. karena Dengan menerapkan triangulasi, peneliti dapat meningkatkan keakuratan dan objektivitas hasil penelitian, serta memberikan Anda sedang melakukan penelitian kualitatif gambaran yang lebih holistik tentang fenomena yang diteliti. Refrensi 20 Miles & Huberman (2009:16) menyatakan bahwa analisis melibatkan tiga aktivitas yang berlangsung secara bersamaan: pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Menurut Miles & Huberman (2007:16), reduksi data adalah bentuk analisis yang mencakup penajaman, pengelompokan, pengarahan, penghapusan data yang tidak relevan, dan pengorganisasian data sehingga kesimpulan akhir dapat diambil dan diverifikasi. Reduksi data adalah proses memilih, memusatkan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data mentah dari catatan lapangan (Miles & Huberman, 1992:16). Penyajian data adalah proses pengorganisasian informasi yang memungkinkan penarikan kesimpulan riset. Tujuan penyajian data adalah untuk mengidentifikasi pola-pola yang bermakna dan memungkinkan penarikan kesimpulan serta tindakan yang diperlukan (Miles & Huberman, 2007:84). Miles & Huberman mendefinisikan “penyajian” sebagai sekumpulan informasi yang terstruktur yang memungkinkan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan adalah bagian dari kegiatan konfigurasi yang utuh (Miles & Huberman, 2007:18).
Hasil dan Pembahasan
A. Peran Kepala Sekolah
Perubahan serta peningkatan yang diikuti dengan perkembangan zaman selalu dialami pada kurikulum pendidikan. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi resmi menerapkan kurikulum merdeka untuk digunakan sejak tahun ajaran 2022/2023 [11]. Kedudukan di unit sosial meruapakan seperangkat pola perilaku dari peran yang memiliki kaitan dengan tugas seseorang. Perilaku yang diatus serta pengharapan dari orang pada suatu posisi tertentu merupakan pengertian dari peran [12]. Kepala dan sekolah merupakan susunan dari 2 kata dari kalimat Kepala Sekolah. Lembaga atau organisasi merupakan pimpinan dari pemimpin serta kepala pimpinan. Tempat bernaungnya peserta didik dalam mendapatkan proses belajar yang resmi merupakan pengertian dari sekolah. Untuk mengetahui sekolah merupakan tempat penyelenggara proses belajar mengajar ataupun terbentuknya interaksi dalam pemberian pengajaran dari guru serta penerimaan pelajaran oleh siswa merupakan definisi dari kepala sekolah. [4]. Kepentingan dalam peningkatan kualitas sekolah merupakan tujuan pada sasaran yang telah mengalami pendiskusian dengan adanya pemimpin/leaders di lingkungan sekolah sebagai pelopor atau acuan perilaku serta sika dengan wewenang pemberian tugas di sekolah agar dapat dicaainya suatu tujuan. Oleh karena itu, kepemimpinan kepala sekolah memiliki kontribusi yang besar [12]. Adapun peran kepala sekolahdalam mengimplementasikan kurikulum merdeka belajar sebagai berikut ;
1. Kepala sekolah berperan sebagai educator (pendidik)
Menunjukkan kepala sekolah memberikan pengajaran, bimbingan, dan arahan kepada guru penerapan Kurikulum Merdeka.Peran aktif kepala sekolah sangat penting dalam membimbing dan membina guru terkait Kurikulum Merdeka, salah satu caranya adalah dengan melakukan evaluasi bersama dengan guru untuk perbaikan lebih lanjut, mengadakan rapat mingguan rutin, dan memberikan pelatihan kepada guru.
2. Kepala Sekolah Sebagai Manajer
Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, seorang manajer membutuhkan sarana manajemen yang disebut dengan unsur manajemen[13]. Kepala sekolah juga bertanggung jawab untuk menyusun dan melaksanakan pengelolaan sumber daya manusia, serta membantu dan membimbing perencanaan kurikulum operasional sekolah. Termasuk dalam tugas ini adalah merencanakan pembelajaran (TP), alur tujuan pembelajaran (ATP), perencanaan dan evaluasi pembelajaran, pembelajaran yang berpusat pada peserta didik, pelaksanaan P5, kolaborasi antara pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, siswa, dan pemangku kepentingan pelaksanaan Kurikulum Merdeka, serta penyusunan dan pengembangan modul atau perangkat pembelajaran.
3. Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Ketua sekolah menjadi mengelola dalam acara aplikasi belajar berdikari kepala sekolah mengelola kurikulum, keuangan, sarana serta prasarana, PPDB, penilaian, pembinaan, dan supervisi. Bahkan jika kepala sekolah bertindak sebagai administrasi, pengelolaan sekolah juga dapat mencakup kurikulum, keuangan, sarana dan prasarana.
4. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor
Kepala sekolah berperan menjadi pengawas pada implementasi acara Merdeka Belajar. Mereka melakukan pemantauan, penilaian, serta bimbingan melalui supervisi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pengajar serta energi kependidikan. menjadi pengawas, ketua sekolah menciptakan lingkungan yang safety serta mendukung bagi guru buat mengembangkan potensi serta kreativitas mereka dengan penuh tanggung jawab, serta membimbing guru agar lebih memahami masalah dan kebutuhan peserta didik.
5. Kep ala Sekolah Sebagai Leader (Pemimpin)
Kepala sekolah secara rutin memberikan pemahaman, tanggung jawab, bimbingan, dan tugas-tugas dalam mengajar serta mendidik serta rapat dengan guru-guru. Untuk meningkatkan kompetensi guru, kepala sekolah menentukan dan menyusun software tahunan, serta memberikan bimbingan dan pelatihan. Kepala sekolah juga melakukan evaluasi rutin membahas application-software sekolah dan menyelesaikan berbagai masalah. Evaluasi formal dilakukan sebulan sekali pada minggu ketiga setiap bulan. Evaluasi antara wakil kepala sekolah dan guru yang dilaksanakan setiap minggu pada hari Kamis. Evaluasi bulanan biasanya membahas application bulan sebelumnya dan application yang belum terlaksana. Evaluasi non-formal sering dilakukan saat upacara bendera, di mana kepala sekolah memberikan amanat atau nasihat, menekankan disiplin kehadiran siswa di kelas dan kerapihan busana. Kepala sekolah juga menegur guru yang kurang disiplin dalam hal kehadiran dan kerapihan, namun dilakukan secara non-public.
6. Kepala Sekolah Sebagai Inovator
Inovasi yang dilakukan oleh kepala sekolah melibatkan koordinasi intensif dengan para pendidik. Kegiatan ini bertujuan untuk mengevaluasi dan memperbaiki kegiatan selanjutnya. Kepala sekolah memberikan panduan kepada pendidik untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam mencapai tujuan pembelajaran bagi siswa, serta meningkatkan kualitas akademik yang dicapai oleh guru. Selain itu, kepala sekolah juga berupaya menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran, meskipun terdapat keterbatasan dana yang menyebabkan fasilitas belum sepenuhnya lengkap seperti di sekolah-sekolah lain.
7. Kepala Sekolah Sebagai Motivator
Kepala sekolah terus memberikan motivasi terkait pelaksanaan kurikulum merdeka sejak awal program kerja. Setiap hari Kamis, diadakan rapat mingguan untuk memantau perkembangan. Supervisi resmi dilakukan sekali setiap semester, baik oleh kepala sekolah sendiri maupun oleh wakil kepala sekolah bidang kurikulum. Terkait dengan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila), bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pendidik dalam melaksanakan proyek secara optimal. Kegiatan kokurikuler berbasis proyek ini dirancang untuk pencapaian kompetensi dan karakter sesuai profil pelajar Pancasila yang disusun berdasarkan Standar Kompetensi Lulusan. Selain itu, meningkatkan semangat para pendidik, kepala sekolah memberikan stimulasi berupa penghargaan, seperti sertifikat atau plakat, di SDN Gunungsari 2 [8].
Sebagai kepala sekolah di SDN Gunungsari 2, peran sebagai pemimpin sangatlah penting. Kepemimpinan memiliki peran sentral dalam sebuah organisasi. Tanpa seorang pemimpin, organisasi tidak dapat berjalan dengan baik. Kepemimpinan sangat vital untuk menggerakkan dan mempengaruhi sumber daya organisasi agar mengikuti arahan pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi [19]. Kepala sekolah adalah seseorang yang menetukan titik pusat dan irama suatu sekolah. Kepala sekolah adalah individu yang menentukan arah dan dinamika sebuah sekolah. Karena sekolah adalah lembaga yang kompleks, diperlukan kerja sama dari berbagai sumber daya yang ada di sekolah. Kemajuan sekolah dapat dicapai jika dipimpin oleh kepala sekolah yang mampu mengelola semua sumber daya dengan baik[3]. Gaya kepemimpinan kepala sekolah dalam implementasi kurikulum merdeka berorientasi pada pengembangan kapasitas dan kompetensi guru serta menciptakan hubungan yang lebih erat dengan para siswa[15].
Manajemen kepemimpinan sangat penting dalam konteks pendidikan Islam karena memegang peranan penting dalam mengarahkan, mengorganisasikan, dan memotivasi seluruh anggota lembaga untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, sebagai suatu sistem kerja, pemimpin harus menggunakan seluruh sumber daya yang ada yang dimilikinya untuk mencapai tujuan tersebut [16]. Untuk menjadi kepala sekolah, mereka harus memiliki kemampuan untuk mengelola sumber daya sekolah secara efektif dan dapat bekerja sama secara sukarela dalam kelompok. Dalam menerapkan kumer kepala sekolah juga melibatkan semua anggota dewan guru, staf sekolah, dan paguyupan wali murid. Dalam hal ini wali murid sangat membantu setiap ada kegiatan , contohnya kegiatan bazar P5 itu kan termasuk kegiatan kewirausahaan wali murid sangat antusias untuk membantu keberlangsungan acara tersebut jadi memang harus ada kerja sama, bukan hanya guru saja, tapi juga dengan stik holder dari lingkungan sekitar termasuk kepala desa, ketua komite dan untuk sekarang ini alhamdulillah jalan terus para paguyupan dan juga stik holder itu juga support dengan kegiatan kegiatan di sekolah kami.
Untuk mengevaluasi kurikulum merdeka di sekolah ini yang pertama itu kita setiap sebulan sekali kita kan setiap minggu pasti ada Namanya kombel atau komunitas belajar di sekolah itu sendiri kita punya esgusara dan kombel itu kita itu sering ada sesi berbagi praktek atau pelatihan. Selain itu kita juga mengadopsi dari PMM karna di PMM itu aplikasi nya banyak refrensi mulai dari pembelajaran P5 kemudian asesmen, kombel ini kita belajar brsama di situ jadi untuk mengevaluasi kurmer itu tadi melalui kegiatan kombel itu setiap sebulan sekali kita mengadakan evaluasi. Adapun yang perlu di evaluasi dalam mengimplemtasikan kurikulum merdeka, yang pertama adaptasi terkait implemtasi kurikulum merdeka ini yang agak membingungkan itu terkadang P5 kegiatan P5 terus untuk pembagian jadwal itu juga yang perlu di evaluasi karna kita juga di sekolah jam belajarnya di mulai jam 7 kalau kelas tinggi itu sampai jam 12 sedangkan kita kan punya program pembiasaan segala macem sampai termasuk exstra kulikuler itu juga harus tercaver di jam tujuh sampai di jam dua belas, jadi di situ kita mensiasati dalam satu jam pelajaran itu tiga puluh lima menit otomatis kita kadang mangkas dalam waktu jam 7 sampai jam 12 itu bisa tercaver termasuk kelas satu dan dua itu yang pulang nya jam setengah 11 kalau kelas satu karna setelah jam 12 jam 1 itu anak anak disana ada kegiatan ngaji di TPQ, dan ada yang madin. Jadi sebelum 1 kegiatan di sekolah harus bisa tercaver semua.
Tahap pertama di implementasikan pada kelas 1 dan kelas 4, kemudian tahun berikutnya kelas 2 dan kelas 5, dan yang terakhir tahun ajaran sekarang 2024 di terapkan di kelas 3 dan kelas 6. Jadi perfase itu mengikuti yang setiap awal. Karena di kumer mempunyai 3 fase. dan sesuai ketentuan dari kumer, sdn gunungsari 2 menerapkan melalui 3 fase ;Fase A tahun 2022 di terapkan di kelas 1 dan kelas 4 Fase B tahun 2023 di terapkan di kelas 2 dan kelas 5 Fase C tahun 2024 di terapkan di kelas 3 dan kelas 6 .
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah sdn gunungsari 2 beji, tanggapan, kepala sekolah terkait kurikulum yang di buat oleh pemerintah itu tentunya di buat dengan segala konsekuwensi, maksud nya dengan perubahan, karena memang dunia ini makin lama semakin berubah, otomatis pengetahuanpun makin lama makin berubah, oleh sebab itu pemerintah mengadakan yang Namanya kurikulum juga harus berubah. Terkait kumer itu merupakan suatu acuhan dalam sebuah pembelajaran, jadi apa yang ada di kumer menyesuaikan dengan konsep pendidikan di era sekarang, tentunya menitik beratkan di kebebasan dari setiap anak. Bebas dalam artian,,! Di kurmer guru benar-benar di beri kebebasan untuk menentukan pilihan tentang pembelajaran yang konstektual yang sesuai dengan kondisi sekolah, kalau kita lihat, kurikulum itu acuhan dari pemerintah itu tidak serta merta kita membuat sama, misalnaya.. : kalau di area perkotaan dengan di daerah pedesaan, terutama daerah pegunungan yang mungkin gak ada sinyal, itu jelas pembelajaranya berbeda. Kemudian kalau masyarakat di pegunungan dengan masyarakat yang tinggalnya di dekat laut itu juga berbeda,, misalnya ; anak-anak di berikan pembelajaran secara konstektual tapi acuahanya tetap menggunakan acuhan dari kumer, tentunya mengadopsi dengan yang Namanya kearifan local [20]. Guru bisa menentukan pembelajaran secara konstektual sesuai dengan karakteristik masyarakat di sekitar sekolah/karakteristik dari setiap siswa. Karena di kumer juga ada pembelajaran yang Namanya disferensiasi, pembelajaran berdesferensiasi itu sangat-sangat flexible/ mengikuti dengan karakteristik pembelajaran dari setiap anak, karena pembelajaran setiap anak itu model berbeda-beda, setiap anak tidak bisa di samakan.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat di Sdn Gunungsari 2 Beji
Berdasarkan temuan data di lapangan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka Belajar tidak langsung berjalan mulus, terdapat beberapa kendala yang dialami terlebih pada awal penerapannya [4]. Salah satu upaya pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pendidikan di berbagai jenjang adalah Kurikulum Merdeka. Saat diwawancarai di SDN Gunungsari 2, ditemukan bahwa ada beberapa hal yang menghambat pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar, termasuk: 1) Kurangnya dukungan dan pemahaman dari guru. Untuk menerapkan kurikulum merdeka, guru memerlukan pelatihan yang cukup. 2) Fasilitas yang kurang. Sekolah kesulitan mendapatkan sarana dan prasarana diperlukan untuk mendukung pelaksanaan kurikulum dengan lancar. 3) Kebijakan yang tidak konsisten dari pemerintah. Agar tidak terjadi perubahan yang sering, yang dapat membingungkan guru dan siswa, pemerintah harus memberikan dukungan yang konsisten. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan sebelumnya yang menghambat pelaksanaan Kurikulum Merdeka di SDN Gunungsari 2, langkah-langkah berikut telah diambil untuk mengatasi hambatan tersebut: 1) Pelatihan dan Peningkatan Pemahaman Guru. Memberikan pelatihan dan meningkatkan pemahaman guru tentang konsep dan tujuan Kurikulum Merdeka membantu mengurangi hambatan dalam pelaksanaan. Pelatihan ini memberikan guru strategi dan keterampilan yang diperlukan untuk menerapkan kurikulum dengan baik. 2) Pendistribusian Sumber Daya. Meskipun belum sepenuhnya lengkap,
Simpulan
SDN Gunungsari 2 telah berupaya menyediakan sumber daya yang diperlukan agar semua siswa dapat memanfaatkan alat dan sumber daya yang diberikan untuk meningkatkan pembelajaran mereka. Untuk mendukung Kurikulum Merdeka, pemerintah dan sekolah harus memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai, termasuk buku teks, sarana dan prasarana pembelajaran, serta kurikulum sesuai. Tim kerja yang terdiri dari guru, kepala sekolah, orang tua, dan siswa membantu menerapkan Kurikulum Merdeka di SDN Gunungsari 2. Tim kerja berperan dalam memastikan kurikulum dijalankan dengan baik dan memberikan dukungan yang diperlukan bagi guru dan siswa.. Di SDN Gunungsari 2, ada beberapa hal yang mendukung pelaksanaan Kurikulum Merdeka Belajar, seperti berikut: 1) Partisipasi aktif guru dan sekolah dalam pembuatan kurikulum sangat penting. Guru dan kepala sekolah harus terlibat secara aktif dalam merancang kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal.2) Pemanfaatan platform Merdeka Belajar, yang membantu guru memperoleh pengetahuan dan keterampilan. 3) Kurikulum Merdeka memungkinkan penggunaan bahan ajar yang beragam dan sesuai dengan konteks lokal. Oleh karena itu, sangat penting untuk menyajikan materi yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa. 4) Perbaikan dan evaluasi kurikulum yang berkelanjutan. Perbaikan dan evaluasi kurikulum harus dilakukan secara rutin untuk memastikan bahwa kurikulum diterapkan sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal, serta memberikan hasil belajar terbaik bagi siswa. [18].
Peran kepala sekolah dalam implementasi kurikulum merdeka sebagai berikut kepala sekolah berperan sebagai educator, manager, administrator, supervisor, leader (pemimpin), innovator dan motivator. Selain itu, kepemimpinan kepala sekolah dalam projek itu meliputi sebagai leader, sebagai motivaor dapat berkomunikasi secara efektif dengan semua kepada siswa, guru, dan staf pendukung. Berdasarkan dari hasil penelitian di SDN Gunungsari II beji, dalam penerapan kurikulum merdeka, kepala sekolah memainkan peran yang sangat penting untuk memastikan kelancaran program yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Peran kepala sekolah sangat berpengaruh dalam implementasi Kurikulum Merdeka, antara lain kepala sekolah sebagai pendidik, kepala sekolah sebagai manajer, kepala sekolah sebagai administrator, kepala sekolah sebagai pengawas, kepala sekolah sebagai pemimpin, kepala sekolah sebagai inovator, dan kepala sekolah sebagai motivator. Tidak adanya dukungan dan pemahaman guru, kekurangan fasilitas, dan kebijakan pemerintah yang tidak konsisten adalah beberapa kendala untuk menerapkan Kurikulum Merdeka. Di sisi lain, peningkatan kompetensi guru, partisipasi aktif sekolah dan guru dalam pengembangan kurikulum, dan penyediaan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan potensi lokal adalah beberapa hal yang mendukung implementasi Kurikulum Merdeka.
References
[1] E. T. Kusuma and I. Rindaningsih, “Perisai,” Jurnal Edukasi dan Pembelajaran, vol. –, no. –, pp. 338–349, 2023.
[2] D. Gati, “Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di MI Walisongo Kranji 01 Kedungwuni,” Undergraduate Thesis, UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan, 2023.
[3] R. S. A. Pamungkas and J. Wantoro, “Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar,” J. Basicedu, vol. 5, no. 5, pp. 524–532, 2020.
[4] S. Khotimah and T. R. Noor, “Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar,” Nuris: Journal of Education and Islamic Studies, vol. 4, no. 1, pp. 33–42, 2024, doi: 10.52620/jeis.v4i1.64.
[5] T. Marliyani, D. M. Irianto, and P. Prihantini, “Peran Kepemimpinan Transformasional Kepala Sekolah dalam Optimalisasi Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Dasar,” Naturalistic Journal of Educational Research and Learning, vol. 8, no. 1, pp. 154–160, 2023, doi: 10.35568/naturalistic.v8i1.3927.
[6] N. A. Rumasukun, M. Faizin, and G. Apia, “Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di SD Negeri 02 Waisai,” Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar, vol. 6, no. 1, pp. 13–22, 2024, doi: 10.36232/jurnalpendidikandasar.v6i1.5220.
[7] W. A. Adha and S. Fadhila, “Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka,” Ibtida: Jurnal Kajian Pendidikan Dasar, vol. 3, no. 1, pp. 50–59, 2023.
[8] S. Reni Azizah, “Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di SDIT Lentera Hati Kaligondang Kabupaten Purbalingga,” Undergraduate Thesis, UIN Prof. K. H. Saifuddin Zuhri, 2024.
[9] E. Hidayat, A. Pardosi, and I. Zulkarnaen, “Efektivitas Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Penerapan Kurikulum Merdeka,” Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, vol. 6, no. 1, pp. 9–18, 2023, doi: 10.30605/jsgp.6.1.2023.2339.
[10] E. Setyawati, Peran Kepala Sekolah sebagai Supervisor dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar (Studi Kasus di SMP Negeri 1 Pudak, Ponorogo), Undergraduate Thesis, IAIN Ponorogo, 2023.
[11] A. Nasir, Nurjana, K. Shah, R. A. Sirodj, and M. W. Afgani, “Pendekatan Fenomenologi dalam Penelitian Kualitatif,” Innovation Journal of Social Science Research, vol. 3, no. 5, pp. 4445–4451, 2023.
[12] M. Akbar, N. K. Putri, S. Febriani, J. I. Abunoya, and Sukemi, “Kajian Literatur: Analisis Kelemahan dan Faktor Penghambat pada Implementasi Kurikulum Merdeka,” Sarjana Thesis, Universitas Mulawarman, 2023.
[13] M. Z. Annaafi and W. Wakhudin, “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mewujudkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila di SD Negeri 2 Sokaraja Kulon Banyumas,” Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Indonesia, vol. 4, no. 2, pp. 613–625, 2024, doi: 10.53299/jppi.v4i2.548.
[14] J. Caron and J. R. Markusen, “Per-capita Income and the Demand for Skills,” Journal of International Economics, vol. 123, Article 103306, 2020.
[15] Y. Suryadi and D. Nurdin, “Manajemen Kepemimpinan Transformasional dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah: Studi Kritis Pola Kepemimpinan dalam Transisi Kebijakan Kurikulum,” Naturalistic Journal of Educational Research and Learning, vol. 8, no. 2, pp. 182–192, 2023, doi: 10.35568/naturalistic.v8i2.4703.
[16] A. Qurnia and I. Rindaningsih, “Urgency of Leadership Management in Islamic Education Institutions,” Jurnal MAMEN: Manajemen, vol. 1, no. 1, pp. 40–46, 2024.
[17] H. B. Rizki, M. Afifulloh, and F. Mustafida, “Implementasi Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka Belajar di Sekolah Dasar Negeri Sumbersari 1 Kota Malang,” JPMI: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, vol. 5, pp. 129–138, 2023.
[18] O. Maharani and I. Rindaningsih, “Penilaian Kinerja sebagai Penentu Prestasi dan Kinerja Tenaga Kependidikan: Literature Review,” MAMEN: Jurnal Manajemen, vol. 2, no. 1, pp. 159–170, 2023, doi: 10.55123/mamen.v2i1.1626.
[19] A. Abi and S. Johan, Metodologi Penelitian Kualitatif, CV Jejak, 2018.
[20] F. S. Wamala, M. Noor, and A. Sutanto, “Peran Kepala Sekolah dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar di SD Islam Al Azhar 50 Metro,” Undergraduate Thesis, Universitas Muhammadiyah Metro, 2024.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2025 Rian Hadi Winarto, Ida Rindaningsih

This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.