Abstract

This study examines the occurrences and benefits of fi'il tsulasi mazid (trilateral verbs with additional letters) in Surah Az-Zukhruf, focusing on Arabic language learning and Qur'anic comprehension. Through a detailed analysis, we identified 57 instances of these verbs and categorized them based on their forms and types. Results indicate that the most common verb types are af'ala yuf'ilu and ifta'ala yafta'ilu, while others include fa'ala yufa'ilu and faa'ala yufaa'ilu. Various benefits of these verb forms, such as litta'diyah, littikhad, and littahawul, were identified. This research provides valuable insights for Arabic language educators, allowing them to better explain linguistic changes and improve students' understanding of Arabic as the language of the Qur'an.

Hightligh:

1. Detailed Analysis: Studying 57 instances of fi'il tsulasi mazid.
2. Common Verb Types: Identifying prevalent verb types.
3. Educational Implications: Enhancing Arabic language teaching for Qur'anic comprehension.

Keywords: Arabic linguistics, Qur'an, Fi'il tsulasi mazid, Surah Az-Zukhruf, Language education

Pendahuluan

Bahasa Arab bagi umat Islam merupakan Bahasa yang penting dan utama dan seharusnya dipelajari oleh seluruh umat Islam. Hal ini disebabkan Bahasa Arab merupakan Bahasa yang digunakan dalam ritualitas keagamaan seperti shalat, doa-doa, berhaji dan sebagainya, bahkan kitab suci umat Islam menggunakan Bahasa Arab. Jika umat Islam tidak mengetahui Bahasa Arab, bagaimana mereka bisa mengaplikasikan nilai-nilai ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dan memahami kandungan kitab sucinya? Maka sangat penting untuk mempelajari Bahasa Arab.

Belajar Bahasa Arab, tidak cukup dengan mempelajari Bahasa Arab itu sendiri, terdapat ilmu pra syarat yang harus juga dipelajari dan dipahami dengan baik, yaitu ilmu nahwu (sintaksis), Sharaf (morfologi), dilalah (semantic), ashwat (fonologi)[1]. Ilmu nahwu berfungsi untuk mengetahui kedudukan harokat atau baris yang ada dalam tulisan Arab, sementara ilmu Sharaf digunakan untuk mengetahui perubahan makna yang terkandung pada suatu kata karena perubahan harakat maupun adanya penambahan huruf. Dan salah satu yang menjadi kajian ilmu Sharaf adalah perubahan pada kata kerja yang dalam Bahasa Arab disebut sebagai fi’il.

Fiil Salam bahasa Arab disebut sebagai kata kerja. Adapun pengertian fiil menurut istilah adalah setiap kalimat yang menunjukkan suatu makna dengan dirinya sendiri, dan dia berhubungan dengan salah satu dari tiga zaman; masa lampau, sekarang, dan masa depan[2].

Ilmu sharaf di sebut juga dengan morfologi.Secara etimologi morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi secara harfiah artinya ‘ilmu mengenai bentuk’. Dalam kajian linguistik berarti ‘ilmu yang mempelajari tentang pembentukan sebuah kata’[3].Sedangkan secara istilah morfologi menurut Abdullah Hasan adalah satu bidang ilmu yang mengkaji bentuk perkataan[4]..Menurut Samsuri proses morfologis adalah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan morfem yang satu dengan yang lain[5].

Penelitian ini menggunakan surat az-Zukhruf sebagai bahan kajian dimana surat az-Zukhruf merupakan salah satu surat yang mempunyai keutamaan di antaranya menjaga pembacanya di dalam kubur dari gigitan Binatang tanah dan himpitan kubur dan surat ini datang serta membawa masuk pembacanya ke dalam surga atas perintah Allah. Berdasarkan penelusuran awal yang dilakukan peneliti, surat az-Zukhruf yang terdiri dari 89 ayat, terdapat 191 fi’il dengan berbagai bentuknya yang jika peneliti identifikasi terdapat 135 fi’il tsulasi mujarrad, dan 55 fi’il tsulasi mazid. Uniknya, fi’il tsulasi mazid yang terdapat dalam surat ini tidak hanya mendapatkan tambahan satu huruf, tetapi dua dan tiga huruf. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis fi’il tsulasi mazid yang terdapat pada surat az-Zukhruf dan faidah yang terkandung di dalamnya. Diharapkan melalui penelitian ini, pelajar lebih memahami konsep wazan yang terdapat dalam ilmu Sharaf dan memaknai setiap adanya perubahan baik harakat maupun tambahan huruf mempunyai makna tersendiri dalam Bahasa Arab.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain studi pustaka (library research). Data dalam penelitian ini adalah fi’il tsulasi mazid yang bersumber dari Al-Qur’an surat Az-Zukhruf. Instrumen yang digunakan yaitu berupa kartu data dan lembar rekapitulasi data, teknik pengumpulan data yaitu dokumentasi, sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan teknik pertimbangan/ purposive sampling.

Ainin [6] menyimpulkan bahwa langkah-langkah analisis data yang harus ditempuh dalam sebuah penelitian adalah;

a. Pengumpulan dan pengecekan data(pemeriksaan kembali)

b. Reduksi data, yaitu peneliti memilih dan memilah data yang relevan dan kurang relevan tidak dianalisis

c. Penyajian data, yaitu identifikasi, klarifikasi, penyusunan, dan penjelasan data secara sistematis, objektif, dan pemaknaan.

d. Penyimpulan, peneliti menyimpulkan hasil penelitian berdasarkan kategori dan makna temuan

Sedangkan dalam analisis data peneliti melakukan beberapa tahap berikut ini:

a) Pengumpulan dan pengecekan data, peneliti mengumpulkan fi’il tsulasi yang mengalami ziyadah dalam Al-Qur’an surat Az-Zukhruf serta mengecek kembali apakah fi’il tersebut memang mengalami ziyadah atau tidak.

b) Reduksi data, dari keseluruhan fi’il yang telah dikumpulkan, peneliti memilih beberapa fi’il yang relevan dengan penelitian, peneliti mengambil sampel berdasarkan wazan/ serta keragaman jenis fi’ilnya.

c) Penyajian data, peneliti mengidentifikasi kata tersebut sesuai wazan pembentuknya, jenis ziyadah, huruf tambahan, serta peran semantisnya. Kemudian memasukkan setiap kategori tersebut ke dalam instrumen penelitian berupa kartu data dan lembar rekapitulasi data.

d) Penyimpulan, peneliti menerjemahkan dan menganalisis data untuk selanjutnya disimpulkan hasil penelitian tentang fi’il mazid dalam Al-Qur’an surati Az-Zukhruf[7].

Hasil dan Pembahasan

A. PENGERTIAN DAN PEMBAGIAN FIIL TSULASI MAZID

Fi’il dalam Bahasa Arab disebut sebagai kata kerja. kedudukan fi’il dalam Bahasa Arab diibaratkan seperti kata dasar dalam Bahasa Indonesia. Dalam konstruksi dasar fi’il, pada umumnya terdiri dari tiga huruf yang disebut sebagai fi’il tsulasi dimana terdiri dari fa’ fi’il, ain fi’il dan lam fi’il (فَعَلَ). Tetapi juga terdapat konstruksi dasar fi’il itu terdiri dari empat huruf (fi’il ruba’i) dimana lam fi’ilnya ada dua (فَعًلَلَ). masing-masing dari fi’il tsulasi dan ruba’i terbagi menjadi dua bagian, yaitu fi’il mujarrad dan fi’il mazid. Fi’il tsulasi mujarrad adalah fi’il yang terdiri dari tiga huruf asli tanpa ada tambahan, sedangkan fi’il tsulasi mazid adalah fi’il yang terdiri dari tiga huruf asli dan mendapatkan tambahan huruf, baik satu huruf, dua huruf maupun tiga huruf. Begitu juga dengan fi’il rubai juga terbagi menjadi dua, yaitu fi’il rubai’i mujarrad dimana huruf asli fi’il tersebut sebanyak empat dan tidak mendapatkan tambahan apapun, sementara fi’il ruba’i mazid adalah fi’il yang terdiri dari empat huruf asli tetapi juga mendapatkan tambahan huruf lagi. Namun yang sering digunakan dalam bahasa keseharian adalah fi’il yang terdiri dari tiga huruf. Dalam praktiknya, fi’il sering mengalami afiksasi (ziyadah) yang merupakan proses morfologis yang sering terjadi pada Bahasa Arab yang sering dikenal sebagai fi’il tsulasi mazid[8]. Dan fi’il tsulasi mazid inilah yang menjdi pembahasan dalam penelitian ini.

Fi’il tsulasi mazid merupakan kata fi’il yang mendapatkan tambahan huruf baik itu satu huruf, dua huruf atau tiga huruf yang mana penambahan huruf-huruf tersebut mengikuti wazan atau pola tertentu. Wazan adalah patokan bacaan untuk setiap huruf selain akhir kata berupa urutan harakat, baik itu fathah, kasrah, dhammah maupun sukun[9]. Masing-masing penambahan huruf tersebut akan memberikan faidah tersendiri.

Pembagian fi’il tsulasi mazid terbagi menjadi tiga bagian[10], yaitu fi’il tsulasi mazid yang mendapatkan tambahan satu huruf (biharfin)[11] disebut sebagai fi’il ruba’i, fi’il tsulasi yang mendapatkan dua huruf (biharfaini) disebut sebagai fi’il khumasi dan Sedangkan fi’il tsulasi yang mendapatkan tambahan tiga huruf (bitsalatsati ahrufin) disebut sebagai fi’il sudasi. Masing-masing fi’il tsulasi mazid ini juga terbagi lagi menjadi beberapa bentuk wazan.

Pertama, fi’il tsulasi mazid biharfin terbagi menjadi 3 variasi, yaitu a) penambahan hamzah sebelum fa’ fi’il menjadi Af’ala-yuf’ilu (أَفْعَلَ-يُفْعِلُ), contohnya أكرم- أشرف- أحسن- أتقن. b) penambahan tasydid menjadi Fä’ala-yufä’ilu (فَعَّلَ-يُفَعِّلُ), contohnya عظّم- هذّب- فهّم- قدّم. c)Faa’ala-yufaa’ilu (فَاعَلَ-يُفَاعِلُ), contohnya صالح- سامح- قاتل- شارك. Kedua, fi’il tsulasi biharfaini terbagi menjadi lima variasinya, yaitu: a) Infa’ala-yanfa’ilu (إِنْفَعَلَ-يَنْفَعِلُ),contohnya انطلق- انكسر- انطفأ. b) Ifta’ala-yafta’ilu (إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ),contohnya اجتمع- اشتمل- اختصم. c) If’alla-yaf’allu (إِفْعَلَّ-يَفْعَلُّ), contohnya احمر- ابيض- اصفر. d) Tafä’ala-yatafä’alu (تَفَعَّلَ-يَتَفَعَّلُ), contohnya تكلم- تعلم- تقدس.e) Tafaa’ala-yatafaa’alu (تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ), contohnya تبارك- تقاسم- تخاصم. Ketiga, fi’il tsulasi mazid bitsalatsati ahrufin terbagi menjadi 4 variasi wazannya, yaitu: a) Istaf’ala-yastaf’ilu(إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ),contohnyaاستغفر- استقبل-. b) Ifau’ala-yafau’ilu (إِفْعَوْعَلَ-يَفْعَوْعِلُ),contohnya احدودب – اغدودن.c) Ifawwala-yafawwilu (إِفْعَوَّلَ-يَفْعَوِّلُ),contohnya اغلوظ البعير- اجلوذ. d) If’aalla-yaf’aallu (إِفْعَالَّ-يَفْعَالُّ), contohnya احمار- احضار- اشهاب[5].

B. FAIDAH FI’IL TSULASI MAZID

Sebagaimana pemaparan sebelumnya bahwa setiap penambahan huruf pada fi’il tsulasi mazid, mempunyai faidah atau makna tersendiri yang merupakan pengembangan dari makna asalnya. Adapun faidahnya mengikuti wazannya masing-masing. Faidah fi’il tsulasi mazid biharfin terbagi menjadi tiga wazan yang masing-masing mempunyai faidahnya, yaitu:

1. Wazan أَفْعَلَ-يُفْعِلُ

Mempunyai lima faidah, yaitu a) التعدية, yaitu menjadikan kata kerja yang membutuhkan objek. Jika kata kerja sebelumnya sudah membutuhkan objek, maka fungsi ini menjadikan kata kerja tersebut mempunyai dua objek. b) masuknya fa’il (pelaku) pada suatu waktu, c) menujunya fail pada suatu tempat, d) adanya sumber fi’il itu di fa’ilnya, e) mubalaghoh atau melebih-lebihkan makna fi’il.

2. Wazan أَفْعَلَ-يُفْعِلُ

Wazan ini mempunyai lima faidah, yaitu a) التعدية, yaitu menjadikan kata kerja yang membutuhkan objek, b) التكثير, yaitu untuk menunjukkan banyaknya perbuatan. c) nisbatul fi’il, yaitu menisbatkan objek dengan kata dasar fi’il (kata kerja), d) menghilangkan makna dasar fi’il (kata kerja) dari objeknya (maf’ul), e) membuat fi’il dari sebuah isim.

3. Wazan فَاعَلَ-يُفَاعِلُ

Wazan ini mempunyai empat faidah, yaitu a) musyarokah (persekutuan), yaitu perbuatan yang dilakukan oleh dua orang, b) taktsir, yaitu memperbanyak perbuatan, c) ta’diyah, yaitu menjadikan kata kerja yang membutuhkan objek, e) mempunyai makna yang sama dengan mujarrodnya[14].

Sementara itu, faidah fi’il tsulasi mazid biharfaini berdasarkan wazannya adalah:

1. Wazan إِنْفَعَلَ-يَنْفَعِلُ

Fi’il tsulasi mazid yang mengikuti wazan ini dengan menambahkan hamzah qatha’ di depan fa’ fi’il dan nun setelahnya mempunyai dua faidah, yaitu a) muthowa’ahnya fi’il yang mengikuti wazan فعل b) muthowa’ahnya fi’il yang mengikuti wazan أفعل.

2. Wazan إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ

Fi’il tsulasi mazid yang mengikuti wazan ini dengan menambahkan hamzah di depan fa’ fi’il dan huruf ta’ setelahnya mempunyai enam faidah, yaitu a) muthowa’ahnya fi’il yang mengikuti wazan فعل , b) لاتخاذ, yaitu membuat sesuatu dari asal fi’il, c) melebih-lebihkan makna fi’il, d) mengganti fi’il tsulatsi mujarrodnya, e) mengganti wazan تفاعل yang berfaidah musyarokah (persekutuan), f) tholab (meminta).

3. Wazan إِفْعَلَّ-يَفْعَلُّ

Fi’il tsulasi mazid yang mengikut wazan ini dengan menambahkan hamzah washal di depan fa’ fi’il dan tasydid di lam fi’il mempunyai dua faidah, yaitu a) menunjukkan bahwa fa’il telah masuk pada suatu sifat, b) melebih- lebihkan makna suatu sifat.

4. Wazan تَفَعَّلَ-يَتَفَعَّلُ

Fi’il tsulasi mazid yang mengikut wazan ini dengan menambahkan ta’ di awal kata dan mentasydid ain fi’ilnya mempunyai tujuh faidah, yaitu a) muthowa’ahnya fi’il yang mengikuti wazan فعل, b) takalluf, yaitu berusahanya fa’il (pelaku) dengan keras agar perbuatan itu dapat berhasil, c) fa’il menjadikan maf’ul (objek) sebagai asal fi’il (sumber fi’il), d) untuk menunjukkan bahwa fa’il menjauhi suatu perbuatan (sumber fi’il), e) shoiruroh, yaitu berubahnya fa’il menjadi pokok fi’il, f) menunjukkan keberhasilan perbuatan (asal fi’il) berkali-kali, g) tholab, artinya berusaha atau meminta sesuatu (asal fi’il) kepada maf’ulnya (objeknya).

5. Wazan تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ

Fi’il tsulasi mazid ini mengikuti wazan ini dengan menambahkan ta’ di awal fa’ fi’il dan alif setelah a’in fi’il mempunyai lima faidah, yaitu a) musyarakah baina istnaini faaktsar, yaitu persekutuan diantara dua orang atau lebih, artinya perbuatan itu ditimbulkan oleh dua orang atau lebih, b) menampakkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi, c) terjadinya perbuatan secara berangsur-angsur (tidak satu kali), d) mendatangkan arti fi’il tsulatsi mujarrodnya (maknanya sama dengan makna tsulatsi mujarrodnya), e) muthowa’ahnya fi’il yang mengikuti wazan فاعل yang berfaidah ta’diyah.

Sedangkan faidah fi’il tsulasi mazid bitsalatsati ahrufin berdasarkan wazannya adalah:

1. Wazan إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ

Fi’il tsulasi mazid yang mengikuti wazan ini mendapatkan tambahan tiga huruf di awal kata yaitu hamzah, sin dan ta’ mempunyai enam faidah, yaitu a) tholab, artinya permintaan fa’il (pelaku) kepada maf’ulnya (objek) untuk melakukan pekerjaan, b) wujdan sifah, artinya menemukan suatu sifat yang dimiliki oleh maf’ul, c) tahawul, artinya berubahnya fa’il pada asal fi’il, d) takalluf yaitu, berusahanya fa’il dengan keras agar fi’il (pekerjaan) itu dapat tercapai, e) mengganti fi’il tsulatsi mujarrodnya, f) muthowa’ahnya fi’il yang mengikuti wazan فعل dan أفعل .

2. Wazan إِفْعَوْعَلَ-يَفْعَوْعِلُ

Fi’il tsulasi mazid yang mengikuti wazan ini mendapatkan tambahan tiga huruf berupa hamzah di awal kata dan dua huruf setelah ain fi’il yaitu huruf wau dan ain, mempunyai dua faidah, yaitu a) mubalaghah (melebih-lebihkan makna fi’il), b) menggantikan fi’il tsulatsi mujarrodnya.

3. Wazan إِفْعَوَّلَ-يَفْعَوِّلُ

Fi’il tsulasi mazid yang mengikuti wazan ini mendapatkan tambahan tiga huruf berupa hamzah yang terletak di awal kata dan wau yang bertasydid setelah ain fi’il, mempunyai satu faidah yaitu melebih-lebihkan fi’il lazim atau kata kerja dasarnya.

4. Wazan إِفْعَالَّ-يَفْعَالُّ

Fi’il tsulasi mazid yang mengikuti wazan ini mendapatkan tambahan tiga huruf hamzah di awal kata dan alif setelah ain fi’il dan lam fi’il yang ditasydid, mempunyai satu faidah yaitu melebih-lebihkan sifat yang telah dimasukai oleh fa’il (pelaku).

C. ANALISIS FI’IL TSULASI MAZID DALAM SURAT AZ-ZUKHRUF

Kata fi’il yang terdapat pada surat az-zukhruf terdiri dari 191 kata, baik itu dalam bentuk bentuk fi’il madhi, mudhari’ maupun fi’il amar. Jika dilihat dari akar katanya, kesluruhan fi’il yang terdapat dalam surat az-Zukhruf menggunakan fi’il tsulasi baik tsulasi mujarrad maupun tsulasi mazid. Fi’il tsulasi mujarrad dalam surat ini sebanyak 134 fi’il, sementara fi’il tsulasi mazidnya sebanyak 57 fi’il. Adapun klasifikasi penambahan huruf pada fi’il tsulasi mazid dalam surat az-Zukhruf sebagaimana table 1 di bawah ini.

Kategori fiil tsulasi mazid Wazan Jumlah fi’il
Bi harfin (satu huruf) أَفْعَلَ-يُفْعِلُ 30 kata
فَعَّلَ-يُفَعِّلُ 9 kata
فاعل-يفاعل 1 kata
Bi harfaini (dua huruf) إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ 13 kata
تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ 1 kata
Bi tsalatsati ahrufin (tiga huruf) إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ 3 kata
Jumlah 57 kata
Table 1.Jumlah fi’il tsulasi mazid dalam surat az-Zukhruf berdasarkan wazannya

Berdasarkan pada table 1 di atas, menunjukkan bahwa fi’il tsulasi mazid yang paling banyak dalam surat az-Zukhruf adalah yang mendapatkan tambahan satu huruf (biharfin) dan hanya mengikuti tiga wazan zaja, yaitu wazan أَفْعَلَ-يُفْعِلُ ,فَعَّلَ-يُفَعِّلُ dan فاعل-يفاعل. Sementara fi’il tsulasi mazid yang mendapatkan tambahan dua huruf sebanyak 14 kata yang hamper keseluruhannya mengikuti wazan إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ dan hanya satu kata yang mengikuti wazan تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ. Sedangkan fi’il tsulasi mazid dalam surat az-Zukhruf yang mendapatkan tiga huruf hanya tiga kata saja dan hanya mengikuti wazan إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ. Pembagian klasifikasi ini merupakan ketentuan Allah yang mempunyai faidah dan hikmah tersendiri.

Adapun fi’il-fi’il tsulasi mazid yang mengikuti wazan-wazan tersebut sebagaimana tabel 2 berikut ini:

Bi harfin Biharfaini Bitsalatsati ahrufin
أَفْعَلَ-يُفْعِلُ فَعَّلَ-يُفَعِّلُ فاعل-يفاعل إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ
أخرج- يخرج أرسل- يرسل نزل-ينزل نادى-ينادي اهتدى-بهتدى تبارك-يتبارك استهزئ-يستهزئ
أصفى- يصفى أهلك- يهلك سخر-يسخر استوى-يستوي استمسك-يستمسك
أتى- يؤتى أنشر- ينشر بشر-يبشر اتخذ-يتخذ استخف-يستخف
أقسم- يقسم أهدى- يهدى نشأ-ينشأ اتكأ-يتكأ
أسمع- يسمع أجمع- يجمع متع-يمتع امترى-يمتري
أرى- يري أوحى- يوحى قيض-يقيض اتبع-يتبع
ألقى- يلقي أبصر- يبصر فتر-يفتر اختلف-يختلف
اّسف- يوسف أطاع- يطيع اتقى-يتقي
أنعم- ينعم أغرق- يغرق اشتهى-يشتهي
اّمن- يؤمن أورث- يورث انتقم-ينتقم
أبرم - يبرم
Table 2.Fi’il tsulasi mazid dalam surat az-Zukhruf berdasarkan wazannya

Berdasarkan tabel 2 di atas menunjukkan bahwa fi’il tsulasi mazid yang mendapatkan tambahan satu huruf atau disebut sebagai fi’il ruba’i hanya mengikut tiga wazan saja, yaitu wazan أَفْعَلَ-يُفْعِلُ, فَعَّلَ-يُفَعِّلُ, dan فاعل-يفاعل, dari ketiga wazan tersebut yang paling banyak mengikuti wazan af’ala yuf’ilu. Pada wazan فَعَّلَ-يُفَعِّلُ, penambahan huruf terletak pada ‘ain fi’il yaitu berupa tasydid, contohnya adalah سخر-يسخر dan نزل-ينزل. sedangkan pada wazan أَفْعَلَ-يُفْعِلُ, penambahan hurufnya berupa hamzah yang terletak di awal kata seperti أهلك- يهلك dan أرسل- يرسل. Sementara pada wazan فاعل-يفاعل penambahan hurunya berupa alif setelah fa’ fi’il sehingga fa’ fi’ilnya menjadi panjang seperti kata نادى-ينادي

Untuk fi'il tsulasi mazid dengan penambahan dua huruf hanya mengikuti dua wazan yaitu wazan إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ dan wazan تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ. Untuk fi’il tsulasi mazid biharfain dalam surat az-Zukhruf ini banyak mengikuti wazan إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ yaitu adanya tambahan huruf hamzah di awal kata dan huruf ta’ setelah fa’ fi’il, contohnya استوى-يستوي dan اختلف-يختلف. Sementara contoh fi’il yang mengikuti wazan تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ dimana penambahannya berupa huruf ta’ di awal kata dan huruf alif setelah fa’ fi’il dalam surat az-Zukhruf hanya satu yaitu تبارك-يتبارك .

Sedangkan fi’il tsulasi mazid dengan penambahan tiga huruf dalam surat az-Zukhruf mengikuti satu wazan saja yaitu wazan إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ dimana penambahannya berupa hamzah di awal kata diikuti dengan huruf sin dan ta. Contoh fi’il tsulasi mazid dengan tiga huruf adalah استهزئ-يستهزئ.

Walaupun dalam surat az-Zukhruf terdapat beberapa fi’il tsulasi mazid, namun tidak semua wazan yang terdapat pada fi’il tsulasi mazid ini diikuti.

D. FAIDAH FI’IL TSULASI MAZID DALAM SURAT AZ-ZUKHRUF

Berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan oleh peneliti, terdapat 57 fi’il tsulasi mazid dalam surat az-Zukhruf dengan berbagai bentuk dan wazannya. Disebabkan dari 57 fi’il tersebut mengikuti berbagai wazan dan Sebagian fi’il tersebut diulang-ulang dalam ayat yang berbeda, maka peneliti akan menyajikan dalam bentuk tabel 3 di bawah ini.

Jenis fi’il mazid Wazan Fi’il mazid Faidah
Biharfin أَفْعَلَ-يُفْعِلُ أرسل- يرسل للتعدية
أهلك- يهلك للتعدية
أنشر- ينشر للتعدية
أهدى- يهدى للتعدية
أجمع- يجمع للتعدية
أوحى- يوحى للتعدية
أبصر- يبصر للتعدية
أطاع- يطيع للتعدية
أغرق- يغرق للتعدية
أورث- يورث للتعدية
أخرج- يخرج للتعدية
أصفى- يصفى للتعدية
أتى- يؤتى للتعدية
أقسم- يقسم للتعدية
أسمع- يسمع للتعدية
أرى- يري للتعدية
ألقى- يلقي للتعدية
اّسف- يوسف للتعدية
أنعم- ينعم للتعدية
اّمن- يؤمن للتعدية
أبرم – يبرم للتعدية
فَعَّلَ-يُفَعِّلُ نزل-ينزل للتعدية
سخر-يسخر للتعدية
بشر-يبشر لمطاوعة فعل
نشأ-ينشأ للتعدية
متع-يمتع للتعدية
قيض-يقيض للتعدية
فتر-يفتر للتعدية
فاعل-يفاعل نادى-ينادي للتعدية
Biharfaini إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ اهتدى-بهتدى لمطاوعة فعل
استوى-يستوي لمطاوعة فعل
اتخذ-يتخذ لمطاوعة فعل
اتكأ-يتكأ لاتخاذ
امترى-يمتري لاتخاذ
اتبع-يتبع لاتخاذ
اختلف-يختلف لمطاوعة فعل
اتقى-يتقي لمطاوعة فعل
اشتهى-يشتهي لمطاوعة فعل
انتقم-ينتقم لمطاوعة فعل
تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ تبارك-يتبارك للتعدية معنى المجرد
Bitsalatsati ahrufin إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ استهزئ-يستهزئ للتحاول
استمسك-يستمسك للطلب
استخف-يستخف للتحاول
Table 3.Faidah fi’il tsulasi mazid dalam surat az-Zukhruf

Berdasarkan kepada tabel di atas, menunjukkan bahwa fi’il tsulasi mazid yang mendapatkan tambahan satu huruf yang mengikuti wazan أَفْعَلَ-يُفْعِلُ mempunyai faidah yang sama yaitu للتعدية yang bermakna menjadikan kata kerja yang membutuhkan objek. Maksud dari faidah ini adalah awalnya fi’il tersebut jika pada keadaan tsulasi mujarrad (fi’il yang belum mendapatkan tambahan huruf apapun) hanya mempunyai makna kata dasar saja, akan tetapi setelah mendapatkan tambahan hamzah di awal kata, maka fi’il tersebut menjadi membutuhkan objek, contohnya pada potongan ayat فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (maka bertaqwalah kalian semua kepada Allah dan taatilah Aku). Dalam ayat ini kata أَطِيعُونِ yang berasal dari kata أطاع- يطيع jika dalam kondisi fi’il tsulasi mujarrad artinya taat, akan tetapi setelah mendapatkan tambahan huruf berupa hamzah di awal kata menjadi menaati yang dalam hal ini objeknya adalah Allah. Begitu juga jika fi’il tersebut ketika hanya pada posisi fi’il tsulasi mujarrad sudah mempunyai objek, maka jika mendapatkan tambahan hamzah di awalnya menjadi fi’il yang membutuhkan dua objek.

Sementara itu, fi’il tsulasi mazid yang mendapatkan tambahan satu huruf berupa tasydid pada ain fi’il, kebanyakan mempunyai faidah للتعدية yang berarti menjadikan fi’il (kata kerja) membutuhkan objek. Hanya satu fi’il yang mempunyai faidah لمطاوعة فعل , yaitu kata بشر-يبشر yang artinya menjadikan gembira. Maksudnya adalah menjadikan sesuatu atau seseorang mempunyai sifat yang terkandung dalam kata kerja tersebut.

Sedangkan fi’il tsulasi mazid yang mendapatkan tambahan dua huruf yang mengikuti wazan إِفْتَعَلَ-يَفْتَعِلُ mempunyai dua faidah, yaitu لمطاوعة فعل dan لاتخاذ. Yang dimaksud dengan لمطاوعة فعل adalah menjadikan sesuatu atau seseorang mempunyai sifat atau pekerjaan yang terkandung dalam fi’il tersebut, contohnya pada potongan ayat وَجَعَلَ لَكُمْ فِيهَا سُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (dan Dia menjadikan jalan-jalan di atas bumi untukmu agar kamu mendapatkan petunjuk). Kata تَهْتَدُونَ berasal dari kata اهتدى-بهتدى yang berarti mendapatkan petunjuk, dengan kata lain Allah menjadikan seseorang mendapatkan petunjuk. Sementara yang dimaksud dengan faidah لاتخاذ adalah membuat sesuatu dari asal fi’il, contohnya pada potongan ayat وَلِبُيُوتِهِمْ أَبْوَابًا وَسُرُرًا عَلَيْهَا يَتَّكِئُونَ (dan Kami buatkan pula pintu-pintu perak bagi rumah-rumah mereka dan begitu pula dipan-dipan tempat mereka bersandar). Kata يَتَّكِئُونَ berasal dari kata اتكأ-يتكأ yang bermakna menjadikan tempat bersandar. Sedangkan fi’il tsulasi mazid yang mendapatkan tambahan dua huruf yang mengikuti wazan تَفَاعَلَ-يَتَفَاعَلُ mempunyai faidah للتعدية معنى المجرد yang artinya adalah mendatangkan makna fi’il mujarradnya. Contoh fi’il ini sebagaimana dalam potongan ayat وَتَبَارَكَ الَّذِي لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (dan Maha suci Allah yang memiliki kerajaan langit dan bumi). Dengan kata lain, penggunaan fi’il dengan wazan ini mengekalkan makna yang terkandung pada fi’il aslinya yaitu maha suci.

Selanjutnya, fi’il tsulasi mazid yang mendapatkan tambahan tiga huruf dalam surat az-Zukhruf hanya mengikuti wazan إِسْتَفْعَلَ-يَسْتَفْعِلُ tetapi mempunyai dua faidah, yaitu للتحاول dan للطلب. Yang dimaksud dengan للتحاول adalah berubahnya fa’il pada asal kata fi’il. Contohnya pada potongan ayat فَاسْتَخَفَّ قَوْمَهُ فَأَطَاعُوهُ (maka Fir’aun dengan perkataan itu telah menakut-nakuti kaumnya, sehingga mereka patuh kepadanya). Makna yang terkandung dalam fi’il استخف-يستخف di sini adalah menakut-nakuti dimana arti asal fi’il ini sebelum mendapatkan tambahan huruf adalah takut. Dengan penambahan ini, pelakunya tidak memiliki sifat takut tetapi malah sebaliknya menjadi menakut-nakuti. Sementara faidah kedua yaitu للطلب bermakna meminta objek untuk melakukan suatu perbuatan, contohnya pada potongan ayat فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ إِلَيْكَ (maka berpegang teguhlah kepada agama yang telah diwahyukan kepadamu). Maksud dari fi’il ini adalah Allah sebagai fa’il menyuruh nabi Muhammad sebagai maf’ul (objek) untuk berpegang teguh kepada agama yang Allah wahyukan kepadanya.

E. IMPLIKASI FAIDAH FI’IL TSULASI MAZID PADA PEMBELAJARAN

Berdasarkan pemaparan faidah fi’il tsulasi mazid yang terdapat dalam surat az-Zukhruf, dapat diketahui implikasi pembelajarannya dalam Bahasa Arab maupun dalam memahami makna yang terkandung pada surat tersebut. Adapun implikasinya adalah pertama, membuat peserta didik menjadi lebih peka terhadap perubahan yang terjadi pada fi’il dan dapat mengidentifikasi kata asal dari fi’il tersebut. Contohnya فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (maka bertaqwalah kalian semua kepada Allah dan taatilah Aku). Kata وَأَطِيعُونِ merupakan fi’il amar yang bersumber dari fi’il madhi أطاع yang artinya menaati. Kata أطاع berakar dari kata طاع yang artinya taat. Dengan mempelajari perubahan atau adanya penambahan huruf pada fi’il tsulasi mazid, maka membuat peserta didik menjadi lebih peka tentang huruf asal sebuah fi’il karena sebagian besar fi’il berjumlah tiga huruf saja.

Kedua, memudahkan peserta didik untuk mendapatkan pemahaman makna yang tepat dalam sebuah kalimat. Contohnya فَاتَّقُوا اللَّهَ وَأَطِيعُونِ (maka bertaqwalah kalian semua kepada Allah dan taatilah Aku). Sebagaimana penjelasan di atas, kata وَأَطِيعُونِ merupakan fi’il amar yang bersumber dari fi’il madhi أطاع yang artinya menaati. Kata أطاع berakar dari kata طاع yang artinya taat. Dalam hal ini, faidah yang terkandung dalam fi’il tsulasi mazid ini adalah للتعدية dimana menjadikan kata taat ini memerlukan sebuah objek yang jelas, dalam hal ini adalah Allah. Jika dalam kondisi fi’il tsulasi mujarrad saja, maka hanya bermakna taat saja, dan tidak memerlukan objek, sementara jika mendapatkan tambahan satu huruf di awal kata, maka maknanya berubah menjadi membutuhkan objek. hal ini sangat penting dipahami oleh peserta didik agar tidak keliru dalam memahami makna kata yang terkandung dalam sebuah kalimat sehingga akan memudahkan mereka untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif. Terlebih lagi dalam memahami al-Qur’an, diperlukan kejelian dan kemampuan ilmu Sharaf yang mumpuni agar tidak menimbulkan makna yang keliru yang akan berakibat fatal, apalagi jika diamalkan. Oleh karena itu sangat penting diajarkan faidah fi’il tsulasi mazid kepada peserta didik ketika pembelajaran.

Ketiga, adanya perubahan pada fi’il tsulasi mazid menunjukkan kompleks dan kayanya kosakata Bahasa Arab sehingga memperkaya kosakata yang dimiliki oleh peserta didik. Jika dikaitkan dengan Bahasa Indonesia perubahan pada fi’il tsulasi mazid ini seperti adanya imbuhan pada Bahasa Indonesia, yang mana imbuhan yang diberikan pada kata kerja terkadang dapat menduduki posisi kata kerja, tetapi juga dapat menduduki posisi kata benda. Misalnya, kata kerja “makan”, jika diberikan imbuhan kata “me-“di awal kata, maka menjadi “memakan” dan masih menempati posisi kata kerja. Sementara jika diberikan imbuhan “-an” di akhir kata, maka menjadi “makanan” dan kedudukannya bukan sebagai kata kerja lagi melainkan sebagai kata benda. Berbeda dengan yang perubahan huruf yang terdapat pada fi’il tsulasi mazid ini, adanya penambahan huruf mulai dari satu huruf sampai tiga huruf ini hanya terjadi pada kata kerja (fi’il) saja dan tetap menduduki posisi fi’il, tidak menjadi posisi fa’il (subjek) maupun maf’ul (objek). Artinya perubahan banyak yang dikaji di sini masih terjadi pada fi’il saja, belum pada isim. Dengan demikian menunjukkan bahwa Bahasa Arab merupakan Bahasa yang kompleks dan kaya.

Dengan adanya implikasi yang penulis paparkan di atas, diharapkan peserta didik semakin terbuka dan semakin semangat dalam mempelajari Bahasa Arab karena bahasa ini mempunyai kosakata yang banyak.

Simpulan

Berdasarkan hasil identifikasi, ditemukan bahwa fi’il tsulasi mazid yang terdapat dalam surat Az-Zukhruf sebanyak 57 kata yang terdiri dari tambahan satu huruf, dua huruf dan tiga huruf. Untuk fi’il tsulasi mazid yang mendapatkan tambahan satu huruf mengikuti tiga wazan yaitu wazan af’ala yuf’ilu, fa’ala yufa’ilu dan faa’ala yufaa’ilu. Fi’il tsulasi mazid dengan tambahan satu huruf yang paling banyak mengikuti wazan af’ala yuf’ilu. Sementara fi’il tsulasi mazid yang dengan tambahan dua huruf mengikuti wazan ifta’ala yafta’ilu dan tafaa’ala yatafa’alu. Sedangkan fi’il tsulasi mazid yang mendapatkan tambahan tiga huruf hanya mengikut wazan istaf’ala yastaf’ilu. Sementara itu faidah yang terkandung dalam fi’il tsulasi mazid dalam surat az-Zukhruf adalah lit-ta’diyah, yaitu menjadikan suatu pekerjaan mempunyai objek; limutahawa’ah fi’lin, yaitu menjadikan sesuatu mempunyai sifat yang terkandung pada kata kerja tersebut; littikhad, yaitu menjadikan sesuatu; litta’diyah ma’nal mujarrad, yaitu menjadikan fail mempunyai pekerjaan seperti pada makna asal fi’il tersebut; dan littahawul, yaitu menjadikan fa’il berubah dari kata dasar fi’ilnya.

Implikasi dari tulisan ini adalah agar para guru Ketika mengajarkan Bahasa Arab juga disertai dengan kandungan makna yang berkaitan dengan perubahan kata tersebut. Artinya diharapkan guru Bahasa Arab mampu mengajarkan materi Bahasa arab secara bermakna (meaningful learning) sehingga peserta didik memahami makna yang terkadung pada setiap perubahan maupun tambahan huruf pada sebuah kata dalam Bahasa Arab. Selain itu, penulis menyarankan bagi peneliti selanjutnya untuk melanjutkan penelitian ini dengan menambahkan implikasinya pada pembelajaran Bahasa Arab sehingga diharapkan peserta didik mempunyai pemahaman yang komprehensif tentang makna sebuah kata kerja (fi’il) dalam Bahasa Arab dan dapat mamahami kandungan ayat al-Qur’an yang mempunyai variasi perubahan fi’il dengan berbagai bentuk dan wazannya.

References

  1. . M. N. Alwi, “Analisis Fi’il Tsulatsi Mujarrod Dan Mazid Beserta Faidahnya Dalam Kitab Ayyuhal Walad,” in International Conference of Students on Arabic Language, 2020, pp. 545–559.
  2. . M. A. Hamid, “Ilmu Nahwu: Terjemah Tuhfatus Saniyah Syarah Ajurumiyah,” 2010.
  3. . Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses), Jakarta, Indonesia: Rineka Cipta, 2015.
  4. . Abdullah Hasan, Emeritus, Morfologi siri pengajaran bahasa Melayu, Selangor, Malaysia: PTSProfessional, 2006.
  5. . Samsuri, Analisis bahasa memahami bahasa secara ilmiah, Jakarta, Indonesia: Erlangga, 1987.
  6. . M. Ainin, “Metodologi penelitian bahasa Arab,” Malang, Indonesia: Hilal Pustaka, vol. 104, 2007.
  7. . M. L. Hakim, “Proses Morfologis Wazan-wazan Fiil Mazid dan Maknanya dalam Al-Quran Juz 28,” Tarling Journal of Language Education, vol. 3, no. 2, pp. 201–228, 2020.
  8. . N. Hidayah, H. Busri, and S. Kuswardono, “Fiil Mazid dalam Al-Quran Juz 1 (tinjauan Morfosemantis),” Lisanul Arab Journal of Arabic Learning and Teaching, vol. 7, no. 1, pp. 45–53, 2018.
  9. . M. Al-Ghalayini, Jamial-Durus al-Arabiyah, Darul Fikir, 2009.
  10. . Imaduddin Sukamto & Akhmad Munawari, Tata Bahasa Arab Sistematis, Yogyakarta, Indonesia: Nurma Media Idea, 2008.
  11. . Ma’sum Ali, Al Amtsilah Al Tashrifiyah, Kediri, Indonesia: Maktabah Alawiyah, 1997.
  12. . "Fiil Mazid di dalam Al Qur’an (Studi Morfologi Bahasa Arab terhadap Al-Qur'an Surat Yasin)," [Online]. Available: https://www.researchgate.net/publication/337084217_FIIL_MAZID_DI_DALAM_AL_QUR'AN_STUDI_MORFOLOGI_BAHASA_ARAB_TERHADAP_QUR'AN_SURAT_YASIN (accessed Jul. 28, 2023).
  13. . Ahmad Mustafa al maraghi, Hidayah at thalib ila Qawa’id al Lughah al Arabiyah, Cairo, Egypt: Dar thala’i, n.d.
  14. . Muhyiddin Abdul Hamid, “Durus at tasrif,” Cairo, Egypt: Dar thala’i, n.d.
  15. . Sayyid Syarif Al Jurjani, "Syarah tasrif al izzi," Cairo, Egypt: Dar thala’i, n.d.