Abstract

This study examines the relationship between school well-being and learning motivation among Islamic Vocational High School students in Tulangan, Sidoarjo. Using a quantitative correlational method, 222 students were selected from a population of 497 through stratified random sampling. Validated scales measured school well-being and learning motivation, with data analyzed using Pearson product-moment correlation via JASP software. Results showed a significant positive correlation (r=0.432, p<0.001), indicating that higher school well-being is associated with increased learning motivation. These findings suggest that improving school infrastructure and resources can enhance student motivation, highlighting the need for collaborative efforts to boost educational quality.

 

Highlight:

  • Positive correlation between school well-being and learning motivation identified.
  • Enhanced infrastructure boosts student motivation.
  • Collaboration with parents and institutions crucial for educational quality.

 

 

Keyword:  School well-being, learning motivation, Islamic vocational students, quantitative study, Pearson correlation

Pendahuluan

Pendidikan adalah sebuah sistem yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia, baik secara individu ataupun kelompok, baik secara jasmani dan rohani, dan juga mematangkan cara berpikir sehingga manusia tersebut dapat berkontribusi kepada masyarakat dan negara [1]. Jenjang pendidikan SMK adalah salah jenjang pendidikan yang bertugas untuk menciptakan lulusan yang kompeten dalam segi kinerja dan selanjutnya dapat mengembangkannya didalam dunia kerja [2]. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan motivasi untuk mencapai keberhasilan pendidikan sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan hasil belajar dari siswa dan selanjutnya meningkatkan kompetensi siswa [3].

Andriani dan Rasto [4] menjelaskan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa tidak selalu sesuai dengan standar yang diberikan, yang mana hasil belajar tersebut masih belum maksimal. Hal ini menunjukkan adanya fenomena rendahnya motivasi belajar pada siswa dikarenakan hasil belajar sebagai salah satu output dari motivasi belajar siswa masih ditemukan rendah. Adapun motivasi menjadi salah satu faktor dari dalam diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar sedangkan faktor internal lain yang memengaruhi adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat, kesiapan, dan kematangan [5].

Motivasi untuk belajar juga menjadi sebuah hal yang penting bagi seorang siswa karena siswa dengan motivasi belajar yang tinggi akan mendapat hasil belajar yang tinggi pula karena siswa yang termotivasi akan mencoba semua yang dia bisa untuk mencapai apa yang mereka inginkan [6]. Hal ini menandakan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah akan cenderung untuk kesulitan hasil belajar yang tinggi ataupun rata-rata karena mereka kekurangan dorongan yang dapat membawa mereka untuk mencapai hal yang mereka inginkan, atau malah hasil belajar bukanlah sesuatu yang mereka inginkan. Bakar [7] menambahkan bahwa motivasi belajar dapat berpengaruh pada productive competencies dari siswa SMK dimana productive competencies merupakan kapasitas seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu. Hal ini menandakan bahwa motivasi yang rendah akan mengarah kepada turunnya kapasitas seseorang dalam melakukan sesuatu bagi siswa SMK.

Motivasi didefinisikan sebagai dorongan psikologis untuk melakukan sebuah tindakan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan [8]. Bedasarkan definisi tersebut maka motivasi belajar didefinisikan sebagai seluruh daya penggerak dari dalam diri seorang siswa yang mendorong mereka untuk mengikuti kegiatan belajar, sehingga tujuan belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan baik [9]. Motivasi adalah hal yang penting bagi siswa karena motivasi berkaitan dengan dorongan seorang siswa untuk menggerakkan diri siswa melakukan aktivitas akademik dan juga mencapai beberapa target akademik yang telah ditentukan, tanpa jal tersebut maka siswa akan kesulitan untuk menjalani kehidupan sekolah, dan akan ada kecenderungan untuk meraih hasil belajar yang rendah dikarenakan tidak ada dorongan untuk membawa siswa kepada hasil tersebut. Rahmawati [10] dalam penelitiannya menjelaskan bahwa beberapa indikator yang dapat menentukan tingkatan motivasi dari siswa diantaranya adalah tekun dalam menghadapi tugas, ulet menghadapi tugas, menunjukkan minat terhadap beberapa macam masalah, lebih senang bekerja secara mandiri, cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin, dapat mempertahankan pendapat tidak mudah melepas hal yang diyakini, senang mencari dan memecahkan masalah.

Permasalahan motivasi pada siswa sekolah juga ditemukan pada penelitian sebelumnya. Penelitian yang dilakukan oleh Santosa dan Us menjelaskan bahwa siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Bambanglipuro mengelami fenomena motivasi belajar yang rendah yang diindikasikan dengan tingkat kehadiran siswa yang rendah, banyak PR yang dikerjakan disekolah, siswa yang cepat putus asa, dan siswa yang tidak semangat mengikuti pembelajaran [11]. Fenomena lain motivasi belajar yang rendah juga dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahman pada siswa SMA yang menjelaskan bahwa siswa memiliki motivasi belajar yang rendah yang ditandai dengan tidak memiliki kesungguhan dalam belajar didalam sebuah mata pelajaran tertentu dan juga lalainya siswa untuk mengerjakan tugas yang diberikan [12]. Fenomena rendahnya motivasi belajar yang rendah juga masih banyak ditemukan dalam beberapa penelitian lainnya.

Fenomena motivasi belajar yang rendah dapat ditemukan pada SMK Islam Tulangan Sidoarjo dimana bedasarkan hasil survei yang dilakukan oleh peneliti, maka sekitar 45% siswa dari jumlah responden sebanyak 30 siswa di SMK tersebut memiliki tingkatan motivasi belajar yang rendah. Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara tanggak 18 Mei 2022 dengan beberapa siswa yang mengatakan bahwa motivasi belajar yang dimiliki selama bersekolah lama-kelamaan menjadi turun karena perasaan bosan dan merasa tidak kreatif karena tidak dapat mengaplikasikan hobi yang dimiliki seperti fotografi. Hasil wawancara juga mengungkapkan bahwa siswa mengalami permasalahan motivasi belajar seperti wawancara dengan siswa A yang mengatakan bahwa dia tidak berminat dengan beberapa pelajaran yang diajarkan di sekolah. Hal ini menandakan bahwa siswa A memiliki permasalahan masalah sesuai dengan aspek motivasi belajar dari Sardirman yaitu memiliki minat pada topik atau suatu bidang tertentu [10].

Rahmawati [10] dalam penelitiannya menjelaskan bahwa motivasi belajar dari siswa smk dipengaruhi oleh fasilitas belajar, lingkungan keluarga, peran guru, ketertarikan terhadap materi, lingkungan teman, cita-cita, serta aspirasi atau kondisi siswa. Selanjutnya Hariyanto et al [13] dalam penelitiannya menjelaskan bahwa 3 faktor utama yang dapat mempengaruhi motivasi belajar adalah tindak lanjut guru, lingkungan sekolah, dan dukungan orang tua. Bedasarkan 2 penelitian tersebut maka keduanya sama-sama mengatakan sekolah sebagai faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar, dan hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Ade et al [14] yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi positif antara school well-being dengan motivasi belajar.

School Well-being didefinisikan sebagai keadaan siswa yang mencapai kebutuhan dasar di sekolah yang meliputi having, loving, being, and health [15]. School well-being juga merupakan kondisi atau situasi dimana siswa dapat memenuhi kebutuhan dasarnya didalam lingkungan sekolah, yang berhubungan dengan kegiatan belajar mengajar [16]. Tingkatan school well-being yang buruk akan sangat mempengaruhi kesehatan mental dari siswa sebagaimana pendapat dari Oktia yang menjelaskan bahwa school well-being yang rendah dan perasaan tidak menyenangkan, menekan, dan membosankan di sekolah akan mengarahkan siswa merasakan beberapa reaksi negatif seperti stress, bosan, kesepian, hingga depresi [17]. Well-being di sekolah akan tercapai ketika siswa dapat merasakan perasaan positif dan lingkungan belajar yang nyaman [18] dimana siswa dapat melakukan proses belajar dengan baik tanpa harus merasa takut dengan beberapa kendala yang tidak diinginkan. Adapun aspek-aspek dari school well-being diantaranya adalah having, loving, being, dan healthy [19].

Beberapa penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara school well-being dengan motivasi belajar. Penelitian yang dilakukan oleh Hasanah dan Sutopo [20] menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara school well-being dengan motivasi belajar pada siswa Sekolah Dasar. Selanjutnya ditemukan pula pada penelitian yang dilakukan oleh Amanillah dan Rosiana [21] terdapat hubungan positif antara school well-being dengan motivasi belajar pada siswa SMA. Namun masih jarang ditemukan penelitian yang membahas hubungan antara school well-being dengan motivasi belajar pada siswa SMK. Oleh sebab itu maka penelitian ini akan mencoba untuk menjawab gap penelitian dengan merumuskan tujuan dari penelitian ini yaitu mengukur hubungan antara school well-being dengan motivasi belajar pada siswa SMK Islam Tulangan Sidoarjo. Adapun hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan antara school well-being dengan motivasi belajar pada siswa SMK Islam Tulangan Sidoarjo.

Metode

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kuantitatif korelasional yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa SMK Islam Tulangan sidoarjo dengan jumlah siswa 497. Adapun siswa kelas X berjumlah 178, siswa kelas XI berjumlah 166, dan siswa kelas XII berjumlah 153. Selanjutnya digunakan rumus slovin untuk menentukan jumlah sampel dengan taraf kesalahan 5% sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 222. Adapun tehnik sampling yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik sampling Stratified Random Sampling. Berikut adalah pembagian sampel untuk setiap strata kelas yang telah ditentukan

Kelas Jumlah Sampel
Kelas X 80
Kelas XI 74
Kelas XII 68
Jumlah 222
Table 1.Jumlah Sampel bedasarkan kelas

Instrumen dalam penelitian ini menyggunakan skala school well-being dan skala motivasi belajar yang telah digunakan dalam penelitian sebelumnya. Adapun skala school well-being mengadopsi dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Chasanah [19]. Alat ukur ini disusun bedasarkan teori school well-being yang diajukan oleh Konu dan Rimpela dengan aspek-aspek yaitu having, loving, being, dan healthy. Alat ukur ini terdiri atas 33 item yang selanjutnya akan diujikan validitas dan reliabiltasnya. Hasil tryout yang telah dilakukan menunjukkan bahwa alat ukur telah reliabel untuk digunakan dalam penelitian dengan nilai reliabilitas alpha Cronbach sebesar 0,898 [19] .

Instrumen penelitian motivasi belajar mengadopsi pula dari alat ukur yang disusun oleh Rahmawati [10]. Adapun alat ukur ini menggunakan teori motivasi belajar yang dimiliki oleh Sardiman dengan aspek-aspeknya yaitu tekun menghadapi tugas, ulet menghadapi kesulitan, menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah, lebih senang bekerja secara mandiri, cepat bosan dengan pekerjaan rutin, dapat mempertahankan pendapat, tidak mudah melepas hal yang diyakini, dan senang mencari dan memecahkan masalah. Skala ini terdiri atas 19 item yang selanjutnya akan diujicobakan kembali validitas dan reliabilitasnya. Hasil tryout yang telah dilakukan menunjukkan bahwa alat ukur telah reliabel untuk digunakan dalam penelitian dengan nilai reliabilitas alpha Cronbach sebesar 0,822.

Adapun skala berbentuk skala likert dengan 5 altternatif jawaban yaitu Sangat Tidak Setuju, Tidak Setuju, Netral, Setuju, dan Sangat Setuju. Tehnik analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini menggunakan tehnik analisa Pearson Product Moment Correlation. Adapun software yang akan digunakan dalam proses analisa data mengguakan software JASP versi 0.14.1

Hasil dan Pembahasan

Uji Asumsi

Hasil uji asumsi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa data school well-being dan dan data motivasi belajar terdistrubsi normal. Hasil uji Shapiro wilk dari data school well being terdistribusi normal (p-value=0,075) dan data motivasi belajar terdistribusi secara normal (p-value=0,059). Hasil ini menandakan bahwa uji asumsi normalitas telah terpenuhi.

School Well-being Motivasi Belajar
Valid 222 222
Missing 0 0
Mean 91.077 52.545
Std. Deviation 5.178 4.593
Shapiro-Wilk 0.989 0.988
P-value of Shapiro-Wilk 0.075 0.059
Minimum 79.000 42.000
Maximum 104.000 67.000
Table 2.Uji Normalitas Shapiro-Wilk

Hasil uji linearitas juga menunjukkan bahwa data school well-being dengan data motivasi belajar memiliki hubungan linear. Hal ini terbutki dari titik-titik scatter plot yang berkumpul disekitar garis linear yang miring keatas. Adapun juga kumpulan-kumpulan tersebut membentuk bentuk oval atau elips, sehingga bedasarkan hasil sebaran data tersebut maka dapat dikatakan bahwa terdapat hubungan linear antara kedua variabel dan asumsi lienaritas terpenuhi.

Figure 1.Grafik Uji Liniearitas

Uji asumsi yang terpenuhi menandakan bahwa uji hipotesis dapat menggunakan uji parametric. Oleh sebab itu analisa data selanjutnya menggunakan analisa korelasi pearson product moment correlation.

Uji Hipotesis

Variabel Pearson's Correlations p-value
School Well-being - Motivasi Belajar 0.432 < .001
Table 3. Uji Korelasi Pearson

Uji korelasi pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara school well-being dengan motivasi belajar (r=0,432, p-value<0,001). Hasil ini juga juga menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkatan school well-being dari siswa maka akan semakin tinggi pula tingkatan motivasi belajar yang dimiiki oleh siswa tersebut.

Model R Adjusted R² RMSE
H₀ 0.000 0.000 0.000 4.593
H₁ 0.432 0.187 0.183 4.151
Table 4.Sumbangan Efektif

Selanjutnya nilai R² = 0,187 menunjukkan bahwa school well-being memberikan sumbangan efektif kepada motivasi belajar sebesar 18,7%. Adapun sisa dari persentase yaitu sebesar 81,3% dipengaruhi oleh variabel lain yang berada diluar variabel school well-being.

Kategori Rentangan N Persentase
Sangat Tinggi >59 16 7,21%
Tinggi 59-55 50 22,52%
Menengah 54-50 98 44,14%
Rendah 49-46 46 20,72%
Sangat Rendah <46 12 5,41%
Table 5.Kategorisasi Motivasi Belajar

Hasil Kategorisasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Siswa SMK Islam Tulangan memiliki beberapa permasalahan motivasi belajar yang rendah dengan kategori rendah sebesar 20,72%. Selanjutnya kategori sangat rendah sebesar 5,41%.

Hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara school well-being dengan motivasi belajar (r=0,432, p-value<0,001). Hasil ini juga menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yaitu terdapat hubungan positif antara school well-being dengan motivasi belajar pada siswa SMK islam di Tulangan terbukti benar sehingga hipotesis dari penelitian ini dapat diterima.

Hasil ini juga sesuai dengan beberapa hasil penelitian terdahulu. Penelitian yang dilakukan oleh Ade et al menunjukkan bahwa terdapat hasil positif antara school well-being dan motivasi belajar pada siswa SMKN di daerah Padang (r=0,575, p<0,001) [22]. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hasanah dan Sutopo menunjukkan hasil yang sama yaitu hubungan positif antara school well-being dan motivasi belajar pada siswa madrasah aliyah yang setingkat dengan jenjang sekolah menengah ke atas dan menengah kejuruan (r=0,565, p<0,001) [20]. Penelitian yang dilakukan oleh Zulfa menunjukkan hasil sama yaitu hubungan positif antara school well-being dengan motivasi belajar pada siswa Sekolah Menengah Atas (r=0,677, p<0,001) [23].

Jika ditinjau dari aspek school well-being yaitu having yang berkaitan dengan kondisi sekolah, maka kondisi dari lingkungan belajar seperti kelas sangat mempengaruhi bagaimana cara siswa dalam belajar, dimana siswa akan termotivasi belajar dengan lebih baik ketika menilai kelas tempat belajarnya dengan perspektif yang positif [24]. Lingkungan dan kondisi sekolah terdiri dari kondisi fisik seperti kondisi gedung, infrastruktur, dan juga tenaga pengajar dan administrasi dari sekolah juga berpengaruh kepada semangat dari siswa untuk belajar, dimana lingkungan dan kondisi yang baik akan mempromosikan hal-hal positif kepada para siswa sehingga siswa akan termotivai untuk belajar [25]. Adapun lingkungan belajar di sekolah menjadi salah satu komponen yang berpengaruh kepada school well-being yang selanjutnya dapat membuat siswa menjadi termotivasi dan lebih kreatif [26].

Selanjutnya bedasarkan aspek school well-being yaitu loving yang berkaitan dengan hubungan siswa dengan lingkungan sosial di sekolahnya, maka hubungan interpersonal antara siswa dengan guru juga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa di sekolah, dimana siswa yang kesulitan untuk membangun hubungan interpersonal yang positif dengan teman dan guru dapat mempengaruhi bagaimana siswa beradaptasi untuk mengikuti tuntutan yang diberikan, mengarahkan siswa untuk tidak termotivasi dalam proses belajarnya [27]. Memiliki hubungan positf dalam konteks sekolah sangat dibutuhkan siswa untuk dapat berhasil dalam kehidupan akademiknya dimana perasaan diterima oleh teman dan juga memiliki guru yang ramah dan juga mampu memahami siswa dapat meningkatkan kesejahteraan emosional dan motivasi dari siswa [28]. Adapun hubungan yang negatif antar teman dan juga perlakuan guru yang tidak menyenangkan dapat berpengaruh kepada kondisi psikologis siswa, dan selanjutnya mengarahkan pada perasaan stress dan juga hilangnya motivasi [29].

Selanjutnya bedasarkan aspek being dan health yang berkaitan dengan pemenuhan potensi serta kesehatan dari siswa, maka infrastuktur sekolah, serta penyediaan kegiatan yang dapat memenuhi potensi siswa merupakan bagian bagian penting dari school well-being. Infrastuktur yang dapat menunjang kegiatan dan kesehatan siswa dapat mempengaruhi proses belajar siswa. Beberapa kemungkinan siswa dapat terpapar kepada pengaruh perilaku negatif seperti minum-minuman keras, penggunaan obat terlarang, hingga seks bebas juga dapat berpengaruh kepada proses dan motivasi belajar siswa, dimana disinilah pentingnya peran Unit Kesehatan Sekolah (UKS) untuk memberikan layanan dan juga edukasi kesehatan agar siswa dapat menerapkan pola hidup sehat yang selanjutnya dapat menunjang proses dan motivasi belajarnya [30]. Sekolah yang dapat menyediakan kegiatan ekstrakurikler dan organisasi untuk pemenuhan potensi diri siswa juga berkaitan dengan motivasi, dimana beberapa penelitian menunjukkan bahwa siswa yang terlibat dalam kegiatan ekstrakurikler menunjukkan motivasi belajar yang baik [31].

Selanjutnya sumbangan efektif yang diberikan school well-being kepada motivasi belajar pada sampel penelitian sebesar 18,7%, sehingga sebanyak 82,3% faktornya dipengaruhi oleh faktor lain yang berada diluar variabel school well-being. Orientasi belajar merupakan salah satu faktor lain yang dapat mempengaruhi motivasi belajar dari siswa [32]. Selanjutnya kemampuan mengajar guru seperti bidang keilmuwan, manajemen kelas, dan metode mengajar guru menjadi faktor dominan yang dapat mempengaruhi motivasi belajar dari siswa [33].

Simpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif antara school well-being dengan motivasi belajar. Hal ini menandakan bahwa semakin baik tingkatan scholl well-being yang dimiliki oleh siswa maka akan semakin tinggi pula motivasi belajar yang dimiliki. Hasil ini juga membuktikan hipotesis penelitian benar dan dapat diterima. Keterbatasan dalam penelitian ini diantaranya adalah penggunaan metode penelitian yang sederhana untuk menjelaskan fenomena motivasi belajar pada siswa. Metode penelitian yang lebih kompleks dan melibatkan analisis dan lebih banyak variabel dapat mengarahkan kepada pemahaman yang lebih baik terkait fenomena motivasi belajar pada siswa. Beberapa alternatif penelitian yang lebih kompleks dapat dilakukan adalah melibatkan lebih dari 3 atau lebih variabel dan selanjutnya menggunakan tehnik analisa yang lebih mendalam sepert regresi linear berganda ataupun menggunakan analisa structural equation model

Implikasi dari penelitian ini adalah peningkatan infatruktur sekolah dan juga sumber daya manusia yang dimiliki oleh sekolah agar lebih baik lagi dalam memberikan layanan edukasi kepada siswa. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan kerjasama dengan berbagai pihak baik antara orang tua ataupun dengan institusi pemerinntah atau mandiri yang berkaitan dengan pendidikan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas dari sekolah agar school well-being dari siswa meningkat dan selanjutnya meningkatkan pula motivasi belajar yang dimiliki siswa. Selanjutnya implikasi akademik dari penelitian ini adalah pengembangan lebih lanjut terkait fenomena motivasi belajar dengan school well-being pada siswa dengan menggunakan metode lain, seperti metode kualitatif dan selanjutnya peneliti dapat menggunakan penelitian ini sebagai dasar atau referensi untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah SMK Islam Tulangan karena telah memperbolehkan peneliti untuk melakukan penelitian di lingkungan sekolah. Peneliti selanjutnya mengucapkan terima kasih kepada siswa dan guru dan guru yang telah bersedia untuk jadi bagian dari penelitian ini.

References

  1. F. I. Azra, “Pengaruh Lingkungan Keluarga dan Motivasi Belajar Siswa terhadap Hasil Belajar Akuntansi Siswa Kelas X SMK Negeri 1 Solok Selatan,” Economica, vol. 2, no. 2, pp. 85–98, 2015, doi: 10.22202/economica.2014.v2.i2.221.
  2. W. B. Sulfemi and A. Qodir, “Relationship of 2013 Curriculum with Motivation Learning Students in Pelita Ciampea Vocational School,” J. Ilm. Edutecno, vol. 17, no. 2, pp. 1–12, 2017.
  3. N. Afryansih, “Hubungan Motivasi Belajar dengan Hasil Belajar Siswa Geografi SMAN 5 Padang,” J. Spasial, vol. 3, no. 1, 2017, doi: 10.22202/js.v3i1.1600.
  4. R. Andriani and R. Rasto, “Motivasi Belajar sebagai Determinan Hasil Belajar Siswa,” J. Pendidik. Manaj. Perkantoran, vol. 4, no. 1, pp. 80–86, 2019.
  5. H. D. Saputra, F. Ismet, and A. Andrizal, “Pengaruh Motivasi terhadap Hasil Belajar Siswa SMK,” Invotek J. Inov. Vokasional dan Teknol., vol. 18, no. 1, pp. 25–30, 2018, doi: 10.24036/invotek.v18i1.168.
  6. J. Kurniawan, Z. M. Effendi, and S. Dwita, “The Effect of School Environment, Family Environment, and Learning Motivation on Students’ Learning Performance,” in First Padang International Conference on Economics Education, Economics, Business and Management, Accounting and Entrepreneurship (PICEEBA 2018), Atlantis Press, 2018, pp. 43–48.
  7. R. Bakar, “The Effect of Learning Motivation on Students’ Productive Competencies in Vocational High School, West Sumatra,” Int. J. Asian Soc. Sci., vol. 4, no. 6, pp. 2226–5139, 2014. [Online]. Available: http://www.aessweb.com/journals/5007
  8. W. R. Syachtiyani and N. Trisnawati, “Analisis Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Siswa di Masa Pandemi Covid-19,” Prima Magistra J. Ilm. Kependidikan, vol. 2, no. 1, pp. 90–101, 2021, doi: 10.37478/jpm.v2i1.878.
  9. E. Novalinda, S. Kantun, and J. Widodo, “Pengaruh Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas X Jurusan Akuntansi Semester Ganjil SMK PGRI 5 Jember Tahun Pelajaran 2016/2017,” J. Pendidik. Ekon. J. Ilm. Ilmu Pendidikan, Ilmu Ekon. dan Ilmu Sos., vol. 11, no. 2, p. 115, 2018, doi: 10.19184/jpe.v11i2.6456.
  10. R. Rahmawati, “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Piyungan pada Mata Pelajaran Ekonomi Tahun Ajaran,” Universitas Negeri Yogyakarta, 2016.
  11. D. T. Santosa and T. Us, “Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Motivasi Belajar dan Solusi Penanganan pada Siswa Kelas XI Jurusan Teknik Sepeda Motor,” J. Pendidik. Tek. Otomotif, vol. 13, no. 2, pp. 14–21, 2016. [Online]. Available: http://journal.student.uny.ac.id/ojs/index.php/otomotif-s1/article/view/2896
  12. N. A. Rahman, “Efektivitas Penggunaan Metode Inteligensi Ganda dalam Proses Pembelajaran Fisika di SMU,” Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, vol. 6, no. 1, 2004, doi: 10.21831/pep.v6i1.2040.
  13. Y. Hariyanto, R. Aditama, and Y. Rusdiana, “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Matematika Siswa SMK Avicena Tenjo,” J. Lebesgue J. Ilm. Pendidik. Mat. Mat. dan Stat., vol. 3, no. 2, pp. 344–350, 2022, doi: 10.46306/lb.v3i2.136.
  14. M. I. Ikhwani, F. S. Ade, and R. Okfrima, “School Well-Being dengan Motivasi Belajar Siswa Administrasi Perkantoran Kelas XI SMKN 3 Padang,” Psyche 165 J., vol. 16, no. 2, pp. 72–78, 2023, doi: 10.35134/jpsy165.v16i2.231.
  15. P. Lestari, E. M. P. Dewi, and A. Y. Mansyur, “Pengaruh School Well-Being terhadap Motivasi Belajar Siswa SMK Nasional Makassar,” J. Edukasi, vol. 1, no. 2, pp. 211–226, 2023.
  16. N. Lathifah, A. H. Adi, and T. Na’imah, “An Overview of School Well-Being Scale at Students of Muhammadiyah Vocational High School: A Pilot Study,” Proc. Ser. Soc. Sci. Humanit., vol. 2, pp. 97–104, 2021, doi: 10.30595/pssh.v2i.111.
  17. V. Oktia, “Pengaruh Academic Burnout dan Academic Engagement terhadap School Well-Being Santri Pesantren,” Nusant. J. Behav. Soc. Sci., vol. 1, no. 3, pp. 89–94, 2022. [Online]. Available: https://doi.org/10.47679/njbss.202213
  18. M. A. Alwi, D. R. Suminar, and N. A. F. Nawangsari, “Support Related to Schools and School Well-Being: Self Esteem as Mediator,” Int. J. Pedagog. Teach. Educ., vol. 4, no. 2, pp. 119–125, 2020, doi: 10.20961/ijpte.v4i2.42869.
  19. U. Chasanah, “Pengaruh School Well-Being terhadap Prestasi Akademik Dimoderasi Self Efficacy,” Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2023.
  20. M. Hasanah and Sutopo, “Pengaruh School Well-Being terhadap Motivasi Belajar Siswa di Madrasah Aliyah Ma’arif 7 Sunan Drajat Lamongan,” Ummul Qura J. Inst. Pesantren Sunan Drajat Lamongan, vol. 15, no. 2, pp. 114–123, Oct. 2020, doi: 10.55352/uq.v15i2.385.
  21. S. Amanillah and D. Rosiana, “Hubungan School Well-Being dengan Motivasi Belajar pada Siswa Kelas XI MA X,” Pros. Psikol., vol. 3, no. 2, pp. 542–547, 2017.
  22. F. S. Ade, M. I. Ikhwani, and R. Okfrima, “School Well-Being dengan Motivasi Belajar Siswa Administrasi Perkantoran Kelas XI SMKN 3 Padang,” Psyche 165 J., vol. 16, no. 2, pp. 72–78, Jun. 2023, doi: 10.35134/jpsy165.v16i2.231.
  23. M. A. Zulfa, “Hubungan Antara School Well-Being dengan Motivasi Belajar pada Siswa SMA Negeri 6 Banda Aceh,” Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh, 2019.
  24. D. W. Ariani, “Relationship Model among Learning Environment, Learning Motivation, and Self-Regulated Learning,” Asian Soc. Sci., vol. 13, no. 9, p. 63, 2017, doi: 10.5539/ass.v13n9p63.
  25. C. Ayu, “The Effect of School Environment the Role of Teachers in Learning Process to Student Learning Motivation,” J. English Lang. Educ., vol. 2, no. 2, pp. 57–71, 2017. [Online]. Available: http://www.repository.usu.ac.id/bitstea
  26. M. Besançon, F. Fenouillet, and R. Shankland, “Influence of School Environment on Adolescents’ Creative Potential, Motivation, and Well-Being,” Learn. Individ. Differ., vol. 43, pp. 178–184, 2015, doi: 10.1016/j.lindif.2015.08.029.
  27. N. Kiuru, M. T. Wang, K. Salmela-Aro, L. Kannas, T. Ahonen, and R. Hirvonen, “Associations between Adolescents’ Interpersonal Relationships, School Well-Being, and Academic Achievement during Educational Transitions,” J. Youth Adolesc., vol. 49, no. 5, pp. 1057–1072, 2020, doi: 10.1007/s10964-019-01184-y.
  28. E. Oberle, “Early Adolescents’ Emotional Well-Being in the Classroom: The Role of Personal and Contextual Assets,” J. Sch. Health, vol. 88, no. 2, pp. 101–111, 2018, doi: 10.1111/josh.12585.
  29. G. Gini, C. Marino, T. Pozzoli, and M. Holt, “Associations between Peer Victimization, Perceived Teacher Unfairness, and Adolescents’ Adjustment and Well-Being,” J. Sch. Psychol., vol. 67, no. October 2016, pp. 56–68, 2018, doi: 10.1016/j.jsp.2017.09.005.
  30. C. Tsitsimpikou et al., “Health Risk Behaviors among High School and University Adolescent Students,” Exp. Ther. Med., vol. 16, no. 4, pp. 3433–3438, 2018, doi: 10.3892/etm.2018.6612.
  31. A. F. Farb and J. L. Matjasko, “Recent Advances in Research on School-Based Extracurricular Activities and Adolescent Development,” Dev. Rev., vol. 32, no. 1, pp. 1–48, 2012, doi: 10.1016/j.dr.2011.10.001.
  32. N. B. P. Duy, L. C. Binh, and N. T. P. Giang, “Factors Affecting Students’ Motivation for Learning at the Industrial University of Ho Chi Minh City,” in Proc. Future Technol. Conf. (FTC) 2020, vol. 2, K. Arai, S. Kapoor, and R. Bhatia, Eds. Cham: Springer International Publishing, 2021, pp. 239–262.
  33. E. Yilmaz, M. Şahin, and M. Turgut, “Variables Affecting Student Motivation Based on Academic Publications,” J. Educ. Pract., vol. 8, no. 12, pp. 112–120, 2017. [Online]. Available: www.iiste.org