Abstract

This qualitative case study research investigates the implementation of an independent character education strengthening program at an elementary school. Focused on Class V-A students, teachers, and the principal at the school, the study employs interviews, observations, and documentation for data collection, with triangulation for data validity. Utilizing Miles and Huberman's techniques for analysis, the research highlights the significance of independent character education for the school community, evident through indicators, subject matter integration, and school culture. The study underscores the importance of fostering independent character education and its positive impact on students and school stakeholders.

Highlights:

  • Implementation Insights: Investigating the application of an independent character education strengthening program.
  • Stakeholder Perspective: Examining the viewpoints of Class V-A students, teachers, and the principal.
  • Integral Elements: Showcasing the integration of subject matter and school culture in fostering independent character education.

Keywords: Character education, Strengthening program, Elementary school, Qualitative research, School culture

PENDAHULUAN

Pendidikan karakter merupakan mustika hidup yang membedakan diantara manusia dengan makhluk lainnya misalnya hewan. Manusia tidak dapat memiliki karakter yang bisa dikatakan sebagai manusia yang melampaui batas. Seseorang yang dapat memiliki karakter yang baik secara personal dan sosial ialah seseorang yang memiliki akhlak dan moral yang baik. Dan jika menurut Helen G. Douglas yakni karakter tidak diwariskan, tetapi sesuatu yang dibangun secara berkesinambungan hari demi hari, melalui pikiran dan perbuatan, pikiran demi pikiran, tindakan demi tindakan.

Pendidikan karakter juga memerlukan sebuah pembiasaan hal ini dikarekan pendidikan karakter bukanlah sebuah proses yang dapat dilihat dengan menghafal materi ujian yang ada di sekolah dan buka juga dengan teknik cara menjawab sebuah pertanyaan-pertanyaan yang telah disajikan dalam sebuah pembiasaan yang digunakan untuk menghilangkan sikap malas dan tidak membiarkan lingkungan yang tidak bersih juga. Pendidikan karakter tidak terbentuk bila mana tidak dapat dilakukan sebuah proses pembiasaan, pendidikan karakter juga tidak bisa dibentuk dengan secara tiba-tiba atau dengan instan akan tetapi pendidikan karakter harus dilatih secara serius dan proposional.

Selanjutnya, pendidikan karakter sendiri muncul karena adanya sebuah harapan yang baru, dan jadikan satu solusi yang dapat menghadapi suatu permasalahan yang tengah dihadapi oleh bangsa dan negara di Indonesia. Di sebuah lembaga pendidikan yakni sekolah yang merupakan salah satu tempat yang sangat di nilai dapat berpengaruh dalam proses pembentuka karakter seseorang. Pendidikan karakter yang dilakukan dengan baik dan juga efektif juga berpengaruh membuat peserta didik bisa memiliki moral yang lebih beradab, peduli dengan lingkungan masyarakat di sekitar dan juga bisa membawa performa akademik yang meningkat.

Sebab permasalahan karakter melanda para pelajar sebagai generasi penerus bangsa, media “on line” Liputan6 melaporkan bahwa seorang pelajar SMA kelas 10 di Tarakan, Kalimantan Utara ditangkap polisi karena menyimpan 13 paket sabu-sabu. Selanjutnya media “on line” Kompas (2021) melaporkan bahwa terjadi tawuran pelajar di Kota Bogor pada 6 Oktober 2021 yang menyebabkan 1 pelajar tewas dan 2 orang pelaku pelajar diamankan polisi. Berbagai permasalahan diatas menunjukkan bahwa penanaman nilai-nilai karakter melalui pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang harus diterapkan.

Permasalahan karakter yang menimpah para pelajar tersebut menunjukkan pentingnya penanaman pendidikan karakter di sekolah. Sesuai peraturan Presiden Indonesia No. 87 Tahun 2017 mengenai kebijakan pemerintah penerapan penguatan pendidikan karakter (PPK) di sekolah pada semua jenjang. Yang berbunyi bahwa Indonesia sebagai bangsa yang berbudaya merupakan negara yang menjunjung tinggi akhlak mulia, nilai-nilai luhur, kearifan dan budi pekerti. Selanjutnya berbunyi bahwa bangsa mewujudkan bangsa yang berbudaya melalui penguatan nilai-nilai religius, jujur, toleran, disiplin, bekerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, komunikatif, cintai damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan bertanggung jawab, perlu penguatan pendidikan karakter. Dalam hal ini saya melakukan penelitian dengan mengambil beberapa nilai karakter yang terdapat dalam peraturan presiden. Dimana saya menerapkan terhadap nilai-nilai kemandirian pada peserta didik sehinggat dapat mengetahui kegiatan di sekolah dan di luar sekolah. Hal tersebut menunjukkan bahwa semua jenjang pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai karakter. Sekolah sebagai tri pusat pendidikan yang memiliki peran sebagai lembaga penanaman nilai-nilai karakter. Pandangan tersebut menunjukkan bahwa sekola berperan dalam mencapai keberhasilan pendidikan dalam penerapan penguatan pendidikan karakter (PPK).

Penanaman nilai karakter pada jenjang sekolah dasar menjadi landasan awal pada jenjang pendidikan berikutnya, artinya sekolah dasar sebagai penanaman nilai-nilai karakter melalui pendidikan secara formal. Penelitian menunjukkan bahwa sekolah dasar berperan penting dalam penerapan nilai-nilai karakter. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa sekolah sebagai lembaga pendidikan memiliki peran dalam pengembangan nilai karakter pada siswa.

Persoalan yang telah terjadi diatas semakin membuka mata kita untuk mencari solusi dari persoalan diatas. Apabila tidak segera diambil tindakan yang preventif, maka bukan mustahil jika generasi masa depan adalah generasi yang bermoral baik. Sebagai negara dengan mayoritas muslim, maka dedikasi ini merupakan tamparan keras bagi bangsa Indonesia khususnya kaum muslimin. Disamping itu, kenyataan ini juga menunjukkan belum berhasilnya pendidikan nasional mencentak generasi berakhlakul karimah dan mandiri.

Di SDN Sidokepung 2 memiliki visi yang berbunyi yakni “Terwujudnya sekolah unggul berbudaya karakter bangsa, berwawasan lingkungan dan terpercaya”. Penanaman karakter mandiri merupakan aspek penting bagi siswa dalam mencapai keberhasilan), hal tersebut menunjukkan bahwa karakter mandiri salah satu yang perlu diperhatikan, karena karakter mandiri dapat mencapai keberhasilan dalam prestasi belajar. Sedangkan, karakter mandiri ialah suatu bentuk yang perilaku dan sikap tidak bergantung pada orang lain dan mempergunakan segala tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikan harapan, mimpi dan cita-cita. Rendahnya kemandirian siswa akan berdampak pada ketergantungan orang lain yang menyebabkan sikap malas, tidak percaya diri hal tersebut menunjukkan tidak mandirian siswa akan berdampak pada sikap negatif pada siswa.

Selanjutnya mengungkapkan pendidikan karakter, merupakan segala program pembentukan lingkungan sekolah yang membantu siswa untuk menanamkan moral dan etika melalui kegiatan pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai karakter.

Dan berdasarkan uraian diatas maka dari itu peneliti, dalam hal untuk mengetahui tentang pendidikan karakter mandiri di SDN Sidokepung 2 dengan judul penelitian, “Analisis Program Penguatan Pendidikan Karakter Mandiri Kelas V-A Di SDN Sidokepung 2 Sidoarjo”. Dan juga peneliti bekerjasama dengan pihak sekolah dalam melakukan sebuah penelitian ini.

METODE

Berdasarkan berbagai uraian penjelasan latar belakang permasalahan penelitian serta fokus penelitian, pada penelitian yang akan dilakukan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Pendekatan kualitatif study kasus menurut merupakan suatu proses penelitian untuk menjelaskan dan memahami fenomena sosial melalui perilaku individu/subjek yang diamati atau teliti dengan latar yang “natural”, serta pengolahan data secara diskriptif melalui lisan atau tertulis. Selanjutnya menjelaskan penelitian kualitatif ialah suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara menggeneralisasi pada objek penelitian melalui kondisi sosial yang ilmiah. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu proses kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan suatu fenomena sosial melalui perilaku individu yang alamiah, dan menggunakan data-data melalui data-data secara tertulis maupun lisan. Dengan judul penelitian, “Analisis Program Pendidikan Karakter Mandiri Kelas V-A Di SDN Sidokepung 2 Sidoarjo”.

Unit analisis ialah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek penelitian. Unit analisis merupakan prosedur pengambilan sampel yang didalamnya mencakup sampling dan satuan kajian. Unit analisis dalam penelitian ini adalah siswa kelas V-A, guru kelas V-A, dan kepala sekolah di SDN Sidokepung 2 Sidoarjo. Menjelaskan objek penelitian merupakan segala suatu sebaga sasaran ilmiah untuk mendapatkan data sesuai dengan tujuan yang ditetapkan peneliti. Objek pada penelitian ini ialah penerapan program penguatan pendidikan karakter mandiri kelas V-A di SDN Sidokepung 2 Sidoarjo. Sedangkan subjek penelitian ialah berkenan dengan apa atau siapa yang memberikan informasi atau data berkenaan dengan masalah yang diteliti. Subjek penelitian ini adalah guru, kepala sekolah, dan siswa kelas V-A di SDN Sidokepung 2 Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo.

Menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data ialah suatu benuk dalam kegiatan peneltian yang dilakukan untuk mencari data dalam mencapai tujuan yang ditetapkan peneliti. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya “wawancara” (“interview”), “pengamatan” (“observasi”), dan “dokumentasi”. Kemudian pengertian yang mendefinisikan instrument penelitian merupakan suatu alat yang digunakan dalam kegiatan penelitian yang berfungsi sebagai alat ukur penelitian atau mengukur fenomena yang diteliti. Pada penelitian menggunakan instrument lembar observasi, lembar wawancara, dan lembar dokumentasi.

Kemudian menjelaskan analisis data merupakan proses prosedur kegiatan untuk menyusun data-data hasil pengumpulan data yang diperoleh secara tersistem melalui kegiatan pengambilan data dilapangan. Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisi deskriptif. Teknik ini menggunakan model miles and huberman yang meliputi tahap reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclusion drawing or verification). Menurut Bogdan mengatakan analisis data digunakan untuk mengorganisasikan data dan menjabarkan data ke dalam unitunit dengan melakukan sintesi untuk memperoleh kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil kegiatan yang dilakukan penelii mulai dari kegiatan wawancara, observasi dan hingga wawancara yang menggunakan sumber dari peserta didik, guru kelas V-A, dan juga kepala sekolah di SDN Sidokepung 2 mendapatkan sebuah hasil berupa :

a. Dengan menggunakan indikator karakter mandiri

Karakter mandiri mensyaratkan adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dialami tanpa bantuan orang lain. Sedangkan karakter mandiri diantaramya untuk kelas rendah melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya, mengerjakan PR tanpa meniru pekerjaan temannya. Dan sedangkan tentang indikator nilai karakter mandiri yang terdapat pada kelas tinggi diantaranya mencari sumber untuk menyelesaikan tugas sekolah tanpa bantuan pustakawan sekolah, dan mengerjakan PR tanpa meniru pekerjaan temannya. Namun setelah melakukan penelitian dan juga observasi menemukan sebuah hasil yang dimana tidak semua peserta didik mampu untuk mencapai sebuah indicator tersebut, mereka masih bergantung kepada teman untuk menjawab dan juga mengerjakan tugas dan latihan yang diberikan dengan mencontek tugas teman yang lain. Tidak hanya itu di rumah pun mereka masih tergolong belum adanya karakter mandiri karena kebanyakan peserta didik yang masih dibantu orang lain untuk menyelesaikan tugas sekolahnya seperti melakukan bimbingan belajar yang dimana guru bimbingan belajar langsung memberikan jawaban tanpa harus bersusah payah untuk mendapatkan sebuah jawaban yang baik dan benar atas hasil peserta yang mengikuti bimbingan tersebut.

b. Segi mata pelajaran yang dilakukan oleh guru kelas V-A

Tentang adanya sebuah pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan juga karakter bangsa yang juga diintegrasikan didalam pokok-pokok pembahasan pada seluruh mata pelajaran yang ada dan juga dicantumkan didalam silabus dan juga RPP. Guru kelas V-A di SDN Sidokepung selalu mencantumkan ke dalam silabus dan RPP untuk pendidikan karakter mandiri pada setiap pembelajaran.

c. Segi Budaya Sekolah

Dalam pengertian budaya sekolah ialah keadaan kehidupan sekolah sebuah wadah untuk pesert didiik berinteraksi dengan sesamanya seperti halnya guuru dengan guru, konselor dengan sesamanya, pegawai administrasi dengan sesamanya, dan antar anggota kelompok masyarakat sekolah. Pihak sekolah selalu menguapayakan untuk peserta didik agar memiliki rasa yang nyaman dan menjadikan sekolah sebagai rumah ke dua bagi peserta didik.

Mengungkapkan pendidikan karakter merupakan segala program pembentukan lingkungan sekolah yang membantu siswa untuk menanamkan moral dan etika melalui kegiatan pembelajaran yang menanamkan nilai-nilai karakter. Kemudian peneliti melakukan pembahasan sebagai berikut :

1. Indikator Karakter Mandiri

Karakter mandiri mensyaratkan adanya kemampuan dalam menyelesaikan masalah yang dialami tanpa bantuan orang lain. Sedangkan, indikator karakter mandiri menjelaskan diantaranya:

a. Melakukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya

Penemuan peneliti yang dilakukan di SDN Sidokepung 2 khususnya kelas V-A yakni masih banyak peserta didik yang tidak bisa melaukan sendiri tugas kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Seperti halnya mereka harus melakukan tugas piket kelas, mengerjakan soal dan lain sebagainya. Hal ini dilansir dengan adanya kegiatan wawancara, observasi dan dokumentasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan apa yang peserta didik lakukan sehari-hari.

b. Mengerjakan PR tanpa meniru pekerjaan temannya

Penemuan peneliti yang dilakukan di SDN Sidokepung 2 khususnya kelas V-A yakni masih banyak peserta didik yang masih meniru pekerjaan temannya. Seperti mereka masih suka mencontek jawaban teman, karena mereka menganggap pertanyaan yang diberikan oleh bapak atau ibu guru itu susah untuk dimengerti. Hal ini dilansir dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan apa yang peserta didik lakukan sehari-hari.

Sedangkan tentang indikator nilai karakter mandiri yang terdapat pada kelas tinggi yakni sebagai berikut :

a. Mencari sumber untuk menyelesaikan tugas sekolah tanpa bantuan pustakawan sekolah

Penemuan peneliti yang dilakukan di SDN Sidokepung 2 khususnya kelas V-A yakni masih banyak peserta didik yang belum memanfaatkan fasilitas sekolah dan juga belum menggunakannya dengan baik dan benar. Seperti jika peserta didik mendapakan pertanyaan, peserta didik masih kesusahan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Dan bagi peserta didik jalan pintasnya menggunakan internet untuk menjawab pertanyaan tersebut dan orang tua peserta didik lebih percaya akan adanya bimbingan belajar yang ada di lingkungan rumah. Hal ini dilansir dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan apa yang peserta didik lakukan sehari-hari.

b. Mengerjakan PR tanpa meniru pekerjaan temannya.

Penemuan peneliti yang dilakukan di SDN Sidokepung 2 khususnya kelas V-A yakni masih banyak peserta didik yang masih meniru pekerjaan temannya. Seperti mereka masih suka mencontek jawaban teman, karena mereka menganggap pertanyaan yang diberikan oleh bapak atau ibu guru itu susah untuk dimengerti. Hal ini dilansir dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan apa yang peserta didik lakukan sehari-hari.

2. Segi Mata Pelajaran Yang Diberikan Oleh Guru Kelas V-A

Menurut tentang adanya sebuah pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan juga karakter bangsa yang juga diintegrasikan didalam pokok-pokok pembahasan pada seluruh mata pelajaran yang ada dan juga dicantumkan didalam silabus dan juga RPP.

a. Mengintegrasikannya dalam sebuah nilai karakter mandiri kedalam semua materi pelajaran dengan selalu mencantumkan akan adanya nilai-nilai karakter yang mandiri didalam RPP

Di SDN Sidokepung 2 khususnya kelas V-A guru kelas V-A tersebut untuk selalu berupaya agar selalu menerapkan pendidikan karakter mandiri di setiap RPP yang telah dibuatnya. Guru kelas V-A berharapkan agar semua karakter yang ada baik itu karakter mandiri dan lain sebagainya agar selalu menjadi kunci utama bagi peserta didik mendapatkan karakter yang baik ke depannya yang kemudian sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari.

b. Selalu dapat mengembangkan sebuah proses pembelajaran terhadap peserta didik yang aktif, juga dapat memungkinkan pesera didik memiliki akan sebuh kesempatan untuk melakukan internalisasi didalam nilai karakter mandiri dan juga untuk menunjukkannya dalam sebuah perilaku yang sesuai

Di SDN Sidokepung 2 khususnya kelas V-A, guru kelas selalu beupaya untuk dapat mengembangkan sebuah proses pembelajaran terhadap peserta didiik yang aktif, juga dapat memungkinkan peserta didik memiliki akan sebua kesempatan untuk melakukan internalisasi didalam nilai karakter mandiri dan juga untuk menunjukkannya dalam sebuah perilaku yang sesuai, dan guru selalu berupaya dengan baik agar karakter mandiri peserta didik menjadi lebih baik.

c. Selalu berusaha untuk memberikan adanya bantuan kepada peserta didik, baik itu dalam perihal yang mengalami sebuah kesulitan untuk mengintervalisasikan pada sebuah nilai-nilai karakter mandiri ataupun juga bisa dapat menunjukkannya dalam aktivitas dan juga sebuah perilaku atau juga dengan sebuah tindakan

Di SDN Sidokepung 2 khususnya kelas V-A, guru kelas berupaya untuk selalu memberikan contoh. Dimana guru kelas membuat akan adanya tutor sebaya yang dilakukan oleh teman dari peserta didik yang dirasa memiliki kecerdasan agar bisa membantu peserta didik yang kurang dalam mata pelajaran.

d. Selalu untuk menggunakan strategi pembelajaran kontektual, kooperatif, dan juga menggunakan adanya strategi berbasis masalah untuk pembelajaran peserta didik

Di SDN Sidokepung 2 khususnya kelas V-A, guru kelas selalu mengunakan strategi pembelajaran kontektual, kooperatif, dan juga menggunakan adanya strategi berbasis masalah untuk pembelajaran peserta didik.

e. Selalu menggunakan strategi habituasi yang dilakukan melalui budaya sekolah

Di SDN Sidokepung 2 khususnya kelas V-A, guru kelas selalu menggunakan strategi habituasi yang dilakukan melalui budaya sekolah, baik itu didalam RPP dan juga yang lainnya. Hal ini dilakukan agar peserta didik memiliki karakter yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Segi Budaya Sekolah

Guna untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan budaya karaker bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendukung kegiatan itu. Dan kemudian, didalam pelaksanaan karakter mandiri maka sekolah tentunya harus dikondisikan sebagai pendukung adanya kegiatan tersebut. Selanjutnya sekolah juga harus mencerminkan nilai-nilai karakter mandiri yang nanti bisa diharapkan.

Dan melihat kondisi sekolah yang dapat menjadi motivasi atau pendorong siswa agar dapat melakukan suatu hal-hal yang menjadi tujuan yang baik juga visi misi sekolah dan adanya program pendidikan karakter dari kemendikbud. Selain itu juga sekolah perlu potensi kegiatan untu peserta didik yang memiliki karakter yang sesuai dan juga diharapkan.

Pada sebuah pengembangan dan juga karakter bangsa yang tidak dapat dimasukkan ke dalam pokok pembahasan, akan tetapi terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran dan serta adanya budaya sekolah. Dengan adanya kedua proses tersebut yang dimaksud ialah untuk mengembangkan kemampuan peserta didik didalam melakukan sebuah kegiatan yang memiliki hubungan erat dengan sosial dan juga berpengaruh untuk mendorong peserta didik guna untuk melihat dirinya sendiri sebagai makhluk Tuhan yang memiliki jiwa sosial yang tinggi. Dapat juga dilalui dengan sebuah proses pengembangan budaya dan memiliki sebuah karakter pada setiap mata pelajaran, kegiatan kurikuler dan juga ekstrakurikuler, yang nantinya sangat berpengaru didalam karakter peserta didik. Karakter ini memiliki peranan penting untuk peserta didik yang nantinya akan menjadikan kehidupan di masa depan nanti yang baik dan juga tidak bergantung pada orang lain baik itu orang tua, saudara dan lain sebagainya dalam kehidupan sehari-hari. Yang nantinya juga akan dirasakan oleh setiap peserta didik di msa-masa yang akan datang seperti di usia remaja, dewasa, hingga saat tua nanti sebagai pedoman untuk melakukan segala hal secara mandiri.

Di SDN Sidokepung 2 ini selalu menerapkan akan adanya budaya sekola yang diterapkan terhadap seluruh siswa baik itu pada kelas rendah kelas 1, 2, 3 dan kelas tinggi kelas 4, 5, 6. Dan bermanfaar untuk karakter peserta didik di masa yang akan datang. Baik di lingkungan sekolah, keluarga dan juga masyarakat. Upaya yang dilakukan sekolah untuk selalu mengoptimalkan akan budaya sekolah.

KESIMPULAN

Dari berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada siswa kelas V-A di SDN Sidokepung 2 yakni membahas tentang adanya program penerapan pendidikan karakter mandiri yang dilakukan oleh guru kelas V-A yakni sebagai berikut mengintegrasikannya dalam sebuah nilai karakter mandiri kedalam semua materi pelajaran dengan selalu mencatumkan akan adanya nilai-nilai karakter mandiri didalam RPP ; selalu dapat mengembangkan sebuah proses pembelajaran terhadap peserta didik yang aktif juga dapat memungkinkan peserta didik memilki akan sebuah kesempatan untuk melakukan internalisasi didalam nilai karakter mandiri dan juga untuk menunjukkannya dalam sebuah perilaku yang sesuai ; selalu berusaha untuk memberikan adanya bantuan kepada peserta didik, baik itu dalam perihal yang mengalami sebuah kesulitan untuk mengintervalisasikan pada sebuah nilai-nilai karakter mandiri ataupun juga bisa dapat menunjukkannya dalam aktivitas dan juga sebuah perilaku atau juga dengan sebuah tindakan ; selalu menggunakan strategi pembelajaran kontektual, kooperatif dan

juga menggunakan adanya strategi berbasis masalah untuk pembelajaran peserta didik ; selalu menggunakan strategi habituasi yang dilakukan melalui budaya sekolah. Yang digunakan sebagai upaya untuk melakukan program penerapan pendidikan karakter mandiri pada peserta didik kelas V-A di SDN Sidokepung 2 Sidoarjo.

Selanjutnya dengan menggunakan budaya sekolah diantaranya yakni berusaha utuk dapat selalu menciptakan suasana yang data membuat peserta didik agar selalu dapat berinteraksi dengan sebaik mungkin terhadap teman sebaya, teman yang lebih tua, bapak ataupun ibu guru dan jug yang lainnya secara mandiri ; berusaha untuk upaya mengintegrasikan nilai-nilai karakter mandiri dalam sebuah kurikuler yang berada dalam lingkungan sekolah ; selalu mengupayakan untuk mengintegrasikan sebuah nilai-nilai karakter mandiri pada kegiatan ekstrakuriler yang ada di sekolah ; selalu melibatkan peserta didik dalam mengambil sebuah keputusan pada suatu permasalahan atau juga pernyataan ; dan upaya untuk selalu mengintegrasikan nilai-nilai karakter mandiri dalam sebuah interaksi sosial pada lingkungan sekolah dan juga dengan komponen sekolah. Yang digunakan sebagai upaya untuk melakukan program penerapan pendidikan karakter mandiri pada peserta didik kelas V-A di SDN Sidokepung 2 Sidoarjo.

References

  1. Liputan6. "Tergiur Ratusan Ribu Rupiah, Pelajar di Tarakan Nekat Simpan Sab-Sabu Milik Bandar Besar," 2021.
  2. M. I. Kurniawan, "Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar," Journal Pedagogia, vol. 4, no. Feb, p. 48, 2015.
  3. M. M. Kaka and Yulianti, "Peran Sekolah Dalam Menanamkan Nilai Karakter Kerja Keras Melalui Pembelajaran Daring," Sistem Among: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, vol. 1, no. April, p. 2, 2021.
  4. Kemendikbud, "Penguatan Pendidikan Karakter Jadi Pintu Masuk Pembenahan Pendidikan Nasional," Juli 2017.
  5. I. W. E. Santika, "Pendidikan Karakter Pada Pembelajaran Daring," IVCEJ, vol. 3, 2020, p. 11.
  6. Sugiyono, "Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D," Bandung: Alfabeta, 2016.
  7. S. Arikunto, "Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik," 2010.
  8. S. Arikunto, "Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik," 2010.
  9. Sugiyono, "Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D," Bandung: Alfabeta, 2016.
  10. Sugiyono, "Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D," Bandung: Alfabeta, 2016.
  11. Sugiyono, "Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D," Bandung: Alfabeta, 2016.
  12. M. I. Kurniawan, "Tri Pusat Pendidikan Sebagai Sarana Pendidikan Karakter Anak Sekolah Dasar," Journal Pedagogia, vol. 4, no. Feb, p. 48, 2015.
  13. Kemendiknas, "Panduan Penerapan Pendidikan Karakter Bangsa," 2010.
  14. Kemendiknas, "Panduan Penerapan Pendidikan Karakter Bangsa," 2010.