Abstract
This study employs a quantitative approach to investigate the relationship between permissive parenting and juvenile delinquency. Conducted in Lemah Putro Village, with 110 subjects selected from a population of 150 through probability sampling, the research utilizes Pearson product moment correlation analysis via SPSS 23 for windows. The findings reveal a significant positive association (coefficient = 0.201, p = 0.027) between permissive parenting and juvenile delinquency, with a 4% influential contribution. This study underscores the impact of permissive parenting style on elevated levels of juvenile delinquency, highlighting the imperative for targeted intervention strategies.
Highlights:
-
Significant Positive Link: The study uncovers a substantial positive relationship between permissive parenting and juvenile delinquency.
-
Quantitative Analysis: Utilizing Pearson correlation analysis, the research employs a robust quantitative approach to investigate the connection between parenting style and delinquency.
-
Implication for Intervention: The findings emphasize the need for targeted intervention strategies to address the influence of permissive parenting on elevated levels of juvenile delinquency.
Keywords: Permissive parenting, Juvenile delinquency, Relationship, Quantitative method, Intervention strategies.
PENDAHULUAN
Masa peralihan antara masa anak-anak menuju masa dewasa disebut juga dengan masa remaja, dan di masa peralihan tersebut dapat mengganggu dirinya, baik secara fisik, psikis dan juga sosial. Hal tersebut dapat terlihat saat remaja berusaha mencari identitas dirinya melalui interaksi dengan teman-teman maupun dengan lingkungan sekitarnya [1]. Pada masa ini seseorang akan melakukan percobaan pada gaya hidup yang berbeda dan akan membuat sebuah penentuan perilaku serta sifat yang ada pada individu itu sendiri. Remaja akan cenderung akan berperilaku sesuai dengan lingkungan teman sebaya dan akan mencari pengakuan di lingkungan tersebut sekalipun dengan melakukan hal-hal yang melanggar norma dan aturan. [2]Hal ini sebagai pertanda dimana remaja sedang mencari identitas diri, dan remaja akan mencari kenyamanan sesuai dengan dirinya. Menurut [3] membagi tiga tahapan perkembangan usia remaja yaitu : remaja awal (usia 10-12 tahun), remaja madya (berusia 13-15 tahun), remaja akhir (16-19 tahun).
Masa remaja adalah salah satu masa perkembangan yang sulit. Hall [4]menjelaskan remaja merupakan masa yang penuh tekanan karena masa tersebut ialah masa terjadinya perubahan fisik, intelektual dan emosional yang dipengaruhi dan berpengaruh pada lingkungan. Remaja akan cenderung membentuk kelompok teman sebaya yang sering disebut dengan teman atau sahabat.
menyebutkan bahwa kenakalan remaja merupakan tindakan perilaku yang ditunjukkan oleh seorang remaja dengan melanggar norma sosial yang berlaku didalam masyarakat, serta kenakalan remaja juga dapat merugikan diri sendiri dan juga orang-orang disekitarnya [5] , menjelaskan bahwa kenakalan remaja itu terjadi pada remaja yang memiliki konsep diri yang negatif. Remaja yang diasuh dari lingkungan keluarga yang tidak harmonis akan cenderung menjadi remaja yang mengembangkan konsep diri negative [6]. Permasalahan fisik dan psikologis, serta kondisi remaja yang kompleks seringkali mengalami kebingungan dan keraguan tersendiri bagi dirinya bahkan seringkali berujung pada krisis identitas dan akar masalah dari segala bentuk perilaku yang melanggar norma yang berlaku di masyarakat.
Sidoarjo merupakan wilayah yang rawan dalam permasalahan peredaran narkoba. Tercatat data yang didapat dari PN Sidoarjo pada tahun 2019 lalu terdapat 1.123 kasus perkara yang disidangkan, perkara narkoba termasuk dalam urutan ke-1 yakni 537 perkara. Serta dalam kurun waktu 9 hari mulai tanggal 20-28 januari 2020 telah terjadi sekitar 12 kasus yang melibatkan remaja, kasus tersebut memiliki berbagai variasi dimulai dari pencurian di swalayan, pencurian monitor di warnet, sampai tindakan anarkis. Tidak hanya itu menurut survei badan narkotika nasional (BNN) pada tahun 2019 memperkirakan sekelompok remaja dalam setahun ini pernah memakai NAPZA. Dalam berita jatim.com [7]Satresrim polresta Sidoarjo, kombes pol Sumardji mengamankan kelompok pemuda yang terdiri dari 6 orang pemuda dan 2 anak remaja di bawah umur, dan 3 diantaranya warga Lemah Putro.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya kenakalan remaja adalah keluarga dan peran orangtua yang tidak dapat berjalan dengan baik atau kurang efektif. Hal ini dapat disebabkan karena mayoritas orangtua yang bekerja di luar rumah dan tidak mampu untuk mengawasi dan perhatikan anaknya [8]. Secara garis besar terdapat 2 faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja faktor internal dan faktor internal muncul dari diri remaja dan faktor eksternal bisa muncul karena bersumber dari luar individu seperti keluarga terdekat meliputi orangtua yang mengasuh anak [9].
Pola asuh ialah model atau cara yang dipilih untuk mengajari anak-anaknya tentang bagaimana memperlakukan anaknya [6]. Terdapat tiga pola asuh orangtua yang biasa diterapkan di masyarakat yaitu, pola asuh demokratis akan memprioritaskan kepentingan anak tetapi tidak ragu untuk mengendalikan mereka secara rasional, pola asuh otoriter orangtua yang seperti ini lebih cenderung memaksa terhadap anak. Dan kadang orangtua tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk dapat mengetahui kondisi yang dialami oleh anaknya. Dan pola asuh permisif pola asuh orangtua yang memberikan pengawasan terhadap perilaku anak dengan sangat longgar [10].
Berdasarkan fakta yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan salah satu orangtua yang memiliki anak yang sering melakukan hal-hal yang melanggar norma masyarakat dimana diperoleh kesimpulan bahwa kenakalan remaja bisa terjadi akibat kondisi di lingkungan rumah yang kurang baik, ataupun orang tua yang mencontohkan sikap sehari-hari yang juga kurang baik. Sikap orangtua yang ingin memberi kebebasan anaknya untuk bergaul tanpa memberi batasan dan aturan, pada akhirnya hanya menyebabkan anak kehilangan pegangan dalam hidup. Dan akhirnya membuatnya justru masuk dalam lingkungan pertemanan yang kurang baik. Berdasarkan pemaparan hasil wawancara tersebut sependapat dengan Gunarsa [11]Dimana pelanggaran dapat terjadi ketika situasi di dalam keluarga kurang mendukung perkembangan remaja, hal tersebut dapat menjadikan remaja tidak memiliki tanggung jawab dan cenderung akan berperilaku anti sosial atau amoral. Berdasarkan pemaparan diatas yang telah diuraikan maka peneliti menggunakan judul “Hubungan Pola Asuh Permisif dengan Kenakalan Pada Remaja di Lemah Putro Sidoarjo”
METODE
Penelitian kualitatif korelasi digunakan dalam penelitian ini. Penelitian kuantitatif diartikan sebagai alat menganalisa mengenai apa yang ingin diketahui dengan melalui proses pencarian informasi yang menggunakan data berupa angka. Sedangkan korelasi merupakan penelitian yang melibatkan kumpulan data yang nantinya akan penentuan adanya tingkat hubungan dan hubungan antara dua variabel atau lebih, guna membantu untuk mengembangkan penelitian sesuai dengan tujuan awal, subjek dalam penelitian ini ialah remaja di Desa Lemah Putro dengan jumlah populasi 150 subjek. Rumus slovin digunakan dalam pada penelitian serta menggunakan taraf toleransi kesalahan sebesar 5%, sehingga didapatkan hasil sampel sebanyak 110 subjek. Teknik sampling dipenelitian ini menggunakan probability sampling dengan metode probability sampling yang merupakan metode pengambilan sampel dengan memberikan peluang yang sama di setiap unsur (anggota) populasi yang digunakan penelitian ini bersifat homogen yaitu remaja di Desa Lemah Putro.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala psikologi, yang kemudian peneliti nantinya akan membagikan kepada responden yang akan menjadi subjek pada penelitian. model penskalaan menggunakan model skala likert. Skala pola asuh permisif orang tua menggunakan aspek menurut [12]dengan nilai reliabilitas setelah dilakukan try out sebesar 0,897 dengan nilai validasi 0,317-0,7 sedangkan kenakalan remaja menggunakan aspek menurut Elliot dalam [13] nilai reliabilitas setelah dilakukan pengujian sebesar 0,891 dan nilai validitas bergerak mulai 0,306-0,633. Analisis kuantitatif dengan skala statistik interferensi atau yang biasa disebut dengan analisis product moment yang nantinya akan digunakan dalam penelitian ini.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan dari hasil penelitian di atas dapat di ketahui jika skor koefisien korelasi 0,201 dan hasil signifikansi 0,027 (lebih kecil dari 0,05). Dimana menunjukan bahwa adanya hubugan yang positif dan signifikansi antara dua variabel variabel yakni hubungan pola asuh permisif orang tua dengan kenakalan remaja, hubungan yang positif dari penelitian di atas dapat menggambarkan bahwa semakin tinggi tingkat pola asuh permisif orang tua, maka yang menjadikan tingkat kenakalan remaja yang semakin tinggi. Hal ini dikarenakan polah asuh permisif merupakan salah satu bentuk polah asuh orang tua yang diterapkan pada remaja yang berdampak mempengaruhi kenakalan remaja bisa terjadi. [14]mengatakan bahwa pola asuh permisif merupakan bentuk pengasuhan orangtua yang mana di dalamnya terdapat beberapa aspek yang memiliki kontrol yang rendah. Pengambilan keputusan akan diserahkan kepada anak sepenuhnya dan orang tua akan bersikap masa bodoh, serta proses mendidik anak bersifat bebas. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa hipotesis penelitian dapat diterima karena adanya hubungan yang positif antara pola asuh permisif dengan kenakalan remaja di Lemahputro terbukti.
Hal ini dapat menggambarkan bahwa pola asuh permisif merupakan bentuk pengasuhan orangtua yang mana di dalamnya terdapat beberapa aspek yang memiliki kontrol yang rendah. Pengambilan keputusan akan diserahkan kepada anak sepenuhnya dan orang tua akan bersikap masa bodoh, serta proses mendidik anak bersifat bebas [9]. Dari hasil kategorisasi dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa tingkat pola asuh permisif orangtua di desa Lemah Putro bergerak pada taraf sedang hingga tinggi dengan skor 33,6% dan untuk kenakalan remaja juga memiliki taraf yang sama yaitu dari taraf sedang hingga tinggi dengan nilai 30%. Menurut [13]kenakalan terbagi menjadi tiga kelompok yaitu , minor delinquency seperti melanggar tata tertib,kabur dari sekolah atau rumah dan mencuri dengan nilai kurang dari 50.000rb, index offenses kenakalan yang seperti tawuran antar geng, merusak sesuatu, dan juga meminta dengan paksa (meminta pajak), general delinquency seperti mencuri kendaraan, menjual obat-obatan, memukul orang lain, serta melakukan hubungan seksual, sebelum waktunya. Dan pada penelitian ini kenakalan remaja sering terjadi dalam taraf kenakalan remaja sedang seperti, terlibat tawuran, merusak sesuatu, serta meminta pajak, dan untuk kenakalan remaja yang dalam taraf tinggi seperti menjual obat-obatan, mencuri kendaraan, serta melakukan hubungan seksual sebelum waktunya. Dalam penelitian ini kenakalan remaja tergolong dalam taraf sedang dimana memunculkan perilaku seperti tauwran antar geng, merusak sesuatu, serta meminta paksa (meminta pajak), sedangkan kenakalan remaja dengan kategorisasi tinggi memunculkan perilaku sepeti memakai obat-obatan, melakukan hubungan seksual sebelum waktunya dan mencuri kendaraan bermotor.
Hal ini dikarenakan pola asuh permisif merupakan salah satu bentuk pola asuh orang tua yang diterapkan pada remaja yang dapat mempengaruhi kenakalan remaja bisa terjadi.Hasil penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh [15]tentang Hubungan Pola Asuh Orangtua Terhadap Kenakalan Remaja Di Sekolah Wilayah Kerja Puskesmas Harapan Baru. Dimana penelitian ini mendapatkan hasil adanya pengaruh pola asuh orangtua dengan kenakalan remaja dan menjadi aspek penting dalam anak berperilaku nakal di sekolah. Dan juga pada yang dilakukan [16] dalam penelitian hubungan pola asuh permisif dengan kenakalan remaja kelas XI di SMA Mejobo Kudus, dalam penelitian tersebut menjelaskan bahwa dalam kategorisasi antara 2 variabel pola asuh permisif dan kenakalan remaja dalam taraf sedang artinya bahwa remaja yang mendapatkan pola asuh permisif sedang, akan tetapi mereka masih dapat mengontrol perilaku kenakalan, meskipun dalam dua variabel tersebut memiliki kategori sedang akan tetapi masih memiliki hubungan yang signifikan.
Pola asuh orangtua dapat menjadi kunci utama anak dalam berperilaku terutama perilaku kenakalan [17]. Dengan pola asuh yang kurang tepat menjadikan anak akan berperilaku nakal, dimana sikap remaja yang cenderung ingin memiliki kebebasan namun juga harus mendapatkan perhatian atau pengawasan dari orangtua. Dari penelitian ini memberikan pengaruh pola asuh permisif sebanyak 4% dan sisanya dipengaruhi oleh variabel lainnya. Faktor lain yang memungkinkan remaja melakukan tindakan yang melanggar hukum ialah Lingkungan. Ketika anak tumbuh dewasa di lingkungan yang baik, maka anak juga akan mengikuti contoh yang terlihat di lingkungan tersebut. Maka budaya juga salah satu yang sangat melekat. Lingkungan sering kali membuat orangtua akan mencontoh gaya pengasuhan yang dilakukan di masyarakat dalam hal pengasuhan anak karena setiap orang tua mengharapkan yang terbaik bagi anaknya [18]. Dan juga Selain pola asuh yang menjadikan faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja ada variabel lain juga mempengaruhi tingkat kenakalan remaja yang tidak diteliti pada penelitian ini Kenakalan bisa terjadi karena faktor internal dan juga eksternal. Faktor internal dapat muncul karena kontrol diri remaja yang lemah dan faktor eksternal bisa muncul karena konformitas dari teman sebaya, ketika kelompok yang diikuti oleh remaja tersebut cenderung melakukan hal-hal yang bersifat menyimpang, maka remaja tersebut akan melakukan hal yang sama dengan norma yang ada di dalam kelompok tersebut. mereka tidak peduli dianggap nakal karena mereka lebih mementingkan penerimaan dalam kelompok dan tidak ingin kehilangan kehilangan kedudukan dalam kelompok [19].
Hambatan saat menjalani penelitian ini adalah sulitnya mendapatkan subjek yang sesuai dengan kriteria, karena dalam proses penyebaran angket peneliti menggunakan angket tertulis sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama, dan saat penyebaran angket tidak bisa dilakukan dengan jumlah yang banyak karena pada saat itu masih dalam kodisi pandemic covid-19.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif antara pola asuh permisif orang tua dengan kenakalan remaja di Desa Lemah Putro. Dan didapatkan hasil bahwa hipotesis di penelitian ini diterima. Hubungan positif tersebut dapat di tunjukan bahwa di Desa Lemah Putro semakin tinggi pola asuh permisif maka tingkat kenakalan remaja semakin meningkat, dan sebaliknya semakin rendah pola asuh permisif orangtua maka akan semakin rendah pula angka kenakalan remaja di Desa Lemah Putro.
References
- K. Kusmiran, "Kesehatan Reroduksi Remaja Dan Kewanitaan," Jakarta: Salemba Medika, 2016.
- P. L. Khaire, R. R., "Hubungan pola Asuh Orangtua Dengan perilaku Merokok pada Anak Laki-Laki Usia 15-17 Tahun Di Kelurahan Tanah Raja Kota Ternate," Jurnal Keerawatan, pp. 1-7, 2014.
- Gunarsa, "Psikologi Paktis: Anak, Remaja, dan Keluarga," Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2002.
- J. W. Santrock, Life-Span Development, Jakarta: Erlangga, 2003.
- Sumiati, "Kesehatan Jiwa Remaja dan Konseling," Jakarta: Tras Indo Media, 2009.
- Gunarsa, "Dari Anak Sampai Usia Lanjut: Bunga Rampai Psikologi Perkembangan," Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2004.
- M. Ismail, "Polisi Ringkus Kelompok Pembuat Onar Dan Penganiyaan Di Candi Sidoarjo," Rabu Februari 2021. [Online]. Available: https://beritajatim.com/hukum-kriminal/polisi-ringkus-kelompok-pembuat-onar-penganiayaan/di-candi/sidoarjo/. [Accessed: August 2021].
- Shanty, "Faktor penyebab Kenakalan Remaja pada Anak Keluarga Buruh Pabrik Rokok Djarum Kudus," Semarang: Universitas Semarang, 2012.
- W. J. Santrock, Life-Span Development (Terjemahan), Jakarta: Baston Mac Graw Hill, 2007.
- Junaidi, "Jenis Pola Asuh Orangtua," KAMIS JUNI 2020. [Online]. Available: http://blogspot.com/. [Accessed: May 2021].
- Mulyasri, "Kenakalan Remaja Di Tinjau Dari persepsi Remaja Terhadap Keharmonisan Keluarga Dan Konformitas Teman Sebaya," Jurnal Psikologi, 2010.
- J. W. Santrock, Life-Span Development: Perkembangan Masa, Jakarta: Erlangga, 2002.
- Y. Q. A, "Hubungan Antara Parent-Child Communication, Konformitas Teman Sebaya Dan Perilaku Delinkuen Pada Siswa SMA," Yogyakarta: Tidak Di Terbitkan, 2017.
- E. Hurlock, Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentan Kehidupan, Jakarta: Erlangga, 2011.
- D. S. Pangesti, "Hubungan pola asuh orangtua dengan kenakalan remaja sekolah di wilayah kerja PUSKESMAS harapan baru," Burneo Student Research, 2019.
- T. P. Anggraeni and R., "Hubungan Antara Pola Asuh Permisif dengan Kenakalan Remaja (Juvenile Delinquency) Kelas XI Di SMA 1 Mojobo Kudus," Prosiding Berkala Psikologi, pp. 205-217, 2019.
- G. Barus, "Memaknai Pola Asuh Orangtua Pada Remaja," Intelektual, vol. 1, no. 2, 2003.
- Abdullah, "Pola Asuh Orangtua Dengan Konsep Diri pada Anak Usia Sekolah," Psikologi, 2015.
- N. R. Hidayah, "Kontrol Diri dan Konformitas Terhadap Kenakalan Remaja," Jurnal Ilmiah Psikologi, p. 8, 2020.