This quantitative study aimed to investigate the effect of YouTube media on the intensive listening skills of third-grade students at SDN Cemeng Bakalan 2. A pre-experimental design with a One Group Pretest-Posttest research design was employed, using a saturated sample of 17 class III students. Data was collected through pretest and posttest evaluations of intensive listening skills. The results revealed a significant effect of YouTube media on the students' listening abilities, as demonstrated by the hypothesis test with a significance level of α = 0.05. With a p-value of 0.000 < 0.05, Ho was rejected, and Ha was accepted, indicating that learning using YouTube media resulted in noticeable improvements in the intensive listening skills of third-grade students. These findings hold implications for educators seeking innovative approaches to foster effective listening skills among young learners.
Highlights:Significant Improvement: The study demonstrates a substantial enhancement in intensive listening skills among third-grade students through the use of YouTube media.
Quantitative Research Approach: The research adopts a pre-experimental design method with a One Group Pretest-Posttest to measure the impact of YouTube media on student listening abilities.
Innovative Educational Tool: YouTube media emerges as an effective and engaging tool to foster intensive listening skills, providing educators with a valuable resource to enhance learning outcomes.
Keywords: Intensive Listening Skills, YouTube Media, Third Grade Students, Pre-Experimental Design, Educational Impact.
Pengajaran sejak dini perlu diadakan untuk melakukan pengembangan bahasa Indonesia, yaitu dengan penguasaan standar kompetensi yang terdiri dari empat keterampilan, diantaranya: menyimak, berbicara, membaca, dan menulis[1]. Keterampilan menyimak merupakan keterampilan pertama yang harus dikuasai oleh manusia karena keterampilan menyimak itu merupakan dasar untuk menguasai suatu bahasa[2]. Penguasaan bahasa, komunikasi lisan, dan penguasaan fonologi dapat dilakukan bila ada penguasaan keterampilan menyimak[3].
Pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik menjadi peran penting dari keterampilan menyimak terhadap penguasaan keterampilan berbahasa yang didukung oleh pembelajaran yang baik[4]. Hal tersebut dikarenakan keaktifan peserta didik merupakan unsur penting bagi keberhasilan proses belajar. Aktif dalam berpartisipasi terhadap keterampilan menyimak menjadikan kemampuan peserta didik semakin terampil dalam kegiatan menyimak[5]. Hal ini diperkuat oleh pendapat ahli yang menyatakan bahwa suatu keterampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasi dengan praktik dan dan banyak berlatih[6]. Namun sangat jarang ditemukan peserta didik yang aktif dalam pembelajaran menyimak dan berdampak pada kemampuan menyimak peserta didik yang rendah.
YouTube adalah sebuah situs website berbagi vidio online terbesar dan paling populer di dunia internet. Saat ini pengguna YouTube tersebar di seluruh dunia dari berbagai kalangan usia, dari tingkat anak-anak sampai dewasa[7]. Para pengguna YouTube dapat mengupload video, search video, menonton video, diskusi/tanya jawab tentang video dan sekaligus berbagi klip video secara gratis. Setiap hari terdapat jutaan orang bahkan lebih yang mengakses YouTube sehingga tidak salah jika YouTube sangat potensial untuk dimanfaatkan sebagai media pembelajaran[8].Pemanfaatan YouTube sebagai media pembelajaran bertujuan untuk menciptakan kondisi dan suasana pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan interaktif. Pembelajaran di YouTube dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran yang melibatkan peserta didik di kelas. Serta penggunaan YouTube sebagai media pembelajaran dapat digunakan setiap saat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu dengan syarat komputer atau gadget terhubung dengan internet[9].
Pada awal perkembangannya, kemampuan menyimak pada pembelajaran keterampilan berbahasa dianggap tidak sepenting kemampuan berbahasa yang lainnya. Namun pada tahun 1960-an para ahli mulai melihat pentingnya kemampuan menyimak pada pengajaran bahasa[10]. Teori mengenai pentingnya kemampuan menyimak semakin berkembang pada tahun 1980-an, ketika Gillian Brown menunjukkan bahwa pengembangan kemampuan menyimak dan berbicarasama pentingnya dengan kemampuan membaca dan menulis[11]. Dengan demikian, menyimak merupakan proses penerimaan sekaligus pemahaman akan suatu hal. Hal ini penting karena jika anak memiliki kemampuan menyimak yang baik maka anak akan lebih memahami apa yang dijelaskan oleh guru ataupun orang dewasa lainnya dan dengan mudah juga untuk menginterpretasikannya pada kehidupan sehari-hari[12].
Menyimak merupakan suatu keterampilan berkomunikasi yang masih sering terabaikan, padahal menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan yang dimana anak berusaha untuk memahami maknaakan suatu hal yang disampaikan. Hal tersebut juga didukung oleh observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti di SDN Cemeng Bakalan 2 pada hari Jumat, 27 Mei 2022 dengan salah satu guru kelas 3 menunjukkan bahwa dalam pelajaran Bahasa Indonesia, masih banyak siswa yang kurang dalam menangkap informasi dari teks yang dibacakan oleh guru, hal tersebut menandakan dari 17 siswa, hanya 3 orang yang dapat memahami teks yang dibacakan, yang berarti siswa tersebut terampil dalam menyimak. Terbukti dengan 3 siswa tersebut dapat menjawab pertanyaan dari guru berdasar hasil menyimak teks yang telah dibacakan.
Dalam keberhasilan pembelajaran,terdapat beberapa sub-sistem yang dapat menentukan keberhasilan dalam pembelajaran, diantaranya yakni media atau alat bantu pembelajaran, teknologi, serta tenaga pengajar. Penggunaan media tersebut dapat memberikan keuntungan diantaranya dapat diakses dengan mudah[13]. Guru yang kreatif akan selalu berusaha untuk memberikan media pembelajaran yang terbaik bagi peserta didiknya agar materi yang disampaikan
dapat diterima dan mudah dimengerti oleh peserta didiknya. Kemampuan guru dalam memilih media pembelajaran menjadi dasar berbagai manfaat media pembelajaran bagi peserta didik. Seorang guru seharusnya dapat lebih terampil dalam menggunakan media pembelajaran yang digunakan.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan sebuah penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan eksperimen yaitu sebuah penelitian yang digunakan untuk mencari perlakuan terhadap yang lain untuk mengetahui situasi yang terkendalikan. Desain dalam penelitian ini adalah Pre-Experimental Design dalam bentuk One Group Pretes-Postest Design[14]. Populasi yag digunakan adalah seluruh siswa kelas III SD di SDN Cemeng Bakalan 2 yang berjumlah 17 siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampling jenuh atau sampling populasi. Sumber data penelitian ini diambil dari nilai pretest dan posttest. Teknik pengumpulan data penelitian ini menggunakan tes. Teknik analisis data menggunakan Uji t dalam bentuk T-Test[15].
Peneliti melaksanakan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh media YouTube terhadap keterampilan menimak intensif siswa SD kelas III di SDN Cemeng Bakalan 2. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi terlebih dahulu di kelas III untuk mengetahui kondisi yang sebenarnya. Selain melakukan observasi peneliti juga memberikan soal pretest dan posttest yang diberikan kepada responden yaitu siswa kelas III SDN Cemeng Bakalan 2 yang berjumlah 17 siswa. Data yang ada pada penelitian ini berasal dari hasil tes berupa pretest dan posttest . Adapun tes pretest kegiatan dilakukan sebelum diberikan treatment yaitu kegiatan menyimak yang dilakukan masih menggunakan dongeng yang dibacakan oleh peneliti. Sedangkan pada tahap posttest dilakukan setelah diberi treatment. Kegiatan menyimak menggunakan media YouTube. Selain dengan tes pretest dan posttest , data akan dianalisis menggunakan uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji t-test, dan uji eta squared.
Penelitian ini peneliti menggunakan seluruh siswa kelas III SDN Cemeng Bakalan 2 yang terdiri dari 17 siswa. Peneliti melakukan 2x pertemuan yaitu pada tanggal 21 Juni 2022 dan tanggal 22 Juni 2022 dengan materi unsur-unsur dongeng. Dapat diketahui bahwa data nilai pre-test tertinggi adalah 67 dan nilai terendah adalah 40. Pada posttest yang diberikan setelah diberikan perlakuan media pembelajaran YouTube diperoleh nilai terendah 73 dan tertinggi 87, dengan nilai rata-rata 78,37. Peneliti menggunakan bantuan SPSS 25 untuk menghitung uji normalitas data. Apabila sig. > 0,05 berarti data dinyatkan berdistribusi normal. Dan sebaliknya, jika sig. < 0,05 berarti data tidak normal. Berikut hasil uji normalitas dengan bantuan SPSS 25.
Kolmogorov-Sminov | Shapiro-Wilk | |||||
PretestPostest | Statistic,229,201 | df1818 | Sig.,013,054 | Statistic,887,918 | df1818 | Sig.,023,118 |
a. Lilliefors Significance Correction
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari media pembelajaran, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. Pengujian hipotesis ini menggunakan teori dari Shapiro-Wilkdengan bantuan SPSS 25, yang mana pada teori ini menggunakan metode yang digunakan untuk sampel
berjumlah kecil. Adapun kaidah dalam menyimpulkan uji hipotesis. Berikut ini kaidah keputusannya:
Test Value = 75 95% Confidence Interval of the Difference | ||
t df Sig. (1-tailed) Mean Difference Lower Upper | ||
PretestPostest | -9,724 2,089 | 17 ,000 -21,647 -26,37 -16,93 |
17 ,003 3,882 -,06 7,82 |
Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan terdapat pengaruh media pembelajaran YouTube terhadap keterampilan menyimak intensif siswa kelas III SDN Cemeng Bakalan 2. Dibuktikan dengan hasil analisis data diperoleh nilai rata-rata pretest dan postest adalah 53,75 dan 78,37. Hasil uji hipotesis dilihat dari nilai signifikansi .000 yang artinya kurang dari 0,05, jadi terdapat hubungan atau korelasi antara pretest dan postest. Untuk menjawab hipotesis dari penelitian ini, yaitu pada tabel sig(1-tailed) diatas adalah 0,000 yang berarti kurang dari 0,05. Hal ini dapat ditunjukkan bahwa terdapat pengaruh media pembelajaran YouTube terhadap keterampilan menyimak intensif siswa kelas III SDN Cemeng Bakalan 2 artinya Ho ditolak dan Ha diterima sehingga jika pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran YouTube maka menunjukkan perbedaan