Abstract

This study investigates the effectiveness of patchwork weaving activities in enhancing children's concentration during learning at TK A'isyiyah Bustanul Athfal 1 Kemantren. Using the Classroom Action Research model by Kemmis and Mc. Taggart, twelve children participated in two cycles of patchwork weaving sessions, with the second cycle involving independent work. Results show a significant increase in children's concentration from Cycle I to Cycle II, indicating the effectiveness of patchwork weaving in improving their focus and engagement during learning activities. These findings suggest that incorporating patchwork weaving into early childhood education could contribute to better learning experiences and cognitive development for young children.

Hightligh:

  1. Engagement: Patchwork enhances learning engagement.
  2. Independence: Children work independently.
  3. Cognitive Growth: Concentration improves cognitive development.

Keywords: Patchwork weaving, Concentration, Early childhood education, Classroom Action Research, Cognitive development

Pendahuluan

Konsentrasi anak adalah suatu keadaan dimana anak bisa fokus mengerjakan atau melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh gurunya di kelas [1]. Konsentrasi merupakan prasyarat untuk siswa supaya dapat belajar dan sukses menggapai tujuan pembelajaran. Apabila seorang peserta didik tidak dapat konsentrasi saat belajar kemungkinan ia kurang fokus saat proses belajar berlangsung [2]. Konsentrasi menurut Slameto adalah kemampuan seseorang agar dapat mencurahkan perhatian dalam kurun waktu yang cukup lama. Sedangkan peserta didik dikatakan berkonsentrasi pada pelajaran apabila bisa memusatkan perhatian pada apa yang dipelajarinya. Dengan berkonsentrasi, anak tidak mudah mengalihkan perhatian pada masalah lain di luar yang dipelajarinya [3]. Maka dalam pembelajaran, konsentrasi berperan penting dan sangat dibutuhkan untuk siswa [4]. Ratih Zulhaqqi mengemukakan untuk mengetahui seberapa lama rentang waktu kemampuan konsentrasi seseorang, rumus untuk mengetahui konsentrasi belajar anak yaitu 3 - 5 menit dikalikan usia [5]. Jadi misalnya anak berusia 4 – 5 tahun, maka kemampuan berkonsentrasi idealnya 12 – 25 menit. Anak yang mencapai batas minimal kurang dari rentang waktu tersebut boleh dikatakan memiliki konsentrasi rendah.

Konsentrasi memiliki indikator yang dikemukakan oleh Super dan Crities bahwa ciri – ciri siswa yang memiliki konsentrasi belajar yang tinggi adalah sebagai berikut : 1) Memperhatikan setiap materi pelajaran yang disampaikan guru, 2) Dapat merespon dan memahami setiap materi pelajaran yang diberikan, 3) selalu bersikap aktif dengan bertanya dan memberikan argumentasi mengenai materi pelajaran yang disampaikan guru, 4) Menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru, dan 5) Kondisi kelas tenang dan tidak gaduh saat menerima materi pelajaran [3]. Ketika anak dapat konsentrasi dengan baik dampak salah satunya yaitu dapat menyelesaikan sesuatu atau kegiatan dengan lebih cepat dan hasil yang baik. Begitupun sebaliknya apabila kurang konsentrasi menyebabkan hasil kerja yang tidak maksimal dan memakan waktu [6].

Bersumber dari data awal saat observasi oleh peneliti di TK A’isyiyah Bustanul Athfal 1 Kemantren ditemukan masalah pada konsentrasi belajarnya. Anak – anak kesulitan berkonsentrasi diantaranya yaitu bermain sendiri, tidak memperhatikan materi pelajaran yang dijelaskan gurunya, tidak menjawab dengan tepat setiap guru mengajukan pertanyaan. Konsentrasi siswa di kelas TK A ditemukan hanya 39,6% anak yang mampu konsentrasi dengan baik yaitu 5 dari 12 anak. Hal ini disebabkan oleh kegiatan pembelajaran di dalam kelas kurang tepat sehingga membuat anak – anak tidak konsentrasi belajar. Untuk meningkatkan konsentrasi belajar anak, pendidik harus menggunakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dan menarik untuk anak – anak.

Menganyam dapat digunakan oleh guru sebagai kegiatan awal pembelajaran. Menganyam merupakan kegiatan yang dilakukan pada anak usia dini dengan tujuan untuk meningkatkan konsentasi belajar. Karena konsentrasi dapat berkembang melalui berbagai kegiatan seperti membeintuk dari kain (kain percah), mewarnai, menempel, memotong, menggunting, menganyam kain percah. Menurut Anto dan Abbas, menganyam adalah menyusun lungsi dan pakan. Lungsi yakni bagian iratan yang menyusup ke atas sedangan pakan yaitu bagian iratan yang menyusup ke bagian samping yang akan menjulur ke lungsi [7]. Pada bidang pendidikan menganyam memiliki arti yaitu menyatukan bilah – bilah atau sebuah lembaran yang akan disatukan secara tindih menindih dan menyilang seperti berupa bambu yang telah dibilah, daun yang sobekan, rotan yang telah diirat, janur, kertas, yang sudah digunting maupun dibuat pola anyaman, kulit binatang yang dikeringkan atau potongan – potongan bahan percah [4], [8]. Potongan bahan percah salah satunya yaitu kain percah yang mudah didapat sehingga memungkinkan untuk berkreasi menggunakan apa saja yang dinginkan serta sifatnya yang lunak, mudah dibentuk, dan elastis dapat digunakan untuk macam macam kerajinan [9]. Selain itu kain percah tidak beracun, bisa diwarnai, dan hasil anyamannya bagus sekaligus rapi.

Menganyam untuk anak usia dini 4 – 5 tahun tidak dilakukan dengan teknik yang komplek, namun masih dalam tahap teknik dasar menganyam sederhana [10], [11]. Menganyam diajarkan dengan sangat sederhana kepada anak. Kemampuan menganyam dapat mangasah keteirampilan motorik halus anak karena menggunakan tangan dan jari – jari demikian juga dengan koordinasi mata. Selain motorik halus yang dikembangkan, menganyam juga dapat digunakan sebagai alat untuk melatih logika anak, belajar matematika, dan melatih konsentrasi [4], [12]. Kegiatan menganyam ada banyak manfaat seperti yang dikemukakan Martha Christiani Nugraha, diantaranya : 1) Melatih anak mengeindalikan emosinya dengan baik, 2) Dapat terbina ekspreisinya yang tumbuh dari pribadinya sendiri, bukan karena pengaruh orang lain, 3) Dapat mengungkapkan perasaannya yang selama ini masih mengendap, 4) Anak akan menjadi lebih terampil dan kreatif, 5) Dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya, dan dapat bermanfaat untuk perkembangan anak khususnya pada konsentrasi belajar anak [13].

Maka dari itu perlunya kegiatan pembelajaran yang menarik konsentrasi anak dalam mengikuti pembelajaran. Agar pembelajaran menarik dan meningkatkan konsentrasi belajar anak salah satu usahanya yaitu melalui kegiatan menganyam kain percah karena diharapkan dapat meningkatkan konsentrasi belajar [14].

Dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh Hasnawati dan Mahkamah Brantasari [4] bahwa memiliki hasil dapat meningkatkan konsentrasi anak kelompok B melalui kegiatan menganyam kain percah di TK Tunas Muda Kersik Kecamatan Mararangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara. Dan penelitian yang kedua yang pernah dilakukan oleh Pupung Puspa Ardini, Saskiawati Yusup, Setiyo Utoyo [15] bahwa hasilnya kegiatan menganyam mempengaruhi konsentrasi anak di kelompok A TK Negeri Pembina Kota Seilatan Gorontalo. Dari uraian di atas bahwa menganyam kain percah dapat meningkatkan konsentrasi belajar dengan baik. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, kegiatan menganyam yang dilakukan pada penelitian ini yaitu menganyam kain percah dengan sistem membedakan warna dan motif kain percah.

Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah yang digunakan meliputi : Bagaimana penerapan kegiatan menganyam kain percah dalam meningkatkan konsentrasi belajar anak usia 4 – 5 tahun dan bagaimana hasil peningkatan konsentrasi belajar melalui kegiatan menganyam kain percah di TK A’isyiyah Bustanul Athfal 1 Kemantren. Maka tujuan penelitian sebagai berikut : 1) Untuk mengetahui penerapan kegiatan menganyam kain percah dalam meningkatkan konsentrasi belajar, 2) Untuk mengetahui hasil peningkatan konsentrasi belajar melalui kegiatan menganyam kain percah di TK A’isyiyah Bustanul Athfal 1 Kemantren.

Metode

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Menurut Kemmis penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang reflektif dan kolektif yang dilakukan oleh peneliti dalam situasi sosial untuk meningkatkan penalaran praktif mereka [16]. Penelitian tindakan kelas yaitu strategi penyelesaian masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dan proses pengembangan kemampuan dalam mendeteksi dan menyelesaikan masalah. Karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di dalam kelas. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif persentase, karena menggambarkan suatu teknik pembelajaran apa yang digunakan dan bagaimana cara mencapai hasil yang diinginkan [17]. Peineiliitiian iinii diilaksanakan dii TK A’iisyiiyah Bustanul Athfal 1 Keimantrein

deingan subjeik peiseirta diidiik keilompok TK A yang beirjumlah 12 yaiitu 4 anak lakii – lakii dan 8 peireimpuan. Peineiliitiian tiindakan keilas meinggunakan modeil Keimmiis dan Mc. Taggart deingan meilaluii eimpat proseidur yaiitu peireincanaan, peilaksanaan, peingamatan, dan reifleiksii seipeirtii teirliihat pada gambar beiriikut :

Figure 1. modeil siiklus PTK Keimmiis dan Mc Taggart dalam jurnal Wiidayatii

Iinstrumein peineiliitiian meinggunakan leimbar RPPH dan leimbar peiniilaiian obseirvasii. Adapun indikator penilaian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini merujuk pada indikator konsentrasi belajar oleh Super dan Crities yaitu 1.) Memperhatikan setiap materi yang disampaikan guru, 2.) Dapat merespon dan memahami setiap materi yang diberikan, 3.) Menjawab dengan baik dan benar setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru [3]. Untuk teikniik peingambiilan data pada peineiliitiian iinii meinggunakan teikniik obseirvasii, wawancara, dan dokumeintasii. Keimudiian diianaliisiis meinggunakan statiistiik seideirhana deingan rumus [1] :

Figure 2.Rumus

Keterangan :

P = Presentase

f = Jumlah yang diperoleh dari hasil belajar siswa

n = Jumlah keseluruhan

Kemudian untuk mengeitahui berhasil tidaknya diukur dengan indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah konsentrasi belajar anak pada akhir siklus dikatakan meningkat apabila dalam proses pembelajaran terlihat adanya peningkatan jumlah siswa yang konseintrasi belajarnya baik dari siklus 1 ke siklus berikutnya dengan kriteria 75% dari total anak dalam kelas, jika target tercapai berarti siklus dihentikan [2].

Hasil dan Pembahasan

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tindakan kelas, penelitian ini dilakukan di TK A’isyiyah Bustanul Athfal 1 Kemantren selama dua minggu yang dilakukan sebanyak dua kali pertemuan. Langkah – langkah setiap siklus yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi, dokumentasi, dan wawancara. Indikator yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yang pertama kemampuan anak memperhatikan setiap pelajaran yang disampaikan guru seperti memperhatikan kegiatan pembelajaran dari awal sampai akhir. Indikator yang kedua yaitu kemampuan anak merespon dan memahami setiap pelajaran, seperti halnya anak mampu membedakan ketiga warna motif kain serta menghasilkan anyaman yang rapi dan benar. Indikator yang ketiga yaitu mampu menjawab pertanyaan dengan benar misalnya mampu menjawab tiga pertanyaan. Pada penelitian kegiatan menganyam kain percah memberikan peluang anak untuk meningkatkan konsentrasi belajar dengan adanya koordinasi kedua mata agar fokus dengan baik.

Berdasarkan data observasi pada kondisi awal pengamatan atau prasiklus peneliti memperoleh data tentang kegiatan pembelajaran yang digunakan guru dalam proses kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas A dengan jumlah 12 siswa dengan kegiatan yang kurang menarik dan kurang tepat sehingga menimbulkan masalah pada konsentrasi belajar anak. Anak – anak kesulitan berkonsentrasi diantaranya yaitu bermain sendiri, tidak memperhatikan materi pelajaran yang dijelaskan gurunya, tidak menjawab dengan tepat setiap guru mengajukan pertanyaan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, hasil konsentrasi belajar anak yang diperoleh pada prasiklus yaitu 39,6% . sehingga hasil pengamatan prasiklus konsentrasi belajar anak pada kelompok A masih kurang.

Siklus I :

Siiklus Ii diilaksanakan satu kalii peirteimuan dalam tahap perencanaan yaitu peineiliitii meinyiiapkan bahan ajar keigiiatan yang diiteirapkan pada peimbeilajaran, dan menyiapkan lembar rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH). Dalam tahap pelaksanaan dan observasi yaiitu melaksanakan keigiiatan peimbeilaijaran seisuaii deingan RPPH, kemudian peineiliitii meimulaii peimbeilajaran deingan beircakap – cakap dan meimbeiriikan contoh cara meingapliikasiikan keigiiatan menganyam yang akan diilakukan anak – anak, proses menganyam kain percah dengan dilakukan penjelasan langkah – langkah menganyam menggunakan kain percah tersebut lebih detail dengan cara memasukkan satu demi satu kain percah ke dalam lembar paten anyaman, kemudian diiseiliingii deingan tanya jawab riingan, seperti warna apa saja pada urutan kain percah yang akan dilakukan, dan bagaimana menghasilkan anyaman yang benar dan bagus. Seilanjutnya anak meiniirukan satu peirsatu darii beibeirapa keigiiatan teirseibut. Seiteilah seileisaii seimua peineiliitii meilakukan seisii tanya jawab deingan anak – anak apa yang sudah diilakukan pada keigiiatan yang diilakukan. Keimudiian diilanjut meinutup deingan do’a. Dalam tahap refleksi yaitu diantaranya anak – anak masih banyak yang bingung saat proses menganyam sehingga peneliti akan menambahkan gambar sarung dan kain sarung yang motifnya mudah untuk dicontoh saat melaksanakan kegiatan menganyam kain percah.

Siklus II :

Pada siiklus IiIi diilaksanakan satu kalii peirteimuan dan tahapan peineiliitiian diilakukan seibagamana pada siiklus Ii diilakukan, diimulaii darii tahap perencanaan peneliti menyiapkan bahan, dan alat kegiatan yang akan dilakukan kegiatan pembelajaran, dan menyiapkan lembar rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH). Kemudian dalam tahap pelaksanaan sebagaimana dilakukan pada siklus I dengan memulai dari keigiiatan peimbuka, iintii, dan peinutup. Pada keigiiatan iintii peineiliitii meilakukan tambahan deingan cara meinambahkan gambar dan modeil motiif sarung yang mudah untuk diitampiilkan pada anak – anak agar mudah diicontoh saat meilakukan keigiiatan meinganyam deingan kaiin peircah. Pada tahap obsevasi, anak – anak sudah mampu mengikuti kegiatan dengan baik serta sudah melaksanakan kegiatan menganyam dengan baik dan beberapa anak sudah mampu mengamyam kain percah dengan hasil yang sangat baik. Dalam tahap refleksi, berdasarkan hasil data observasi yang diperoleh konsentrasi belajar anak sudah mencapai target keberhasilan yang ditentukan oleh peneliti, maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil pada siklus II.

Proses pembelajaran melalui kegiatan menganyam kain percah di siklus II ini sudah mencapai kategori sangat baik yaitu 84% dalam pelaksanaan proses pembelajaran juga tidak terjadi hambatan sama sekali. Pada siklus II siswa sudah tidak kebingungan lagi saat menganyam kain percah, siswa sudah mulai aktif saat kegiatan tanya jawab dan dapat menyelesaikan kegiatan hingga tuntas, sehingga pada siklus II terjadi peningkatan yang cukup signifikan yaitu 9 siswa yang sudah mencapai dan memiliki kemampuan konsentrasi dalam kategori sangat baik, dan 3 siswa dalam kategori memiliki kemampuan konsentrasi dengan cukup baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa penelitian ini sudah berhasil.

Beirdasarkan hasiil data meinunjukkan bahwa peirbaiikan yang diilakukan pada Prasiklus, Siiklus I , dan Siklus II konsentrasi belajar anak di TK A’isyiyah Bustanul Athfal 1 Kemantren mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada prasiklus anak konsentrasi belajar anak masih kurang, hanya ada 3 anak yang masuk kategori cukup baik dengan nilai tertinggi 66,6% hal ini dikarenakan masig banyak anak yang belum mampu untuk merespon dan memahami materi yang dijelaskan gurunya dengan baik, ketika ditanya gurunya anak seperti kebingungan dan tidak mau menjawab, anak tidak memperhatikan penjelasan guru saat pembelajaran berlangsung, anak tidak menyelesaikan kegiatan hingga tuntas. Pada siklus I hasil yang diperoleh mengalami peningkatan konsentrasi belajar anak mulai berkembang nilai tertinggi pada siklus I yaitu 100% dan yang terendah yaitu 25% pada kegiatan siklus II anak sudah mulai aktif dalam kegiatan tanya jawab, namun masih ada anak yang masih belum mau menyelesaikan kegiatan yang dilakukan.

Pada siklus II konsentrasi belajar anak berkembang sangat baik, ada 11 anak yang telah mencapai target yang telah ditetapkan oleh peneliti. Meinganyam kaiin peircah dalam peineiliitiian iinii seibagaii keigiiatan peimbeilajaran awal yang diigunakan seibeilum peimbeilajaran laiin diilaksanakan. Hal iinii seijalan deingan peindapat Hasnawatii Brantasarii bahwa meinganyam kaiin peircah meirupakan salah satu keigiiatan peimbeilajaran yang eifeiktiif dan meinyeinangkan untuk meiniingkatkan konseintrasii beilajar anak, kareina pada tahap iinii anak konseintrasii deingan baiik [4]. Beirdasarkan teiorii di iatas, peineiliitii meinyiimpulkan bahwa konseintrasii beilajar anak dapat diitiingkatkan meilaluii keigiiatan meinganyam kaiin peircah deingan meinggunakan keigiiatan, kareina deingan keigiiatan iinii anak tiidak mudah teirdiistraksii oleih keigiiatan yang laiin darii luar keilas ataupun dalam keilas. Sehingga penelitian ini dapat dikatakan berhasil sesuai dengan gambar :

Figure 3. Diagram Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II

Berdasarkan hasil diagram di atas dapat ditunjukkan bahwa hasil perkembangan konsentrasi belajar anak meningkat persiklusnya yaitu terdapat peningkatan mulai dari prasiklus, siklus I, siklus II. Peningkatan konsentrasi belajar anak pada prasiklus memperoleh persentase 39,6%, pada siklus I memperoleh persentase 68% dan pada siklus II memperoleh persentase 84%. Hal ini dapat menujukkan bahwa melalui kegiatan menganyam kain percah dapat meningkatkan konsentrasi belajar anak di TK A’isyiyah Bustanul Athfal 1 Kemantren.

Simpulan

Menganyam merupakan kegiatan yang dilakukan pada anak usia dini deingan tujuan untuk meiningkatkan konsentasi belajar. Menganyam dapat dilakukan oleh guru sebagai kegiatan awal pembelajaran. Kegiatan menganyam kain percah di TK A’isyiyah Bustanul Athfal 1 Kemantren pada siklus I dilakukan dengan cara mengaplikasikan satu demi satu kain ke dalam lembar paten serta membedakan warna dari beberapa warna kain percah yang dijadikan anyaman agar menghasilkan anyaman yang baik dan bagus. Pada siklus II peneliti menggunakan kegiatan sebagaimana yang dilakukan pada siklus I namun ditambahkan dengan gambar motif sarung yang mudah agar anak lebih mudah saat melaksanakan kegiatan menganyam kain percah. Melalui penerapan kegiatan menganyam kain percah, konsentrasi belajar anak di TK A’isyiyah Bustanul Athfal 1 Kemantren meningkat. Peningkatan ini terjadi pada Siklus II, hasil Siklus II 84% yang sebelumnya pada Siklus I sebesar 68%. Konsentrasi belajar mengalami peningkatan dikarenakan kegiatan menganyam kain percah dibuat dengan mudah agar anak tidak bingung saat menganyam dan konsentrasi saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Dengan adanya penelitian ini disarankan kepada guru agar dapat menggunakan kegiatan menganyam kain percah dalam proses kegiatan belajar mengajar untuk meingkatkan konsentrasi belajar anak. Kepada kepala sekolah perlu memberikan ide kegiatan yang menarik untuk mempermudah guru dalam memberikan kegiatan pembelajaran agar anak konsentrasi saat pembelajaran berlangsung khususnya pada kelompok A

References

  1. M. P. Manurung and D. Simatupang, "Meningkatkan Konsentrasi Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Penggunaan Metode Bercerita di TK ST Theresia Binjai," J. Usia Dini, vol. 5, no. 1, pp. 65, 2019.
  2. S. H. Khotimah, T. Sunaryati, and S. Suhartini, "Penerapan Media Gambar Sebagai Upaya dalam Peningkatan Konsentrasi Belajar Anak Usia Dini," J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 5, no. 1, pp. 676, 2020, doi: 10.31004/obsesi.v5i1.683.
  3. K. Latifah and Z. Habib, "Hubungan Persepsi Terhadap Keterampilan Guru Mengajar dengan Konsentrasi Belajar Siswa di Darul Karomah Randuagung Singosasri Malang," Psikoislamika J. Psikol. dan Psikol. Islam, vol. 11, no. 1, pp. 2014, doi: 10.18860/psi.v11i1.6375.
  4. Hasnawati and M. Brantasari, "Meningkatkan Konsentrasi Anak Dengan Kegiatan Menganyam Kain Perca Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Tunas Muda Kersik," vol. 02, no. 02, pp. 38–52, 2017.
  5. S. N. Azizah, "Peningkatan Konsentrasi Dan Hasil Belajar IPA Melalui Mind Mapping Siswa Kelas V SDN Jombalangan," J. Pendidik. Guru Sekol. Dasar Ed. 5 Tahun ke IV April 2015, vol. 4, no. 5, pp. 1–17, 2015.
  6. S. Pratiwi and Y. N. Asi’ah, "Meningkatkan Konsentrasi Belajar Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Menjahit," Anaking J. Islam. Early Childhood Educ., vol. 01, no. 02, pp. 1–9, 2022.
  7. J. Hasrita, H. Herman, and I. Zainuddin, "Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menganyam pada Anak di Taman Kanak-Kanak Usia 5–6 Tahun," J. Profesi Kependidikan, pp. 217–224, 2022.
  8. H. M. Sari and Y. Nofriyanti, "Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini melalui Kegiatan Menganyam dengan Origami," J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 4, no. 1, pp. 146, 2019, doi: 10.31004/obsesi.v4i1.247.
  9. N. K. A. R. Dewi, M. Suara, and S. Zulaikha, "Metode Pemberian Tugas Berbantuan Media Konkret Kegiatan Menganyam Kertas Untuk Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak," e-Journal PG-PAUD Univ. Pendidik. Ganesha, vol. 2, no. 1, 2014.
  10. T. Khoiriyah, R. Wahyu Pusari, and E. Rakhmawati, "Upaya Meningkatkan Motorik Halus Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Menganyam Menggunakan Media Loose part Pada Kelompok B RA Prampelan Kecamatan Sayung Kabupaten Demak," PAUDIA J. Penelit. dalam Bid. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 11, no. 1, pp. 459–465, 2022, doi: 10.26877/paudia.v11i1.11569.
  11. W. C. Daulay and N. Nurmaniah, "Pengaruh Kegiatan Menganyam Terhadap Keterampilan Motorik Halus Pada Anak Usia 5-6 Tahun Di Tk Al-Ihsan Medan T.A 2018/2019," J. Usia Dini, vol. 5, no. 2, pp. 7–19, 2019.
  12. D. Via, C. Bulan, and L. Suzanti, "Optimalisasi Perkembangan Motorik Halus Anak Menggunakan Media Menganyam Dengan Kertas," JIEEC (Journal Islam. Educ. Early Childhood), vol. 4, no. 2, pp. 26–37, 2022, doi: 10.29407/e.v8i1.15879.
  13. A. Isnaeni, "Meningkatkan Keterampilan Motorik Halus Melalui Kegiatan Menganyam Menggunakan Bahan Alam," J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 2, no. 10, pp. 2021.
  14. Y. R. Ardina, "Keterampilan Menganyam pada Anak TK Kelompok B Gugus II Kecamatan Pengasih Kulon Progo," Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 4, pp. 1–4, 2016.
  15. P. P. Ardini, S. Yusup, and S. Utoyo, "Pengaruh Kegiatan Menganyam Terhadap Konsentrasi Di Kelompok A TK Negeri Pembina Kota Selatan Gorontalo," Efektor, vol. 8, no. 1, pp. 53–58, 2021, doi: 10.33086/e.v8i1.15879.
  16. S. T. Rahayu, "Peningkatan Kemampuan Mengenal Huruf Melalui Media Alphabet Pocket Board Pada Anak Usia 4 - 5 Tahun di TK Pertiwi Ngrami Kabupaten Nganjuk," no. 8.5.2017, pp. 2003–2005, 2022.
  17. S. Widayati, K. Rinakit Adhe, F. Nafisa, and E. Faiza Silvia, "Tahapan Menggunting Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini," Child Educ. J., vol. 1, no. 2, pp. 50–57, 2019, doi: 10.33086/cej.v1i2.1402.