Inclusive Learning at ABA Bebekan Kindergarten: Curriculum and Environment Adaptation

Pembelajaran Inklusif di TK ABA Bebekan: Adaptasi Kurikulum dan Lingkungan

Authors

  • Laila Rohma Larasati Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Luluk Iffatur Rocmah Program Studi Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

DOI:

https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i2.898

Keywords:

Inclusive Education, Curriculum Adjustment, Inclusive Environment, Educational Technology, Early Childhood

Abstract

General Background : The implementation of inclusive education is a crucial issue in modern education to ensure all children's right to learn is fulfilled. Specific Background : This study specifically describes the implementation of inclusive learning at TK ABA Bebekan, focusing on curriculum adjustments, the use of inclusive learning technology, and the creation of an inclusive learning environment. Knowledge Gap : While the concept of inclusive education is well-known, there is a lack of detailed descriptive case studies that can serve as a practical guide for other institutions. Aims : The purpose of this research is to provide a comprehensive analysis of how TK ABA Bebekan implements inclusive learning. Results : The findings indicate that the implementation follows a systematic process, including child identification, assessment, and curriculum adjustment. This process also incorporates inclusive learning technology and a supportive environment. The study found no differences in implementation except for learning outcomes. Novelty : The research's novelty lies in its detailed and practical description, which can serve as a model for other educational institutions. Implications : The findings are expected to serve as a valuable reference for schools beginning to apply inclusive learning programs, emphasizing that inclusive practices can be implemented effectively without differentiation, except for adjusted learning outcomes.

Highlights :

  • This research describes the implementation of inclusive education at TK ABA Bebekan.

  • The implementation process involves child identification, assessment, and curriculum adjustments.

  • The study provides a practical reference for other educational institutions looking to adopt inclusive learning programs.

Keywords : Inclusive Education, Curriculum Adjustment, Inclusive Environment, Educational Technology, Early Childhood

Pendahuluan

Di era yang semakin progresif ini, pembelajaran inklusif telah menjadi isu penting dalam dunia pendidikan. Permendiknas No.70 Tahun 2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Siswa Penyandang Disabilitas dan Potensi Intelegensi atau Bakat Khusus, pasal 3 ayat (2) menetapkan bahwa di satuan pendidikan tertentu, siswa dengan disabilitas fisik, emosional, mental,sosisal, atau kecerdasan khusus berhak mendapatkan Pendidikan inklusif sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan mereka [1]. Pembelajaran inklusi adalah suatu system yang memberikan Pendidikan pada tingkat yang memungkinkan semua siswa, yang masing-masing memiliki kapasitas dan bakat intelektual atau bakat khusus yang berbeda, untuk berpartisipasi dalam pembelajaran dan membaca dilingkungan Pendidikan yang terintegritas. Pembelajaran inklusi bertujuan untuk memastikan bahwa setiap individu, temasuk mereka yang memiliki kebutuhan khusus, mendapatkan kesempatan yang sama dalam pendidikan. Menurut MIF. Baihaqi dan M. Sugiarmin, inti dari inklusi adalah hak setiap siswa atas pertumbuhan individu, social, dan intelektual [2]. Di mana dapat diartikan bahwa setiap siswa memiliki atau harus diberi sebuah kesempatan agar ia dapat mencapai potensi yang mereka miliki. Implementasi pembelajaran inklusi membutuhkan perencanaan dan strategi yang tepat untuk memastikan bahwa semua siswa dapat mengakses pendidikan dengan baik dan mencapai potensi mereka secara optimal. Selain itu gagasan pendidikan inklusif merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan proses pembelajaran disekolah [3].

Pendidikan inklusif mempunyai beberapa definisi. Menurut Hildegan Olsen, Pendidikan inklusif berarti sekolah harus menerima semua anak, tidak peduli fisik, intelektual, social, emosional, atau Bahasa mereka. Hal ini juga harus mencakup anak-anak berbakat dan penyandang disabilitas [4].

Sedangkan menurut Staub dan Peck, penyertaan penuh anak-anak penyandang disabilitas ringan, sedang, dan berat didalam kelas merupakan ciri Pendidikan inklusif. Hal ini menunjukkan bahwa ruang kelas adalah tempat yang tepat untuk belajar bagi anak-anak penyandang disabilitas apa pun jenisnya [5]. Dan menurut Smith (2006), inklusi berasal dari kata Bahasa Inggris ‘Inclusion’, dan dalam Pendidikan inklusif, sesuatu yang positif dapat dilakukan untuk mempertemukan anak-anak penyandang disabilitas secara bermakna dan komprehensif, yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu. Pendidikan inklusif mengacu pada pendidikan yang menciptakan lingkungan di mana anak-anak dengan kebutuhan khusus memiliki kesempatan untuk belajar bersama dengan anak lain di sekolah umum dan pada akhirnya menjadi anggota masyarakat yang lebih baik dengan membantu mereka belajar [6].Pendidikan inklusif sendiri dicanangkan melalui berbagai deklarasi dan diperkuat sehubungan dengan system Pendidikan nasional, Undang-Undang No. 20 Tahun 2003, Pasal 5 Ayat 1 sampai 4 menyatakan bahwa 1) Setiap warga negara berhak atas pendidikan yang layak. 2) Warga negara dengan disabilitas fisik, emosional, mental, itelektual, atau social berhak mendapatkan Pendidikan khusus. 3) Warga negara yang tinggal di daerah terpencil atau tertinggal, serta masyarakat adat yang tinggal didaerah terpencil. Berhak memperoleh pendidikan khusus. 4) Warga negara yang memiliki bakat dan potensi intelektual khusus berhak mendapatkan pendidikan khusus, 5) Setiap orang berhak memiliki kesempatan untuk meningkatkan pendidikan sepanjang hidup mereka. Sistem Pendidikan nasional mendorong semua orang untuk mendapatkan Pendidikan berkualitas tinggi [7].

Penelitian terkait Pendidikan inklusif dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya artikel berjudul “Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini Inklusif di Kota Cimahi Jawa Barat” Mereka melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana program yang sedang dilaksanakan di PAUD Pendidikan inklusif di kota tersebut. Penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan deskriptif analisis [8]. Selain itu, penelitian sejenis dilakukan dengan judul “Penerapan Pendidikan Inklusif Pada Pembelajaran Taman Kanak-Kanak (Studi Kasus pada TK Rare Bali School”, tujuan dari dilakukannya penelitian ini untuk mengetahui dan memberikan penjelasan lebih lanjut tentang bagaimana pendidikan inklusif diterapkan di Sekolah TK Rare Bali. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus kualitatif, dan data diperolah melalaui observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Metode analisis Miles dan Huberman digunakan untuk menganalisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan inklusif di Sekolah TK Rare Bali terdiri dari dua komponen: elemen Pendidikan inklusif dan implementasi pendidikan inklusif. Unsur Pendidikan inklusif terdiri dari kurikulum, tenaga pengajar termasuk pendidik berkebutuhan khusus, siswa berkebutuhan khusus dan non-khusus, keterlibatan orangtua dalam pembelajaran, dan keuangan serta sarana yang dapat membantu siswa belajar [9].

Sebagaimana ditegaskan Pendidikan inklusif, menurut Surat Edaran Nomor 380 dari Direktur Jenderal Pendidikan Dasar tahun 2003, inklusi akademik adalah Anak-anak dengan kebutuhan khusus dapat berpartisipasi dalam Pendidikan seperti anak-anak lainnya [10]. Menurut Pasal 1 Pendidikan inklusif, menurut Permendikbud No 70 Tahun 2009, adalah system Pendidikan yang memungkinkan semua siswa yang memiliki kelainan, yang memiliki potensi kecerdasan serta bakat istimewa untuk berpartisipasi dalam pendidikan atau pembelajaran secara bersama-sama dengan siswa lainnya [11]. Oleh karena itu Pendidikan inklusi harus di mulai sejak dini, yang mana dapat diartikan bahwa lembaga PAUD lah yang menjadi salah satu tempat untuk pendidikan inklusif itu sendiri. Menurut divisi untuk Anak Usia Dini (DEC) dan Asosiasi Nasional untuk Pendidikan Anak Usia Dini (NAEYC) tahun 2009, paud inklusif “Inklusi anak usia dini mewujudkan nilai, kebijakan, dan praktik yang mendukung hak setiap bayi dan anak kecil serta keluarganya, terlepas dari kemampuan, untuk berpartisipasi dalam berbagai kegiatan dan konteks yang luas sebagai anggota keluarga, komunitas, dan masyarakat. Hasil yang diinginkan dari pengalaman inklusif untuk anak-anak regular dan anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus serta keluarga mereka adalah rasa memilki dan keanggotaan, hubungan social yang positif dan persahabatan, pengembangan dan pembelajaran untuk mencapai potensi penuh mereka”[12].

Pendidikan Usia Dini merupakan sebuah tempat untuk mengajar, membimbing dan melatih, hal ini diberikan untuk menunjang perkembangan anak secara fisik dan mental serta mempersiapkan mereka untuk pendidikan lanjutan. Selain itu, Pendidikan anak usia dini mendorong perkembangan emosional

Pendidikan Usia Dini merupakan sebuah tempat untuk mengajar, membimbing dan melatih, hal ini diberikan untuk menunjang perkembangan anak secara fisik dan mental serta mempersiapkan mereka untuk pendidikan lanjutan. Selain itu, Pendidikan anak usia dini mendorong perkembangan emosional dan intelektual anak. Sebab anak dapat belajar bersabar, mandiri dan rukun dengan orang lain. Lebih dikuatkan dengan UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan: “ Pendidikan anak usia dini adalah suatu kegiatan pengajaran yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan umur enam tahun, yang dilaksanakan melalaui upaya Pendidikan lebih lanjut [13].

Sebagai tempat bermain, lembaga Pendidikan anak usia dini mengajar berdasarkan prinsip “bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain”. Anak-anak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi, menemukan, dan berkreasi saat bermain. Bermain juga mengajarkan anak-anak tentang lingkungan, orang lain, dan diri mereka sendiri. Pendidikan Anak Usia Dni (PAUD) adalah jenis Pendidikan yang memberikan dorongan terhadap pertumbuhan dan perkembangan fisik serta mental, kemampuan berpikir, kreativitas, emosi, iman, kemampuan berbahasa dan berkomunikasi, kemampuan berinteraksi dan bersosialisai dengan orang lain [14]. Keberhasilan Pendidikan pada jenjang berikutnya secara implisit dimulai dengan pendidikan anak usia dini. Karena itu jika anak siap, anak dapat dengan mudah mengatasi segala kendala yang menghadang anak dalam dunia Pendidikan serta masa depannya.

Menurut Aliyah menyatakan bahwa anak-anak yang dikondisikan untuk mengembangkan kreativitasnya prasekolah memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk menjadi cerdas melalui gambar, permainan edukatif, dan kebebasan berfikir dan bertindak [15]. Hasil kajian longitudinal bidang psikologi perkembangan menunjukkan bahwa kondisi awal perkembangan mempengaruhi perilaku, sikap, dan cara berfikir seseorang saat dewasa [16]. Berdasarkan pendapat tersebut, menunjukkan bahwasannya Pendidikan usia dini sangat penting bagi perkembangan anak.

Pada Era ini sudah banyak lembaga-lembaga PAUD yang menerima anak inklusi akan tetapi belum memenuhi standar pendidikan inklusi itu sendiri atau anak-anak tidak menerima pelayanan yang sesuai dengan karakteristik unik yang dia alami. Di mana banyak lembaga PAUD yang menerima siswa berkebutuhan khusus masih belum mengimplementasikan pendidikan inklusif kepada anak-anak mereka, oleh karena itu dalam penelitian ini akan dibahas terkait dengan Analisis Implementasi Pembelajaran Inklusi di TK ABA Bebekan. TK ABA Bebekan merupakan salah satu sekolah yang ada di Bebekan Kecamatan Taman Kabupaten Sidoarjo, yang telah menerapkan Pendidikan inklusi dan telah ditunjuk sebagai sekolah percontohan Lembaga Pendidikan Inklusi PAUD. Dalam Mujito, Edward Biffling menjelaskan bahwa nilai-nilai kunci yang mendasari sekolah inklusif adalah penerimaan, kepemilikan, dan asumsi-asumsi lain yang mendasari sekolah inklusif. Ini menggambarkan Pendidikan yang baik sebagai pendidikan yang penuh dengan semangat yang mendorong dan memberikan pembelajaran bagi semua anak. Melalui dorongan yang tepat, aktivitas yang relevan, dan lingkungan yang sesuai Pendidikan inklusif mengutamakan pengajaran serta pembalajaran tepat [17].

TK ABA Bebekan sudah menerapkan pembelajaran inklusi sejak tahun 2012 hingga saat ini terdapat 1-2 anak ABK pada setiap kelas. Sekolah juga telah menyiapkan guru pendamping khusus dan setiap pemdamping maximal hanya memegang 1-2 ABK. TK ABA Bebekan menyediakan berbagai fasilitas diantaranya tempat terapi khusus, serta psikolog, yang mana akan selalu ada pemantauan kelas rutin untuk seluruh anak didik disana, dengan tujuan agar kemampuan yang dimiliki anak bisa lebih baik lagi dan cepat berkembang sehingga ketika ada sesuatu pada anak bisa langsung diatasi serta diberikan solusi. Para pendidik disana juga telah banyak dibekali mengenai Pendidikan inklusif serta bagimanakah anak inklusi, agar memudahkan pendidik dalam memahamkan anak didik terhadap pembelajaran yang sedang dilangsungkan. Semua hal ini juga tidak terlepas dari adanya penyesuain kurikulum, penggunaan teknologi serta pembentukan lingkungan belajar yang inklusif.

Dari penjelasan diatas beberapa hal yang juga harus diperhatikan oleh sekolah yang baru menerapkan pembelajaran inklusif ialah penyesuaian kurikulum, penggunaan teknologi Pendidikan dan pembentukan lingkungan belajar yang inklusif. Dikarenakan adanya keterbatasan pemahaman serta pengetahuan tentang penyesuaian kurikulum, penggunaan teknologi pendidikan dan pembentukan lingkungan belajar yang inklusif menjadi hambatan bagi lembaga Pendidikan yang ingin menerapkan program Pembelajaran inklusi. Jadi, tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan implementasi pembelajaran inklusi mencakup penyesuaian kurikulum yang ada di TK ABA Bebekan, penggunaan teknologi pembelajaran inklusi dan pembentukan lingkungan belajar yang inklusif di TK ABA Bebekan. Hasil Analisis Implementasi Pembelajaran Inklusi di TK ABA Bebekan ini diharapkan menjadi acuan atau referensi lembaga pendidikan yang akan mulai menerapkan program pembelajaran inklusi.

Metode

Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yang menurut Mukhtar adalah sebuah metode yang digunakan peneliti untuk menemukan teori atau pengetahuan tentang penelitian pada suatu titik waktu [18]. Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif dalam moleong sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan deskriptif berupa informasi perilaku dan kata-kata tertulis atau lisan dari subjek [19]. Suharsimin mengatakan bahwa penelitian deskriptif kualitatif hanya menunjukkan variabel, gejala, atau keadaan yang ada [20]. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan penjelasan yang tepat tentang fakta-fakta dan karakteristik subjek yang diteliti. Informasi datang dalam bentuk kata-kata, gambar, Tindakan, dan lain-lain, namun bukannya digambarkan dengan angka atau statistik, informasi yang memiliki arti lebih luas dari sekedar angka atau frekuensi dan datang dalam bentuk kualitatif

Penelitian kualitatif deskriptif secara jelas dan tepat mendefinisikan apa yang penting dalam tujuan yang ingin dicapai. Informasi dari draft laporan dapat disusun dan disajikan dalam format naratif. Penelitian ini akan dilaksanakan di TK ABA Bebekan Taman Sidoarjo, untuk mendapatkan gambaran secara jelas bagaimana implementasi pembelajaran inklusi di sana. Mulai dari penyesuaian kurikulum, penggunaan teknologi Pendidikan dan pembentukan lingkungan belajar yang inklusif. Objek wawancara langsung ditujukan kepada kepala sekolah sebagai pimpinan lembaga, Guru kelas serta shadow yang mendampingi secara langsung pembelajaran di dalam kelas. Gambar 1 menunjukkan tahapan penelitian ini:

Figure 1.

Pengambilan data pada penelitian ini dilakuakn melalui observasi langsung terhadap aktivitas pembelajaran dikelas. Hasil Observasi tersebut kemudian dikonfirmasi melalui kepala sekolah, guru kelas, shadow dengan melakukan wawancara serta siswa yang terlibat langsung dalam implementasi pembelajaran inklusi.

Dalam analisis data pada penelitian ini memakai analisis model Huberman Miles mencakup tiga fase:1)Proses pemilihan yang dikenal sebagai reduksi data terkonsentrasi pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan tranformasi data kasar yang diperoleh dari catatan tertulis di lapangan. 2) Transmisi data adalah kegiatan membuat laporan dengan cara yang mudah dipahami dan menjelaskan hasil penelitian yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang diperlukan. Data disajikan dengan jelas dan sederhana sehingga mudah dibaca. 3) Kesimpulan adalah Upaya untuk menemukan atau memahami arti, keteraturan, pola, penjelasan, sebab akibat, atau alur. Gambar 2 berikut menunjukan tahapan analisis ini:

Figure 2.

Pada Tahapan pengumpulan data ini, peneliti mengumpulkan data dengan metode yang telah ditetapkan yang meliputi informan, aktivitas, setting atau konteks di mana peristiwa itu terjadi. Pengumpulan data kulitatif biasanya dilakukan melalui observasi partisipan dengan harapan dapat memperoleh makna dari fenomena yang diamati [21].

Hasil dan Pembahasan

Dari hasil penelitian diperoleh data sebagai berikut, di sekolah TK Aisyiyah Bustanul Athfal Bebekan implementasi pembelajaran inklusi sudah mulai dilakukan sedari awal penerimaan peserta didik baru, mulai dari pendaftaran hingga masa taaruf 1 dan 2. Dimana ketika para orangtua mendaftarkan anaknya di TK ABA Bebekan para orangtua bisa menjelaskan kepada sekolah mengenai kondisi anak terutama bagi anak yang memiliki Riwayat inklusi serta ada catatan dari dokter/psikolog. Setelah melalui proses pendaftaran maka dilanjutkan dengan adanya masa taaruf 1 dan 2 atau PPDB, Pada masa taaruf pertama seluruh anak akan dites sekolah tanpa didampingi orangtua dikarenakan para orangtua dikumpulkan sendiri untuk mengikuti pengenalan tentang sekolah TK ABA Bebekan. Yang mengikuti masa taaruf pertama ialah seluruh anak didik yang mendaftar kecuali bagi orangtua yang sudah menjelaskan kondisi anak atau anak memiliki riwayat inklusi serta ada catatan dari dokter/psikolog. Bagi anak yang telah memiliki riwayat maka akan langsung mengikuti masa taaruf kedua. Pada masa taaruf kedua ini anak-anak yang sudah memiliki riwayat inklusi, serta yang baru terdeteksi ditaaruf pertama memiliki beberapa keterlambatan diikut sertakan pada masa taaruf lanjutan ini. Pada masa taaruf kedua ini anak akan dites oleh psikolog/terapis serta salah satu pendidik sedangkan anak didampingi oleh orangtua Setelah semua dilakukan maka akan ada tindak lanjut melalui ploting kelas, penetapan shadow yang diplotingkan atau dirapatkan oleh wali kelas, kepala sekolah seluruh waka dan terkadang dihadirkan pula ahli psikolog atau terapis. Setelah itu wali murid, wali kelas, Kepala sekolah serta waka berkumpul untuk membuat PPI (Profil PembelajaranIndividu) awal, PPIini dikhusukan untuk anak-anak yang sudah terdeteksi atau jelas inklusi.

Saat ini di TK ABA Bebekan menerima segala jenis ABK dan saat ini terdapat anak ADHD, ASD dan DOWN SINDROM. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan mental dan perilakuyang dapat menyerang anak-anak. ADHD dapat menyebabkan anak sulit memusatkan perhatian, hiperaktif, dan impulsif. Gejala ADHD pada anak dapat bervariasi dari satu individu ke individu lainnya. Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah gangguan perkembangan pada usia anak yang berdampak pada kemampuannya berinteraksi. Anak dengan ASD cenderung menghindari kontak sosial, dengan mengamuk atau melarikan diri. Down Syndrome atau Sindrom Down adalah kondisi yang menyebabkan anak dilahirkan dengan kromosom yang berlebih atau kromosom ke-21. Gangguan ini disebut juga dengan trisomi 21 dan dapat menyebabkan seorang anak mengalami keterlambatan dalam perkembangan fisik dan mental, bahkan kecacatan. kelainan ini juga dapat menyebabkan masalah terkait kesehatan, seperti gangguan jantung dan pencernaan. Setiap individu ABK semua memiliki tingkatan, gejala yang berbeda dan capaian perkembangan yang berbeda.

Kurikulum yang ada disekolah telah sesuai dengan kurikulum saat ini yaitu kurikulum Merdeka, Dan kurikulum Merdeka ini sejalan dengan Pendidikan inklusif yaitu Pendidikan yang menerima apapun latar belakang anak termasuk ABK serta pembelajaran disesuaikan dengan potensi yang dimiliki oleh anak didik serta irama perkembangan pada setiap individua anak. Kurikulum Merdeka yang ada di TK ABA Bebekan ini dikolaborasikan dengan 2 Model pembelajaran yang telah lama dilaksanakan selama ini yaitu Model pembelajaran arena serta model pembelajaran talent. Penyesuaian kurikülum merupakan salah satu aspek yang penting dalam sebuah implementasi pembelajaran. Kurikulum dianggap sebagai rencana pembelajaran. Artinya Kurikulum merupakan rencana pembelajaran, atau rencana yang mencakup pembelajaran yang disengaja atau terencana. Sejalan dengan hal tersebut, Menurut Zais menyatakan bahwa "kurikulum, sebagai cetak biru pendidikan, pada akhirnya terdiri dari pengalaman-pengalaman yang diharapkan dimiliki oleh peserta didik". Kurikulum merupakan cetak biru pendidikan, dan kurikulum merupakan pedoman yang memuat arah dan tujuan pendidikan. Hal ini dapat dilihat tidak hanya sebagai pendidikan umum atau pendidikan nasional, tetapi juga sebagai pendidikan anak individu, yang mencakup pengalaman belajar yang direncanakan untuk siswa [22]. Dan Kurikulum Paud atau TK memiliki standart kompetensi serta aspek-aspek yaitu : Nilai Agama Moral, Fisik, Motorik, Sosial Emosional, Bahasa, Kognitif, dan Seni.

Penyesuaian Kurikulum yang ada di TK ABA Bebekan, Sepanjang dapat kita lihat dari awal pendaftaran hingga anak-anak masuk kelas atau pembelajaran. Yang mana telah dilakukan identifikasi ABK sedari awal. Setelah dilakukannya identifikasi maka tahap selanjutnya yaitu Asesmen. Asesmen ini digunakan sebagai proses pengumpulan informasi baik dari guru dan orangtua. Tujuan dari Asesmen ini ialah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pada anak berkebutuhan khusus, sehingga dapat memudahkan pendidik untuk menyesuaikan kurikulum yang akan dibuat selama pembelajaran berlangsung. Selanjutnya ialah membuat Program Pembelajaran Individu (PPI) merupakan rumusan program pembelajaran yang dibuat dan dikembangkan berdasarkan hasil penilaian terhadap kemampuan pribadi anak yang tercermin dalam profil anak [23]. PPI merupakan upaya untuk mengembangkan kemampuan anak berkebutuhan khusus yang beragam jenis dan kemampuannya. Program pembelajaran yang dipersonalisasi ini memungkinkan pendidik untuk merawat anak berkebutuhan khusus secara optimal. PPImerupakan program dinamis, artinya peka terhadap berbagai perubahan dan kemajuan anak. PPI di TK ABA Bebekan dibuat setidaknya 3 bulan sekali yang melibatkan : Kepala Sekolah, Koordinator Inklusi, Terapis Sekolah, Guru Kelas serta Guru Shadow.

Komponen – komponen yang ada didalam format PPI yang dibuat oleh sekolah mengacu pada kurikulum yang berlaku, serta disesuaikan dengan kondisi, keterbatasan, kebutuhan dan lingkungan siswa inklusi, antara lain ialah sebagai berikut : 1) Identitas Siswa, 2) Tingkat capaian Kemampuan siswa, 3) Kekuatan serta hambatan siswa, 4) Capaian Perkembangan Siswa, 5) Tujuan Pembelajaran, 6) Strategi pembelajaran, 7) Kegiatan Siswa.

Figure 3. Contoh PPI

Di TK ABA Bebekan sendiri laporan hasil pembelajaran dilakukan setiap minggu untuk seluruh anak didik, bagi anak didik yang masuk dalam ABK maka ada tambahan PPI ini yang akan dilaporkan kepada orangtua masing-masing dari anak didik yang inklusi. Dalam proses penyesuain kurikulum ditemukan bahwa RPPH, RPPM, Prosem dan penilaian antara anak ABKdanNonABK formatnya belum dibedakan. Di TK ABA Bebekan RPPM/Fun Learning ini akan dibagikan kepada orangtua setiap minggunya agar orangtua mengetahui pembelajaran apa yang akan dilakukan anak selama seminggu ini. Dan isi dari Laporan Perkembangan Mingguan pada anak disesuaikan pula dengan kegiatan serta hasil capaian dari masing-masing anak. Dalam penilaian ABKdanNonABK yang dibedakan hanya ada pada indikator capaian pembelajarannya saja atau dapat dikatakan indikator capaian pembelajarannya ada yang disesuaikan dengan kemampuan anak tersebut, contohnya jika anak NonABK target menghafal surat An-Naba’ selama seminggu maka anak ABK target menghafalnya dalam seminggu hanya 1-2 ayat dari surat An-Naba’ saja. Dalam proses evaluasi serta penilaian juga diseuaikan dengan capaian pembelajaran dilakukan oleh anak didik.

Figure 4. RPPM/Fun Learning untuk ABK & Laporan Perkembangan Mingguan ABK

Dalam penyiapan kurikulum untuk penunjang anak inklusi TK Aisyiyah Bustanul Athfal Bebekan juga rutin mengadakan kegiatan untuk mengasah motorik anak baik motorik kasar serta halus, kegiatan motorik kasar ini dilakukan setiap hari kamis pagi. Selain penyesuaian kurikulum hal yang perlu diperhatikan dalam implementasi pembelajaran ialah Penggunaan teknologi didalam pembelajaran itu sendiri. Penggunaan teknologi ini dapat berbentuk pengaksesan computer, jaringan informatika, dan multimedia. Dari teknologi tersebut dapat memberikan akses kepada semua untuk belajar baik anak ABK atau Non ABK. Teknologi – teknologi atau segala macam alat/benda dengan cara dimodifikasi atau langsung dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan anak inklusi [24]. Pemanfaatan teknologi pada anak berkebutuhan khusus ABK dapat meningkatkan hasil belajar yang dicapai anak didik. Penggunaan teknologi terbukti meningkatkan kemampuan siswa ABK dalam memahami materi pembelajaran yang disampaikan gurunya terutama pada saat pembelajaran. Dikarenakan ada beberapa anak ABK yang lebih tertarik dengan pembelajaran melalui audio serta video visual yang menggunakan teknologi. Dan di TK ABA Bebekan, Sepanjang telah menggunakan teknologi bahkan banyak pembelajaran yang menggunakan teknologi seperti laptop, computer serta beberapa kelas telah disediakan Proyektor yang bisa digunakan setiap kali pembelajaran berlangsung

Figure 5. Pembelajaran menggunakan Teknologi

Hal yang juga tak boleh luput diperhatikan dari Implementasi Pembelajaran Inklusi ialah Lingkungan belajar inklusif dengan tujuan Lingkungan pembelajaran PAUD yang inklusif memastikan bahwa semua anak dalam lingkungan PAUD dihargai, tanpa memandang latar belakang agama, budaya, atau kelas sosial ekonomi, termasuk anak berkebutuhan khusus [25]. Karena menciptakan lingkungan belajar yang aman serta inklusif untuk seorang anak sama dengan melakukan pemenuhan hak anak dilingkungan Pendidikan. Dalam pembentukan lingkungan belajar inklusif menjadikan anak sebagai pusat pembelajaran yang mana dapat mendorong anak untuk berpartisipasi secara aktif didalam pembelajaran.

Dan didalam lingkungan belajar inklusif ini yang difasilitasi ialah semua pihak yaitu Pengelola, Pendidik,Anak didik, Orangtua, serta Masyarakat disatuan sekolah dengan tujuan menanamkan sikap positif terhadap keberagaman.

Fasilitas yang disedikan sekolah untuk anak inklusi yang ada di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Bebekan diantaranya ialah 2 Ruang Terapi yang didalamnya memiliki fasilitas yang memadai dan selalu diupdate.Untuk anak didik yang memerlukan terapi maka akan dijadwal oleh Koordinator inklusi yang telah bekerjasama dengan pihak yang berwenang, Dan penjadwalan ini juga disesuaikan dengan kemampuan serta kebutuhan anak inklusi. Ruang terapi ini digunakan untuk Terapi Okupasi dan Terapi Wicara. Terapi Okupasi ialah Sebuah terapi rehabilitas yang dapat membantu anak yang memiliki keterbatasan fisik, mental, atau kognitif untuk melakukan aktifitas sehari-hari dengan lebih muda. Tujuan dari terapi okupasi ini agar siswa inklusi lebih bisa mandiri. Terapi Okupasi ini melibatkan siswa inklusi dalam Latihan serta keterampilan yang dirancang untuk meningkatkan : Fungsi motorik, koordinasi, kekuatan otot , keterampilan kognitif. Dari terapi okupasi ini anak didik yang inklusi dapat lebih mandiri dan menyelesaikan beberapa tugas seperti:

a. Perawatan diri, seperti makan, mandi, dan berpakaian

b. Pengembangan diri, seperti membaca, berhitung, dan bersosialisasi

c. Latihan fisik, seperti melatih gerakan sendi, kekuatan otot, dan kelenturan

d. Menggunakan alat bantu

e. Menulis, menyikat gigi, atau mengikat sepatu

f. Mengembangkan keterampilan motorik, seperti memegang atau melepaskan mainan

g. Meningkatkan koordinasi antara mata dan tangan

h. Menguasai keterampilan dasar, seperti mandi, berpakaian, belajar, bermain, dan makan atau minum sendiri .

Terapi ini dilaksanakan dibawah pengawasan dokter, psikolog atau spesialis rehabilitas medik yang bekerja sama dengan sekolah TK ABA Bebekan. Sedangkan Terapi Wicara atau Speech therapy adalah sebuah terapi untuk meningkatkan kemampuan bicara dan menggunakan keterampilan Bahasa lainnya. Tujuan dari terapi wicara sendiri ialah :1) Membantu anak-anak untuk mengatasi gangguan komunikasi seperti kelainan kemampuan Bahasa, bicara, suara, irama/ kelancaran, dan gangguan menelan, 2) Dapat melatih koordinasi mulut dan otot - otot disekitarnya untuk menghasilkan suara yang jelas, lancar, dan dengan volume suara yang cukup 3) Melatih bentuk Bahasa nonverbal seperti permainana gestur tubuh, mengobrol, dan mendongeng. Terapi ini dilaksanakan dibawah pengawasan dokter, psikolog atau spesialis rehabilitas medik yang bekerja sama dengan sekolah TK ABA Bebekan. Terapi Wicara dilaksanakan setiap hari Rabu. TK ABA Bebekan juga mengfasilitasi anak-anak inklusi dengan beberapa permainan sensorik sebagai salah satu untuk meningkatkan kemampuan mereka seperti batu-batu kecil, serta rumput kecil-kecil yang telah ditempatkan di taman sekolah atau disebut juga dengan sensorik garden. Papan titian dan lain-lain

Agar pembentukan Lingkungan pembelajaran inklusif dapat lebih baik maka TK ABA Bebekan telah bekerja sama dengan orangtua ahli, dokter, terapis serta dosen dari sebuah universitas. Lingkungan pembelajaran inklusif ini juga memanfaatkan lingkungan serta sumber daya alam setempat. Dan Manfaat dari pembentukan lingkungan belajar yang inklusif ini ialah

1. Pertama untuk Anak : Anak dapat mulai belajar dari lingkungan terdekatnya terlebih dahulu, anak akan lebih mudah dalam memahami pembelajaran yang sedang diajarkan oleh pendidik, anak dapat memahami dan menghargai perbedaan yang ada dilingkungannya sehingga ia tidak merasa terdeskriminasi serta dapat memenuhi hak yang dimilki oleh setiap anak, Anak juga dapat mengasah kepekaan dalam menyikapi perbedaan yang ada dilingkungannya.

2. Kedua untuk Pendidik : Pendidik dapat memiliki kesempatan untuk belajar kembali bagaimana cara mengajar yang tepat dengan memanfaat sumber daya yang ada, Dapat mendorong pendidik untuk menjadi lebih kreatif lagi dalam menciptakan pembelajaran yang menyenangkan, Pendidik mendapatkan pengalaman yang lebih luas dengan sumber belajar yang beragam.

3. Ketiga untuk Orangtua : Orangtua akan lebih faham terhadap pentingnya membantu atau bekerjasama dalam proses belajar anak, Dapat terlibat secra langsung dalm proses pembelajaran sehingga anak akan merasa nyaman denga lingkungannya karena orangtua pun ikut memperhatikan, orangtua juga dapat belajar bagaimana menyediakan sumber belajar yang sesuai dengan kebutuhan anak, orangtua mengetahui bahwa pentingnya anak memahami dan menghargai perbedaan yang ada dilingkungan belajar anak.

Pembentukan lingkungan belajar di TK ABA Bebekan, Sepanjang telah dilakukan secara inklusif yang mana ia berfokus pada inklusi dan partisipasi semua siswa, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, kemampuan fisik atau kognitif. Sebagai bagian dari pembelajaran inklusif, seluruh peserta didik, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus, memperoleh kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas, pengembangan yang optimal, dan partisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran inklusif di TK ABA Bebekan tidak memisahkan peserta didik menurut tingkat kemampuan atau kondisi khusus. Sebaliknya, Di TK ABA Bebekan berusaha untuk menyediakan lingkungan belajar yang ramah, aman dan mendukung semua siswa agar dapat berinteraksi, belajar dan tumbuh tanpa merasa terisolasi. Tidak lupa saling menghargai, membantu satu sama lain, serta memahamkan kepada anak didik bagaimana kondisi teman – temannya.

Sebelum dilaksanakannya implementasi pembelajaran inklusi di TK ABA Bebekan seluruh pendidik serta tenaga pendidik diberikan pelatihan mengenai anak inklusi bahkan mendatangkan para ahli. Dan sesudah dilaksanakannya implementasi pembelajaran inklusi maka akan selalu ada evaluasi serta monitoring dari para ahli. untuk lebih mengoptimalkan segala hak atau keperluan yang dapat menunjang tumbuh kembang anak-anak inklusi.Agar kualitas pembelajaran anak-anak inklusi disana tidak tertinggal dengan anak regular. Hakikatnya diantara mereka tidak boleh ada perbedaan dalam kualiatas tumbuh kembang mereka.

Kesimpulan

Dari hasil penelitian di TK ABA Bebekan, Sepanjang. Bahwa dalam implementasi pembelajaran inklusi mencakup penyesuaian kurikulum yang ada di TK ABA Bebekan, penggunaan teknologi pembelajaran inklusi dan pembentukan lingkungan belajar yang inklusif di TK ABA Bebekan. Kurikulum yang digunakan disana ialah kurikulum Merdeka dengan menggunaka 2 model pembelajaran yaitu model pembelajaran arena dan model pembelajran talent. Yang mana sebelum dilakukannya penyesuaian kurikulum dilakukan beberapa proses seperti identifikasi anak, asesmen setelah itu baru dilakuakn penyesuaian kurikulum. Yang mana dapat kita lihat dari awal masuknya anak hingga adanya penilaian atau evaluasi. TK ABA Bebekan menerima segala jenis Anak berkebutuhan khusus diantaranya saat ini ialah ADHD, ASD, dan DOWN SINDROM. Didalam proses implementasi pembelajaran inklusi di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Bebekan juga mencakup teknologi pembelajaran inklusif serta lingkungan pembelajaran yang inklusif. Agar Lingkungan pembelajaran inklusi tercapai TK ABA Bebekan menyediakan 2 ruang terapi untuk anak-anak inklusi dengan tujuan anak-anak inklusi dapat berkembang lebih baik lagi serta lebih nyaman disekolah. Sebelum dilaksanakannya implementasi pembelajaran inklusi di TK ABA Bebekan seluruh pendidik serta tenaga pendidik diberikan pelatihan mengenai anak inklusi bahkan mendatangkan para ahli. Dan sesudah dilaksanakannya implementasi pembelajaran inklusi maka akan selalu ada evaluasi serta monitoring dari para ahli. untuk lebih mengoptimalkan segala hak atau keperluan yang dapat menunjang tumbuh kembang anak-anak inklusi.Agar kualitas pembelajaran anak-anak inklusi disana tidak tertinggal dengan anak regular. Hakikatnya diantara mereka tidak boleh ada perbedaan dalam kualiatas tumbuh kembang mereka. Ditemukan pula dalam implementasi pembelajaran inklusi di TK ABA Bebekan tidak ada perbedaaan dalam implementasinya kecuali pada capaian pembelajaran. Pendidik sudah menyesuaikan dengan kemampuan peserta didik baik dari segi penyesuain kurikulum, penggunaan teknologi dan pembentukan lingkungan belajar inklusif disana telah terimplementasi dengan baik.

Ucapan Terima Kasih

Dalam proses penulisan karya ini, Saya ingin berterimakasih kepada semua orang yang telah membantu saya, Tanpa dukungan dan dorongan dari orang-orang disekitar saya, baik secara langsung maupun tidak langsung, artikel ini mungkin tidak akan terwujud. Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada Allah SWT, kepada kedua orangtua beserta keluarga, kepada pembimbing yang telah membimbing saya hingga dititik ini, kepada kepala sekolah dan guru TK ABA Bebekan yang telah memberikan izin,dukungan, serta Kerjasama yang baik selama proses penelitian berlangsung. Saya berterimakasih kepada semua pihak yang telah telibat atas penelitian ini dan Upaya semua pihak yang telah berkontribusi terhadapa keberhasilan artikel ini. Semoga hasil penelitian ini dapat memeberikan manfaat dan menjadi acuan atau referensi lembaga pendidikan yang akan mulai menerapkan program pembelajaran inklusi.

References

[1] J. Sunanto, "Pendidikan Inklusif," EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, vol. 2, no. 1, pp. 1–6, 2022. Tersedia: https://proceeding.dharmawangsa.ac.id/index.php/PFAI/article/view/17

[2] M. Winarsih, "Pendidikan Integrasi dan Pendidikan Inklusi," Hikmah: Jurnal Studi Islam, vol. 13, no. 2, pp. 127–146, 2017, doi: 10.47466/hikmah.v13i2.156.

[3] R. Kurniawati, W. Setyorini, D. M. Ahdaniyah, and M. Buton, "Kurikulum dan Pembelajaran Program Pendidikan Inklusi PAUD," AKSARA: Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, vol. 9, no. 2, pp. 1307–1312, 2023.

[4] M. Mustarjudin, "Efektivitas Juru Bahasa Isyarat Khutbah di Masjid UIN Sunan Kalijaga," Inklusi: Journal of Disability Studies, vol. 4, no. 2, pp. 271–296, 2017. Tersedia: http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/inklusi/article/view/040206/pdf

[5] I. D. Pramudiana, "Implementasi Kebijakan Pendidikan Inklusif untuk ABK di Surabaya," Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, vol. 5, no. 1, pp. 1–9, 2017.

[6] S. P. Setiawan, E. N. Angela, Kristiani, D. Rannu, and N. T. Wiyanti, Bunga Rampai Pendidikan Inklusi Anak Usia Dini. Sukabumi: CV Jejak, 2022.

[7] A. Saputra, "Kebijakan Pemerintah Terhadap Pendidikan Inklusif," Golden Age: Jurnal Ilmiah Tumbuh Kembang Anak Usia Dini, vol. 1, no. 3, pp. 1–15, 2018, doi: 10.14421/jga.2016.13-01.

[8] C. A. Windarsih, D. Jumiatin, E. Efrizal, N. Sumini, and L. O. Utami, "Implementasi Pendidikan Anak Usia Dini Inklusif di Kota Cimahi Jawa Barat," P2M STKIP Siliwangi, vol. 4, no. 2, pp. 7–11, 2017, doi: 10.22460/p2m.v4i2p7-11.636.

[9] P. S. D. Dewi, P. R. Ujianti, and M. Magta, "Penerapan Pendidikan Inklusif pada Pembelajaran Taman Kanak-Kanak (Studi Kasus pada TK Rare Bali School)," Jurnal Pendidikan, vol. 8, no. 2, pp. 87–97, 2020. Tersedia: https://unimuda.e-journal.id/jurnalpendidikan/article/view/441/391

[10] R. Fitria, "Proses Pembelajaran dalam Setting Inklusi di Sekolah Dasar," Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus, vol. 1, pp. 1-10, 2012. Tersedia: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu

[11] A. Supena et al., "Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini Inklusif," Direktorat Jenderal Pembinaan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, no. 21, 2018.

[12] Division for Early Childhood (DEC) and National Association for the Education of Young Children (NAEYC), "Early Childhood Inclusion: A Joint Position Statement of the Division for Early Childhood (DEC) and the National Association for the Education of Young Children (NAEYC)," Young Exceptional Children, vol. 12, no. 4, pp. 42-47, 2009, doi: 10.1177/1096250609344935.

[13] Pemerintah Kabupaten Rappang dan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, "PERDA NO. 1 th 2020 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Anak Usia Dini," 2020.

[14] M. Takunas, "Peran Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Sukma Dalam Meningkatkan Kreativitas Anak di Desa Lelang Mata Maling Kec. Buko Selatan KAB. Banggai Kepulauan," Skripsi, 2019.

[15] I. Noorlaila, Panduan Lengkap Mengajar PAUD. Yogyakarta: Pinus Book, 2010.

[16] Dartono, "Urgensi Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Ranah Kajian Manajemen Pendidikan Islam," Jurnal Tarbawi, vol. 13, no. 1, pp. 73–90, 2016.

[17] I. Yuwono, Indikator Pendidikan Inklusif. Sidoarjo: Zifatama Jawara, 2017.

[18] A. R. D. Rais, R. T. Sudrajat, and R. Y. Mahardika, "Analisis Kesalahan Berbahasa Mahasiswa IKIP Siliwangi dalam Literasi Media," Parole: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, vol. 3, no. 4, pp. 505–514, 2020. Tersedia: https://journal.ikipsiliwangi.ac.id/index.php/parole/article/download/4882/pdf

[19] C. Calvin and G. G. Sukendro, "Gaya Hidup dan Kreativitas (Studi Deskriptif Kualitatif pada Anton Ismael)," Koneksi, vol. 3, no. 1, p. 170, 2019, doi: 10.24912/kn.v3i1.6200.

[20] S. Arikunto, Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.

[21] D. Nurmala and L. I. Rocmah, "Penerapan Metode Steam Dengan Loose Parts Dalam Menstimulus Critical Thinking Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Taman Kanak Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal IV Sidoarjo," Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat, 2020.

[22] A. A. Sebrina and D. Sukirman, "Implementasi Kurikulum pada Sekolah Penyelenggara Pendidikan Inklusif," Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, vol. 11, no. 2, pp. 98–116, 2019, doi: 10.21831/jpipfip.v11i2.19748.

[23] Direktorat Jenderal PAUD dan DIKMAS, "Prosedur Operasi Standar Pendidikan Anak Usia Dini Inklusif Program Pembelajaran Individual," Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, no. 021, pp. 1–17, 2018.

[24] D. Ariyanto, "Peran Teknologi Pembelajaran Dalam Mendukung Implementasi Pendidikan Inklusi," Int. Conf. Spec. Educ. Southeast Asia Reg., pp. 381–385, 2017.

[25] Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, "Panduan Penyelenggaraan PAUD Berkualitas Seri Kriteria Minimum dan Sarana Prasarana Esensial Penyelenggaraan Layanan PAUD," 2022.

Published

2025-05-24

How to Cite

Larasati , L. R., & Rocmah, L. I. (2025). Inclusive Learning at ABA Bebekan Kindergarten: Curriculum and Environment Adaptation: Pembelajaran Inklusif di TK ABA Bebekan: Adaptasi Kurikulum dan Lingkungan. Indonesian Journal of Education Methods Development, 20(2), 10.21070/ijemd.v20i2.898. https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i2.898

Issue

Section

Early Childhood Education Method