Early Childhood Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v21i3.766

Enhancing Children's Speaking Skills through Pop-Up Book Media: A Classroom Action Research


Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak melalui Media Buku Pop-Up: Penelitian Tindakan Kelas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Speaking skills Pop-Up book media Classroom Action Research Children Language development.

Abstract

This study aimed to improve the speaking skills of children by utilizing Pop-Up book media, preceded by developing their listening skills. Conducted at Dharma Wanita Persatuan Pucang Kindergarten, the research employed Classroom Action Research methodology. The pre-cycle results revealed a 51.4% average score for children's speaking ability. However, after implementing the Pop-Up book media in the first cycle, the percentage increased significantly to 68.5%, showing a 12.9% improvement from the maximum score. The researcher continued to apply action in cycle II, leading to a remarkable rise in the average score to 85.3%, signifying an overall enhancement of 28.9% from cycles I and II. The results demonstrate that employing Pop-Up book media effectively enhances children's speaking skills, carrying implications for language skill development in early childhood education.

Highlights: 

  • The use of Pop-Up book media: The study focuses on utilizing Pop-Up book media to enhance children's speaking skills, providing an engaging and interactive learning approach.

  • Classroom Action Research: The research methodology employed is Classroom Action Research, enabling a systematic investigation of the effectiveness of the intervention.

  • Language development in early childhood: The study highlights the importance of language skill development during early childhood education, emphasizing its implications for lifelong language proficiency.

Keywords: Speaking skills, Pop-Up book media, Classroom Action Research, Children, Language development.

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang di lakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut [1].

Berbicara merupakan suatu alat yang digunakan untuk berkomunikasi dengan orang di sekitar kita, berbicara juga sebagai salah satu cara berkomunikasi pada proses kognitif internal sehingga memungkinkan kita untuk memproses komunikasi melalui pembicaraan [2]. Pembelajaran secara umum tidak hanya dalam pembelajaran Bahasa Indonesia saja, seharusnya mampu mengembangkan tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik secara seimbang [3]. Pendapat Ellis and Geofrey Beattie yang menyatakan bahwa: Para Linguist berpendapat bahwa “speaking is leanguange”. Berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului dengan keterampilan menyimak [4]. Berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang dihasilkan [5]. Mengasah perkembangan berbicara anak dapat diaplikasikan dengan mengajarkan anak tentang bercerita salah satunya, dari bercerita anak dapat memahami informasi yang tersurat dalam suatu perkataan yang ada dibuku cerita. Untuk mengembangkan kemampuan berbicara di sekolah guru memberikan media anatara lain, kartu bergambar, boneka tangan dan media tebak kartu kepada anak didik. Namun perlu dicari media alternatif baru yang lebih efisien dan efektif untuk memudahkan guru mengajar peserta didik dalam memahami dan menerima pelajaran, dan menstimulus anak untuk berfikir sistematis.

Dari permasalahan tersebut, maka kemampuan anak dalam hal berbicara harus menggunakan cara berbeda yakni dengan buku tiga dimensi. Seperti yang dikatakan jean piaget pada tahap praoperasional umur 2 sampai 7 tahun yaitu skema-skema mulai merepresentasikan objek-objek yang berada di luar jangkauan pandangan langsung si anak. Pembelajaran yang baik yaitu menggunakan media melalui gambaran objek-objek nyata. Maka untuk menstimulus dan meningkatkan kemampuan berbicara diperlukan media. Media yang digunakan yaitu menggunakan media Pop-Up book. Pop-Up book adalah sebuah buku yang memiliki unsur 3 dimensi yang membentuk obyek-obyek yang bisa bergerak. Media Pop-Up book media yang dapat menstimulus kemampuan berbicara anak.

Sehubungan dengan hal tersebut, dari hasil diskusi dan obervasi yang dilakukan peneliti di TK Dharma Wanita Persatuan Pucang yang diperoleh hasil kemampuan berbicara belum berkembang secara optimal.

Berdasarkan hasil pengamatan tersebut terdapat permasalahan dalam kemampuan berbicara sebesar 25% anak yang belum menunjukkan kemampuannya dalam berbicara 7 dari 13 anak, hal ini terlihat pada saat ank mengalami kesulitan saat menyebutkan warna , ukuran, bentuk, dan kurang mampu menanggapi pembicaraan orang lain. Anak nampak kesuliatn saat menyebutkan warna pada gambar buku cerita. Anak juga terbalik saat menyebutkan bentuk misalnya bentuk kotak, segitiga, dan persegi panjang. Anak juga kesulitan saat menanggapi pembicaraan orang lain seperti setelah liburan pada saat awal mulai pembelajaran guru bertanya kepada peserta didik misalnya kemarin libur hari minggu teman-teman liburan kemana? kepada peserta didik hanya diam saja mereka tidak mengutarakan pendapatnya, seharusnya anak usia 4-5 tahun sudah dapat menanggapi pembicaraan tersebut.

Oleh karena itu upaya dari peneliti dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada anak melalui media Pop up book dengan media Pop up book dapat menstimulasi anak dalam belajar kosa kata. Karena media pop up book mempunyai peran penting dalam perkembangan bahasa, kognitif, fisik motorik, sosial emosional, nlai – nilai agama dan moral. Anak usia dini lebih suka bermain dalam setiap proses pembelajararan.

METODE

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas, peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc taggart. Dalam penelitian ini menggunakan model kemmis dan Mc Taggart yang terdiri dari empat tahapan yaitu; (a) perencanaan (b) pelaksanaan (c) pengamatan dan (d) refleksi, dengn menggunakan siklus I dn siklus II [6] seperti gambar dibawah ini:

Figure 1. Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan MC Taggart

Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Pengambilan data melalui observasi yang dilakukan yakni untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dengan media Pop-Up book yang dilakukan dengan menggunakan indikator penilaian dalam bentuk check-list.

Untuk mengetahui keefektifan media Pop-Up book dalam peningkatan kemampuan berbicara, peneliti membandingkan hasil antara pra siklus, siklus I, dan siklus II dengan menggunakan prosentase. Sedangkan prosentase dihitung dengan menggunakan rumus [7]. Dokumentasi yang digunakan berupa catatan administrasi sekolah, jumlah pendidik dan siswa serta mengumpulkan foto-foto selama tindakan untuk memperkuat hasil penelitian dalam peningkatan kemampuan berbicara dengan media Pop-Up book. Pada penelitian ini peneliti menggunakan dokumentasi berupa mengumpulkan foto-foto selama tindakan untuk memperkuat hasil penelitian dalam meningkatkan kemampuan berbicara dengan media Pop-Up book. Wawancara dilangsungkan bersama guru kelas yang membicarakan tentang perkembangan dari subyek peneliti sesaat setelah dilakukan penelitian oleh peneliti, mencari pemecahan masalah serta kelanjutan program untuk meningkatkan kemampuan berbicara dari subyek peneliti. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah melaksanakan tindakan. Kemudian didiskusikan dengan peneliti [8].

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian ini diperoleh dari proses observasi yang dilakukan di TK Dharma Wanita Persatuan Pucang Sidoarjo. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah data dari siswa kelas TK A sebagai kelas observasi yang berjumlah 13 siswa. Pengambilan data dimulai dengan perencanaan tindakan, tahap pengamatan, dan refleksi. Observasi pengambilan data dimulai dengan perencanaan tindakan yang bertujuan untuk menyusun rancangan, peneliti membuat kegiatan tindakan yang dilakukan dalam kegiatan meningkatkan kemampuan berbicara melalui media pop up book. Membuat instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung yaitu berupa pedoman penilaian peningkatan kemampuan berbicara serta menyusun rencana kegiatan harian (RKH) [9]. Tahap pengamatan Pada tahap observasi, dilakukan pada saat tindakan berlangsung dengan menggunakan pedoman penilaian peningkatan kemampuan berbicara serta dibantu dengan alat elektronik sebagai instrumen berupa foto-foto kegiatan untuk memperkuat hasil yang diperoleh [10]. Kemudian kegiatan Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah melaksanakan tindakan. Kemudian didiskusikan dengan peneliti. [5]. Dari hasil refleksi, jika belum mengalami peningkatan maka dilakukan siklus 2 dan apabila hasil refleksi pada siklus 2 masih kurang memuaskan, maka dilakukan siklus 3.

Observasi yang dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran menggunakan media Pop-Up book dilakukan oleh peneliti. Pada tahap ini peneliti melakukan penelitian serta pengamatan sesuai dengan format yang telah dibuat sebelumnya. Hal ini ditunjukkan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai perkembangan proses pembelajaran yang terjadi pada saat di kelas. Penilaian difokuskan untuk meningkatkan kemampuan berbicara dengan media Pop-Up book.

Hasil yang dilakukan dengan guru kelompok A diperoleh bahwa pada saat pembelajaran berlangsung, peserta didik merasa tertarik dengan adanya media Pop-Up yang lebih menarik dari sebelumnya. Media Pop-Up yang dibandingkan dengan sebelumnya lebih berwarna dan bervariasi sehingga menjadikan anak akan lebih fokus dan faham. Guru juga tidak hanya menjelaskan dan memberi contoh bagaimana pengucapan kalimat saja, melainkan peserta didik berperan langsung dalam pembelajaran. Mereka mengucapkan kalimat, bercerita secara sederhana, menyampaikan pendapat tentang pesan moral cerita. sehingga anak didik merasa tertarik dan sangat antusias pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus II upaya penerapan media Pop-Up book untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok A sudah berjalan dengan baik. Sehingga kemampuan berbicara anak kelompok A meningkat.

Pada kegiatan yang dilakukan di siklus I hasil penerapannya menggunakan media Pop-Up book, Peserta didik kurang fokus dan faham dikarenakan media Pop-Up book kurang berwarna dan terlalu banyak tulisan. Sehingga pada siklus I situasi pembelajaran yang terjadi adalah kemampuan berbicara peserta didik masih belum meningkat sesuai harapan. Maka peneliti harus melakukan perubahan dari siklus I ke siklus 2 yang diharapkan adanya perubahan yang signifikan. Pada kegiatan yang dilakukan di siklus II, situasi pembelajaran yang terjadi adalah peneliti melakukan perubahan pada media Pop-Up book yang menjadikan lebih Colourfull. Kriteria keberhasilan tindakan adalah kenaikan ketuntasan belajar (setelah tindakan siklus II) ketuntasan belajar mencapai 75%. Dengan indikator yaitu Anak dapat mengulang kalimat sederhana, Anak dapat mendengar dan mengutarakan pendapat kepada orang lain , Anak dapat berbicara lancar dengan menggunakan kosa kata baru. Apabila hasil prosentase nilai ketuntasan individu dan nilai ketuntasan keseluruhan menunjukkan siswa mendapat nilai 7-10, maka penggunaan media Pop-Up book meningkatkan kemampuan berbicara anak dinyatakan berhasil. Apabila hasil prosentase nilai ketuntasan individu dan nilai ketuntasan keseluruhan menunjukan kurang dari 70% - 50% atau siswa mendapat nilai 5-7, maka penggunaan media Pop-Up book dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak dinyatakan kurang berhasil. Apabila hasil prosentase nilai ketuntasan individu dan nilai ketuntasan keseluruhan menunjukan kurang dari 50% - 0% atau siswa mendapat nilai 1-5, maka penggunaan media Pop-Up book dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak dinyatakan tidak berhasil.

No Pra Siklus Siklus I Siklus II
Nama Jumlah Nilai Ketuntasan Nilai Individu Nama Jumlah Nilai Ketuntasan Nilai Individu Nama Jumlah Nilai Ketuntasan Nilai Individu
1. Ab 6 60% Ab 5 50% Ab 12 90%
2. Hfz 6 60% Hfz 7 65% Hfz 10 81%
3. Dms 7 65% Dms 8 75% Dms 10 81%
4. Imr 6 60% Imr 8 75% Imrn 11 85%
5. Rmdn 6 60% Rmdn 10 81% Rmdn 12 90%
6. Bnt 6 60% Bnt 8 75% Bnt 10 81%
7. Azm 8 75% Azm 10 81% Azm 11 85%
8. Ptr 6 60% Ptr 7 65% Ptr 12 90%
9. Nf 7 65% Nf 11 85% Nf 12 90%
10. Myl 7 65% Myl 6 60% Myl 11 85%
11. Dd 7 65% Dd 10 81% Dd 12 90%
1213 Rk 7 65% Rk 11 85% Rk 12 90%
Irl 6 60% Irl 10 81% Irl 12 90%
Rata-Rata Ketuntasan Rata-Rata Ketuntasan Rata-Rata Ketuntasan
51,4% 68,5% 85,3%
Table 1.Rekapitulasi Nilai Penerapan Media Pop-Up Book untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok A Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Figure 2.Diagram Ketercapaian Hasil Belajar Peserta Didik Kemampuan Berbicara Pada Anak

Dilihat dari hasil diagram diatas menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan. Dari pra siklus, mencapai nilai 51,4% dari 13 anak hanya ada 3 yang mulai dapat menunjukkan kemampuan berbicara mereka, pada siklus I mencapai 68,5% dari 13 anak hanya 9 peserta didik yang dapat menunjukkan kemampuan berbicara mereka, dan pada siklus II mencapai 85,3% dari 13 peserta didik, semua dapat menunjukkan kemampuan berbicara mereka. Peserta didik semua dapat menunjukkan kemampuan berbeicara mereka, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media Pop-Up book dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada kelompok A. Pada penelitian ini didukung juga oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Indana Nur Aulawiyah (2019), dengan judul Mengembangkan Berbicara Anak Dengan Media Pop-Up Book Pada Kelompok A di RA Perwanida 01 Dukuh Salatiga [12]. . Hasil dari penelitian ini adalah Pembelajaran menggunakan media Pop-Up efektif untuk meningkatkan kamampuan berbicara. Penelitian ini merupakan penelitian Research and Design (R&D) yang menghasilkan produk berupa media pembelajaran berbentuk buku Pop-Up untuk keterampilan berbicara [13]. Persamaan dari penelitian ini terletak pada penggunaan media. Perbedaannya dengan penelitian ini yakni terletak pada tujuan yang hendak di capai, metode penelitian dan subjek penelitian. Siti Khumairoh meneliti “Pengembangan media untuk pembelajaran keterampilan berbicara untuk TK kelompok B sedangkan penelitian ini meningkatkan kemampuan berbicara melalui media Pop-Up book untuk TK kelompok A [14]. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa media Pop-Up efektif terhadap peningkatan kemampuan berbicara pada siswa tunagrahita kategori kelompok B di SLBN 1 Sleman hal itu ditunjukkan dengan meningkatnya presentase keberhasilan siswa yang signifikan pada fase intervensi dan mampu melebihi KKM yang telah ditentukan yakni 68% [15].

KESIMPULAN

Penelitian tindakan kelas tentang peningkatan kemampuan berbicara pada anak kelompok A melaui media Pop Up book di TK Dharma Wanita Persatuan Pucang Sidoarjo. Telah dilaksanakan dua siklus kegitan sekaligus, dan jawaban dari rumusan masalah pada bab awal maka menghasilkan kesimpulan berikut ini Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti maka disimpulkan bahwa:

Penerapan media Pop-Up book untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak dapat dilakukan dengan cara bercerita, selain bercerita dapat mengajak peserta didik dengan menirukan kalimat sederhana, dan bertanya tentang warna.

Kemampuan berbicara anak kelompok A dengan media Pop-Up book terjadi peningkatan, dibuktikan dengan data nilai kemampuan berbicara yang diperoleh peserta didik. Pada pra siklus peserta didik belum menggunakan media Pop-Up book nilai ketuntasan kelas adalah 51,4%, pada siklus I setelah anak menggunakan media Pop-Up book dalam pembelajaran kemampuan berbicra nilai ketuntasan kelas mengalami kenaikan yaitu mencapai 68,5%, dan pada siklus II pada pembelajaran kemampuan berbicara dengan media Pop-Up book nilai ketuntasan kelas mengalami kenaikan mencapai 85,3%. Hendaknya pembelajaran kemampuan berbicara dengan media Pop-Up book tidak terhenti setelah penelitian ini selesai namun bisa dipakai seterusnya untuk pembelajaran di sekolah

References

  1. Undang-undang RI No 20 Tahun 2016 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra Umbara, 2016), hal. 2.
  2. Maimunah, H., “Pendidikan Anak Usia Dini,” Yogyakarta: Diva Press, 2007, hal. 15.
  3. Sanjaya, W., “Pembelajaran dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi,” Jakarta: Kencana Pernada Media Grup, 2016, hal. 35.
  4. Muhammad, U., "Perkembangan Bahasa dalam Bermain dan Permainan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini," Yogayakarta: CV Budi Utama, 2016, hlm. 31.
  5. Muhammad, U., "Perkembangan Bahasa dalam Bermain dan Permainan Untuk Pendidikan Anak Usia Dini," Yogayakarta: CV Budi Utama, 2016, hlm. 50.
  6. Arikunto, S., “Penelitian Tindakan Kelas,” Jakarta: Bumi Aksara, 2017.
  7. Sudijono, A., “Pengantar Statistik Pendidikan,” Jakarta: Raja Grafindo, 2007, hlm. 40.
  8. Arikunto, S., “Penelitian Tindakan Kelas,” Jakarta: Bumi Aksara, 2018, hal. 19.
  9. Nazir, PM, "Metode Penelitian," Bogor: Ghalia Indonesia, 2019.
  10. Sarwiji, S., "Kurikulum dan Pengembangan Materi Ajar," Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2006.
  11. Ismoerdijahwati, “Metode Bercerita,” Surakarta: FKIP UNS, 2016.
  12. Nurgiyantoro, B., “Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak,” Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2018.
  13. Safr, M., S. Adelia, and Marlin, “Pengembangan Media Belajar Pop-Up Book pada Materi,” Jurnal Pendidikan Sains Indonesia, 2017.
  14. Kurnia, R., dan Guslinda, "Media Pembelajaran Anak Usia Dini," Surabaya: CV. Penerbitan Jakad, 2018.
  15. Tati, H., "Pengembangan Kemampuan Berbahasa dan Berbicara Anak Tunarungu," Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia, 2017, hlm. 101.