Humanistic Solutions to Prevent Bullying in Schools: Collaboration and Positive Environments

Solusi Humanistik Mencegah Bullying di Sekolah: Kolaborasi dan Lingkungan Positif

Authors

  • Ainun Mustofah Program Studi Magister Pendidikan Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
  • Nurdyansyah Nurdyansyah Program Studi Magister Pendidikan Islam, Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

DOI:

https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i1.895

Keywords:

Child-Friendly Schools, Bullying Prevention, Humanistic Approach, Teacher Training, Parents Collaboration

Abstract

General Background : In the dynamic landscape of modern times, education extends beyond knowledge transfer to creating an optimal environment for child development. Specific Background : A significant challenge in this regard is school bullying, which poses a serious threat to children's mental and emotional well-being. Knowledge Gap : While child-friendly schools are a known solution, there is a need for a new product: a future school completely free of bullying. Aims : This study, using a humanistic approach, aims to develop a new framework for a bullying-free school where students can learn comfortably and joyfully. Results : The research found that creating a child-friendly school requires a multifaceted approach. Key actions include: collaboration between parents and schools, anti-bullying training for teachers, fostering a friendly school atmosphere, designing a beautiful and green environment, and using eco-friendly and child-friendly materials for infrastructure and facilities. Novelty : The novelty lies in proposing a comprehensive model for a bullying-free school as a "second home" for students. Implications : These findings provide a practical roadmap for schools to become safer, more supportive spaces, thereby protecting children's welfare and improving their learning experience.

Highlights : 

  • Creating a child-friendly school environment requires a humanistic approach that views children as individuals.
  • Key actions to prevent bullying include collaboration between parents and schools, anti-bullying training for teachers, and creating a friendly school atmosphere.
  • Bullying is a serious threat to a child's mental and emotional well-being, and a child-friendly school is a crucial step to protect them.

Keywords : Child-Friendly Schools, Bullying Prevention, Humanistic Approach, Teacher Training, Parents Collaboration.

Pendahuluan

Sekolah Ramah Anak (SRA) menurut Peraturan Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2014 adalah sekolah yang sehat, bersih memiliki lingkungan yang menghargai hakhak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya serta memiliki sumber daya pendidik yang terlatih.

Adanya sekolah ramah anak juga dianggap sebagai hal yang krusial karena sekolah adalah rumah kedua seorang anak. Maka sekolah juga ikut memainkan peran yang tidak kalah pentingnya dari orang tua, dalam hal perkembangan anak, terutama dalam urusan pendidikan yang akan menentukan masa depan anak. Jadi sudah selayaknya sekolah nyaman dan menyenangkan bagi anak, agar proses dan hasil belajarnya maksimal.

Sekolah ramah anak ini diharapkan akan membantu memenuhi kebutuhan dan hak anak untuk mencapai generasi yang terhindar dari kekerasan dan diskriminasi.

Serta menjadi sekolah yang terbuka untuk anak dalam berpatisipasi di setiap kegiatan, kehidupan sosial, serta mendorong tumbuh kembang kesejahteraan anak. Karena pada dasarnya, setiap anak memiliki sisi kecerdasannya masing-masing, sementara pendidikan yang ada cenderung menekankan pada aspek intelektual saja. Padahal sebagai individu, anak juga memiliki aspek sosial, emosi, dan spiritual yang perlu diperhatikan secara utuh. Tercapainya program sekolah ramah anak ini, pasti harus diimbangi dengan system sekolah, serta sikap yang perlu diambil oleh kepala sekolah dan tenaga pendidik. Selain itu, perlu adanya dukungan dari pihak lain seperti keluarga dan masyarakat terdekat anak, dimana lingkungan yang mendukung akan menciptakan rasa yang aman dan nyaman bagi anak dalam proses mencari sosok jati diri dalam dirinya.

Maka dengan adanya permasalahan di lingkungan sekolah SD Muhammadiyah 8 Tulangan yang terdapat peserta didik yang masih bersikap membulliying antar teman dan terdapatnya beberapa comlen dari walimurid maka perlu kiranya hal ini peneliti memberikan judul dalam penelitian "Membangun Sekolah Ramah Anak: Menyelamatkan Masa Depan Tanpa Bullying

Metode

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teori atau metode humanistic yang di mana Teori pembelajaran humanistik adalah suatu pendekatan pendidikan yang berorientasi dan memandang manusia sebagai manusia (humanisasi), yaitu sebagai makhluk ciptaan Tuhan dengan kodratnya, mampu melangsungkan, menopang, dan meningkatkan kehidupannya.

Sehingga Implementasi penerapan sekolah ramah anak dengan teori ini dapat mewujudkan lingkungan sekolah yang aman, bersih, sehat dan peduli serta berbudaya; anak terjamin terlindungi dari kekerasan dalam bentuk apapun selama dalam lingkungan sekolah, partisipasi anak dalam pengawasan, pembelajaran, kebijakan dan perencanaan didukung oleh sekolah. Selain itu, dengan memberikan ruang kepada anak untuk berkreasi, berekspresi, dan partisipasi sesuai dengan tingkat umur dan kematangan nya, memberikan perlindungan, menghargai keberagaman dan memastikan kesetaraan keberadaan, perlakuan adil bagi semua anak

Menciptakan kondisi belajar yang nyaman, aman dan sehat untuk anak sangatlah penting. Sejumlah hal yang harusnya diutamakan sekolah menurut standar SRA yang diatur oleh KPAI ialah diantaranya:

1.Kebijakan sekolah yang mengedepankan prinsip ramah anak.

2.Pelaksanaan kurikulum Sekolah Ramah Anak.

3.Kompetensi para pendidik dan tenaga kependidikan.

4.Pemenuhan sarana dan prasarana yang mendukung.

5.Aktifnya partisipasi anak dalam lingkungan sekolah.

6.Partisipasi aktif dari orang tua.

Prinsip ini mengharuskan para guru untuk tidak bersikap diskriminatif atau membedakan siswa, menciptakan lingkungan yang nyaman bagi siswa, serta melarang segala bentuk hukuman fisik.

Hasil dan Pembahasan

1. Analisis External

Sekolah bukan hanya tempat untuk mentransfer pengetahuan, tetapi juga harus menjadi wadah yang aman dan mendukung untuk perkembangan anak-anak. Analisis eksternal terhadap kebutuhan akan sekolah ramah anak yang bebas bullying dapat ditempuh melalui beberapa perspektif, melibatkan faktor-faktor dari luar lingkungan pendidikan.

a) Dampak Psikologis dan Emosional pada Anak:

Dalam dampak secara psikologis anak dapat akan menjadi minder ataupun kekhawatirn di jauhi temannya baik di lingkungan rumah ataupun di lingkungan sekolah sehingga anak akan murung di dalam rumah dan akan menghambat perkembangan kedewasaan dan pikiran anak hal ini kekhawatiran dari Lembaga Pendidikan kami SD Muhammadiyah 8 Tulangan

Bullying dapat memberikan dampak psikologis dan emosional yang signifikan pada anak-anak. Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menjadi korban bullying lebih mungkin mengalami masalah kesehatan mental, rendah diri, dan kesulitan belajar. Oleh karena itu, masyarakat semakin menyadari bahwa menciptakan sekolah yang ramah anak adalah langkah krusial untuk melindungi kesejahteraan psikologis dan emosional generasi mendatang.

b) Tuntutan Perubahan Sosial:

Perubahan sosial era zaman dahulu dengan sekarang dan yang akan datang sangatlah mempengaruhi dalam perkembangan Masyarakat, hal ini dapat kita lihat dari tingkah laku anak terhadap orang tua baik orang tua dulu dan sekarang.tingkah laku mereka sangatlah berbeda dengan masa-masa dulu yang menekankan adab.dan banyak wali muraid di lingkungan SD Muhammadiyah 8 Tulangan yang seperti ini.

Perubahan dalam nilai-nilai sosial mendorong masyarakat untuk memandang pendidikan bukan hanya dari aspek akademis, tetapi juga sebagai wadah untuk membentuk karakter dan kepribadian. Sekolah yang bebas bullying mencerminkan semangat kesetaraan, penghargaan terhadap perbedaan, dan sikap empati, yang selaras dengan tuntutan masyarakat yang semakin menekankan pentingnya pendidikan holistik.

c) Perkembangan Teknologi dan Mediasi Elektronik

Media saat ini adalah sebuah hal yang tidak tabuh sejak dini anak sudah dikenalkan dengan teknologi hal ini dapat kita lihat di Masyarakat kita yakni ibu-ibu dalam menenangkan anak yang rewel atau nangis mereka memberikan HP dalam rangka untuk anaknya untuk diam, maka bentuk contoh ini adalah bagian dari perkembangan teknologi sangat pesat termasuk juga media-media elektronik.hal ini juga akan dikhawatirkan oleh siswa kami SD Muhammadiyah 8 Tulangan yang berada di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah dengan banyaknya orang tua memfasilitasi anak sejak dini dengan barang-barang elektronik dan media elektronik yang cangging di zaman sekarang.

Fenomena bullying tidak lagi terbatas pada lingkungan sekolah, melainkan dapat merambat melalui media sosial dan platform online. Perlu mempertimbangkan dampak teknologi terhadap dinamika bullying, mendorong sekolah untuk tidak hanya fokus pada interaksi langsung, tetapi juga membangun kecerdasan sosial digital dan kesadaran cyberbullying.

d) Peran Keluarga dan Pendidikan Karakter:

Keluarga adalah peran utama dalam mendidika karakter anak-anak apalagi di masa-masa sekarang. Banyak sekali orang tua lupa atau menyepelekan Pendidikan anak dititipkan pada Lembaga Pendidikan, namun hal ini adalah hal yang kurang sesuai karna membangun karakter anak tidak hanya diserahkan pada Lembaga Pendidikan saja tanpa pengawalan keluarga, peran keluarga sangatlah penting sehingga sekolah kami di SD Muhammadiyah 8 tulangan mampu berkolaborasi dengan keluarga dalam meminamalisir efek bahaya dalam bulliying

Keterlibatan keluarga dalam mendukung upaya sekolah ramah anak sangat penting. Di karenakan keluarga adalah tempat pertama dan utama dalam mendidik anak, sehingga sekolah dan keluarga perlu berkolaborasi dalam memberikan pendidikan karakter yang konsisten, menghasilkan individu yang memiliki nilai-nilai positif di sekolah dan di rumah.

Analisis eksternal ini menggaris bawahi bahwa perlunya sekolah ramah anak bebas bullying bukan hanya berakar pada kebutuhan internal pendidikan, tetapi juga menjadi respons terhadap dinamika perubahan sosial, teknologi, dan ekspektasi masyarakat. Melibatkan semua pihak terkait adalah kunci untuk menciptakan sekolah yang tidak hanya memberikan pendidikan berkualitas, tetapi juga memberdayakan anak-anak untuk berkembang sebagai individu yang tangguh, empatik, dan berdaya saing.

2. Analisis Internal

Analisis internal terkait perlunya menjadi sekolah ramah anak dan bebas bullying melibatkan evaluasi mendalam terhadap aspek-aspek internal di lingkungan sekolah. Fokus pada kondisi dan dinamika internal ini sangat penting untuk merancang strategi dan kebijakan yang tepat guna menciptakan atmosfer pendidikan yang positif dan mendukung. Berikut adalah beberapa elemen analisis internal:

Keberhasilan Program Anti-Bullying yang Ada, kita sudah ada program anti-bullying berupa tegur sapa berkata baik setiap hari sebelum masuk kelas antara siswa dengan siswa dan siswa dengan guru, dari hasil Evaluasi terhadap program-program yang telah dijalankan, masih belum maksimal atau efektif, masih adanya catatan kejadian di beberapa kelas dan aduan wali murid terhadap program anti bullying. Sehingga perlu ada langkah-langkah yang telah yang perlu di tingkatkan atau perlu di hapus.

Kualitas Hubungan Siswa-Guru Menganalisis kualitas hubungan antara siswa dan guru sangat relevan. Yang terjadi saat ini hubungan guru dan siswa sudah baik, yang perlu di tingkatkan adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan memcahkan konflik terhadap permasalahan bullyingsehingga guru mampu berlaku adil. Hal tersebut dapat dicapai dengan melakukan pelatihan terhadap guru terkait pencegahan dan penanganan konflik bullying.meskipun di sekolah kami SD Muhammadiyah 8 Tulangan hubungan guru dan siswa masih terdapat keberagaman baik siswa menggap gur sebagai teman ataupun guru sebagai orang tua sehingga kadangkala guru kami juga masih terdapat belum kefahaman dalam bertutur kata dengan siswa apalagi banyak guru-guru kami yang notabene guru muda dan baru.

Infrastruktur Kesejahteraan Siswa, Evaluasi terhadap fasilitas dan infrastruktur yang mendukung kesejahteraan siswa juga perlu diperhatikan. Ruang konseling, kegiatan ekstrakurikuler, dan lingkungan fisik yang nyaman dapat berkontribusi pada atmosfer positif di sekolah. Ini yang menjadi salah satu perhatian di sekolah kami terkait sarpas, saat ini ruang konseling dan kegiatan ekstrakulikur sudah ada serta memberikan sarana yang dapat menjauhkan fikiran anak terhadap konteks intens saling aktif berkumpul sehingga kami sekolah berkeinginan memberikan ruang penghijauan guna memberikan nuansa sejuk indah nyaman dan damai, yang perlu diperbaiki adalah tata letak dan dekorasi sekolah agar sekolah terlihat nyaman. Pengguna bahan yang ramah lingkungan juga menjadi tujuan kami menjadikan sekolah ramah anak.

Keterlibatan Orang Tua, Melibatkan orang tua dalam mendorong budaya anti-bullying di sekolah adalah aspek penting. Sejauh mana orang tua terlibat dalam mendukung dan memahami upaya sekolah dapat memberikan gambaran tentang keberhasilan upaya kolaboratif. Saat ini sudah ada beberapa program melibatkan dengan orang tua seperti parenting dan lomba bareng orang tau. Namun hal itu perlu di evaluasi dan di tingkatkan, khususnya dalam urusan bullying.

Adapun hasil dari pengembangan rancangan pengembangan sekolah ini adalah yaitu dengan adanya beberapa seperti berikut

a. Kolaborasi program orang tua dan sekolah

Membuat program seperti parenting, outing bersama, pengajian rutin dan masih banyak lagi keterlibatan orang tua dan sekolah untuk mendidik siswanya membunyai karakter yang akhlakul karimah, sehingga mempunyai pandangan dan tanggung jawab yang sama.

b. Pelatihan dewan guru sekolah anti bullying

Melakukan pelatihan, workshop atau forum diskusi akan menambah pengetahuan dewan guru dalam pencegahan atau menangani kasus bullying.

c. Menciptakan suasana saling akrab di sekolah

Budaya yang humanis perlu di ciptakan khusunya dalam tegur sapa dan saling menyapa. kususnya dengan teman kelas, agar menciptakan rasa saling menyayangi antar teman sesama. Tanpa harus membeda-bedakan dalam berteman.

d. Mendesain suasana lingkungan yang asri.

Suasana lingkungan asri sekolah akan mempengaruhi suasana hati atau bahkan sikap siswa, maka di perlukan sekolah yang bersih dan asri dengan di sediakannya tumbuhan tanaman yang dapat menyejukkan mata jika di pandang.

e. Merubah sarpras bahan materi yang ramah lingkungan dan anak

Menyiapkan saran pra sarana untuk sekolah ramah anak maka perlu juga mengubah bahan dari sarana tersebut seperti besi atau berbahan keras harus di lapisi dengan busa atau bahkan bahan yang ramah lingkungan. Seminimal mungkin siswa tidak mengalami kecelakaan karena sarana dan pra sarana sekolah

Simpulan

Sekolah ramah anak adalah sebuah program sekolah yng menjunjung tinggi perkembangan psikologis peserta didik (Kristanto et al., 2012). Pelaksanaan sekolah ramah anak sudah banyak dilakukan dalam program pendidikan di berbagai Negara, dan tidak terkecuali Negara Indonesia. Tujuan utama diadakannya program sekolah ramah adalah sebagai kebijakan hukum pemerintah yakni perlindungan terhadap anak (Cholily et al., 2019). Hal ini tentunya untuk menghindari anak-anak dari tindakan kekerasan, perlakuan yang menyimpang, dan penelantaran anak (Artadianti, Kiki & Subowo, 2019).

Program sekolah ramah anak merupakan suatu program yang sangat bagus dilaksanakan untuk melindungi hak anak bangsa sehingga mereka merasadiperlakukan adil tanpa adanya diskriminasi. Selain itu dengan adanya program ini, karakter anak akan lebih baik dan terbina sebagai penerus bangsa yang berkualitas serta amanah. Jika karakter sudah terbentuk sesuai dengan tujuan bangsa, maka Negara ini akan lebih baik kedepannya. Oleh karena itu perbaikan karaktek anak bangsa harus lebih diperhatikan oleh pemerintah dan seluruh rakyat suatu negara. Penelitian ini penting dilakukan karena menentukan tantangan, dan peluangnya dalam pembentukan karakter siswa di era globalisasi pada sekolah ramah anak dan menjadikan sekolah di masa depan menjadi sekolah tanpa bulliying.

Ucapan Terima Kasih

Alhamdulillah dengan selesainya penelitian maka penulis mengucapkan terimkasih kepada keluarga besar SD Muhammdiyah 8 Tulangan yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk bisa berkontribusi dalam menjadikan sekolah tanpa bulliying di masa yang akan datang dan penulis juga mengucapkan ribuan terimksih kepada komite sekolah yang telah bersinergi dengan penilis guna memberikan data atau pengarahan tentang peserta didik di ligkungan SD Muhammadiyah 8 Tulangan dan penulis juga mengucapkan terimkasih kepada keluarga yang telah mensupport penulis untuk selalu semangat guna menyelesaikan penelitian yang telah selesai ini,dan juga tidak kalah pentingnya peneliti mengucapkan kepada dosen pembimbing Bapak Dr. Nurdyansyah M.Pd yang telah memberikan pengarahan guna terselesainya penelitian ini dengan mudah dan lancar

References

[1] M. Muhammad, “ASPEK PERLINDUNGAN ANAK DALAM TINDAK KEKERASAN (BULLYING) TERHADAP SISWA KORBAN KEKERASAN DI SEKOLAH (Studi Kasus di SMK Kabupaten Banyumas),” Jurnal Dinamika Hukum, vol. 9, no. 3, pp. 230–236, 2009.

[2] N. Izza, Y. S. Setianti, and O. Tiara, “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Sekolah Ramah Anak di Sekolah Inklusi,” Kelola: Jurnal Manajemen Pendidikan, vol. 10, no. 1, pp. 35–44, 2023.

[3] BAPPENAS RI, “Undang-Undang Nomor. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,” 2002.

[4] Permendikbud No 82, “Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2015 Tentang Pencegahan Dan Penanggulangan Tindak Kekerasan Di Lingkungan Satuan Pendidikan,” 2015.

[5] R. Ramadhanti and M. T. Hidayat, “Strategi Guru dalam Mengatasi Perilaku Bullying Siswa di Sekolah Dasar,” Jurnal Basicedu, vol. 6, no. 3, pp. 4566–4573, 2022.

[6] T. W. Utami, Y. S. Astuti, and P. Livana, “Hubungan Kecemasan Dan Perilaku Bullying Anak Sekolah,” Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia, vol. 2, no. 1, pp. 1–6, 2019.

[7] S. A. Sakti and T. M. Widyastuti, “Implementasi Sekolah Bebas Bullying Pada Anak Usia Dini Melalui Komunikasi Positif Guru,” JURNAL AUDI: Jurnal Ilmiah Kajian Ilmu Anak dan Media Informasi PAUD, vol. 5, no. 2, pp. 99–107, 2020.

[8] G. Marela, A. Wahab, and C. R. Marchira, “Bullying verbal menyebabkan depresi remaja SMA Kota Yogyakarta,” Berita Kedokteran Masyarakat, vol. 33, no. 1, p. 43, 2017.

[9] D. Nasien and A. Sapriati, “The Application of Child-Friendly Schools and Social Competence in terms of the Character of Elementary School Children,” Journal for Lesson and Learning Studies, vol. 5, no. 2, pp. 274–282, 2022.

[10] R. Ambarini, E. Indrariani, and A. Zahraini, “Antisipasi Pencegahan Bullying Sedini Mungkin: Program Anti Bullying Terintegrasi Untuk Anak Usia Dini,” Journal of Dedicators Community, vol. 2, no. 2, pp. 64–82, 2018.

[11] C. E. Munro and A. W. Phillips, “Bullying in the workplace,” 2023.

[12] G. K. Ahmed, N. A. Metwaly, K. Elbeh, M. S. Galal, and I. Shaaban, “Risk factors of school bullying and its relationship with psychiatric comorbidities: a literature review,” 2022.

[13] G. Serafini et al., “The Relationship Between Bullying Victimization and Perpetration and Non-suicidal Self-injury: A Systematic Review,” Child Psychiatry Hum Dev, vol. 54, no. 1, 2023.

[14] W. Widyastuti and E. Soesanto, “ANALISIS KASUS BULLYING PADA ANAK,” CAPITALIS: JOURNAL OF SOCIAL SCIENCES, vol. 1, no. 1, 2023.

[15] N. C. Z. Andrews, A. H. N. Cillessen, W. Craig, A. V. Dane, and A. A. Volk, “Bullying and the Abuse of Power,” International Journal of Bullying Prevention, vol. 5, no. 3, 2023.

[16] E. Agisyaputri, N. A. Nadhirah, and I. Saripah, “Identifikasi fenomena perilaku bullying pada remaja,” Jurnal Bimbingan dan Konseling, vol. 3, 2023.

Published

2025-08-12

How to Cite

Mustofah, A., & Nurdyansyah, N. (2025). Humanistic Solutions to Prevent Bullying in Schools: Collaboration and Positive Environments: Solusi Humanistik Mencegah Bullying di Sekolah: Kolaborasi dan Lingkungan Positif. Indonesian Journal of Education Methods Development, 20(1), 10.21070/ijemd.v20i1.895. https://doi.org/10.21070/ijemd.v20i1.895

Issue

Section

Islamic Education Method