Abstract

This study implemented the show and tell method to enhance the speaking skills of 5-6-year-old children at Wonosari Muslimat Kindergarten. Using the Classroom Action Research (PTK) approach with collaborative planning, implementation, and reflection, data were collected through observation, interviews, and documentation. Results showed significant improvement, reaching 77.47% proficiency in the second cycle, meeting the 75% target. This research highlights the effectiveness of the show and tell method in improving early childhood speaking skills.

 

Highlight:

  1. Show and Tell: Boosting Speaking Skills
  2. Early Childhood Education: Language Development Focus
  3. Action Research: Collaborative Improvement Approach
 

Keyword: Show and Tell Method, Speaking Skills, Early Childhood Education, Classroom Action Research, Improvement.

Pendahuluan

Berbahasa ialah salah satu kecerdasan yang dimiliki seseorang guna menyampaikan ungkapan yang dimaksudkan kepada orang lain dan sesuatu yang dimaksudkan oleh pembicara dapat dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicaranya[1]. Salah satu dasar keterampilan bahasa pada anak usia dini yang harus dikembangkan dan diberi stimulasi adalah berbicara[2]. Berbicara bukan hanya pengucapan kata atau bunyi yang keluar dari lisan tetapi berbicara adalah suatu sarana bagi seseorang untuk mengekspresikan, menyampaikan, atau mengomunikasikan pikiran, ide, atau perasaan[3]. Keterampilan berbicara merupakan gambaran kemampuan anak dalam mengatur kosa katanya sendiri ke dalam rangkaian kata yang terstruktur, contohnya kemampuan anak untuk mengulang penjelasan atau percakapan yang mereka dengar dengan menggunakan kata atau frase yang sesuai sehingga dapat dipahami oleh orang lain. Maka dari itu diperlukan pelatihan rutin, dan keakraban[4].

Keterampilan berbicara penting untuk belajar bagaimana berkomunikasi secara efektif baik di dalam maupun di luar kelas, hal ini membantu seseorang mendapatkan informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk hidup dalam masyarakat modern[5]. Berbicara sebagai bagian dari keterampilan berbahasa yang sangat penting baik dalam pembelajaran maupun dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan berbicara merupakan kemampuan untuk mengucapkan bunyi atau pengucapan kata-kata untuk mengungkapkan, menjelaskan, menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan[6]. Hal tersebut mendorong anak untuk mengungkapkan apapun yang mereka inginkan dan untuk mengeksplorasi apa yang mereka ingin ketahui[7]. Dan karenanya, pada orang bisa menguasai kreatifitas berbicara tidak terkecuali anak anak usia dini[8]. Inilah mengapa pembelajaran keterampilan berbicara menjadi penting karena keterampilan berbicara memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir, membaca, menulis dan mendengarkan[5].

Hurlock menjelaskan bahwa Keterampilan berbicara pada anak usia dini meliputi kemampuan berbicara dan memahami bahasa, meliputi pengucapan, pengembangan kosa kata, pembentukan kalimat, keterampilan berbicara, keberanian, kefasihan, dan ekspresi. Menurut Hurlock kriteria untuk mengukur tingkat kerkembanyan kreatifitas berbicara pada usia 5sampai 6 tahun yaitu.anak mampu menggunakan kata yang sesuai dengan objek yang disajikan, kata – kata atau kalimat yang diucapkan anak mudah dipahami oleh lawan bicaranya, dan penuturan dan pemahaman anak tentang kalimat tidak terjadi karena seringnya anak mendengar atau menduga – duga, tetapi sebelum memahami kalimat[2].

Bersumber dari permasalahan yang ditemukan saat melakukan pengamatan pada anak usia 5-6 tahun di TK Muslimat Wonosari diperoleh hasil kemampuan bahasa khususnya dalam berbicara belum berkembang secara optimal. Berdasarkan hasil observasi tersebut diperoleh 65% anak yang rendah dalam keterampilan berbicara yaitu 13 dari 20 anak. Hal tersebut tampak ketika anak kesusahan ketika diminta untuk mengungkapkan apa yang dia inginkan dengan kalimat sederhana, anak belum menggunakan kata yang sesuai dengan objek yang diwakilinya dan belum bisa diajak berinteraksi atau bercakap-cakap dengan teman atau ibu guru kegiatan berbicara di dalam kelas hanya dilakukan dengan anak anak yang sudah fasih berbicara, dalam hal tersebut membuat anak anak yang pasif menjadi tidak berkembang, hal ini dipengaruhi oleh metode pembelajaran yang digunakan oleh pendidik kurang tepat dan sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran. Untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak pendidik harus menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan menantang bagi anak.

Setelah mengetahui permasalahan di sekolah, maka dibutuhkan metode yang tepat untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah show and tell. Metode Educative Show and Tell berasal dari Amerika Serikat yang dikenalkan oleh Musfiroh. Ini merupakan cara mengajar anak-anak dengan meminta mereka bercerita, mendemonstrasikan sesuatu, dan bercakap-cakap satu sama lain[9]. Webebrville Comunity School Amerika Serikat mengatakan bahwa Show and Tell adalah metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk ngembangkan berbagi bidang perkembangannya anak. Pertamanya mengunakan , Show and Tell dapat membantu keterampilan lisan dan keterampilan bahasa lisan, dan merupakan cara yang bagus untuk menunjukkan keterampilan berbicara di depan umum karena berkaitan dengan adanya bertanya dan berbicara dengan tata bahasa yang sempurna (speaking in complete sentences, asking question). Keduanya, show and tell dapat membantu mengembangkan keterampilan sosial di berbagai bidang, terutama mendengarkan dengan penuh perhatian dan berbicara secara bergantian. Ketiga, show and tell mendorong anak untuk melakukan pemecahan masalah. Keempat, show and tell memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan kegiatan langsung dengan materi membaca dan menulis, langsung melalui kegiatan mengasosiasikan huruf dan bunyi awal dengan benda nyata[10].

Show and Tell merupakanmodel pembelajaran berbicara yang menitikberatkan aktivitas menunjukkan sesuatu kepada audiens (Show) dan mendeskripsikan sesuatu yang sedang dipertunjukkan(Tell)[11]. Show and tell adalah cara untuk membantu anak belajar bagaimana berkomunikasi dengan lebih mudah dan belajar tentang hal-hal yang sederhana dan umum dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan kegiatan menekankan keterampilan komunikasi dengan mengajak anak melakukan hal-hal seperti berbicara dan menunjukkan hal-hal yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari[12], Metode Show and Tell merupakan kegiatan dimana anak diminta bercerita di depan kelas mengenai barang ataupun mainan yang disukainya atau benda – benda disekitarnya dan diceritakan kepada teman – teman dikelasnya[13] karena pada hakikatnya anak usia dini suka dengan hal – hal baru, menantang dan sekaligus menyenangkan bagi mereka[14].

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Lastutiasih yaitu Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode Show And Tell. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Dengan kriteria keterampilan bebicara anak usia 5-6 tahun adalah kemampuan mengucapkan kata dengan jelas dan lancar, membentuk kalimat yang terdiri dari enam sampai delapan kata, menjelaskan arti kata sederhana, menggunakan kata hubung, kata depan, dan kata sandang. Tahapan yang digunakan dalam menerapkan metode show and tell dengan membagi kelompok, mengajukan pertanyaan tentang topik yang dibahas, kemudian anak diminta untuk maju bergiliran untuk melakukan show and tell[15].

Penelitian lainnya yang telah dilakukuan oleh Sulistianah dan Ahmad Tohir yaitu Pengaruh Metode Show And Tell Terhadap Kemampuan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Di TK Xaverius 3 Bandar Lampung. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian Quasi Experiment. Desain penelitian ini adalah One Group Pre Test-Post Test Design, yaitu melakukan satu kali pengukuran di depan (pretes) sebelum adanya perlakuan (treatment) dan setelah itu dilakukan pengukuran lagi (postes). Dengan mengamati kegiatan show and tell yang diterapkan pada sekolah tersebut, dengan kegiatan pemeberian tugas untuk mencermati gambar dengan kelompok lalu mendeskripsikan gambar serta menceritakan gambar di depan kelas[16].

Prosedur metode show and tell yakni sebagai berikut: pertama, di hari tertentu anak – anak diberi tahu agar membawa benda favoritnya atau benda – benda yang lain untuk menunjukkan dan menceritakannya di depan kelas. Kedua, guru memberikan kesempatan pada anak untuk tampil dan menunjukkan serta menceritakan benda yang sudah mereka bawa. Dan ketiga, memberikan kesempatan kepada teman – temannya untuk mengajukan pertanyaan dan menanggapi anak yang sedang melakukan show and tell [17].

Pada uraian diatas yang menjelaskan tentang pengertian dan prosedur pembelajaran menggunakan metode show and tell yang dapat digunakan untuk meningkatkan keterampilan berbicara pada anak usia dini. maka peneliti menarik kesimpulan bahwa metode showmetode yang sangat cocok untuk usia prasekolah, karena metode bercerita dan bercerita merupakan metode yang menarik dan dapat diterapkan dalam pembelajaran karena dengan menggunakan metode ini akan tercipta suasana belajar yang menyenangkan bagi anak. , menarik. Telling and tell adalah metode yang melibatkan menunjukkan kepada anak secara bergantian benda-benda menarik atau benda-benda tertentu yang diceritakan anak di depan kelas.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Lastutiasih dan Sulistianah dan Tohir dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menggunakan metode show and tell dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun. Yang membedakan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang yaitu menggunakan benda – benda sekitar anak dengan menyesuaikan tema yang sudah ditentukan sekolah dan setiap harinya akan dilakukan oleh anak kecuali hari juma’at. Hal ini akan menjadi hal yang menarik dan menyenangkan bagi anak – anak.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah: 1) bagaimana penerapan metode show and tell dan, 2) bagaimana tingkat capaian keberhasilan metode show and tell dalam mengembangkan keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui penerapan metode show and tell dan mengetahui sejauh mana peningkatan keterampilan berbicara pada peserta didik, dan adanya penelitian ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran bagi pembaca, atau pendidik agar bisa mengembangkan keterampilan berbicara pada anak usia dini dengan cara metode pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak melalui metode show and tell.

Metode

Metode penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). PTK adalah penelitian tindakan kelas yang melibatkan guru kelas dan peneliti yang melakukan tindakan dikelas mereka dengan tujuan meningkatkan kualitas proses pembelajaran. PTK menitik beratkan pada proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas, dan dilaksanakan dalam situasi yang sebenarnya (alamiah). Artinya tindakan yang diberikan kepada siswa lebih efektif, efisien, kreatif dan inovatif dari pada kegiatan biasa[18].

Model penelitian yang diterapkan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model penelitian Kemmis and Mc Taggart yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklusnya menggunakan 4 komponen yaitu perencanaan kegiatan mulai dari menyusun, merencanakan dan menyiapkan semua kebutuhan selama kegiatan penelitian berlangsung, dilanjutkan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan, dilanjutkan dengan mengobservasi setiap proses yang berlangsung dan dilanjutkan dengan mererefleksi terhadap pembelajaran apakah telah sesuai dengan yang direncanakan atau masih ada yang perlu diperbaiki[19].

Subjek penelitian yaitu anak usia 5 – 6 tahun pada kelompok B2 di TK Muslimat Wonosari sebanyak 20 siswa/i yang terdiri dari 12 laki – laki dan 8 perempuan. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu RPPH sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan belajar mengajar, lembar obsevasi berupa ceklist untuk mencatat kegiatan selama proses belajar mengajar menggunakan metode show and tell, dan dokumentasi guna mendukung penelitian dengan gambar yang diambil secara langsung selama kegiatan berlangsung.

Teknik pengumpulan data yaitu obeservasi guna mengetahui peningkatan keterampilan berbicara anak usia dini, dokumentasi selama kegiatan belangsung, dan wawancara dengan pihak sekolah untuk mengumpulkan berbagai informasi tentang keterampilan berbicara anak untuk memperkuat penelitian[13]. Teknik analisis data kualitatif dan kuantitatif digunakan dalam menganalisis data. Deskriptif kualitatif adalah analisis data yang menjelaskan serta mendeskripsikan hasil pencarian dalam kata atau frase, sedangkan deskripsi kuantitatif adalah data yang diperoleh berupa angka-angka yang bertujuan untuk persentase peningkatan keterampilan berbicara adanya metode show and tell. Target keberhasilan terjadi minimal 75% pada setiap anak.

Rumus yang digunakan yaitu:

Keterangan:

P = Persentase

F = Jumlah yang diperoleh dari hasil belajar anak

N = Jumlah keseluruhan anak

Hasil dan Pembahasan

Pra siklus dilakukan pada hari senin tanggal 16 Januari 2023, dalam pra siklus ini peneliti mengikuti proses pembelajaran yang biasanya dilakukan di dalam kelas dan mengamati keterampilan berbicara siswa/i ketika berinteraksi dengan ibu guru atau dengan temannya. Dalam pra siklus peneliti menarik kesimpulan bahwa keterampilan berbicara pada anak – anak TK B2 belum dikatakan bagus dan sesuai dengan indikator capaian keterampilan berbicara pada anak usia 5-6 tahun, dari hasil tersebut maka peneliti menggunakan metode show and tell untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak di TK B2.

Siklus I dilaksanakan pada tanggal 30 – 14 Februari 2023 dengan tema buah buahan. Pembelajaran diawali dengan menjelaskan dan mencontohkan pada anak – anak prosedur pelaksanaan metode show and tell dengan menyiapkan berbagai macam buah – buahan sebagai media untuk ditunjukkan dan diceritakan. Pertama, peneliti memberikan kepada anak bertujuan kegiatan show and tell dengan adanya salah satu buah tersebut. Kedua, meminta anak – anak untuk mengambil satu buah secara bergantian untuk diceritakan di depan kelas. ketiga, peneliti membiarkan anak – anak untuk mencermati buah yang dia bawa agar anak lebih siap berdiri ke depan kelas. Hasil dari observasi pada siklus ini beberapa anak masih terlihat kesulitan dalam menyesuaikan kalimat yang tepat dengan benda yang mereka bawa dan beberapa anak juga masih menggunakan bahasa ibu yang sulit di pahami orang lain dan rata – rata anak anak hanya mampu mengucapkan satu sampai dua kalimat saja. Dari beberapa kendala tersebut maka peneliti melakukan perbaikan dengan mengubah media untuk metode show and tell menggunakan benda – benda kesukaan mereka dan memadukannya dengan kolase nama benda kesukaan, karena dengan menggunakan benda kesukaan anak maka akan memudahkan mereka untuk mendeskripsikannya, dan peneliti akan melanjutkannya pada siklus II.

Siklus II dilaksanakan pada tanggal 20 – 25 Maret 2023 dengan tema kesukaanku. Dalam siklus ini peneliti sebelumnya meminta anak – anak membawa mainan kesukaan mereka dari rumah, pada tindakan ini peneliti tidak memberikan contoh seperti sebelumnya, akan tetapi peneliti memberi stimulus berupa perintah kepada anak – anak untuk maju ke depan kelas dan bercerita tentang mainan kesukaan mereka. Dalam 1 kali pertemuan peneliti akan meminta 4 – 5 anak untuk melakukan show and tell di depan kelas menggunakan benda kesukaan mereka. Dalam siklus ini peneliti memadukan metode show and tell dengan kolase dengan potongan kertas lipat sampai berbentuk nama barang kesukaan mereka, setelah kegiatan kolase selesai anak bersiap mendengarkan aba – aba untuk menceritakan. Ketika aba – aba bercerita di mulai anak – anak akan maju satu persatu dari ujung kanan secara bergantian. hasil observasi pada siklus II ini anak – anak mengalami perubahan yang baik mereka mampu menunjukkan hasil karya nya dengan antusias dan lebih percaya diri, dan saat mulai bercerita tentang barang kesukaannya anak – anak sudah berani menyapa teman – temannya dan mulai bercerita dengan rileks dan antusias meskipun ada beberapa anak yang masih kebingungan dan belum menggunakan kalimat yang terstruktur, dalam siklus II ini anak mampu mengucapkan lebih dari empat kalimat ketika bercerita. Karena hasil yang diperoleh sudah mecapai 75% pada siklus II maka siklus tidak dilanjutkan.

Berdasarkan data di atas, penerapan metode show and tell dapat mengembangkan kemampuan berbicara anak berhasil meningkat karena adanya perbaikan kualitas pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran bahasa. Interaksi anak dan guru juga semakin meningkat. Hal ini telah sesuai dengan capaian keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti yaitu 75%. Berikut persentase kemampuan berbicara anak usia dini dari pra sikluas hingga tindakan siklus II :

Figure 1.Grafik Keterampilan Berbicara Anak Usia Dini Menggunakan Metode Show and Tell

Pada adanya kelas yang dilakukan terdiri dari II siklus,lakukan sesuai dengan bysteppenelitian dan proses pembelajaran berdasarkan langkah metode pembelajaran show and tell dan disesuaikan dengan tema yang diajarkan. Dimulai dari pra siklus, dilakukan selama 1 hari dan dilanjutkan dengan siklus I dan II, masing – masing siklus terdiri dari 5 kali pertemuan dalam melakukannya tentu masih memiliki kurang baik dari penelitian sebagai guru dan dari siswa sehingga proses belajar belum maksimal, dan Guru masih kurang menguasai kelas, guru masih harus membimbing siswa untuk berani mengemukakan pendapat/pandangannya, masih ada siswa yang tidak berani berdiri di depan kelas, malu-malu di depan kelas. berbicara dan kurang memperhatikan penjelasan guru atau mengabaikan penampilan temannya. Berdasarkan hasil pengamatan, aktivitas siswa meningkat dari siklus I mencapai taraf cukup yaitu belum memenuhi standar yang ditentukan oleh peneliti, sehingga peneliti melanjutkan ke siklus II. dengan melakukan perbaikan dan kekurangan dari siklus I untuk meningkatkan taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa, sehingga diperoleh hasil observasi aktivitas siswa pada siklus II mengalami peningkatan dengan mencapai kategori baik. Proses pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, yaitu, pada siklus I anak masih malu – malu dan sulit menyesuaikan kalimat yang tepat dengan benda yang mereka wakilkan, dan hanya mampu mengucapkan satu sampai dua kalimat saja. Namun pada siklus II anak mulai rileks ketika mendeskripsikan benda yang mereka wakilkan dan kalimat yang diucapkan lebih dari empat kalimat. Dari metode pembelajaran show and tell ini siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran dan terampil dalam berbicara dengan teman-teman nya. Hal ini sejalan dengan pendapat Lastutiasih bahwa metode show and tell dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun dengan kriteria anak mampu mengucapkan kata dengan jelas dan lancar dan dapat membentuk kalimat dengan 6-8 kata serta mampu menjelaskan arti kata – kata sederhana.

Tindakan yang dilakukan pada proses pembelajaran telah mendorong terjadinya perubahan pada keterampilan berbicara siswa, peningkatan hasil belajar siswa ini dapat dilihat dari hasil penilaian yang telah dilakukan oleh peneliti. Siklus I yang terdapat 11 dari 20 siswa/i atau rata – rata sebesar 47,4% yang belum mencapai nilai yang diharapkan, hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dari pengamatan pada pra siklus, meskipun mengalami peningkatan namun pada siklus I belum mencapai indikator keberhasilan yang telah di tetapkan oleh peneliti yaitu 75%. Penelitian dilanjutkan pada siklus II dengan memperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I, lalupada siklus II telah terlihat peningkatan hasil belajar siswa dengan 7 dari 20 siswa/i atau rata – rata sebesar 77,47% dan menunjukkan bahwa siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 75%.

Hal ini menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita dapat meningkatkan keterampilan berbicara siswa, manipulasi yang dilakukan dalam proses pembelajaran telah mendorong terjadinya perubahan keterampilan berbicara siswa, yang dapat dilihat pada setiap siklus mengalami peningkatan jumlah siswa. dan pencapaian indikator keberhasilan yang ditetapkan oleh peneliti, khususnya keterampilan berbicara siswa dianggap berhasil jika mencapai 75%. Oleh karena itu, pencarian dianggap berhasil dan pencarian dihentikan. Dari keseluruhan proses yang dilakukan peneliti mulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi terlihat bahwa dengan menerapkan metode pembelajaran show and tell. dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di TK Muslimat Wonosari.

Simpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukan menggunkan metode show and tell untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak usia 5 – 6 tahun di TK Muslimat Wonosari dapat disimpulkan sebagai berikut:

Metode show and tell dilakukan dengan berbagai langkah yaitu ibu guru mencotohkan bagaimana melakukan metode show and tell dan kemudian anak – anak akan menirukannya dengan menggunakan benda yang telah dipilih atau dibawa secara bergantian, dalam setiap pertemuan ibu guru akan meminta 4- 5 anak untuk melakukan show and tell di depan kelas.

Berdasarkan hasil data observasi dari 3 indikator keterampilan berbicara yaitu kata – kata yang digunakan sesuai dengan objek yang diwakilkan, kata – kata yang mudah dipahami oleh orang lain, dan memahami kalimat yang diucapkan setiap siklusnya mengalami peningkatan. Sebelum adanya tindakan, presentase yang didapatkan 39,9% dan terjadi peningkatan pada siklus I menjadi 47,4% dan pada pelaksanaan siklus II keterampilan berbicara anak meningkat sebesar 77,47%. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara anak usia 5 – 6 tahun di TK Muslimat Wonosari telah mencapai indikator ketuntasan yaitu 75%.

References

  1. Suparyanto and Rosad, "Keterampilan Berbicara," vol. 5, no. 3, pp. 248–253, 2015.
  2. S. N. Hayati and N. Na’imah, "Analisis Kompetensi Berbicara Anak Usia Dini pada Masa New Normal," J. Observasi J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 6, no. 4, pp. 3203–3217, 2022, doi: 10.31004/obsesi.v6i4.2107.
  3. M. Rahayu, "Pengembangan Multimedia Pembelajaran Interaktif Dalam Menstimulasi Perkembangan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun," vol. 8, no. 2, pp. 17–31, 2022.
  4. A. S. Wulandari, "Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Bermain Roda Gambar," J. IV, vol. 8, no. 1, pp. 62–69, 2013, doi: 10.21009/jiv.0801.9.
  5. A. Suriani, C. Chandra, E. Sukma, and H. Habibi, "Pengaruh Penggunaan Podcast dan Motivasi Belajar terhadap Keterampilan Berbicara pada Siswa di Sekolah Dasar," J. Basicedu, vol. 5, no. 2, pp. 800–807, 2021, doi: 10.31004/basicedu.v5i2.832.
  6. A. C. Karyadi, "Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Metode Storytelling Menggunakan Media Big Book," J. Pengabdi. Masy., vol. 1, no. 02, 2018, doi: 10.31326/jmp-ikp.v1i02.70.
  7. S. A. Ruiyat, Y. Yufiarti, and K. Karnadi, "Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Bercerita Menggunakan Komik Elektronik Tematik," J. Observasi J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 3, no. 2, p. 518, 2019, doi: 10.31004/obsesi.v3i2.256.
  8. A. Darmuki and A. Hariyadi, "Peningkatan Keterampilan Berbicara menggunakan Metode Kooperatif Tipe Jigsaw pada Mahasiswa PBSI Tingkat I-B IKIP PGRI Bojonegoro Tahun Akademik 2018/2019," vol. 3202, 2019.
  9. T. Lestari, Y. Yasbiati, and B. N. Mustika, "Penggunaan Metode Show and Tell untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Anak Usia Dini," J. Paud Agapedia, vol. 1, no. 1, pp. 129–136, 2017, doi: 10.17509/jpa.v1i1.7169.
  10. T. Musfiroh, "Show And Tell Edukatif Untuk Pengembangan Empati , Tadkiroatun Musfiroh Educative Show And Tell For Developing Empathy , Conflict Resolution Affiliation , And Positive Habits Of," J. Kependidikan, vol. 41, no. 2, pp. 129–143, 2011.
  11. P. Mutiasih, N. Dwinta, T. Renaldi, et al., "Penerapan Model Show and Tell dengan Media Bupaka (Buku Panggung Boneka) terhadap Keterampilan Berbicara Siswa Kelas II Sekolah Dasar," Riksa Bhs., no. January, 2019. [Online]. Available: http://proceedings.upi.edu/index.php/riksabahasa/article/view/1031.
  12. R. A. Fihrallah, E. Suresman, and S. Anwar, "Efektifitas Penggunaan Metode Show and Tell Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Siswa," TARBAWY Indones. J. Islam. Educ., vol. 6, no. 1, p. 90, 2019, doi: 10.17509/t.v6i1.19466.
  13. T. Nazla and N. Fitria, "Pengembangan Kepercayaan Diri Melalui Metode Show and Tell Pada Anak," J. Anak Usia Dini Holistik Integr., vol. 3, no. 1, p. 31, 2021, doi: 10.36722/jaudhi.v3i1.590.
  14. I. Laela, D. N. Muliasari, and E. Silawati, "Mengembangkan Kemampuan Berbicara Anak Dalam Menceritakan Kembali Dengan Metode Show and Tell," Cakrawala Dini J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 10, no. 1, pp. 76–82, 2019, doi: 10.17509/cd.v10i1.17441.
  15. T. Lastutiasih, "Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Metode Show and Tell Improving Speaking Skill Children Age 5-6 Years Old Through Show and Tell."
  16. Sulistianah and A. Tohir, "SeBaSa: Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pengaruh metode show and tell terhadap keterampilan berbicara anak usia 5-6 tahun di tk xaverius 3 bandar lampung," pp. 19–24.
  17. G. Yanti and S. Suyatno, "Penerapan Program Pembelajaran Show and Tell Dalam Gerakan Literasi Sekolah Di SD Muhammadiyah Condongcatur," J. Fundadikdas (Fundamental Pendidik. Dasar), vol. 1, no. 3, p. 191, 2019, doi: 10.12928/fundadikdas.v1i3.666.
  18. D. Rahdiyanta, "Penelitian Tindakan Kelas (Pengertian, Prinsip, dan Karakteristik PTK)," Makal. Semin. Penelit., pp. 2–9, 2014. [Online]. Available: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/dr-dwi-rahdiyanta-mpd/23-penelitian-tindakan-kelas-pengertian-prinsip-karakteristik.pdf.
  19. Mu’alimin and R. A. C. Hari, "Penelitian Tindakan Kelas Teori dan Praktek," Ganding, vol. 44, no. 8, pp. 1–87, 2014. [Online]. Available: http://eprints.umsida.ac.id/4119/1/buku ptk penuh.pdf.