Abstract

This study investigates the relationship between students' learning interest, perceptions of teacher competence, and cognitive learning outcomes in science education. Using a non-experimental quantitative approach with 90 randomly sampled students from a total population of 336, data were collected through questionnaires and analyzed using product moment correlation and multiple correlation. The results highlight significant correlations between students' learning interests, perceptions of teacher competency, and cognitive learning outcomes, emphasizing the importance of considering these factors in designing effective science education methodologies to enhance student engagement and optimize learning outcomes.

 

Highlight:

  1. Engagement in science correlates with student interest in learning.
  2. Teacher competence impacts science learning outcomes significantly.
  3. Quantitative research informs effective science education methods.

 

Keyword: Science Education, Student Learning Interest, Teacher Competence, Cognitive Learning Outcomes, Quantitative Research

   

Pendahuluan

Pembelajaran IPA merupakan kumpulan fakta, konsep, serta proses penemuan [1]. Pada proses pembelajaran IPA, seringkali ditemui peserta didik yang mengalami kesulitan dalam mempelajari konsep pada materi–materi pembelajaran IPA. Permasalahan tersebut tentunya berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif peserta didik. Hasil belajar kognitif merupakan kemampuan pemahaman konsep yang diperoleh peserta didik pada proses pembelajaran yang ditandai dengan skala nilai [2]. Dengan hal tersebut, para guru memiliki peran penting dalam melakukan evaluasi pembelajaran yang dilakukan di kelas. Dimana evaluasi pembelajaran ini dapat diukur melalui evaluasi minat belajar peserta didik dan persepsi kompetensi guru terhadap pembelajaran IPA [3]. Hal ini sesuai dengan Silvanus [4], yang menyatakan bahwa persepsi sangat erat kaitannya dengan minat belajar dan keaktifan peserta didik, keduanya merupakan faktor pendukung dalam pencapaian hasil belajar kognitif. Sari dan Harini dalam Silvanus [4] juga menyatakan bahwasannya persepsi peserta didik pada pembelajaran sangat erat hubungannya dengan minat belajar dan hasil belajar.

Minat belajar merupakan akar masalah yang cukup mendasar, yaitu sikap atau perasaan suka dan juga senang yang diperoleh dari rasa kepuasan dan atau ketertarikan pada suatu aktivitas yang membuatnya merasa senang terutama saat pembelajaran [5]. Seseorang yang mempunyai minat belajar terhadap sesuatu hal, cenderung memberikan perhatian yang tinggi. Menurut Fadillah [6], minat belajar merupakan suatu kesukaan dan atau kesenangan terhadap kegiatan, aktivitas yang akan mendukung kelancaran pada kegiatan pembelajaran. Hal serupa menurut Susanto dalam Susi [7], bahwa minat adalah apa yang disebutnya sebagai Subject- relatedaffect, yang didalamnya termasuk minat belajar dan sikap terhadap materi pelajaran. Minat belajar besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar peserta didik. Jika minat belajar pada peserta didik tinggi, maka akan memberikanpengaruh yang tinggi juga terhadap pemahaman belajar. Begitupun dengan peserta didik yang mempunyai minat pada belajar sedang dan atau rendah. Apabila peserta didik tidak memiliki minat akan belajar, maka ia akan sulit untuk memahami materi yang diberikan oleh guru [8]. Begitupun dalam pembelajaran IPA, berhasil dan atau bisa tercapai tujuan pembelajarannya ketika peserta didik memiliki minat belajar terhadap pembelajaran IPA. Hal ini sesuai dengan Priatini [9] bahwa minat belajar sebagai salah satu faktor penunjang keberhasilan suatu pembelajaran IPA yang hendak dicapai. Menurut Ridho at al [10], terdapat 4 indikator minat belajar diantaranya perasaan senang, ketertarikan peserta didik, perhatian peserta didik serta keterlibatan peserta didik. Peserta didik yang memiliki perasaan senang akan semangat dan aktif mengikuti pembelajaran IPA serta mencatat poin–poin penting yang telah disampaikan oleh guru. Peserta didik yang memiliki ketertarikan pada pembelajaran IPA, ia akan mampu untuk maju kedepan (papan) untuk menyelesaikan soal–soal yang ada, juga akan bertanya kepada guru jika tidak mampu untuk menjawab soal. Peserta didik yang memiliki perhatian pada pembelajaran IPA tidak akan berbicara sendiri atau dengan teman sebangku dan tidak melamun saat pembelajaran berlangsung. Peserta didik yang memiliki keterlibatan pada pembelajaran IPA akan mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru dengan baik, mengkaji ulang pembelajaran yang telah diajarkan serta mampu mengungkapkan pendapat masing–masing pada saat berdiskusi.

Melihat pentingnya minat belajar peserta didik dalam pembelajaran, maka sebagai seorang pendidik harus mampu menumbuhkan minat belajar peserta didik dengan kemampuannya dalam menyenangkan pembelajaran dan memotivasi peserta didik. Tenaga kependidikan yang memiliki keahlian dan kualifikasi untuk menjalankan tugas pendidikan merupakan faktor yang turut berpengaruh terhadap hasil belajar kognitif. Kompetensi yang dimiliki oleh guru faktanya berpengaruh terhadap peserta didik, dimana merekalah yang merasakan langsung proses belajar mengajar yang dilakukan dalam kelas sehingga munculah persepsi peserta didik tentang kompetensi guru [11]. Kompetensi guru dan persepsi peserta didik keduanya saling berkaitan. Penguasaan kompetensi guru untuk memberikan pengetahuan serta keterampilannya dengan baik akan menghasilkan pembelajaran yang baik pula dan pada akhirnya akan berpengaruh terhadap baiknya persepsi peserta didik [12] artinya, ketika peserta didik memiliki persepsi yang baik terhadap karakteristik guru, maka sikap peserta didik terhadap pelajaran tersebut cenderung positif, sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar kognitif peserta didik. Penilaian peserta didik terhadap pengajaran yang dilakukan oleh guru merupakan salah satu bentuk evaluasi pembelajaran serta keefektifan yang dilakukan oleh guru [13].

Menurut Bachtiar, persepsi merupakan suatu proses kognitif seseorang menilai atau memandang sesuatu dari hasil pengamatannya guna memberikan arti bagi lingkungan sekitar. Persepsi itu sendiri dapat bersifat positif juga dapat bersifat negatif, tergantung penilaian seseorang tersebut [14]. Persepsi peserta didik tentangkompetensi guru akan turut mempengaruhi terhadap minat belajar dan hasil belajar kognitif peserta didik. Ketika persepsi peserta didik bersifat positif, maka hal itu dapat mengoptimalkan segala kemampuannya untuk mereduksi beberapa hal yang menimpa serta mengubahnya menjadi energi positif yang diharapkan dapat membangkitkan semangat untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dan optimal [15]. Jika persepsi peserta didik bersifat negatif, maka peserta didik cenderung memiliki perasaan jenuh terhadap proses pembelajaran yang diikuti serta membuat mereka malas dikarenakan rendahnya minat belajar pada pembelajaran tersebut sehingga hasil belajarnya dapat menjadi kurang

baik [16]. Berdasarkan beberapa pernyataan tersebut, maka persepsi peserta didik mengenai kompetensi guru diduga turut mempengaruhi hasil belajar kognitif dan hai ini diduga memiliki hubungan dengan minat belajar peserta didik dalam suatu pembelajaran.

Menurut Nur’aini dan Ruslau [13], persepsi peserta didik terhadap kompetensi guru didasarkan pada 4 jenis kompetensi diantaranya kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Persepsi pada aspek kompetensi pedagogik yaitu bagaimana peserta didik menilai kesiapan guru dalam memberikan pelajaran dan atau praktek; kemampuan guru dalam menghidupkan suasana kelas; mampu membangkitkan minat belajar peserta didik dalam pembelajaran IPA; waktu khusus yang disediakan untuk berdiskusi terkait materi pembelajaran; pemberian tugas secara tersuktur (rangkuman, latihan soal atau pemecahan masalah). Persepsi pada aspek kompetensi profesional yaitu bagaimana peserta didik menilai ketepatan waktu kehadiran guru; penguasaan terhadap materi pembelajaran; pemanfaatan media dan teknologi pembelajaran; keragaman metode pembelajaran; kemampuan menjelaskan keterkaitan bidang atau topik yang diajarkan dengan konteks kehidupan. Persepsi pada aspek kompetensi kepribadian yaitu bagaimana peserta didik menilai kearifan guru dalam menyelesaikan persoalan peserta didik atau mengambil suatu keputusan; menjadi contoh dalam bersikap danberperilaku; kemampuan mengendalikan diri dalam berbagai situasi; adil dalam memperlakukan peserta didik; rasa percaya diri akan kemampuan mengajar. Persepsi pada aspek kompetensi sosial yaitu bagaimana peserta didik menilai kemampuan guru dalam menerima kritik, saran serta pendapat orang lain; kesediaan untuk meluangkan waktu di luar kelas sebagai konsultan; mudah bergaul dengan warga sekolah; mengenal dengan baik peserta didik yang diajarnya; toleransi terhadap keberagaman peserta didik.

Keterkaitan antara minat belajar dan persepsi peserta didik tentang kompetensi guru dengan hasil belajar kognitif telah dijelaskan pada penelitian sebelumnya. Berbagai penelitian juga telah dilakukan terkait dengan ketiga variabel tersebut. Penelitian terdahulu oleh Ramli mengungkapkan bahwa minat belajar peserta didik memberikan konstribusi terhadap hasil belajar peserta didik [16]. Penelitian lain oleh Mursabdo mengungkapkan bahwa persepsi peserta didik atas kompetensi sosial guru dapat berdampak pada hasil belajar peserta didik [17]. Penelitian – penelitian tersebut belum mengkaji secara fokus pada mata pelajaran IPA dan tidak mengaitkainnya dengan variabel lain yang diduga turut memiliki keterkaitan dengan hasil belajar peserta didik, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan (1) minat belajar pada pembelajaran IPA, (2) persepsi peserta didik tentang kompetensi guru IPA, (3) hasil belajar kognitif pada pembelajaran IPA, (4) korelasional antara minat belajar peserta didik dan hasil belajar pada pembelajaran IPA, (5) korelasional antara persepsi peserta didik tentang kompetensi guru dan hasil belajar pada pembelajaran IPA, serta (6) korelasional secara bersama - sama antara minat belajar dan persepsi peserta didik tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar pada pembelajaran IPA.

Metode

Penelitian ini dilaksanakan pada salah satu SMP di Krian. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif non – eksperimen serta termasuk dalam penelitian korelasional [18]. Terdapat tiga variabel yang diteliti, diantaranya variabel bebas yang terdiri dari minat belajar peserta didik pada pembelajaran IPA (X1), persepsi peserta didik tentang kompetensi guru IPA (X2) serta variabel terikat yaitu hasil belajar (Y). Populasi dalam penelitian ini berjumlah 336 peserta didik secara keseluruhan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah dengan menggunakan random sampling, sehingga didapatkan jumlah sample yaitu 90 peserta didik. Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner dan dokumentasi hasil belajar peserta didik. Dimana kuesioner digunakan untuk mendapatkan data–data tentang minat belajar peserta didik, serta persepsi kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial yang mana keduanya diukur menggunakan Skala Likert. Skala Likert ini terdiri atas 4 pilihan yang disediakan, mulai dari 1 (Sangat Tidak Setuju (STS)), 2 (Tidak Setuju (TS)), 3 (Setuju (S)), dan 4 (Sangat Setuju (SS)). Dokumentasi hasil belajar kognitif peserta didik untuk mengetahui nilai hasil belajar peserta didik dilihat dari nilai Penilaian Akhir Semester pada pelajaran IPA yang didapatkan dari guru IPA terkait yang ada pada salah satu SMP di Krian. Selanjutnya, dilakukan uji validasi pada kedua jenis kuesioner (angket) tersebut sebelum diujikan kepada peserta didik. Jenis validitas yang digunakan adalah validitas konstruk karena kuesioner dalam penelitian ini termasuk ke dalam jenis instrumen non tes yang digunakan untuk mengukur gejala sesuai dengan yang didefinisikan [18]. Validitas konstruk didapatkan dari skor pendapat ahli (judgment experts), dimana dalam penelitian ini kuesioner divalidasi oleh seorang ahli kemudian dilakukan uji validitas menggunakan IBM SPSS Statistics 26. Setelah dilakukan pengambilan data, selanjutnya dianalisis menggunakan descriptive statisticsuntuk mendeskripsikan data berdasarkan hasil statistik yang diperoleh lalu dilakukan uji korelasi dengan bantuan IBM SPSS Statistics 26 menggunakan rumus korelasi product moment dan korelasi berganda. Uji korelasi productmoment dilakukan untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel X1 (minat belajar) dengan variabel Y (hasil belajar kognitif), serta mengetahui hubungan antara X2 (persepsi peserta didik tentang kompetensi guru) dengan variabel Y (hasil belajar kognitif). Sedangkan korelasi berganda dilakukan untuk mengetahui hubungan

fungsional antara kedua variabel X (minat belajar dan persepsi peserta didik tentang kompetensi guru) secara bersama – sama dengan variabel Y (hasil belajar kognitif). Setelah diketahui nilai korelasi maka langkah selanjutnya adalah memberikan interpretasi terhadap koefisien korelasi atau nilai r product moment:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan
Antara 0,00 sampai dengan 0,199 Sangat Rendah
Antara 0,20 sampai dengan 0,399 Rendah
Antara 0,40 sampai dengan 0,599 Sedang
Antara 0,60 sampai dengan 0,799 Kuat
Antara 0,80 sampai dengan 1,000 Sangat Kuat
Table 1.Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi atau Nilai r

(Sumber: Sugiono [18])

Analisis minat belajar terhadap pembelajaran IPA di kalangan peserta didik ditunjukkan pada Tabel 2. Dimana variabel minat belajar peserta didik pada pembelajaran IPA didapat dari penyebaran kuesioner sebanyak 90 responden yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

N Descriptive Sta Minimum tistics Maximum Mean Std. Deviation
Perasaan senang atau rasa suka terhadap pembelajaran IPA 90 6,00 8,00 6,5667 0,65429
Ketertarikan pada pembelajaran IPA 90 7,00 12,00 9,2889 0,79668
Perhatian peserta didikdalam belajar IPA 90 4,00 8,00 6,3667 0,97669
keterlibatan saat kegiatan pembelajaran IPA berlangsung 90 8,00 12,00 9,8556 0,93088
Valid N (listwise) 90
Table 2.Distribusi frekuensi minat belajar pada pembelajaran IPA

Berdasarkan tabel 2, indikator (4) menempati urutan pertama dengan rata - rata (9,8556), kemudian diikuti oleh indikator (2) dengan rata - rata (9,2889). Pada urutan ketiga ditempati oleh indikator (1) dengan rata - rata (6,5429), sementara indikator (3) menempati urutan terakhir dengan rata - rata (6,3667). Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik lebih senang terlibat langsung pada saat kegiatan pembelajaran IPA berlangsung. Peserta didik selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru, mempelajari ulang materi ketika sudah selesai dijelaskan oleh guru, serta mengungkapkan pendapat pada saat berdiskusi. Keterlibatan dan aktivitas ini sangat penting dalam pembelajaran IPA, sehingga peserta didik yang aktif saat kegiatan pembelajaran IPA tidak akan merasa kesulitan menghadapi soal ataupun tugas yang diberikan [19]. Pada aspek selanjutnya, ditandai dengan adanya perasaan senang atau rasa suka terhadap pembelajaran IPA, serta ketertarikannya pada pembelajaran IPA termasuk dalam kategori sedang pada keempat indikator minat belajar terhadap IPA. Peserta didik bersemangat untuk melakukan percobaan atau praktikum IPA, aktif mengikuti pembelajaran IPA hingga selesai, mencatat penjelasan guru, menjawab pertanyaan - pertanyaan yang diberikan guru. Dimana kegiatan tersebut menumbuhkan minat belajar terhadap IPA karena peserta didik mampu menentukan keberhasilannya dalam menyerap materi yang telah disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran [20]. Pada kategori minat belajar terendah yaitu pada aspek perhatian peserta didik dalam belajar IPA. Peserta didik kurang aktif bertanya serta melamun saat pembelajaran IPA berlangsung. Hal ini dikarenakan bahwa sikap tersebut masuk dalam faktor internal diri peserta didik sehingga berpengaruh terhadap minat belajarnya dalam menunjukkan keingintahuan terhadap apa yang mereka pelajari dalam IPA [20].

Hasil dan Pembahasan

Deskripsi Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Guru IPA

Berikut adalah analisis persepsi kompetensi guru IPA di kalangan peserta didik ditunjukkan pada Tabel 3. Dimana variabel persepsi kompetensi guru IPA didapat dari penyebaran kuesioner sebanyak 90 responden yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

N Descriptive Minimum Statistics Maximum Mean Std. Deviation
Kompetensi pedagogik 90 14 20 16,50 1,360
Kompetensi profesional 90 13 20 16,02 1,600
Kompetensi kepribadian 90 14 20 16,51 1,595
Kompetensi sosial 90 13 20 16,91 1,541
Valid N (listwise) 90
Table 3. Distribusi dan statistik deskriptif kompetensi guru IPA

Berdasarkan tabel 3, indikator (4) menempati urutan pertama dengan rata - rata (16,91), kemudian diikuti oleh indikator (3) dengan rata - rata (16,51). Pada urutan ketiga ditempati oleh indikator (1) dengan rata – rata (16,50), sementara indikator (2) menempati urutan terakhir dengan rata - rata (16,02). Hasil ini menunjukkan bahwa peserta didik menganggap guru mampu menerima kritik dan saran serta pendapat yang mereka utarakan, berkomunikasi dengan baik dan bergaul secara efektif, serta mengenal dengan baik peserta didik yang diajarkan, dan tidak membeda-bedakan jenis kelamin, ras, kondisi fisik, juga latar belakang. Ketika Guru mampu menyelesaikan persoalan peserta didik atau mengambil suatu keputusan bagi peserta didik, itu akan mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik dalam mencapai tujuan [20]. Dimana pada hasil rata-rata kepribadian ini, guru yang memiliki perilaku yang berpengaruh positif seperti disiplin, jujur, rendah hati yang nantinya diterapkan oleh peserta didik, serta memisahkan antara sebuah fakta dan pendapat pribadinya terhadap peserta didik akan menumbuhkan sikap adil dan sikap rasa percaya diri dan menghargai orang lain, sehingga hal tersebut akan diterapkan. Pada hasil rata-rata sedang, peserta didik menganggap bahwa pemahaman peserta didik saat pembelajaran terkait hal-hal yang kurang dimengerti, menumbuhkan rasa antusiasme dalam pembelajaran ataupun diluar kelas, mengaitkan konsep baru dan unik saat pembelajaran dan mengarahkan untuk menciptakan sesuatu yang fresh, dan kurang memiliki waktu khusus untuk menjadi pendengar yang baik dalam berdiskusi materi serta pemberian tugas secara runtut. Sedangkan pada hasil rata-rata terendah, peserta didik menganggap bahwa guru memiliki sikap tertib dan tepat waktu sehingga dapat menerapkan hal tersebut, menerangkan pembelajaran dengan jelas dan runtut sehingga mudah memahami, sering menggunakan dan memanfaatkan media pendukung saat mengajar, menggabungkan konteks global dalam pembelajaran namun tetap melestarikan nilai budaya nasional, serta memberikan peserta didik permasalahan di lingkungan sekitar untuk dipecahkan secara individu atau dengan teman sebangku karena pada dasarnya lingkungan belajar sekitar secara tidak sengaja dapat memberikan dampak atau manfaat pengetahuan dan menjadi sumber belajar yang banyak berpengaruh [21].

Deskripsi Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Pada Pembelajaran IPA

Analisis hasil belajar kognitif IPA di kalangan peserta didik ditunjukkan pada Tabel 4. Dimana hasil belajar kognitif IPA didapat dari dokumentasi hasil belajar sebanyak 90 responden. Dalam penelitian ini, nilai mean atau rata-rata sebesar 83,27 dimana hal ini mengindikasikan bahwa hasil belajar kognitif peserta didik dalam pembelajaran IPA baik dengan nilai standar deviasi sebesar 3,499. Dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No Interval Frekuensi Frekuensi Relatif Kategori
1. 87-90 17 18,9 Sangat tinggi
2. 83-86 44 48,9 Tinggi
3. 79-82 19 21,1 Sedang
4. 75-78 9 10,0 Rendah
5. 71-74 1 1,1 Sangat rendah
Total 90 100,0
Table 4.Distribusi frekuensi hasil belajar kognitif IPA

Berdasarkan tabel 4 distribusi frekuensi di atas diperoleh bahwa secara umum hasil belajar kognitif IPA peserta didik cenderung berada dalam kategori tinggi. Sebanyak 17 peserta didik (18,9%) berada pada interval 87-90 yang artinya hasil belajar menunjukkan kategori sangat tinggi, kemudian sebanyak 44 peserta didik (48,9%) berada pada interval nilai 83-86 yang artinya hasil belajar menunjukkan kategori tinggi, lalu sebanyak 19 peserta didik (21,1%) berada pada interval nilai 79-82 yang artinya hasil belajar menunjukkan kategori sedang. Sebanyak 9

peserta didik (10%) berada pada interval 75-78 yang artinya hasil belajar menunjukkan kategori rendah, kemudian sebanyak 1 peserta didik (1,1%) berada pada interval nilai 71-74 yang artinya hasil belajar menunjukkan kategori sangat rendah. Hal ini dikarenakan capaian peserta didik dalam proses pembelajaran membawa suatu perubahan serta pembentukan tingkah laku, dan hasilnya memenuhi tujuan pembelajaran khusus. Penguasaan konsep pada peserta didik dapat dilihat dari sikap atau tingkah lakunya, penugasan (pekerjaan rumah), tes tertulis, dan tugas proyek. Untuk kemampuan peserta didik dalam penerapan dilihat pada kinerja, hasil produk, portofolio (catatan perilaku sehari – hari) dan selfassesment [22].

Hubungan Antara Minat Belajar Peserta Didik dengan Hasil Belajar Kognitif

Tujuan dilakukannya pengujian korelasi ini, untuk mengetahui keeratan hubungan antara minat belajar peserta didik dengan hasil belajar kognitif. Sebelum dilakukannya uji korelasi person product moment, peneliti lebih dahulu melakukan uji linearitas untuk mengetahui hubungan kedua variabel yang diteliti linear secara signifikan atau tidak. Berikut hasil uji korelasi linear sederhana pada tabel 5.

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Hasil Belajar Kognitif IPA * Minat Belajar IPA Between Groups (Combined) 91,918 8 11,490 0,932 0,495
Linearity 1,233 1 1,233 0,100 0,753
Deviation from Linearity 90,685 7 12,955 1,051 0,403
Within Groups 998,137 81 12,323
Total 1090,056 89
Table 5.Uji Linearitas Minat Belajar Peserta Didik dengan Hasil Belajar Kognitif

Berdasarkan Tabel 5. Uji linearitas di atas, menunjukkan bahwa nilai Sig. deviation from linearity sebesar 0,403>(0,05) dimana angka ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear antara minat belajar peserta didik dengan hasil belajar kognitif. Selanjutnya yaitu mengetahui koefisien korelasi seperti yang terlihat pada Tabel 6 yang merangkum hasil keeratan atau ada tidaknya hubungan antara minat belajar peserta didik dengan hasil belajar kognitif.

Correlations
Minat Belajar IPA Hasil Belajar Kognitif IPA
Minat Belajar IPA Pearson Correlation 1 0,034
Sig. (2-tailed) 0,753
N 90 90
Hasil Belajar Kognitif IPA Pearson Correlation 0,034 1
Sig. (2-tailed) 0,753
N 90 90
Table 6.Uji Korelasi Minat Belajar Peserta Didik dengan Hasil Belajar Kognitif

Berdasarkan Tabel 6. Uji korelasi menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,753>(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar peserta didik dengan hasil belajar kognitif. Sementara nilai Pearson Correlation yang di dapat sebesar 0,034 menunjukkan hubungan yang positif sehingga diartikan hubungan antara kedua variabel tersebut searah bahwa semakin tinggi minat belajar peserta didik semakin tinggi juga hasil belajar kognitif. Koefisien korelasi atau nilai r sebesar 0,034 disimpulkan bahwa tingkat hubungan sangat rendah karena berada pada rentang antara 0,000 sampai dengan 0,200. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya, hal ini berarti apabila minat belajar peserta didik itu tinggi maka akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya yang mana tidak hanya perasaan senang namun keterlibatan, ketertarikan dan perhatian peserta didik juga akan mempengaruhi minat belajar untuk mengikuti pembelajaran [23].

Hubungan Antara Persepsi Kompetensi Guru Dengan Hasil Belajar

Berdasarkan Tabel 7. Uji linearitas di atas, menunjukkan bahwa nilai Sig. deviation from linearity sebesar 0,017>(0,05) dimana angka ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan linear antara persepsi kompetensi guru dengan hasil belajar kognitif. Setelah mengetahui hasil uji linearitas, selanjutnya yaitu mengetahui koefisien korelasi seperti yang terlihat pada Tabel 7 yang merangkum hasil keeratan atau ada tidaknya hubungan antara persepsi kompetensi guru dengan hasil belajar kognitif.

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
(Combined) 586,582 15 39,105 2,106 0,019
Persepsi Kompetensi Guru * Hasil Belajar Kognitif IPA Between Groups Linearity 22,789 1 22,789 1,227 0,272
Deviation from Linearity 563,793 14 40,271 2,169 0,017
Within Groups 1374,140 74 18,569
Total 1960,722 89
Table 7.Uji Korelasi Persepsi Kompetensi Guru dengan Hasil Belajar Kognitif

Berdasarkan Tabel 8. Uji korelasi menunjukkan bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,312>(0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi kompetensi guru dengan hasil belajar kognitif, sedangkan pada nilai Pearson Correlationyang di dapat sebesar 0,108 menunjukkan hubungan yang negatif sehingga diartikan hubungan antara kedua variabel tersebut berlawanan bahwa semakin tinggi persepsi kompetensi guru semakin turun juga hasil belajar kognitif. Koefisien korelasi atau nilai r sebesar 0,108 disimpulkan bahwa tingkat hubungan sangat rendah karena berada pada rentang antara 0,000 sampai dengan 0,200. Menurut penelitian [24], dengan hasil responden yang dimiliki beranggapan bahwa setiap komponen – komponen kompetensi guru memiliki nilai yang berbeda sehingga tiap kompetensi guru memiliki hubungan yang signifikan secara langsung maupun tidak terhadap hasil belajar peserta didik. Sesuai pada Tabel 3. kompetensi guru yang paling banyak dirasakan oleh peserta didik yaitu kompetensi sosial.

Hubungan Fungsional Antara Minat Belajar dan Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi Guru SecaraBersama–sama dengan Hasil Belajar Peserta Didik pada Pembelajaran IPA

Guru Secara Bersama – Sama Dengan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran IPA

Correlations
Persepsi Kompetensi Guru Hasil Belajar Kognitif IPA
Persepsi Kompetensi Guru Pearson Correlation 1 -0,108
Sig. (2-tailed) 0,312
N 90 90
Hasil Belajar Kognitif IPA Pearson Correlation -0,108 1
Sig. (2-tailed) 0,312
N 90 90
Table 8.Uji Korelasi Berganda Antara Minat Belajar dan Persepsi Peserta Didik tentang Kompetensi

Berdasarkan Tabel 9. Uji Korelasi Berganda di atas, menunjukkan bahwa nilai Sig.FChangeyang diperoleh sebesar 0,442 (>0,05). Dimana angka ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara minat belajar (X1), persepsi kompetensi guru (X2) dengan hasil belajar kognitif (Y), sedangkan pada koefisien korelasi atau nilai r sebesar 0,136 maka bisa disimpulkan bahwa tingkat hubungan antara minat belajar (X1), persepsi kompetensi guru (X2) dengan hasil belajar kognitif (Y) memiliki hubungan yang sangat rendah karena berada pada rentang antara 0,000 sampai dengan 0,200. Dan nilai r2 yang diperoleh sebesar 0,019 hal ini diartikan bahwa konstribusi ketiga variabel tersebut hanya 1,9% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain diantaranya faktor psikologis peserta didik, motivasi belajar, atau faktor lain yang tidak diteliti [25]. Sejalan dengan penelitian Insani at al [26], hal ini menunjukkan bahwa peserta didik dengan minat belajar yang sedang maupun rendah tidak terlalu maksimal dalam belajar, namun tidak mempengaruhi ketertarikan dan pemusatan perhatiannya pada saat pembelajaran berlangsung. Sehingga persepsi peserta didik yang kurang baik tentang kompetensi guru biologi di sekolahnya dapat dilihat dari beberapa indikator.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan sesuai dengan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa (1) minat belajar tertinggi pada keterlibatan saat kegiatan pembelajaran IPA berlangsung, (2) persepsi peserta didik terhadap kompetensi guru tertinggi pada kompetensi sosial, (3) hasil belajar kognitif dalam pembelajaranIPA secara keseluruhan menunjukkan bahwa peserta didik mampu menentukan keberhasilannya dalam menyerap materi yang telah disampaikan oleh guru dalam proses pembelajaran (4) terdapat hubungan yang signifikan antara minat belajar peserta didik dengan hasil belajar kognitif pada pembelajaran IPA, (5) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi peserta didik tentang kompetensi guru dan hasil belajar pada pembelajaran IPA, serta (6) tidak ada hubungan secara signifikan secara bersama - sama antara minat belajar dan persepsi peserta didik tentang kompetensi guru terhadap hasil belajar pada pembelajaran IPA.

References

  1. R. Prasetyowati, "Pembelajaran IPA SMP Menurut Kurikulum 2013," Universitas Negeri Yogyakarta, pp. 1–8, 2014.
  2. S. Rijal and S. Bachtiar, "Hubungan Antara Sikap, Kemandirian Belajar, dan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa," Jurnal Bioedukatika, vol. 3, no. 2, pp. 15–20, 2015, doi: 10.26555/bioedukatika.v3i2.4149.
  3. D. A. Kurniawan, "Evaluasi Sikap Siswa SMP terhadap IPA di Kabupaten Muaro Jambi," Jurnal Ilmiah Didaktika, vol. 19, no. 1, pp. 124–139, 2018.
  4. S. Voni, Y. N. Bunga, and O. Y. T. Mago, "Persepsi Siswa terhadap Kompetensi Guru Biologi dalam Proses Pembelajaran Menggunakan Kurikulum 2013 di SMA Negeri 2 Maumere," Jurnal Spizaetus: Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, vol. 1, no. 3, p. 29, 2020, doi: 10.55241/spibio.v1i3.22.
  5. M. Efendy and A. P. Rini, "Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Kreativitas Guru Dalam Mengajar Dengan Minat Belajar Siswa," Jurnal Psikologi dan Konseling, vol. 18, no. 1, p. 850, 2021, doi: 10.24114/konseling.v18i1.27828.
  6. A. Fadillah, "Analisis Minat Belajar Dan Bakat Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa," Mathline: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika, vol. 1, no. 2, pp. 113–122, 2016, doi: 10.31943/mathline.v1i2.23.
  7. S. Sihombing, R. H. Silalahi, J. R. Sitinjak, and H. Tambunan, "Analisis Minat dan Motivasi Belajar, Pemahaman Konsep dan Kreativitas Siswa terhadap Hasil Belajar Selama Pembelajaran dalam Jaringan," Jurnal Pendidikan Matematika Judika Educ., vol. 4, no. 1, pp. 41–55, 2021.
  8. S. Komariyah, D. S. Nur Afifah, and G. Resbiantoro, "Analisis Pemahaman Konsep Dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Minat Belajar Siswa," Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial dan Humaniora, vol. 4, no. 1, pp. 1–8, 2018, doi: 10.31949/educatio.v8i1.1992.
  9. E. Prihatini, "Pengaruh Metode Pembelajaran Dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Ipa," Jurnal F, vol. 7, no. 2, pp. 171–179, 2017, doi: 10.24853/instruksional.1.2.152-158.
  10. M. R. Alfajri, M. Oktavia, and P. Ayurachmawati, "Implementasi Media Interaktif Animasi pada Minat Belajar Materi IPA Siswa Kelas V," Innovative Research in Learning and Primary Education, vol. 2, no. 1, pp. 308–3018, 2022.
  11. Suaib, Y. Hala, and R. Ngitung, "Persepsi Tentang Kompetensi Guru Biologi terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Siswa SMA Negeri di Kota Makassar," 2018, [Online]. Available: http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/15635.
  12. Z. Z. Syafiq et al., "Upaya Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru dalam Kurikulum Merdeka," Jurnal Pendidikan dan Konseling, vol. 4, no. 6, pp. 1349–1358, 2022.
  13. K. D. Nur’aini and M. F. V. Ruslau, "Kinerja Guru Matematika Berdasarkan Persepsi dan Kompetensi Siswa SMP di Kota Merauke," Jurnal Honai Math, vol. 3, no. 1, pp. 13–26, 2020.
  14. T. Bachtiar, "Pengaruh Persepsi Siswa Mengenai Kompetensi Profesional dan Pedagogik Guru terhadap Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa MTs SULTAN HASANUDDIN," Jurnal Nalar Pendidikan, vol. 8, no. 2, p. 147, 2020, doi: 10.26858/jnp.v8i2.16411.
  15. N. N. Aini and R. D. Heryani, "Pengaruh Persepsi Peserta Didik Atas Kompetensi Sosial Guru terhadap Hasil Belajar di SMKN 12 Bekasi," Research and Development Journal of Education, vol. 7, no. 1, pp. 116–125, 2021.
  16. R. Yuliarti, "Hubungan Persepsi tentang Kompetensi Profesional dan Pedagogik Guru dengan Minat dan Hasil Belajar Biologi Peserta Didik Kelas XI MIPA SMA Negeri di Kota Parepare," Universitas Negeri Makassar, 2020, [Online]. Available: http://eprints.unm.ac.id/id/eprint/17832.
  17. W. Mursabdo, "Pengaruh Persepsi Siswa atas Kompetensi Sosial Guru dan Minat Belajar Terhadap Hasil Belajar Matematika di SMP Kristen Kanaan Jakarta," Seminar Nasional Sains, vol. 2, no. 1, pp. 238–246, 2021.
  18. Sugiono, "Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D," 2022.
  19. A. Riwahyudin, "Pengaruh Sikap Siswa dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Kabupaten Lamandau," Jurnal Pendidikan Dasar, vol. 6, no. 1, pp. 11–23, 2015.
  20. F. R. Syafitri, "Pengaruh Keterampilan Dasar Mengajar Guru Terhadap Hasil Belajar Fisika," Pendas Mahakam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Sekolah Dasar, vol. 5, no. 2, pp. 99–105, 2020, doi: 10.24903/pm.v5i2.644.
  21. D. B. Utami and T. Ernawati, "Hubungan Antara Fasilitas Belajar dan Lingkungan Belajar Dengan Hasil Belajar IPA," National Journal Ilmiah Pendidikan IPA, vol. 4, no. 1, pp. 18–25, 2017.
  22. E. Samsudin, "Pengaruh Motivasi Dan Kemandirian Belajar Terhadap Hasil Belajar Ipa Siswa (Survey Pada Sekolah Menengah Pertama (Smp) Negeri Di Kecamatan Telagasari – Karawang)," Biodidaktika: Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, vol. 14, no. 1, pp. 29–39, 2019, doi: 10.30870/biodidaktika.v14i1.4841.
  23. I. Yanti, R. Trisoni, and N. Fajar, "Hubungan Minat dan Kemandirian Belajar Dengan Hasil Belajar Siswa pada Kelas VIII di SMP N 1 Pariangan," pp. 1–11, 2018.
  24. A. Saerang, "Hubungan Kompetensi Guru dengan Prestasi Belajar Fisika Siswa di Sekolah Menengah Atas," Academia, 2019.
  25. R. Andriani and Rasto, "Motivasi belajar sebagai determinan hasil belajar siswa," Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, vol. 4, no. 1, p. 80, 2019, doi: 10.17509/jpm.v4i1.14958.
  26. N. I. Saleh, K. Mustami, and Ernawati, "Hubungan Antara Persepsi Siswa tentang Gaya Mengajar Guru, Motivasi Belajar dan Sikap Belajar dengan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA Negeri di Kabupaten Pinrang," no. 1, 2017.