Early Childhood Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v21i3.772

Finger Puppet Media Boosts Preschool Speaking Skills: Research Findings


Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Prasekolah dengan Media Boneka Jari: Penelitian Tindakan Kelas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Speaking ability Finger Pupling Media

Abstract

This study aimed to investigate the efficacy of finger puppet media in improving the speaking abilities of children aged 3-4 years in a playgroup setting at KB 'Aisyiyah 02 Maduran, Lamongan Regency. Employing the Classroom Action Research approach over two cycles, the research involved three stages: pre-cycle, cycle I, and cycle II. Through the use of finger puppets, teachers encouraged children to engage in verbal expression, question-asking, and storytelling, making the learning experience enjoyable and captivating. The results demonstrated significant progress, with the overall speaking skill value increasing from 35.54% in the pre-cycle to 80.56% in cycle II. This study highlights the potential of finger puppet media in promoting effective communication skills among young children, providing valuable implications for early childhood education and language development.

PENDAHULUAN

Bicara adalah alat komunikasi, meskipun pada awal masa kanak-kanak tidak semua kemampuan bicara pada anak dapat berkembang secara optimal. Bicara merupakan bentuk komunikasi yang paling efektif, pola perkembangan bicara sejalan dengan perkembangan mental dan motorik dan setiap anak akan mengikuti laju perkembangan bicara sesuai dengan perkembangan mental, motorik, dan jaringan otot tubuh. Bicara merupakan salah satu bagian dari keterampilan bahasa yang mempunyai aspek mental yaitu kemampuan mengeluarkan bunyi yang dihasilkan dengan arti, serta melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda [1].

Sedangkan menurut Hurlock mengemukakan bicara adalah bentuk bahasa lisan dengan menggunakan kata-kata berfungsi untuk menyampaikan maksud kepada seseorang yang mempunyai aspek mental yaitu kemampuan seseorang untuk mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan serta merupakan keterampilan mental-motorik seseorang [2].

Kemampuan berbicara adalah kesanggupan anak untuk mengucap bunyi artikulasi atau kata-kata secara lisan untuk mengekspresikan perasaan, gagasan serta pikiran yang berfungsi untuk menyampaikan maksud tertentu kepada orang lain, sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang-orang yang berada di sekitar anak [3]. Tujuan utama berbicara adalah untuk berkomunikasi, menyampaikan pikiran, ekspresi, gagasan dan perasaan secraa efektif kepada orang lain [4].

Menurut Bowler and Linke pada usia 3 tahun anak menggunakan banyak kosa kata dan kata tanya, seperti apa dan siapa. Pada usia 4 tahun anak mulai bercakap-cakap, alamat, memberi nama, usia, mulai memahami tentang waktu, menanyakan definisi kata-kata, menunjuk dada, tumit, pergelangan kaki, menamakan warna, rahang, hijau, kuning, mengajukan pertanyaan “kapan” dan “mengapa”, dan memahami urutan kejadian saat diceritakan [5].

Kelompok Bermain ‘Aisyiyah 02 Maduran merupakan salah satu lembaga pendidikan anak usia dini yang diperuntukkan untuk rentang usia 3-4 tahun yang terdiri dari 15 anak. Namun terdapat masalah dalam kemampuan berbicara pada anak Kelompok Bermain yang masih belum sesuai dengan tingkat pencapaian pertumbuhan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak diajak berbicara anak hanya mengucap 1-2 kata saja, anak belum bisa mengajukan pertanyaan apa itu? Siapa itu? dan ketika ditanya oleh guru tidak dapat menjawab sesuai isi hatinya ataupun menceritakan sederhana melalui pengalamannya dikarenakan kurangnya media untuk menstimulasi kemampuan berbicara anak.

Berdasarkan hasil observasi awal di Kelompok Bermain ‘Aisyiyah 02 Maduran khususnya anak yang berusia 3-4 tahun, dari 15 anak hanya ada 3 anak yang baik dalam berbicara, 12 sisanya kesulitan dalam berbicara dikatakan 80%. Hal ini disebabkan media yang digunakan pendidik masih kurang dan belum optimal dalam menstimulus anak untuk berbicara. Mengingat begitu pentingnya mengenai kemampuan berbicara pada anak usia dini, maka pendidik harus lebih kreatif dan inovatif untuk menggunakan berbagai media untuk anak agar pembelajaran menjadi efektif dan optimal dan menyenangkan, sehingga anak bisa ikut aktif dalam proses pembelajaran serta mendatangkan semangat baru bagi anak untuk memperoleh pengetahuan khususnya dalam hal kemampuan berbicara.

Melihat permasalahan tersebut maka harus adanya sebuah media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak. Media adalah alat untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya [6].

Dengan adanya media, pendidik dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan. Media mempunyai peranan yang penting dalam poroses pembelajaran, karena dengan adanya media pembelajaran dapat tercapai secara optimal, apalagi diiringi dengan penggunaan media pembelajaran yang tepat serta menyenangkan bagi peserta didik [7]. Dengan demikian media pembelajaran adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan menyalurkan pesan atau informasi baik itu visual atau verbal yang bertujuan untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam proses pengajaran [8].

Mengembangkan kemampuan bicara anak diperlukan media yang tepat untuk merangsang kemampuan bicara anak [9]. Salah satu media yang tepat digunakan yaitu media boneka jari, sesuai pendapat Yosastra menyatakan bahwa media boneka jari dapat melatih kemampuan berbahasa salah satunya yaitu berbicara [10]. Media boneka jari merupakan media yang sesuai dengan karakteristik anak [11]. Untuk dapat berbicara anak membutuhkan bahan dan keberanian untuk berbicara, dengan boneka jari mendorong anak belajar berbicara serta merangsang untuk melatih anak dalam menyampaikan keinginan dengan segenap kemampuan [12].

Boneka jari adalah maskot mungil yang dipasang pada jari untuk dimainkan saat bercerita [10]. Tokoh-tokoh yang diwujudkan melalui boneka jari berbicara dengan gerakan-gerakan yang mendukung cerita dan mudah diikuti anak. Melalui boneka jari anak akan tahu tokoh mana yang sedang berbicara, apa isi pembicaraannya, dan bagaimana sifat pelakunya. Media boneka jari dapat digunakan oleh guru dan anak, guru bercerita kepada anak menggunakan media boneka jari dan anak pun bisa berkolaborasi dengan guru untuk berbincang dengan media boneka jari [13]. Penggunaan media boneka jari adalah salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan berbicara, sehingga kemampuan berbicara anak yang lambat laun semakin meningkat [14].

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Izzati (2019), dengan judul “Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Melalui penggunaan Media Boneka Tangan”. Hasil penelitian tersebut terbukti dengan adanya peningkatan persentase kemampuan berbicara pada masing-masing siklus terdapat nilai sebagai berikut: keterampilan berbicara dari pra silkus sebesar 42,30%, siklus I sebesar 57,69%, dan pada Siklus II meningkat menjadi 91,3% [15].

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sya’diyah (2015), dengan judul “Peningkatan Keterampilan Bicara Anak usia 3-4 tahun Melalui Metode Bercerita (wayang beber tematik) di Kelompok Bermain Al-Jauhariyyah Muslimat Nu Kajen Margoyoso Pati”. Hasil penelitian tersebut terbukti dengan adanya peningkatan persentase kemampuan berbicara pada masing-masing siklus terdapat nilai sebagai berikut: keterampilan berbicara dari pra silkus sebesar 41%, siklus I sebesar 62%, dan pada Siklus II meningkat menjadi 85% [16].

Berdasarkan kondisi nyata yang dialami anak Kelompok Bermain ‘Aisyiyah 02 Maduran yang berusia 3-4 tahun, hal ini mendorong peneliti untuk memberikan solusi yang tepat untuk anak Kelompok Bermain ‘Aisyiyah 02 Maduran, maka peneliti mengadakan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Berbicara Melalui Media Boneka Jari Untuk Anak Usia 3-4 Tahun di Kelompok Bermain ‘Aisyiyah 02 Maduran Kabupaten Lamongan”

METODE

Jenis Penelitian

Penelitian yang berbasis suatu kelas ataupun sekolah, yang mana di dalam penelitian tindakan kelas terdapat suatu tindakan untuk lebih memperbaiki kegiatan pembelajaran ataupun meningkatkan hasil belajar di dalam kelas. Pada penelitian ini peneliti bukanlah guru kelas, maka peneliti melakukan penelitian yang bersifat kolaboratif. Artinya peneliti selalu hadir dalam tahap-tahap penelitian namun tidak melakukan sendiri, peneliti bekerjasama dengan guru kelas agar tercapai proses dan hasil penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan pembelajaran didalam kelas. Pada penelitian ini ada beberapa penerapan atau model yang dapat digunakan model Kemmis dan Taggart yang tergambar dalam 4 langkah yang menunjukkan siklus atau kegiatan yang berkelanjutan (Sukardi, 2015). Tujuan utama dari penelitian tindakan kelas ini adalah meningkatkan kemampuan berbicara anak pada kelompok bermain di Kelompok Bermain ‘Aisyiyah 02 Maduran. Peneliti dan guru kelas terlibat penuh dalam perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi pada setiap siklusnya.

Dari beberapa penjelasan para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa suatu penelitian tindakan kelas adalah salah satu kegiatan tindakan hal yang baru dan belum pernah dilaksanakan sebelumnya untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu kegiatan pembelajaran yang lebih baik lagi.

Subjek dan Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian siklus 1 dan siklus 2 di Kelompok Bermain ‘Aisyiyah Maduran dengan jumlah 15 anak, 12 anak yang belum berkembang dalam kemampuan berbicara. Bertempat di Jalan Karya busana rt.06/rw.01 Desa Maduran Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan.

Instrumen Penelitian

Untuk menentukan keberhasilan dan keefektifan ini, maka dirumuskan indikator penilaian yang di gunakan sebagai acuan keberhasilan penerapan permainan untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas tidak jauh berbeda dengan prinsip pengumpulan data pada jenis penelitian yang lain [17]. Pada dasarnya teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data. Pada dasarnya teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan prosedur pengumpulan data sebagai berikut :

Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka, dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah (Sugiyono, 2015). Dalam penggunaan teknik dokumentasi ini, peneliti menggunakannya untuk mengetahui catatan atau identitas guru disekolah tentang sejarah berdirinya, jumlah pendidik dan siswa, serta foto.

Observasi

Observasi adalah pengumpulan data atau keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan secara langsung ke tempat yang akan diselidiki (Suharsimi Arikunto, 2007). Kegiatan mencari data ini dilakukan dengan mengamati perilaku anak secara langsung untuk mendapatkan tujuan tertentu. Pengambilan data dengan teknik observasi ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan berbicara anak melalui media boneka jari yang dilakukan sesuai dengan instrument penelitian.

Wawancara

Wawancara bebas terpimpin adalah wawancara yang dilakukan dengan mengajukan pertanyaan secara bebas namun masih tetap berada pada pedoman wawancara yang sudah dibuat. Pertanyaan akan berkembang pada saat melakukan wawancara (Arikunto, 2013). Peneliti menggunakannya untuk mencari informasi tentang kemampuan berbicara anak sehari-hari saat di sekolah dan dipergunakan untuk memperkuat penelitian ini.

Analisis Data

Dari rumus yang digunakan peneliti maka ditentukan indikator keberhasilan dari hasil ketuntasan belajar keseluruhan siswa dari indikator yang telah ditentukan. presentase dihitung dengan menggunakan rumus :

X 100 %

Keterangan :

P = Presentase

F = Jumlah yang diperoleh dari hasil belajar siswa

N = Jumlah anak keseluruhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Penerapan pada siklus pertama ini anak-anak diajak bercerita tentang bebek. Pertemuan kedua pada semester II Tahun pelajaran 2020/2021, dilaksanakan pada tanggal 12 Januari 2021, pada pertemuan kedua ini anak diajak bercerita ayam. Pada siklus I ini anak-anak mendengarkan guru bercerita hingga selesai kemudian anak-anak diberi kesempatan bertanya dan bercakap-cakap kembali menggunakan media boneka jari.

Pada siklus II yang dilaksanakan pada semester II Tahun pelajaran 2020/2021, tanggal 20 Januari 2021, pada pertemuan pertama guru menyiapkan media boneka jari sesuai jumlah anak, kemudian setiap anak bisa memilih 1 karakter hewan boneka jari yang mereka suka, kemudian guru memulai cerita tentang persahabatan rusa yang hangat. Pada pertemuan kedua dilaksanakan pada semester II Tahun pelajaran 2020/2021, tanggal 21 Januari 2021, seperti pada pertemuan pertama anak memilih 1 karakter hewan boneka jari lalu guru memulai bercerita tentang gajah dan teman baiknya.

Pada siklus II ini berbeda dengan siklus sebelumnya, jika siklus sebelumnya hanya guru saja yang bercerita menggunakan media boneka jari, kemudian anak-anak diberi kesempatan bertanya maupun bercerita kembali menggunakan media boneka jari. Pada siklus II ini guru dan anak berkolaborasi ikut memerankan sebagai tokoh dalam cerita menggunakan media boneka jari ini, sehingga akan membangun percaya diri, fokus dan semangat anak untuk mendengarkan dan menunggu giliran untuk bercerita menggunakan boneka jari yang sudah dipegang masing-masing. Dengan mengikut sertakan anak-anak dalam cerita seperti ini, dengan otomatis anak belajar berbicara dengan imajinasi luar biasa yang dimiliki oleh anak.

Hasil Peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Menggunakan Media Boneka Jari Pada Anak Usia 3-4 Tahun di Kelompok Bermain ‘Aisyiyah 02 Maduran

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti di Kelompok Bermain ‘Aisyiyah 02 Maduran dengan menggunakan media pembelajaran boneka jari untuk meningkatkan kemampuan berbicara sudah dilaksanakan pada tindakan pra siklus, siklus I dan siklus II. Dalam buku Nurbiana Dhieni dkk, Bowler and Linke memberikan gambaran tentang kemampuan bahasa anak usia 3-5 tahun yaitu pada usia 3 tahun anak menggunakan banyak kosa kata dan kata tanya, seperti apa dan siapa. Pada usia 4 tahun anak mulai bercakap-cakap, alamat, memberi nama, usia, mulai memahami tentang waktu (Dhieni et al., 2014).

Pada siklus I anak masih kurang berhasil dalam kemampuan berbicara dengan nilai ketuntasan yang diperoleh yakni 59,45% sedangkan target untuk mencapai keberhasilan anak 75%-100%. Karena hanya guru yang memakai media boneka jari pada saat bercerita dan anak mendapatkan kesempatan memakai boneka jari ketika guru sudah selesai bercerita, di sini anak masih kurang percaya diri menggunakan media boneka jari untuk bertanya maupun bercerita kembali hal tersebut yang membuat pembelajaran menjadi kurang maksimal.

Pada siklus II pada saat pembelajaran anak dan guru mendapatkan kesempatan menggunakan boneka jari, di sini guru dan anak mendapatkan peran masing-masing untuk bercerita menggunakan boneka jari sesuai peran masing-masing anak. Sehingga anak senang ketika mereka dilibatkan menjadi tokoh dalam cerita tersebut, menjadikan anak-anak bersemangat untuk menunggu giliran bercerita bersama teman-teman dan gurunya. Dari penerapan media pembelajaran boneka jari pada anak kelompok bermain untuk meningkatkan kemampuan berbicara dapat meningkat dengan baik.

Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II upaya penerapan media boneka jari untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak sudah berjalan dengan baik dan kendala yang terjadi pada siklus I tidak terjadi lagi pada siklus II. Nilai ketuntasan yang diperoleh pada siklus II yakni 80,56% hal ini membuktikan adaya peningkatan kemampuan anak dalam berbicara melalui media boneka jari. Berikut nilai rekapitulasi perolehan dari penerapan media boneka jari untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dimulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II.

Pra siklus Siklus I Siklus II
No Nama Jumlah nilai Ketuntasan nilai individu Jumlah nilai Ketuntasan nilai individu Jumlah nilai Ketuntasan nilai individu
1 Knz 6 50% 9 75% 12 100%
2 Fds 4 33,3% 8 66,7% 10 83,3%
3 Tqb 4 33,3% 8 66,7% 11 91,7%
4 Alf 4 33,3% 9 75% 11 91,7%
5 Hfd 5 41,7% 8 66,7% 9 75%
6 Jna 3 25% 4 33,3% 7 58,3%
7 Str 3 25% 6 50% 8 66,7%
8 Hkm 3 25% 6 50% 8 66,7%
9 Tsy 4 33,3% 6 50% 9 75%
10 Wrd 5 41,7% 8 66,7% 9 75%
11 Nln 4 33,3% 6 50% 9 75%
12 Zhr 5 41,7% 8 66,7% 11 91,7%
13 Asl 7 58,3% 9 75% 12 100%
14 Ptr 4 33,3% 8 66,7% 10 83,3%
15 Nda 3 25% 4 33,3% 9 75%
Ketuntasan nilai keseluruhan 35,54% Ketuntasan nilai keseluruhan 59,45% Ketuntasan nilai keseluruhan 80,56%
Table 1.Rekapitulasi Nilai Hasil Penerapan Media Bonek Jari Untuk Meningkatan Kemampuan Berbicara Anak Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II.

Figure 1.Grafik 4. 1 Hasil Ketuntasan Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Hasil Ketuntasan Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Dari hasil diagram di atas dapat dijelaskan bahwa adanya peningkatan secara signifikan dari mulai Pra siklus, Siklus I dan Siklus II. Terbukti adanya peningkatan kemampuan berbicara anak pada prasiklus hanya sebesar 35,54%. Setelah diberikan perlakuan pada siklus I mencapai hasil ketuntasan kemampuan berbicara sebesar 59,45%.”Namun dari hasil pencapaian ini masih belum dikatakan berhasil, maka diberikan perlakuan kembali pada tahap siklus II. Pada siklus II terjadi peningkatan cukup signifikan yaitu sebesar 80,56%, sehingga hal ini dapat disimpulkan bahwa media boneka jari dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti maka dapat disimpulkan: Penerapan media boneka jari dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok bermain di Kelompok Bermain ‘Aisyiyah 02 Maduran, guru mengupayakan agar anak-anak dapat berbicara, bertanya dan memahami waktu kejadian suatu cerita. Pada siklus I anak-anak mendengarkan guru bercerita dengan media boneka jari kemudian anak-anak diberi kesempatan bertanya dan bercakap-cakap kembali menggunakan media boneka jari, pada siklus II guru dan anak berkolaborasi ikut memerankan sebagai tokoh dalam cerita menggunakan media boneka jari ini, dengan mengikut sertakan anak menjadi tokoh cerita akan membangun semangat tinggi anak dalam belajar berbicara.

Hasil peningkatan media pembelajaran boneka jari untuk meningkatkan kemampuan berbicara pada anak usia 3-4 tahun di Kelompok Bermain ‘Aisyiyah 02 Maduran pada pra siklus ketuntasan nilai keseluruhan anak kelompok bermain adalah 35,54%, pada siklus I 59,45% dan pada siklus II 80,56%. Hal ini menunjukan adanya peningkatan kemampuan berbicara anak melalui media boneka jari.

References

  1. P. Mulyasa, "Praktek Penelitian Tindakan Kelas," Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012.
  2. E. B. Hurlock, "Psikologi Perkembangan," Jakarta: Erlangga, 1980.
  3. Sunarti, "Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia Melalui Cerita Bergambar Dalam Keluarga Yang Berbahasa Melayu Pontianak," Universitas Tanjungpura, 2013.
  4. H. T. Lestari, "Perbandingan Keefektifan Pembelajaran Berbicara Dengan Teknik Bercerita Yang Memanfaatkan Objek Langsung Dan Yang Memanfaatkan Media Gambar Pada Siswa Sekolah Dasar," Universitas Negeri Semarang, 2006.
  5. N. Dhieni, L. Fridani, A. Muis, and G. Yarmi, "Metode Pengembangan Bahasa," in "Hakikat Perkembangan Bahasa Anak," Jakarta: Universitas Terbuka, 2014.
  6. B. Usman, "Media Pendidikan," Jakarta: Ciputat Press, 2002.
  7. T. Nurrita, "Pengembangan Media Pembelajaran Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa," "Misykat," vol. 3, no. 1, 2018.
  8. H. Budiman, "Penggunaan Media Visual Dalam Proses Pembelajaran," "Jurnal Pendidik Islam," vol. 7, 2016.
  9. N. Elpia and Saridewi, "Stimulasi Kemampuan Berbicara Anak melalui Media Poster," "Jurnal Pendidik Tambusai," vol. 4, no. 2, pp. 1419–1424, 2020.
  10. L. Madyawati, "Strategi Pengembangan Bahasa pada Anak," "Elementary," vol. 2, pp. 35–44, 2017.
  11. C. P. Bhakti, S. U. N. Hasan, and W. Indiryani, "Boneka Jari Sebagai Media Untuk Menumbuhkan Rasa Percaya Diri Anak Usia Sekolah Dasar," "Jurnal Caringin," vol. 3, no. 2, 2016.
  12. H. A. L. Dewi, "Improving Ability To Speak Through Role Playing Activities In Students Of TK Pertiwi Nambangan I Selogiri," in "National Seminar on Elementary Education," 2018.
  13. R. L. Sari, "Peningkatan Keterampilan Berbicara Melalui Media Boneka Tangan Pada Anak Kelompok B1 Di TK Aba Dukuh Gedongkiwo, Yogyakarta," Universitas Negeri Yogyakarta, 2014.
  14. A. S. R. Sophyan, "Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Bercerita Dengan Menggunakan Media Boneka Tangan Di TK Ar - Rahman Kabupaten Maros," Universitas Muhammadiyah Makassar, 2021.
  15. F. Izzati, "Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Anak Melalui Penggunaan Media Boneka Tangan," "Institut Perguruan Tinggi Ilmu Al Quran," 2019.
  16. F. Sya'diyah, "Peningkatan Keterampilan Bicara Anak Usia 3-4 Tahun Melalui Metode Bercerita (Wayang Beber Tematik) Di Kelompok Bermain Al-Jauhariyyah Muslimat Nu Kajen Margoyoso Pati," Universitas Negeri Semarang, 2015.
  17. S. Arikunto, "Pengembangan Instrumen Penelitian dan Penilaian Program," Yogakarta: Pustaka Pelajar, 2017.