Engineering Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v21i3.753

A Comparative Analysis of Manual and System-Based Recording of School Payments


Analisis Perbandingan Pencatatan Pembayaran Sekolah Secara Manual dan Berbasis Sistem

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Payment recording Manual system School Payment Receivables Comparison Advantages and Disadvantages

Abstract

This qualitative study aims to compare the recording of payments manually and through a system at the school payment receivables level. The research took place in Sidoarjo and employed data obtained from interviews, observations, and documentation. The results showed that there are both advantages and disadvantages to each recording process, and the two systems cannot be equated. While manual recording provides a backup in case of system errors, the system facilitates monitoring of the total level of bad debt by the school treasurer. The study concludes that there is a significant difference in the recording of payments between the manual and system-based approaches. The findings have implications for school administrators and treasurers in deciding which recording method to use for efficient payment management.

Highlight:

  • Different recording methods: The study compares manual and system-based recording of school payments, highlighting the differences and trade-offs between the two approaches.
  • Interrelatedness of manual and system recording: While each method has its advantages and disadvantages, they are interconnected, providing backup and ease of monitoring for school treasurers.
  • Implications for payment management: The findings have implications for efficient payment management in schools, requiring considerations of reliability, efficiency, and control of debt levels.

Keyword:

Payment recording, Manual system, School Payment Receivables, Comparison, Advantages and Disadvantages

Pendahuluan

Pada era globalisasi teknologi dan informasi saat ini sangatlah berkembang dengan cepat dan sudah tidak diragukan lagi. Banyak berbagai inovasi baru yang bertujuan untuk mempermudah semua orang dalam menyelesaikan pekerjaan. Di dalam dunia pendidikan, kemajuan teknologi pada sistem pembayaran telah menggantikan peranan uang tunai yang dikenal masyarakat sebagai alat pembayaran dalam bentuk pembayaran non tunai yang lebih efektif dan efisien. Dengan adanya teknologi yang semakin berkembang, dapat membantu dalam mengembangkan mutu dari sebuah sekolah. Dalam peningkatan mutu, sekolah harus didampingi dengan penggunaaan teknologi yang mendukung. Pembayaran adalah suatu tindakan menukarkan sesuatu uang atau barang dengan maksud dan tujuan yang sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Sedangkan SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan) merupakan iuran wajib bagi siswa atau siswi yang dipergunakan oleh pihak sekolah untuk memfasilitasi segala kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa/siswi, dengan waktu pembayaran ditentukan sebelumnya [1], contohnya seperti pembayaran SPP secara non tunai maupun dengan menggunakan sistem atau bisa disebut juga secara transfer, agar pembayaran yang dilakukan dapat lebih efektif dan efisien. Tetapi di Indonesia pada era modern seperti sekarang ini masih banyak sekolah – sekolah yang melakukan pembayaran sekolah secara tunai atau bisa disebut juga secara cash, dan belum bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk membantu meningkatkan mutu sebuah sekolah. Sehingga permasalahan yang terjadi adalah pembayaran sekolah yang sudah jatuh tempo. Bukan hanya itu, proses pembayaran keuangan sekolah yang masih belum terkomputerisasi juga menjadi masalah. Sekarang ini, tidak hanya sebuah organisasi saja yang menggunakan sebuah sistem untuk mengontrol pencatatan laporan keuangan, namun sebuah sekolah pun membutuhkan pencatatan laporan keuangan mengguanakan sistem guna lebih efisien dan efektif. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dialakuakn oleh [2] yang mempunyai topik mengenai “implementasi sistem pengendalian intern terhadap piutang pada universitas djuanda bogor.” Bahwa uang sekolah dapat dibayar tunai dan dicicil, sistem cicilan inilah yang menimbulkan piutang sekolah siswa kepada pihak sekolah. Hal ini dilakukan dengan maksud meningkatkan volume jumlah siswa setiap semesternya dan meningkatkan pendapatan sekolah. Piutang tersebut tentunya akan menimbulkan permasalahan apabila tidak ditangani dengan baik, seperti adanya kesalahan tagih, keterlambatan penerimaan pembayaran, ketelitian dalam pembukuan, dan sebagainya.

Piutang adalah klaim sekolah terhadap pihak tertentu atas barang atau jasa yang telah diberikannya, piutang juga merupakan salah satu pos yang penting di neraca yang turut memberikan gambaran kualitas sekolah. Menurut [3] piutang adalah klaim organisasi atas uang, barang atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi dimasa lalu. Menurut [4] yang dimaksud dengan piutang adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang nantinya akan dimintakan pembayarannya bilamana telah sampai jatuh tempo Oleh karena itu, pengawasan yang baik mutlak diperlukan oleh sekolah. Selain itu pengawasan yang tidak baik pada piutang akan menimbulkan kerugian pada sekolah. Piutang merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk diperhatikan karena berpengaruh terhadap likuiditas dan modal kerja suatu organisasi sebab piutang masuk dalam kategori harta lancar dan diharapkan akan dapat dicairkan dalam waktu singkat. Pengelolaan Piutang bagi sekolah adalah suatu hal yang penting untuk dilakukan agar piutang dapat berjalan dengan baik dan meminimalkan hal-hal yang terjadi diluar perhitungan.[5] mengemukakan, bahwa sistem informasi akuntansi dapat didefinisikan sebagai kumpulan (integrasi) dari sub-sub system atau komponen baik fisik maupun nonfisik yang saling berhubungan dan bekerja sama satu sama lain secara harmonis untuk mengolah data transaksi yang berkaitan dengan masalah keuangan menjadi informasi keuangan. Hal ini diperlukan sistem akuntansi yang baik dalam pencatatan dan pengelolaan piutang. Pengakuan, penilaian, penyisihan, dan penghapusan piutang merupakan seperangkat sistem akuntansi yang harus dijalankan sesuai dengan prosedur. Selain itu diperlukan juga sistem pengendalian intern yang baik dan disiplin agar tujuan sekolah dapat dicapai. Menurut [6] sistem akuntansi piutang (Account Receivable system) ialah klaim terhadap pelanggan yang timbul dari penjualan barang atau jasa secara kredit. system akuntansi piutang dirancang untuk mencatat transaksi terjadinya piutang dan berkurangnya piutang. terjadinya piutang berasal dari penjualan kredit dan berkurangnya piutang berasal dari retur penjualan dari penerimaan kas dari piutang. Namun pada kenyataannya terdapat beberapa sekolah yang masih menerapkan pembayaran sekolah secara manual. Seperti proses transaksi keuangan SPP siswa harus mengisi terlebih dahulu form yang telah disediakan oleh bagian keuangan, kemudian di serahkan ke staff keuangan untuk direkap kembali pada buku besar, selanjutnya ditulis pada kartu siswa sebagai tanda bukti pembayaran yang berupa potongan kartu kecil bertuliskan bulan yang dibayar, melihat proses yang berjalan menjadi masalah apabila tanda bukti pembayaran hilang, proses penyusunan laporan keuangan SPP dan proses transaksi yang kurang efektif [7]. Pernyataan tersebut sejalan dengan [8] menyatakan bahwa masih banyak permasalahan yang dialami sulitnya mengahadapi siswa yang melakukan pembayaran SPP dengan proses manual, dan mengakibatkan pencatatan, penyimpanan data pada transaksi pembayaran SPP disimpan dalam bentuk manual yang ditulis pada buku besar sehingga petugas kesulitan dalam pembuatan laporan. Dari pernyataan terebut dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang sering dihadapi dalam pembayaran iuran sekolah yakni masih konvensional dengan mencatat pada kartu pembayaran, kemudian direkap secara manual pada buku. Hal ini menyebabkan tidak efektif dan efisien dalam menjalankan operasional sekolah. Oleh karena itu untuk menunjang peningkatan mutu sekolah perlu adanya pergantian sistem pembayaran yang belum menggunakan teknologi, misalnya pembayaran SPP yang dilakukan secara langsung melalui sistem.

Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh [9] masalah yang dihadapi sekolah yaitu belum adanya sistem pengolahan pembayaran SPP yang bekerja secara efektif dan efisien. Mengingat hal tersebut dalam proses pembayaran SPP yang sifatnya manual pasti membutuhkan waktu yang lama, sehingga dapat menyebabkan arus keuangan tidak optimal. Dengan transaksi pembayaran SPP melaui bank dapat berlangsung dengan cepat, efisien, dan akurat. Sehingga dapat menghemat sumber daya dan meningkatkan keakuratan serta keamanan dalam transaksi tersebut. Karena informasi pembayaran SPP berpengaruh dalam proes kelancaran kegiatan sekolah. Oleh karena itu, peneliti ingin bermaksud untuk mengintegrasikan beberapa penelitian yang ada untuk mencari informasi terkait permasalahan pencatatan pembayaran SPP dengan dua metode pembayaran secara tunai lewat sekolah maupun secara non tunai. Dari paparan diatas penulis tertarik menginginkan sekolah bisa mengelola keungan piutang mereka dengan baik yang nantinya dapat meminimalkan hal-hal yang terjadi diluar perhitungan. Melalui penelitian yang dilakukan oleh penulis ini agar tujuan-tujuan sekolah tersebut bisa tercapai dengan judul “Implementasi Perbandingan Pencatatan Pembayaran Secara Manual Dan Sistem Pada Tingkat Piutang Pembayaran Sekolah (Studi Pada SMK Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo)”.

Metode

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode kualitatif yaitu penelitian naturalistik karena penelitianyanya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) .Menurut [10] bahwa penelitian kualitatif ialah penelitian yang mengggunakan pendekatan naturalistik agar dapat memahami suatu fenomena dalam latar belakang yang berkonteks khusus. Menurut [11] Penelitian kualitatif pada hakekatnya adalah mengamati orang dalah hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer.

2. Fokus Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menetapkan batasan masalah yang disebut dengan fokus penelitian, yang berisi pokok masalah yang bersifat umum. Spardley dalam [12] menyatakan bahwa “A focused refer to a single cultural domain or a few related domains” maksudnya adalah fokus penelitian merupakan domain waktu. Sesuai dengan rumusan masalah yang ada, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pencatatan pembayaran secara manual dan sistem pada tingkat piutang pembayaran sekolah di SMK Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo. Alasan penulis menggunakan fokus penelitian ini karena penulis ingin mengetahui perbedaan cara pencatatan pembayaran secara manual dengan secara sistem pada tingkat piutang pembayaran sekolah.

3. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini terdapat di Kota Sidoarjo tepatnya di Kecamatan Taman. Peneliti memilih informan dengan bendahara sekolah dan staff penerimaan sekolah untuk melakukan wawancara, observasi serta dokumentasi, sehingga lebih spesifik terdapat di lokasi SMK Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo dengan nama Bapak Faqih sebagai bendahara sekolah dan Ibu Shyntia sebagai staff penerimaan sekolah.

4. Uji Keabsahan Data

Dalam penelitian kualitatif memerlukan standart dengan keabsahan data untuk melihat kepercayaan dan kebenaran dari hasil penelitian dengan uji kredibilitas data. Menurut [13] menjelaskan bahwa keabsahan data pada penelitian kualitatif dapat diperoleh melalui triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain untuk mengecek dan mebandingkan data tersebut. Maka dalam penelitian ini peneliti memilih menggunakan triangulasi data dengan kombinasi dari beberapa sumber yaitu, wawancara, observasi dan dokumentasi yang sama antara wawancara, observasi dan dokumentasi yang telah dikumpulkan.

5. Teknik Analisis

Dalam penelitian ini analisis data merupakan proses mencari serta menyusun secara sistematis data yang di dapat dari wawancara, observasi dan dokumentasi dengan cara menyusun ke dalam pola,memilih mana yang penting dan akan dipelajari serta membuat kesimpulan agar dapat dipahami oleh diri sendiri atau orang lain menurut [13].

Aktivitas dalam analisis data yaitu :

  1. Reduksi data, pada penelitian ini data yang diperoleh dari lapangan berupa wawancara, observasi atau dokumentasi yang banyak maka perlu dipilah sesuai fokus dan tujuan pada penelitian. Pemilihan dilakukan sesuai pernyataan dalam wawancara, hasil observasi atau point penting dalam dokumentasi yang ada kaitanya dengan masalah yang diteliti.
  2. Penyajian data, dari hasil reduksi yang sudah dilakukan sebelumnya maka penyajian dalam penelitian ini berupa teks atau cerita yang bersifat naratif agar dapat menarik kesimpulan.
  3. Penarikan kesimpulan atau Verifikasi, peneliti menemukan pola yang saling berkaitan antara data dengan analisis yang telah dilakukan. Maka akan menarik kesimpulan dari data yang telah terkumpul dan kemudian kesimpulan tersebut diverifikasi.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Analisis

Gambaran Umum pencatatan pembayaran piutang secara manual dan sistem

Penerimaan pembayaran piutang secara manual dicatat langsung oleh bendahara atau petugas tata usaha pada buku penerimaan pembayaran piutang sekolah dengan jurnal pendapatan pada piutang. Jika pencatatan pembayarannya pada sistem menggunakan software yang ditunjuk atau yang digunakan oleh objek penelitian, maka akan otomatis mengurangi jumlah piutang pembayaran sekolah yang telah ada di software tersebut dengan melakukan jurnal yang sama yaitu pendapatan pada piutang. Bedasarkan hasil penelitan di atas dapat disumpulkan bahwa sebelum melakukan pencatatan terdapat beberapa persiapan yang perlu diperhatikan. Salah satunya bukti penerimaan tagihan dari wali murid.

a) Pencatatan Pembayaran secara Manual Pada Tingkat Piutang

Bedasarkan observasi yang telah dilakukan, responden diketahui pencatatan pembayaran pada piutang secara manual dilakukan di setiap akhir periode. Perolehan jumlah angka piutang didapatkan dari jumlah penerimaan pembayaran piutang sekolah yang tidak sesuai dengan jumlah penerimaan dari seluruh siswa sekolah. Metode pencatatan piutang secara manual memiliki banyak kekurangan, apalagi dalam perkembangan zaman yang sudah berkembang. Pencatatan piutang yang dilakukan secara manual oleh SMK Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo pada Tahun 2016-2017 sangat menyita banyak waktu dalam menyajikan laporan keuangan, karena dalam pencatatannya melalui banyak langkah seperti harus memverifikasi jumlah pembayaran dan data siswa lalu merekap serta mencatat seluruh pembayaran dari wali murid, selajutnya melalukan penjurnalan dan menyusun laporan keuangan. Hal ini kemungkinan dapat menambah prosentase jumlah piutang yang tak tertagih, karena banyaknya langkah yang harus diterapkan.

LAPORAN PIUTANG SMK MUHAMMADIYAH 2 TAMAN
TAHUN JUMLAH PIUTANG JUMLAH SISWA
2016-2017 413.707.000 490 Siswa
2017-2018 514.482.400 466 Siswa
2018-2019 594.998.800 486 Siswa
2019-2020 698.162.000 476 Siswa
Table 1.Laporan Piutang Pencatatan Secara Manual

Berikut dari tabel diatas menunjukkan bahwa laporan piutang SMK Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo yang pencatatannnya masih dilakukan secara manual dan mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pada periode tahun 2016-2017 sekolah mengalami tingkat piutang sebesar 413.707.000 dengan jumlah 490 siswa. Pada periode tahun 2017-2018 mengalami titik kenaikan piutang tertinggi dari 3 tahun periode selanjutnya yaitu 24,35% atau sebesar 514.482.400 dengan jumlah 466 siswa. Pada periode tahun 2018-2019 sekolah mengalami mengalami kenaikan piutang 15,65% atau sebesar 594.998.800. Sedangkan pada periode tahun 2019-2020 sekolah mengalami kenaikan piutang 17,34% atau sebesar 698.162.000 dengan jumlah 476 siswa.

Bedasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sementara bahwa pencatatan pembayaran piutang secara manual belum dapat meminimalisir jumlah tingkat piutang, terlihat dari data tabel diatas pada periode tahun 2016-2017 sampai dengan periode tahun 2019-2020 tiap tahunnya tingkat piutang terus mengalami kenaikain. Hal itu karena objek penelitian pada saat itu masih menggunakan manual pencatatannya. Dimana metode pencatatan piutang secara manual memiliki banyak kekuarangan, apalagi dalam sekolah yang sudah moderen. Pencatatan yang dilakukan secara manual cukup banyak yang harus di catat mulai dari mencatatat nama siswa, bulan pembayaran, jumlah pembayaran, mengisi daftar piutang, membuat kartu tagihan untuk walid murid dan melakukan penjurnalan ke dalam catatan laporan keuangan, sehingga membuat karyawan kesulitan dan menyita banyak waktu lebih banyak dalam menyajikan laporan keuangan.

Pernyataan dari simpulan sementara sudah sesuai dan dapat di dukung oleh [14] dimana proses pencatatan secara manual membutuhkan waktu yang lama, sehingga dapat menyita waktu dan tidak efisien dalam menyajikan laporan keuangan.

b) Pencatatan Pembayaran secara Sistem Pada Tingkat Piutang

Metode pencatatan piutang secara sistem memiliki banyak kelebihan dan memberi manfaat, contohnya seperti memudahkan sekolah untuk memantau piutang yang belum tertagih. Pencatatan piutang yang dilakukan secara sistem oleh SMK Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo pada tahun periode 2020-2021 dapat mempersingkat waktu dalam menyajikan laporan keuangan, karena sudah diterapkan secara sistem atau terkomputerisasi. Di dalam sistem SIASMUH saat terjadi pembayaran oleh wali murid, pembayaran tersebut dapat langsung diinput kedalam sistem pembayaran oleh bagian penerimaan pembayaran, setelah itu bagian bendahara sekolah dapat menginput data ke sistem penjurnalan ketika ada pembayaran tunggakan yang sudah terbayar maupun yang belum terbayar, baru akan di lakukan penjurnalan yaitu pendapatan pada piutang serta membuat laporan keuangan. Hal ini kemungkinan dapat meminimalisir terjadinya kesalahan pencatatan piutang pembayaran yang belum tertagih dan meminimalisir jumlah tingkat piutang.

LAPORAN PIUTANG SMK MUHAMMADIYAH 2 TAMAN
TAHUN JUMLAH PIUTANG JUMLAH SISWA
2019-2020 377.130.000 434 Siswa
2020-2021 198.185.000 356 Siswa
Table 2.Laporan Piutang Pencatatan Secara Sistem

Berikut dari tabel diatas menunjukkan bahwa laporan piutang SMK Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo yang pencatatannnya sudah dilakukan secara sistem dapat mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pada periode tahun 2020-2021 sekolah mengalami tingkat piutang sebesar 377.377.130.000 dengan jumlah 434 siswa. Sedangkan pada periode tahun 2021-2022 terjadi penurunan pada jumlah tingkat piutang 47.45% atau sebesar 198.185.000 dengan jumlah 356 siswa.

Bedasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sementara bahwa pencatatan pembayaran secara sistem dapat memberi manfaat, karena memudahkan bendahara sekolah untuk memantau jumlah piutang. Dalam hal ini objek penelitian sudah menggunakan sistem SIASMUH dalam penerimaan maupun pencatatan keuangan. Pernyataan dari simpulan sementara sudah sesuai dan dapat di dukung oleh [15] dimana pihak sekolah menyetujui jika penerapan sistem dalam pencatatan piutang sangat membantu.

Perbandingan pencatatan pembayaran secara manual dan sistem pada tingkat piutang pembayaran sekolah.

Pencatatan pembayaran pada tingkat piutang yang dilakukan oleh sekolah SMK Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo terdapat perbandingan antara manual dan menggunakan sistem. Masing-masing dari pencatatan pembayaran tersebut memiliki perencanaan di awal serta dikelola dengan sangat baik yang akan membuat piutang itu menjadi terminimalisir agar tidak terjadi peningkatan pada piutang yang tak tertagih dan dapat dilihat dari beberapa pernyataan berikut: Adanya perbandingan yang didapat dalam proses pembuatan pencatatan pada tingkat piutang, dalam penelitian ini laporan keuangan sudah di ketahui kalau antara manual dan sistem terdapat perbandingan

LAPORAN PIUTANG SMK MUHAMMADIYAH 2 TAMAN
TAHUN JUMLAH PIUTANG JUMLAH SISWA
2016-2017 413.707.000 490 Siswa
2017-2018 514.482.400 466 Siswa
2018-2019 594.998.800 486 Siswa
2019-2020 698.162.000 476 Siswa
Table 3.Laporan Piutang Pencatatan Secara Manual
LAPORAN PIUTANG SMK MUHAMMADIYAH 2 TAMAN
TAHUN JUMLAH PIUTANG JUMLAH SISWA
2019-2020 377.130.000 434 Siswa
2020-2021 198.185.000 356 Siswa
Table 4.Laporan Piutang Pencatatan Secara Sistem

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa adanya perbandingan pada laporan piutang yang mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pada periode tahun 2016-2017, 2017-2018, 2018-2019, dan 2019-2020 sekolah masih menggunakan pencatatan secara manual dan mengalami kenaikan pada tingkat piutang. Pada periode tahun 2016-2017 sekolah mengalami tingkat piutang sebesar 413.707.000 dengan jumlah 490 siswa. Pada periode tahun 2017-2018 mengalami titik kenaikan piutang tertinggi dari 3 tahun periode selanjutnya yaitu 24,35% atau sebesar 514.482.400 dengan jumlah 466 siswa. Pada periode tahun 2018-2019 sekolah mengalami mengalami kenaikan piutang 15,65% atau sebesar 594.998.800. Sedangkan pada periode tahun 2019-2020 sekolah mengalami kenaikan piutang 17,34% atau sebesar 698.162.000 dengan jumlah 476 siswa. Kenaikan tingkat piutang bisa terjadi karena pihak sekolah pencatatannya masih dilakukan secara manual yang membutuhkan waktu lama, sehingga dapat menyita banyak waktu dan tidak efisien dalam menyajikan laporan keuangan. Atas hal tersebut membuat sekolah kurang dapat memantau atas pembayaran yang belum dibayar oleh wali murid, yang nantinya dapat menyebabkan kenaikan pada tingkat piutang. Pada periode tahun 2020-2021, dan 2021-2022 sekolah sudah menggunakan pencatatan secara sistem, sehingga mengalami penurunan pada tingkat piutang. Pada periode tahun 2020-2021 sekolah mengalami tingkat piutang sebesar 377.377.130.000 dengan jumlah 434 siswa. Sedangkan pada periode tahun 2021-2022 terjadi penurunan pada jumlah tingkat piutang 47.45% atau sebesar 198.185.000 dengan jumlah 356 siswa. Hal ini terjadi karena pencatatan pembayaran secara sistem yang diterapkan dapat memberi manfaat, karena memudahkan bendahara sekolah untuk memantau jumlah piutang. Dalam hal ini objek penelitian sudah menggunakan sistem SIASMUH dalam penerimaan maupun pencatatan keuangan.

Bedasarkan hasil wawancara di atas yang telah di dilakukan dengan responden di dapat kesimpulan sementara bahwa terjadi perbandingan antara manual dan sistem. Jika pencatatannya dilakukan secara manual belum dapat meminimalisir jumlah tingkat piutang, karena dalam pencatatannya menyita banyak waktu lebih lama dan tidak efisien dalam menyajikan laporan keuangan. Atas hal tersebut membuat sekolah kurang dapat memantau atas pembayaran yang belum dibayar oleh wali murid, yang nantinya dapat menyebabkan kenaikan pada tingkat piutang dan mengalami kerugian. Sedangkan pencatatan yang dilakukan secara sistem dapat memberi manfaat kepada sekolah untuk meminimalisir kenaikan pada piutang, karena dalam penerimaan maupun pencatatan jadi lebih efisien dan dapat menghemat waktu dalam menyajikan laporan keuangan. Hal ini memudahkan bendahara sekolah untuk lebih mudah memantau tingkat piutang, agar tidak mengalami kenaikan. Hal ini juga di dukung dalam penilitian yang dilakukan oleh [16] bahwa sebelum menggunakan sistem yang digunakan saat ini banyak kesalahan pada saat menginput data, seperti jumlah angka yang tidak terbaca, jumlah nominal yang tidak sesuai, adanya manipulasi data, kesalahan perhitungan serta hilangnya data yang dapat menyebabkan kerugian

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa terdapat perbandingan pencatatan pembayaran yang dilakukan secara manual dan sistem pada tingkat piutang pembayaran sekolah. Hal ini menunjukan bahwa kedua sistem tidak dapat di sama ratakan karena terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing proses pencatatan. Kelebihan pada pencatatan pembayaran secara sistem memudahkan sekolah untuk memantau jumlah tingkat piutang yang tak tertagih dibandingkan dengan pencatatan pembayaran secara manual, sedangkan kelebihan pencatatan secara manual yaitu terdapat bukti tertulis dan alur-alur yang jelas di dalam mencatat sistem pencatatan pembayaran tersebut sehingga jika sewaktu-waktu terjadi kesalahan maka dapat dengan mudah dicocokkan mengenai bukti-bukti proses pencatatan yang telah dilakukan persetujuan atau otorisasi dari masing-masing fungsi yang mencatat. Kemudian kekurangan yang terdapat di dalam pencatatan pembayaran secara sistem yaitu terkadang terjadi sistem error sehingga hal ini akan dapat memungkinkan adanya kehilangan data yang sudah tercatat sehingga diharuskan pihak pencatatan untuk melakukan verifikasi ulang serta terdapat kekurangan pembayaran secara sistem ini diperlukan pelatihan khusus supaya dapat dikuasai dengan benar sistem-sistem yang akan digunakan sedangkan kekurangan yang ada pada pembayaran secara manual itu sendiri adalah kurangnya efisiensi waktu yang digunakan untuk melakukan pencatatan pembayaran piutang karena harus melalui tahap-tahap secara manual serta lebih sulit di dalam melakukan kontrol piutang karena harus melihat catatan secara manual.

References

  1. L. N. Rahmawati, “Sistem Informasi Pembayaran SPP Di Mts Yayasan Pondok Pesantren Wahid Hasyim Yogyakarta Berbasis Web Dan Sms Gateway,” Stmik Akakom Yogyakarta, 2019.
  2. S. Hambani, “Implementasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Piutang Pada Universitas Djuanda Bogor,” J. Akunida, vol. 1, no. 2, pp. 47–60, 2015, [Online]. Available: https://doi.org/10.30997/jakd.v1i2.123
  3. Rudianto, Pengantar Akuntansi. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008.
  4. M. Munandar, Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi Empat. Yogyakarta: BPFE, 2006.
  5. A. Susanto, Sistem Informasi Akuntansi – Pemahaman Konsep Secara Terpadu, Edisi Perdana, Cetakan pertama. Bandung: Lingga Jaya, 2017.
  6. Mulyadi, Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Cetakan ke-5. Jakarta: Salemba Empat, 2010.
  7. Suryana, Satria, and Aisyah, “Rancang Bangun Aplikasi Pembayaran Sumbangan Pembinaan Pendidikan (SPP) Di SMA Ciledug Garut Menggunakan Metodologi Berorientasi Objek Unified Approach (UA),” Algoritm. 10, vol. 1–10, 2013.
  8. Sudirman, E. R. H, and K. Rina, “). Perancangan rogram Aplikasi Transaksi Pembayaran SPP, UTS Dan UAS Menggunakan Metode Analisis Dan Desain Berorientasi Objek Model Unified Approach,” Algoritm. 9, pp. 1–9, 2012.
  9. D. C. Sihombing, “Perancangan dan Implementasi Sistem Informasi Administrasi Pembayaran SPP di SMP Negeri 1 Salatiga Menggunakan Metode Prototype (Tugas akhir),” 2012.
  10. L. J. Moleong, Moetodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000.
  11. Nasution, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Tarsito, 1998.
  12. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitataif dan Kombinasi (MixedMethods). Bandung: Alfabeta, 2016.
  13. Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: CV Alfabeta, 2018.
  14. R. Nurlaila, “Analisis sistem pencatatan piutang secara manual pada PUD pasar kota medan,” Sibatik J., vol. 1, no. 5, 2022.
  15. N. Isadora, “Transaksi Sistem Informasi Pembayaran Spp Bimbingan Belajar Dengan NFC,” J. Ilm. SINUS, vol. 14, no. 1, pp. 11–20, 2018.
  16. D. Amanah, S. Wasiyanti, and L. Widiastuti, “Perbandingan Pencatatan Akuntansi Manual dengan Menggunakan Aplikasi Berbasis Komputer pada Depok Street Market,” J. Account. Inf. Syst., vol. 1, no. 2, 2021.