Abstract
This study aims to describe student learning discipline and teacher efforts in internalizing student learning discipline. The object of the research was conducted at the Kletek State Elementary School in Sidoarjo. The research subjects were 3 students and 1 class teacher. Data was collected using observation, interview and documentation techniques which were then analyzed using the Miles interactive analysis model, namely data collection, condensation, data presentation, drawing conclusions or data verification. The results showed that student learning discipline, including (1) attendance during school; (2) student obligations; (3) prohibition of students, and (4) wearing uniforms at school. Efforts to internalize learning discipline are carried out through the teacher being a role model for students, giving advice, being consistent in applying the rules, giving punishment to students who violate.
Pendahuluan
Disiplin secara etimologi diartikan dengan beberapa pengertian, yaitu tata tertib di sekolah, kemiliteran, dan lain sebagainya (ketaatan/ kepatuhan terhadap tata tertib di sekolah)[1]. Kedisiplinan memiliki berbagai fungsi salah satunya ialah, kedisiplinan menjadi persiapan siswa dalam keikutsertaan aktif di lingkungan orang dewasa yang terorganisasi, di mana kebebasan diseimbangkan dengan tanggung jawab yang berhubungan dengannya[2]. Pengertian lain, kedisiplinan adalah suatu keadaan yang terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai kesetiaan, kertertiban, keteraturan, kepatuhan, dan ketaatan. Sedangkan belajar adalah suatu proses perubahan internal kepribadian yang dicerminkan dalam bentuk perubahan peningkatan kualtas perilaku dalam seluruh aspek kehidupannya[3], [4].
Pengertian kedisiplinan dikaitkan dengan kata belajar di atas, menunjukkan suatu proses ketaatan dan kepatuhan peserta didik dalam menjalankan serangkaian perilaku pengendalian diri, sehingga terjadi perubahan kualitas perilaku yang lebih baik. Hal ini senada dengan pengertian kedisiplinan belajar yang diartikan sebagai usaha untuk membantu peserta didik mampu mengembangkan pengendalian diri dalam melakukan pelanggaran selama proses belajar-mengajar[2], [3].
Kedisiplinan belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini sesuai pengertian di atas, yaitu perilaku peserta didik yang menunjukkan nilai-nilai kesetiaan, kertertiban, keteraturan, kepatuhan, dan ketaatan dalam melaksanakan suatu peraturan yang berlaku selama mengikuti proses belajar mengajar. Akmaluddin, menjelaskan bahwa kedisiplinan belajar membutuhkan suatu peraturan. Adanya suatu peraturan akan membiasakan seseorang untuk disiplin dalam segala hal[3]. Artinya, kedisiplinan belajar adalah modal utama suatu keberhasilan. Kedisiplinan belajar dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar
Beberapa pengertian kedisiplinan belajar di atas, dapat dipahami menjadi suatu karakter yang dapat menjadikan siswa lebih bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, mandiri, dan dapat mengetahui mana yang baik dan buruk. Penelitian Restiana menemukan tiga indikator kedisiplinan belajar, yaitu kedisiplinan waktu, kedisiplinan berpakaian, dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah. Ristiana, menganalisis kedisiplinan belajar ditinjau dalam proses belajar mengajar menjadi unsur utama[5]. Hal ini ditunjukkan adanya pelanggaran dalam aktivitas belajar mengajar disebabkan oleh siswa yang tidak melaksanakan kedisiplinan belajar. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kedisiplinan belajar siswa di Sekolah Dasar cenderung tidak berjalan dengan baik, karena masih banyak ditemukan pelanggaran kedisiplinan belajar yang dilakukan oleh siswa[5], [6].
Melihat kenyataan tersebut di atas, pembiasaan kedisiplinan belajar yang diberikan kepada siswa sejak kelas rendah di Sekolah Dasar menjadi urgen dilakukan penelitian. Hal ini pembiasaan kedisiplinan siswa sejak kelas rendah, diharapkan membawa perubahan positif dalam perilaku sehari-hari dan terutama ketika siswa naik kelas lebih tinggi. Hal ini dikarenakan siswa sudah dilakukan pembiasaan dan memiliki kemampuan disiplin sejak kelas rendah, sehingga terhindar dari perilaku yang tidak benar atau siswa tidak cenderung melakukan pelanggaran.
Internalisasi kedisiplinan belajar sejak kelas rendah di atas, merupakan sebagai upaya untuk mengantarkan siswa menggapai kesuksesan dalam mencapai cita-citanya. Siswa yang merupakan calon penerus bangsa harus memberikan contoh yang baik dalam penegakan disiplin[2], [7], [8]. Pemahaman ini memberikan proposisi, jika guru tidak membiasakan disiplin siswa dengan baik sejak dini, maka siswa akan cenderung kurang termotivasi dan memperoleh penekanan tertentu yang mengakibatkan suasana belajar kurang kondusif untuk mencapai prestasi siswa.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang kuat antara kedisiplinan dengan hasil belajar, bahkan kedisiplinan berpengaruh terhadap prestasi belajar[3], [9], [10]. Hal ini senada dengan beberapa hasil penelitian yang menemukan bahwa kedisiplinan belajar berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar Matematika, Bahasa Indonesia, meningkatkan prestasi belajar IPS di Sekolah Dasar[11]–[13]. Penelitian lain, kedisiplinan belajar siswa pada aspek kehadiran, siswa mengikuti pelajaran di kelas, mengerjakan tugas dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar menunjukkan kategori pengaruh yang sangat kuat[8], [14]. Sebaliknya, Darmayanti melakukan penelitian tentang pengaruh kecerdasan emosional siswa terhadap kedisiplinan belajar dengan objek penelitian di Sekolah Dasar. Hasil penelitiannya menunjukkan kecerdasan emosional berpengaruh kuat terhadap kedisiplinan belajar[15].
Beberapa penelitian di atas menfokuskan pada masalah hubungan dan pengaruh kedisiplinan belajar terhadap hasil belajar Matematika, Bahasa Indonesia dan IPS. Penelitian tersebut juga cenderung memilih subjek penelitian pada kelas tinggi serta penelitian juga ada yang mengaitkan dengan persoalan tingkat kecerdasan emosional siswa. Sebaliknya, penelitian ini menfokuskan tentang internalisasi kedisiplinan belajar siswa di kelas rendah dengan menggunakan jenis penelitian studi kasus. Peneliti mengamati pada objek penelitian di SDN Kletek menunjukkan adanya upaya guru untuk mewujudkan kedisiplinan belajar siswa dalam menaati peraturan sekolah yang wajib ditaati seluruh siswa sekolah. Peraturan tersebut adalah membuang sampah pada tempatnya, menjaga situasi dan kondisi kelas, perpustakan dengan tenang, berpakain rapi, menyelesaikan tugas dengan tepat waktu, dan menjaga kebersihan.
Adanya peraturan sekolah tersebut di atas bertujuan siswa dapat menjadi pribadi yang lebih mandiri, bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, tertib dalam mengatur waktu. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara tentang kedisplinan belajar kepada siswa dan guru kelas III bahwa kedisiplinan belajar siswa kelas III ditunjukkan dengan menggenakan atribut seragam dengan lengkap, tidak terlambat datang ke sekolah, mengerjakan tugas sekolah, patuh terhadap guru, memperhatikan saat jam pelajaran, tidak membuat suara gaduh, tidak mencontek saat ujian, selalu izin ketika keluar masuk kelas pada saat pelajaran, tidak menggangu siswa lain saat pelajaran, dan membawa peralatan sekolah. Peneliti juga melihat ada upaya guru untuk melakukan kedisiplinan belajar melalui penerapan tata tertib di sekolah dan di kelas, memberikan tauladan, dan memberikan hukuman (non fisik). Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti menfokuskan dalam penelitian ini pada kedisiplinan belajar siswa dan upaya guru dalam melakukan internalisasi kedisiplinan belajar siswa.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif studi kasus. Pemilihan studi kasus dikarenakan studi penelitian memiliki kasus tunggal yang berusaha memahami dalam konteks, situasi, dan kondisi tertentu[16]. Penelitian studi kasus ini memiliki subyek yakni siswa kelas III berjumlah 3 orang. Selanjutnya dalam mengumpulkan data, menggunakan teknik observasi, wawancara serta dokumentasi. Teknik observasi dilakukan untuk memperoleh data yang dibutuhkan serta berkaitan dengan internalisasi kedisiplinan belajar siswa. Teknik wawancara dilakukan secara mendalam guna mendapatkan data yang lebih mendalam tentang kedisiplinan belajar siswa dan upaya guru dalam internalisasikan kedisiplinan belajar kepada siswa. Teknik dokumentasi juga dipergunakan untuk mendukung data-data berupa catatan dan peraturan sekolah tentang kedisiplinan belajar saat mengikuti belajar mengajar di kelas. Tahap akhir ialah peneliti melakukan analisis data. Analisis data penelitian yang digunakan adalah analisis interaktif model Miles dengan melakukan pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data, menarik kesimpulan atau verifikasi data[17].
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian pada kedisiplinan belajar siswa, dan upaya guru dalam melakukan internalisasi kedisiplinan belajar siswa. Kedua, persoalan penelitian tersebut pada sub bab ini akan dipaparkan secara berurutan sesuai data yang diperoleh dari wawancara, observasi dan dokumentasi. Pertama, kedisiplinan belajar ditemukan empat aspek kedisiplinan belajar, yaitu (1) kehadiran selama sekolah; (2) kewajiban siswa; (3) larangan siswa, dan (4) berpakaian seragam di sekolah. Keempat aspek kedisiplinan belajar tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Kehadiran Siswa
Kedisiplinan belajar pada aspek kehadiran siswa selama mengikuti pelajaran menunjukkan bahwa siswa hadir di sekolah 5 menit sebelum pelajaran dimulai, siswa absen sakit atau izin wajib memberikan surat keterangan kepada guru, wajib izin kepada guru apabila mau keluar masuk kelas. Sebelum pulang sekolah guru selalu mengingatkan akan kedisiplinan. Subjek NT dalam hal ini menyatakan: “Kalo mau pulang bu, bu farida selalu berpesan “bahwasannya orang sukses itu orang yang selalu disiplin akan waktunya dan pekerjaannya” begitu bu” (NT, 25/05/22).
Pernyataan tersebut di atas dapat dipahami peran guru sebagai pengajar selalu mengingatkan kepada siswa tentang pentingnya kedisiplinan. Pesan guru yang terus diulang-ulang saat sebelum pulang sekolah tersebut menyadarkan siswa menghargai tentang waktu dan diyakini sebagai hal yang sangat penting dalam kegiatan sehari-harinya. Hal ini ditunjukkan, di antaranya dicerminkan saat siswa hadir di sekolah 5 menit sebelum pelajaran dimulai, dan siswa absen sakit atau izin wajib memberikan surat keterangan kepada guru. Kedisiplinan belajar tersebut nampak membantu siswa untuk belajar bertanggung jawab atas apa yang akan dilakukannya.
2. Kewajiban Siswa
Kewajiban siswa ketika di kelas merupakan suatu indikasi sikap disiplin belajar yang dapat menjadikan siswa lebih bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, mandiri serta dapat mengetahui mana yang baik maupun yang buruk. Kegiatan tersebut merupakan suatu peraturan yang wajib dipatuhi. Kedisiplinan belajar pada aspek kewajiban siswa selama mengikuti pelajaran, ditemukan siswa menunjukkan sikap taat kepada guru, membawa perlengkapan sekolah, memperhatikan pelajaran, mengerjakan tugas, menjaga kebersihan, wajib piket sesuai jadwal, dan pekerjaan tepat waktu. Hal tersebut juga disampaikan oleh subjek: “Peraturan yang saya tau datang tepat waktu, memakai seragam sesuai harinya, menjaga kebersihan, mengerjakan tugas tepat waktu, seperti itu bu” (KY, 30/05/22). Dalam aspek yang kedua ini, nampak siswa di kelas tidak ada yang melakukan pelanggaran dalam kewajiban siswa. Hal ini sebagaimana hasil observasi pada gambar berikut:
Gambar 1 di atas, menunjukkan siswa antusias mengikuti pembelajaran dan memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru disaat pelajaran di kelas. Hal ini juga diperkuat dari hasil observasi pada kegiatan belajar lainnya, bahwa siswa memperhatikan guru saat pelajaran, mengembalikan peralatan kebersihan seusai memakainya. Siswa diminta untuk meletakkan kembali inventaris kelas berupa sapu dan sulak ketika selesai membersihkan kelas.
Berdasarkan hasil temuan penelitian di atas, bahwa kedisiplinan belajar pada aspek kewajiban siswa selama mengikuti pelajaran, ditemukan siswa telah terbiasa dalam kedisiplinan belajar. Hal ini dapat dipahami ketika siswa selama mengikuti pelajaran menunjukkan sikap taat, antusis dan memperhatikan penjelasan guru, membawa perlengkapan sekolah, mengerjakan tugas, menjaga kebersihan, wajib piket sesuai jadwal, dan mengerjakan tugas tepat waktu.
3. Larangan Siswa
Kedisiplinan belajar pada aspek larangan siswa selama mengikuti pelajaran, menunjukkan bahwa siswa keluar masuk tanpa izin, membuat gaduh kelas, mengganggu siswa lain, mencontek saat pelajaran, membaca materi lain saat pelajaran. Hal tersebut juga disampaikan oleh subjek: Ya gimana ya mbak, namanya siswa pasti pernah melanggar sesekali. Tapi saya tetap mengingatkan mereka agar terus mentaati peraturan yang ada. Toh peraturan tersebut baik untuk mereka.” (FD, 02/06/22).
Temuan tersebut dikonfirmasikan ke subjek lain, menyatakan bahwa peraturan yang tidak boleh dilakukan oleh siswa bukan semata-mata untuk melarang siswa tanpa alasan, akan tetapi larangan tersebut dibuat agar mereka tahu yang terbaik untuk mereka serta membatasi dari hal-hal yang tidak diinginkan. Hal ini terbukti dari hasil observasi ketika siswa di kelas terdapat satu siswa yang suka mengganggu temannya saat mengerjakan tugas, dan membuat gaduh. Siswa tersebut sering mendapat teguran dari guru kelas dan mendapat hukuman ketika melanggar peraturan sebagaimana gambar 2 berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, bahwa kedisiplinan belajar pada aspek larangan siswa selama mengikuti pelajaran, menunjukkan beberapa siswa nampak keluar masuk tanpa izin, membuat gaduh kelas, mengganggu siswa lain, mencontek saat pelajaran, membaca materi lain saat pelajaran. Larangan siswa tersebut dapat dipahami sebagai strategi guru untuk menyadarkan apa yang terbaik untuk siswa dan membatasi dari hal-hal yang tidak diinginkan.
4. Berpakaian Seragam Sekolah
Kedisiplinan belajar pada aspek berpakaian siswa selama di sekolah, ditemukan bahwa siswa berpakain seragam sesuai harinya, memakai atribut seragam lengkap, memakai baju olahraga saat jam pelajaran olahraga, panjang rok dibawah lutut, memakai seragam sesuai harinya, dan tidak berdandan berlebihan. Indikator berpakaian telah diterapkan oleh para siswa,. Hal tersebut telah disampaikan oleh subjek: “Kalau pake seragam sudah terbiasa lengkap teman-teman. Ya dengan memakai seragam sesuai harinya, memakai dasi, sabuk, topi, olahraga ya pakai baju olahraga kaos kaki sesuai harinya” (DH, 31/05/22).
Hasil observasi juga menunjukkan bahwa siswa di kelas tidak ada yang melakukan pelanggaran dalam berpakaian sebagaimana gambar di bawah ini:
Gambar 3 di atas, dapat dipahami bahwa kedisiplinan belajar ditunjukkan siswa berpakain seragam sesuai ketentuan dalam kegiatan olahraga di halaman sekolah. Peneliti juga mengamati pada kegiatan sehari-hari di sekolah, nampak siswa memakai atribut lengkap sesuai harinya, misal pada hari Senin siswa memakai seragam merah putih, topi, dasi, kaos kaki putih, sabuk, dan sepatu hitam. Siswa juga terlihat mengenakan seragam pramuka ketika melaksanakan ekstrakurikuler pramuka, dan memakai seragam yang lengkap sesuai jadwal.
Selanjutnya, pemaparan temuan permasalahan kedua adalah upaya guru menginternalisasikan kedisiplinan belajar. Temuan menunjukkan bahwa guru melakukan internalisasi kedisiplinan belajar dilakukan melalui keteladanan dan peraturan kelas. Kedua upaya internalisasi kedisiplinan belajar tersebut akan dipaparkan berdasarkan temuan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi sebagai berikut:
1. Keteladanan Guru
Upaya guru melakukan internalisasi kedisiplinan belajar, guru memberikan keteladan kepada siswa dengan selalu hadir 5 menit sebelum pelajaran dimulai dan sebelum mengajar. Sedangkan terlihat siswa yang bertugas piket harian wajib datang lebih awal untuk membersihkan kelas agar nyaman digunakan ketika proses pembelajaran. Sebelum kelas dimulai, ketua kelas memimpin teman kelasnya untuk berdoa terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Setelah berdoa guru memberikan motivasi belajar serta pengajaran akhlak agar menjadi pribadi yang berkhlakul karimah. Guru juga menanyakan tentang kesiapan siswa dalam memulai aktivitas belajar. Selain itu, guru juga memberikan contoh membuang sampah pada tempatnya, merapikan peralatan kebersihan dan membersihkan papan tulis. Tujuan dari guru melakukan kegiatan tersebut agar siswa lebih paham maksud dari tujuan apa yang dilakukan guru, apapun yang mereka lakukan akan kembali kepada dirinya sendiri tidak hanya untuk orang lain saja.
Bahkan dalam upaya internalisasi nilai-nilai kedisiplinan belajar, guru memberi contoh yang baik bagi siswa. Seperti halnya, membersihkan kelas. Subjek dalam hal ini memaparkan: “Misal, awal masuk itu saya tegaskan tata tertib kelas itu lalu saya beri contoh agar siswa pelan pelan mengikuti saya. Ibaratnya kalau mau siswanya disiplin kita harus menjadi uswatun hasanah yakni menjadi tauldan yang baik bagi mereka mbak. Meski perlu waktu, perlahan tapi pasti alhamdulillah siswa menjadi disiplin dalam belajar seperti yang mbak lihat” (FD, 02/06/22)
Berdasarkan observasi, nampak guru memberikan contoh membersihkan kelas sebagaimana gambar berikut:
Gambar 4 di atas memberikan petunjuk bahwa guru memberikan teladan dalam internalisasi kedisiplinan belajar kepada siswa dengan ikut menyapu dan membantu saat para petugas piket membersihkan kelasnya, barang barang kelas dirapikan, membersihkan papan tulis, mengembalikan peralatan kebersihan di tempat yang telah disediakan serta memakai seragam yang telah ditentukan. Siswa dalam hal ini secara tidak langsung akan mengerti dan menjadi terbiasa akan hal kecil untuk selalu mendisiplinan dirinya sendiri.
2. Penerapan Peraturan Kelas
Adanya peraturan kelas menjadi usaha untuk internalisasi kedisiplinan belajar di kelas III. Peraturan tersebut berisi tata tertib yang wajib dipatuhi selama berada di kelas. Berdasarkan dokumen kelas, tata tertib tersebut, meliputi: (1) siswa hadir di sekolah 10 menit sebelum pelajaran dimulai; (2) siswa mengenakan seragam yang rapi dan bersih; (3) sebelum bel berbunyi, petugas piket harus selesai membersihkan dan merapikan kelas: (4) sebelum pelajaran dimulai, wajib berdoa dan memberi hormat kepada guru; (5) setelah pelajaran berakhir, wajib berdoa dan memberi hormat kepada guru; (6) setiap hari Senin wajib mengikuti upacara; (7) siswa wajib berperilaku sopan santun, taat kepada guru dan kepala sekolah; (8) siswa wajib memelihara ketertiban, keindahan, dan kebersihan alat – alat pelajaran di kelas; (9) siswa dilarang merusak fasilitas sekolah; (10) siswa wajib memelihara tanaman-tanaman di sekolah; (11) siswa dilarang mengganggu kelas lain yang sedang belajar; (12) siswa wajib memiliki sifat jujur dan satria dalam setiap tindakan dan perbuatan; (13) siswa tidak masuk sekolah wajib memberitahu guru kelas, dan (14) siswa wajib meminta izin kepada guru apabila ada keperluan di luar.
Berdasarkan wawancara, guru menerapkan dan memberi penegasan dalam tata tertib tersebut. Misal, ada siswa yang suka usil, suka membuat gaduh dan menggangu teman yang sedang mengerjakan tugas maka guru wajib menegurnya dan jika terus berulang maka guru boleh memberikan hukuman non fisik, seperti berdiri di depan dan memberikan tugas tambahan, membuat pra karya. Hal tersebut diperuntukkan nantinya siswa akan memiliki rasa bersalah jika melakukan kesalahan sebagaimana pernyataan subjek berikut:
“Peraturan dibuat untuk dipatuhi, seperti halnya wajib datang 10 menit sebelum pelajaran dimulai, berseragam rapi dan bersih, piket setelah pulang sekolah, patuh terhadap guru/kepala sekolah, do’a sebelum dan sesudah pelajaran, menjaga kebersihan, kurang lebih seperti itu mbak. Jika terdapat siswa yang melanggar maka harus diingatkan dan diberi hukuman, jika terdapat siswa disiplin maka harus diberi reward seperti pujian. Hal sekecil itu dapat membuat siswa senang dan akan terus disiplin dalam segala hal” (FD, 02/06/22)
Selain menerapkan tata tertib kelas tersebut di atas, guru juga memberikan tugas dan memberikan PR. Hal ini sebagaimana hasil observasi ketika siswa mengikuti pembelajaran di kelas sebagaimana berikut:
Upaya guru memberikan tugas sebagaimana gambar di atas, sebagai upaya untuk internalisasi kedisiplinan belajar. Guru dalam hal ini juga mewajibkan siswa untuk belajar kelompok. Selama proses mengajar, siswa memberikan pujian seperti “Bagus mas X”, “Jawaban yang berani mbak Y”. Jika ada jawaban yang kurang tepat makan siswa lain boleh menambahkan, hal tersebut dapat menjadikan siswa menjadi percaya diri dan mau belajar lebih giat lagi. Berdasarkan temuan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi menunjukkan bahwa upaya guru malakukan internalisasi kedisiplinan belajar melalui penerapan tata tertib kelas, pemberian sanksi dan reward, pemberian pujian serta pemberian tugas.
Pembahasan
Berdasarkan fokus penelitian, sub bab ini menganalisis temuan penelitian dari sub bab sebelumnya. Analisis dimulai dari analisis kedisiplinan belajar siswa, dan dilanjutkan dengan upaya guru dalam melakukan internalisasi kedisiplinan belajar siswa pada kelas rendah di objek penelitian.
1. Analisis Kedisiplinan Belajar
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kedisiplinan belajar siswa kelas rendah dicerminkan pada empat aspek kedisiplinan belajar, yaitu (1) kehadiran selama sekolah; (2) kewajiban siswa; (3) larangan siswa, dan (4) berpakaian seragam di sekolah. Pertama, kedisiplinan belajar yang dicerminkan saat siswa hadir di sekolah 5 menit sebelum pelajaran dimulai, dan siswa absen sakit atau izin wajib memberikan surat keterangan kepada guru. Kedua, kedisiplinan belajar yang dicerminkan pada kewajiban siswa selama mengikuti pelajaran yang menunjukkan siswa telah terbiasa dalam kedisiplinan belajar, yaitu kedisiplinan belajar siswa mengikuti pelajaran menunjukkan sikap taat, antusis dan memperhatikan penjelasan guru, membawa perlengkapan sekolah, mengerjakan tugas, menjaga kebersihan, wajib piket sesuai jadwal, dan mengerjakan tugas tepat waktu.
Temuan penelitian di atas, kedisiplinan belajar siswa kelas pada objek penelitian menunjukkan suatu proses ketaatan dan kepatuhan peserta didik dalam menjalankan serangkaian perilaku pengendalian diri, sehingga terjadi perubahan kualitas perilaku yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan beberapa teori kedisiplinan yang dikemukakan bahwa kedisiplinan adalah suatu keadaan yang terbentuk melalui proses serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai kesetiaan, kertertiban, keteraturan, kepatuhan, dan ketaatan[2]–[4].
Ketiga, kedisiplinan belajar diwujudkan pada aspek larangan siswa selama mengikuti pelajaran menunjukkan beberapa siswa nampak keluar masuk tanpa izin, membuat gaduh kelas, mengganggu siswa lain, mencontek saat pelajaran, membaca materi lain saat pelajaran. Larangan siswa tersebut dapat dipahami sebagai strategi guru untuk menyadarkan apa yang terbaik untuk siswa dan membatasi dari hal-hal yang tidak diinginkan. Temuan penelitian menunjukkan bahwa emosional siswa tersebut terlihat memberikan konstribusi pada pembentukan kedisiplinan belajar[15]. Larangan siswa tersebut sebagai perilaku pengendalian diri untuk membantu peserta didik mampu mengembangkan pengendalian diri dalam melakukan pelanggaran selama proses belajar-mengajar[2], [6].
Keempat, kedisiplinan belajar siswa kelas rendah dicerminkan pada aspek berpakaian seragam sesuai ketentuan dalam kegiatan olahraga di halaman sekolah, memakai atribut lengkap sesuai ketentuan yang pada peraturan tata tertib sekolah. Kedisiplinan belajar tersebu, dapat dipahami menjadi suatu karakter yang dapat menjadikan siswa lebih bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, mandiri, dan dapat mengetahui mana yang baik dan buruk. Hal ini senada dengan temuan penelitian Restiana menemukan tiga indikator kedisiplinan belajar, yaitu kedisiplinan waktu, kedisiplinan berpakaian, dan kepatuhan terhadap tata tertib sekolah[5].
Temuan penelitian tersebut di atas, siswa kelas rendah di sekolah dasar pada objek penelitian berkesesuian dengan hasil temuan penelitian yang menunjukkan bahwa bentuk kedisiplinan belajar siswa kelas tinggi di Sekolah Dasar juga terlihat pada sembilan aspek, yaitu: (1) datang sebelum pelajaran dimulai; (2) membersihkan kelas sebelum memulai pelajaran; (3) berdo’a sebelum dan sesudah pelajaran; (4) memperhatikan saat pelajaran berlangsung; (5) tertib dalam menata alat kebersihan dan inventaris kelas; (6) tidak membaca materi lainnya; (7) menggunakan seragam lengkap sesuai ketentuan; (8) menjaga kebersihan, dan (9) patuh dan sopan santun terhadap guru dan kepala sekolah[6].
2. Analisis Internalisasi Kedisiplinan Belajar
Berdasarkan hasil penelitian, guru melakukan beberapa hal dalam upaya internalisasi kedisiplinan belajar siswa kelas rendah melalui keteladanan dan penerapan peraturan kelas. Keteladanan guru dengan memberi contoh langsung kepada siswa dalam menerapkan kedisiplinan di kelas. Sedangkan penerapan peraturan dengan melaksanakan peraturan kelas, memberi hukuman dan penghargaan, konsisten dalam menerapkan tata tertib yang berlaku dan berkomunikasi dengan orang tua siswa. Temuan internalisasi kedisiplinan belajar tersebut sebagai salah satu usaha yang dilakukan oleh guru untuk menegakkan kedisiplinan belajar selama pelajaran berlangsung. Peraturan kelas tersebut sebagai bentuk sederhana dari peraturan yang dibuat oleh sekolah. Peraturan yang diterapkan dibagi menjadi dua, yaitu peraturan umum dan peraturan khusus. Adanya peraturan tersebut membuat siswa menjadi tahu apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan selama berada di dalam kelas. Fadillah menyatakan bahwa kedisiplinan dapat dilakukan dan diajarkan kepada siswa dengan menerapkan beberapa peraturan yang telah ditentukan. Peraturan memiliki beberapa fungsi sebagai nilai pendidikan yang dapat memperkenalkan kepada siswa perilaku yang baik dan juga dapat membatasi dari perilaku yang tidak diinginkan[18].
Pemberian hukuman dan penghargaan juga menjadi usaha guru untuk internalisasi kedisiplinan belajar siswa ketika di dalam kelas. Hal ini senada internalisasi melalui hukuman dan penghargaan sebagai usaha untuk membantu peserta didik mampu mengembangkan pengendalian diri dalam melakukan pelanggaran selama proses belajar-mengajar[2], [3].
Internalisasi kedisiplinan melalui konsisten dalam menerapkan tata tertib yang berlaku dan berkomunkasi dengan orang tua. Guru dalam hal ini memberikan hukuman kepada siswa jika terjadi pelanggaran. Hukuman yang diberikan oleh siswa antara lain membuang sampah kelas ke halaman atau membantu petugas piket untuk membersihkan kelas. Jika siswa tersebut terus mengulang pelanggarannya maka guru akan memberitahu kepada orang tua siswa melalu chat by personal, akan tetapi jika orang tua siswa sulit dihubungi maka komunikasi tentang kedisiplinan belajar siswa tersebut akan dibiciarakan ketika pembagian rapot. Ketika guru menginginkan siswanya dapat menerapkan kedisiplinan belajar maka perlu adanya konssitensi dalam penerapannya. Hurlock, menyatakan bahwa konsistensi merupakan suatu stabilitas dalam berperilaku[19].
Simpulan
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa kedisiplinan belajar siswa kelas rendah dicerminkan pada empat aspek kedisiplinan belajar, yaitu (1) kehadiran selama sekolah; (2) kewajiban siswa; (3) larangan siswa, dan (4) berpakaian seragam di sekolah. Sedangkan internalisasi kedisiplinan dilakukan melalui keteladanan dan penerapan peraturan kelas. Keteladanan guru dengan ikut menyapu dan membantu saat para petugas piket membersihkan kelasnya, barang barang kelas dirapikan, membersihkan papan tulis, mengembalikan peralatan kebersihan di tempat yang telah disediakan serta memakai seragam yang telah ditentukan. Melalui internalisasi keteladan guru tersebut, siswa dalam hal ini secara tidak langsung akan mengerti dan menjadi terbiasa akan hal kecil untuk selalu mendisiplinan dirinya sendiri. Internalisasi kedisiplinan melalui penerapan peraturan sekolah dilakukan oleh guru dengan melaksanakan peraturan kelas, memberi hukuman dan penghargaan, konsisten dalam menerapkan tata tertib yang berlaku dan berkomunikasi dengan orang tua siswa.
References
- Sugiarto, Eko. (2017). Kitab PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Surabaya: Penerbit Andi.
- Goni, Agnes M., Fintje J.A., & Desyi Tengko. (2020). “Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas IV SD Inpres Perumnas Uluindano”. Jurnal: Edu Primary Journal (Jurnal Pendidikan Dasar), 1(1), 36-44.
- Akhmaluddin & Boy Haqqi. (2019). “Kedisiplinan Belajar Siswa di Sekolah Dasar (SD) Negeri Cot Keu Eung Kabupaten Aceh Besar (Studi Kasus)”. Jurnal: JES (Journal of Education Science), 5(2), 1-12.
- Purwa, Walison Adi. (2017). Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Salaman 2 (Penelitian Studi Kasus pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Salaman) Tahun Ajaran 2015/2016. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Magelang.
- Ristiana, D., Masturi, & Ika Ari Pratiwi. (2020). “Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Pogading”. Journal for Lesson and Learning Studies, 3(2), 165-172.
- Chalista, A., Suhartono, & Ngatman. (2020). “Analisis Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas Tinggi SD Negeri 1 Panjer Tahun Pelajaran 2019/2020”. Jurnal: Kalam Cendekia (Jurnal Ilmu Kependidikan), 8(3), 358-364.
- Imron, Ali. (2020). Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
- Salam, M., & Ike Anggraini. (2018). “Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V di SDN 55/I Sridadi”. Jurnal: JGPD (Jurnal Gentala Pendidikan Dasar), 3(1), 127-144.
- Ely, Rosma. (2018). “Hubungan Kedisiplinan terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V di SD Negeri 10 Banda Aceh”. Jurnal: Pesona Dasar (Jurnal Pendidikan Dasar dan Humaniora), 3(4), 43-53.
- Anggraini, K., & Anatri Desstya. (2019). Pengaruh Gaya Belajar dan Kedisiplinan Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Kleco 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2018/2019. Skripsi: Universitas Muhammadiyah Surakarta.
- Rusni R & Agustan. (2019). “Pengaruh Kedisiplinan Belajar terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa di Sekolah Dasar”. Jurnal: JRPD (Jurnal Riset Pendidikan Dasar), 1(1), 1-9.
- Handayani, E.S., & Hani Subakti. (2021). “Pengaruh Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar”. Jurnal Basicedu (Research & Learning in Elementary Education), 5(1), 151-164.
- Chaerunnisa’, Z., & Jamil Latief. (2021). “Pengaruh Disiplin Belajar terhadap Prestasi Belajar IPS di Sekolah Dasar”. Jurnal: Edukatif (Jurnal Ilmu Pendidikan), 3(5), 2952-2960.
- Maulidia, S.Z., Agustinus Toding Boa, A. Wilda Indra Nanna. (2021). “Kedisiplinan Belajar Siswa dalam Proses Pembelajaran di Sekolah Dasar”. Jurnal: Judikdas Borneo (Jurnal Pendidikan Dasar Borneo), 2(2), 111-120.
- Darmayanti, E., Ferdinandus Etuasius Dole, & Marina Kristina Ota. (2021). “Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kedisiplinan Belajar Peserta Didik di Sekolah Dasar”. Jurnal: Prima Magistra (Jurnal Ilmiah Kependidikan), 2(1), 16-22.
- Sugiyono S, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2017.
- Miles, Huberman & Saldana. (2014). Qualitative Data Analysis: A Methods Source Book Arizona State University. Thrid Edition, Copyrigt SAGE Publications.
- Fadillah, Muhammad & Lilif Mualifatu Khorida. (2013). Pendidikan Karakter Anak Usia Dini: Konsep & Aplikasinya dalam PAUD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
- Hurlock, Elizabeth B. (2013). Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (terjemahan). Jakarta: Erlangga.