Abstract
This study aims to analyze the factors that influence students' difficulty in reading the beginning by taking the object of research at Suko 1 Sidoarjo State Elementary School. While the type of research selected is a case study with 2 subjects. Data was collected through observation, interview, and documentation techniques. Then analyzed using the interactive analysis of the Miles model, namely data condensation, data presentation, drawing conclusions, and data verification. Test the validity of the data using triangulation techniques. The results showed that early reading difficulties were related to omitting words, replacing words, letters, stammering spelling, pronouncing wrong words, and pronouncing patent letters. These difficulties are influenced by four internal factors, namely daily activities, understanding of the material, psychological conditions, and learning motivation. External factors that affect learning difficulties in early reading are the role of the teacher and the family environment.
Pendahuluan
Keterampilan membaca adalah suatu proses yang dilakukan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis yang ingin disampaikan kepada pembacanya untuk mendapatkan suatu pesan. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan dan digunakan oleh pembaca untuk mendapatkan pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui media kata-kata atau bahasa tulis [1]. Oleh karena itu membaca merupakan suatu usaha untuk mencari makna yang ada pada tulisan serta merupakan modal awal bagi pengembangan diri siswa. Membaca merupakan gerbang awal bagi anak dalam proses pengembangan diri dan penguasaan ilmu pengetahuan, namun bagi sebagian anak memiliki kemampuan membaca merupakan hal yang sulit dilakukan di awal perkembangannya. Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki tingkat perkembangan yang berbeda-beda[2]. Dengan melalui kegiatan membaca diharapkan anak mampu mengenal beberapa hal yang menjadi indikator perkembangan bahasa anak.
Pembelajaran membaca di sekolah dasar dilaksanakan sesuai dengan pembedaan antara kelas rendah dan kelas tinggi, belajar membaca di kelas rendah disebut membaca permulaan dan di kelas tinggi disebut membaca pemahaman. Membaca permulaan siswa berawal mula dari mengenal huruf dan dalam yang cepat dapat membaca [3]. Membaca permulaan merupakan proses tahap awal siswa untuk memperoleh kemampuan dan menguasai teknik membaca serta menangkap isi bacaan dengan baik, membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa karena melalui membaca siswa dapat memahami isi suatu bacaan. Keterampilan membaca yang dapat diajarkan di sekolah dasar yaitu membaca permulaan, membaca permulaan bertujuan untuk melatih siswa dengan kemampuan memahami dan melafalkan tulisan dengan intonasi yang benar sebagai dasar pembelajaran membaca lanjutan, sejak awal belajar membaca siswa harus mampu mengenal jenis huruf, suku kata, kata, dan kalimat.
Berdasarkan hasil observasi, menunjukkan bahwa siswa yang mengalami keterlambatan dalam membaca permulaan, meliputi identifikasi huruf, mengeja terbata-bata, mengucapkan kata salah, menggunakan huruf paten, kesusahan dalam dikte, dan sulit dalam berkonsentrasi, permasalahan ini dialami oleh kelas tinggi yakni kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Suko 1. Hasil penelitian oleh [4] ditemukan informasi bahwa kesulitan belajar membaca permulaan merupakan jenis kesulitan belajar yang paling umum dihadapi oleh siswa sekolah dasar di kelas rendah. Ada sekitar 85% siswa sekolah dasar awal yang teridentifikasi mengalami kesulitan belajar, mengalami masalah besar yang berkaitan dengan keterampilan membaca dan bahasa[5].
Kemampuan membaca harus mendapat perhatian khusus dari guru terutama pada saat siswa masih duduk di kelas awal yaitu kelas I dan kelas II, karena ketepatan dan keberhasilan proses pembelajaran pada tahap awal akan sangat berdampak pada proses pembelajaran selanjutnya [6]. Artinya, guru yang mengajar di kelas awal memiliki tanggung jawab yang cukup besar terhadap keberhasilan keterampilan membaca permulaan siswa di kelas tersebut, karena membaca permulaan yang diajarkan di kelas awal merupakan landasan dasar untuk dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya. Membaca permulaan merupakan bagian terpenting yang harus dikuasai siswa sejak awal karena menjadi dasar untuk membaca lanjutan[7].
Membaca permulaan memiliki beberapa indikator yang perlu dicapai oleh siswa yaitu ketepatan, kejelasan suara dan kelancaran merupakan hal-hal yang perlu diperhatikan saat pembelajaran berlangsung, namun dalam prosesnya siswa sering mengalami kesulitan belajar membaca dan jarang mendapat perhatian guru [4]. Sebagian guru atau pendidik yang terlibat dalam pelaksanaan proses pembelajaran setiap hari, cenderung kurang memahami secara benar mengenai siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar[8]. Jika kesulitan belajar membaca di awal tidak mendapat perhatian guru, maka kesulitan tersebut akan bertambah parah dan mengganggu proses belajar siswa, dalam hal ini diperlukan upaya dari guru, dan orang tua dengan memberikan pendampingan agar anak segera mendapatkan penanganan yang tepat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan wali kelas IV, memberikan pernyataan bahwa siswa ramai dan bermain bersama teman saat guru menerangkan, siswa kurang bimbingan dan perhatian dari orang tua, lingkungan keluarga tidak mendukung, orang tua sibuk bekerja. Hal ini mengakibatkan kemamuan siswa dalam membaca permulaan, seperti ketepatan, kejelasan suara dan kelancaran tidak tercapai dengan baik. Beberapa kendala tersebut, menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam membaca permulaan. Hal senada dengan hasil penelitian yang dilakukan Hasanah[4], bahwa siswa mengalami kesulitan membaca disebabkan karena kurangnya bimbingan dan perhatian orang tua.
Faktor-faktor yanhg menjadikan kesulitan belajar di atas, penelitian ini menfokuskan pada permasalahan siswa mengalami kesulitan dalam membaca permulaan, baik faktor internal diri siswa dan faktor eksternal siswa. Faktor-faktor kesulitan belajar relevan dengan fakta bahwa faktor internal diri siswa masih cenderung menunjukkan kurangnya motivasi dan minat dalam mempelajari membaca permulaan. Faktor eksternal luar diri siswa juga cenderung masih menunjukkan kurangnya perhatian dari orang tua, kurangnya bimbingan pada saat di rumah, lingkungan keluarga sangat mempengaruhi pada minat belajar siswa, faktor lainnya didukung dengan adanya pandemi sehingga guru tidak bisa mengkontrol siswa dan orang tua tidak memberikan bimbingan secara individu[9].
Rizkiana mengidentifikasi faktor internal kesulitan siswa dalam membaca permulaan, di anaranya faktor fisik, intelektual dan psikologis. Faktor eksternal, meliputi keluarga dan lingkungan sekolah[10]. Melalui analisis kesulitan membaca permulaan akan diketahui aspek mana saja dari kesulitan membaca masing-masing siswa, analisis ini perlu dilakukan sedini mungkin di kelas awal agar tidak terlambat untuk melakukan perbaikan dengan memberikan perlakuan yang tepat kepada siswa.
Membaca permulaan penting dalam masyarakat terdidik karena kegiatan belajar pada anak dimulai dari bagaimana individu membaca, dan proses membaca buku akan sangat penting bagi anak dalam kehidupan di masa mendatang. Apabila terdapat masalah pada membaca permulaan maka akan mempengaruhi proses pembelajaran lainnya, siswa yang tidak mampu membaca dengan baik mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, kesulitan dalam menangkap dan memahami informasi yang diberikan [10].
Faktor-faktor penyebab terjadinya kesulitan siswa dalam membaca permulaan tersebut di atas, dapat dipahami disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal pada anak, meliputi faktor fisik, intelektual dan psikologis. Faktor eksternal di luar anak meliputi lingkungan rumah dan sekolah [10]. Hal imi juga sependapat dengan Jamaris[11], bahwa faktor penyebab kesulitan siswa dalam membaca permulaan disebabkan oleh faktor internal, yaitu fisik dan psikologis siswa. Selanjutnya, Jamarin mengidentifikasi faktor-faktor eksternal kesulitan siswa dalam membaca permulaan, di antaranya disebabkan oleh sosio-ekonomi siswa, dan penyelenggaraan pendidikan yang kurang tepat.
Beberapa kesulitan siswa dalam membaca permulaan pada kelas IV SDN Suko 1 Sidoarjo, cenderung disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal diidentifikasi kondisi psikologis siswa yang mengakibatkan minat belajar siswa dan motivasi belajar siswa terhadap membaca permulaan rendah. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga yaitu kurangnya perhatian orang tua, faktor kegiatan di luar belajar siswa yang terlalu banyak sehingga kegiatan belajar membaca permulaan siswa terbengkalai.
Fenomena kesulitan siswa dalam membaca permulaan di Sekolah Dasar Negeri Suko 1 Sidoarjo di atas, menjadi penting untuk dilakukan penelitian. Kemampuan membaca merupakan kemampuan dasar bagi siswa dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini difokuskan pada analisis faktor-faktor internal dan eksternal kesulitan siswa dalam membaca permulaan di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Suko 1 Sidoarjo.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Hal ini penelitian studi kasus digunakan untuk mengungkap secara mendalam peristiwa tentang faktor internal dan eksternal kesulitan siswa dalam membaca permulaan dengan subjek penelitian berjumlah 2 orang. Pertimbangan subjek dipilih karena keduanya merupakan siswa kelas tinggi yang mengalami secara langsung kesulitan dalam membaca permulaan. Informan penelitian adalah wali kelas IV. Sedangkan objek penelitian dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Suko 1 Sidoarjo.
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi, dan wawancara selama proses penelitian yang dilakukan. Teknik observasi digunakan untuk memperoleh data tentang kondisi yang sebenarnya dengan mengamati secara langsung kemampuan subjek dalam membaca permulaan selama berada di objek penelitian. Teknik wawancara untuk memperoleh data secara mendalam berkaitan dengan penyebab subjek mengalami kesulitan dalam membaca permulaan. Wawancara dilakukan kepada subjek dan informan. Selanjutnya teknik analisis data menggunakan metode analisis data interatif model Miles[12], yaitu dilakukan dengan beberapa langkah analisis data, meliputi pengumpulan data yang bermacam-macam dan dilakukan secara terus-menerus sampai data tercukupi, kondensasi data, menyajikan data, dan menyimpulkan.
Hasil dan Pembahasan
Hasil Penelitian
Sub bab ini dipaparkan hasil temuan sesuai fokus penelitian, yaitu faktor-faktor internal dan eksternal kesulitan membaca permulaan pada subjek penelitian di Sekolah Dasar Negeri Suko 1 Sidoarjo. Kedua faktor yang menjadi kendala kesulitan subjek dalam membaca permulaan dipaparkan sebagai berikut:
1. Aktivitas Keseharian
Aktivitas subyek N dalam keseharian dari pagi hingga malam melakukan aktivitas seperti bermain Handphone (HP) dan menjaga kedua adiknya yang masih kecil. Aktivitas subyek lain, yaitu R dalam keseharian dari pagi hingga malam bermain HP dan bermain dengan teman. Keduanya cenderung tidak ada waktu untuk melakukan aktivitas belajar dan mengasah kemampuan membacanya. Hal ini sebagaimana pernyataan subjek N:
“Aku kurang bisa mengeja kata, sehingga jadi terbata-bata dan juga kurang bisa mengucapkan kata, sehingga banyak salah salah. Aku juga mengalami kesulitan dengan menggunakan huruf-huruf paten. Waktuku belajar wis habis, karena aku habis pulang sekolah kadang main HP, kadang mainan sama teman-teman. Kalau main HP selalu direbut mas sama adik, kadang disuruh jaga adik sama ibu.” (N, 20 Juni 2022).
Senada juga diunggkapkan oleh subjek R: “Aku kurang bisa membaca permulaan, karena sulit dalam berkonsentrasi dan juga berkaitan dengan mengenal huruf. Aku habis pulang sekolah makan pak terus main HP, whatsapp an pak sama pacarku. Kalau malam kadang belajar tapi sering main HP sama teman di depan rumah.” (R, 11 Juni 2022).
Berdasarkan temuan penelitian ini, bahwa subjek N kesulitan dalam membaca pada beberapa kata sehingga menyebabkan salah dalam melafalkan kata seperti menghilangkan kata pada “siswa” menjadi “siwa”, dan mengganti kata pada “permulaan” menjadi “permulai” hal ini dibuktikan ketika peneliti melakukan observasi terhadap subyek 1. Kesulitan yang dialami oleh subyek R, cenderung mengalami kesulitan dalam membaca pada beberapa kata sehingga menyebabkan salah dalam melafalkan kata seperti pada kata “mengganggu” dan “mengabaikan” hal ini dibuktikan ketika peneliti melakukan observasi pada subyek R. Hasil wawancara subyek R, ditemukan perbedaan dengan subyek N, subyek R dibimbing dalam membaca dan mengerjakan tugas rumah oleh orang tua perempuan meskipun tidak dilakukan setiap hari, subyek R mengatakan bahwa ia belajar membaca ketika sebelum mengerjakan tugas rumah dan dilakukan hanya ketika ada tugas rumah dan ibu sedang tidak bekerja. Kesehariannya saat di rumah subyek R hanya bermain handphone bersama teman rumahnya. Saat di sekolah subyek R termasuk siswa yang pasif dalam kegiatan pembelajaran dan aktif dalam bersosialisasi bersama teman seperti bermain dan ramai, kemampuan membacanya terhambat karena faktor motivasi diri sendiri dan masih ketergantungan oleh orang tua perempuan.
Hasil observasi juga menunjukkan bahwa subyek R menunjukkan keaktifannya dalam bersosialisasi dengan teman sebaya, tapi tidak dengan keaktifan pada pelajaran yang mengakibatkan subyek R malu dalam bertanya kepada guru. Sedangkan pada saat di rumah subyek R terlalu bergantung pada orang tua perempuan, ketika orang tua perempuan subyek R sedang bekerja dan tidak berada di rumah, subyek R tidak berinisiatif untuk belajar membaca permulaan atau mengerjakan PR. Subyek R tidak belajar saat tidak ada orang tua perempuan, hal ini mengakibatkan minat dan motivasinya menurun karena orang tua tidak menanamkan pentingnya membaca pada diri subyek R.
Berdasarkan temuan, bahwa membaca permulaan yang dialami oleh siswa kelas IV Sekolah Dasar beragam. Subyek pertama menunjukkan bahwa subyek pertama mengalami permasalahan pada membacanya yang mengakibatkan subyek pertama menghilangkan kata, mengganti kata, dan salah dalam melafalkan kata. Subyek kedua menunjukkan bahwa subyek kedua masih mengalami permasalahan pada menghilangkan kata sehingga menyebabkan kebingungan dalam membaca pada beberapa kata yang menyebabkan salah dalam melafalkan kata. Maka tercipta lah faktor-faktor penghambat dalam kesulitan membaca permulaan yang dialami oleh masing-masing subyek.
Faktor kesulitan membaca permulaan yang dialami oleh siswa kelas IV sekolah dasar beragam. Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa faktor internal yang dialami oleh kedua subyek meliputi minat dan motivasi belajar yang rendah. Minat dan motivasi yang rendah diduga karena motivasi belajar dari dalam diri siswa tidak ditanamkan oleh orang tua di rumah. Sedangkan hasil observasi dan wawancara pada faktor eksternal menunjukkan pada kurangnya perhatian dan dukungan oleh orang tua. Kurangnya perhatian orang tua disebabkan karena orang tua terlalu sibuk sehingga kurang mendampingi anaknya belajar membaca di rumah.
Gambaran perilaku subyek N mengalami kesulitan membaca permulaan pada saat di sekolah masih menghilangkan kata “siswa” menjadi “siwa”, mengganti kata “permulaan” menjadi “permulai”, tidak menambahkan kata, masih mengabaikan tanda baca seperti tanda koma atau tanda tanya, suara terlalu lemah, jarak antara buku dan mata normal, membacanya masih sedikit lambat, masih salah dalam melafalkan kata, tidak menolak untuk membaca, tidak mengganggu teman, tidak berlarian dan bermain, tidak memperhatikan guru, dan tidak ramai sendiri.
Gambaran perilaku subyek R yang mengalami kesulitan membaca permulaan pada saat di sekolah tidak menghilangkan kata, tidak mengganti kata, tidak menambahkan kata, masih mengabaikan tanda baca seperti tanda koma dan tanda tanya, suara terlalu lemah ketika membaca dan keras ketika bermain, jarak antara buku dan mata normal, membaca sedikit lambat dan terkadang cepat, salah melafalkan kata seperti “mengganggu” dan “mengabaikan”, tidak menolak ketika disuruh membaca, terkadang mengganggu teman, suka berlarian dan bermain, terkadang memperhatikan guru, dan ramai sendiri.
Hasil wawancara di atas, dapat dipahami bahwa faktor internal kesulitan dalam membaca permulaan berkaitan dengan identifikasi huruf, mengeja terbata-bata, mengucapkan kata salah, menggunakan huruf paten, kesusahan dalam dikte, dan sulit dalam berkonsentrasi disebabkan oleh faktor aktivitas keseharian subjek yang cenderung banyak menghabiskan waktunya dengan bermain bersama teman sebaya di lingkungan rumah.
2. Pemahaman Materi
Berdasarkan hasil wawancara dengan subyek N, dipahami bahwa subjek cenderung menyukai materi yang disampaikan oleh guru melalui bercerita dan menulis di papan tulis. Hal ini sesuai hasil observasi yang menunjukkan bahwa subyek N sulit memahami materi yang disampaikan oleh guru, meskipun subyek N mengatakan suka dengan cara guru menyampaikan materi. Subjek lain, subyek R cenderung menyukai materi yang disampaikan oleh guru dengan cara bercerita dan menulis di papan tulis, tetapi subyek R lebih suka ketika guru menulis di papan tulis karena yang ditulis oleh guru adalah jawaban bukan materi yang disampaikan. Hal ini sebagaimana pernyataan subjek N: “Bu guru kadang gak pelajaran, kadang pelajaran. Bu guru langsung menulis di papan tulis habis gitu diterangin, terus sudah bu guru ke kantor.” (N, 20 Juni 2022). Senada dengan subjek R, menyatakan: “Aku dengerin bu guru bercerita terus menulis di papan tulis dikasih tugas, aku seneng soalnya bu guru menuliskan jawaban di papan tulis.” (R, 11 Juni 2022).
Kedua, pernyataan subjek di atas, diperkuat hasil observasi yang menunjukkan bahwa subjek nampak memperhatikan guru dalam menyampaikan materi di kelas, ketika guru mengajarkan dengan cara menuliskan materi di papan tulis. Hal ini sebagaimana gambar berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, menunjukkan faktor internal subjek penelitian mengalami kesulitan dalam membaca permuliaan disebabkan oleh pemahaman materi dan kurang tertarik dengan cara atau metode pembelajaran guru dalam menyampaikan materi dengan ceramah dan penugasan. Sebaliknya, subjek penelitian cenderung lebih menyukai metode mengajar guru dengan bercerita dan menuliskan materi di papan tulis.
3. Keadaan Psikologis
Kondisi psikologis subyek N saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung menunjukkan kesenangan dan tidak merasa cemas, meskipun subyek tidak bisa membaca dengan lancar. Subyek R saat kegiatan pembelajaran sedang berlangsung menunjukkan bahwa keadaan psikologisnya senang, subyek R senang saat pembelajaran berlangsung karena pelajaran matematika dengan alasan tebak-tebakan untuk menjawab soal yang diberikan. Hanya saja, subjek mengalami kesulitan dalam membaca permulaan, ketika muncul rasa bosan belajar. Hal ini sebagaimana pernyataan subjek N: “Senang, tapi aku kadang bosen jadi gambar-gambar wes.” (N, 20 Juni 2022). Subjek R, sebaliknya kurang bisa membaca permulaan, terutama berkaitan mengeja, dan kesusahan dalam dikte dikarenakan sudah memiliki kemampuan membaca, walaupun belum lancar sebagaimana pernyataan subjek R: “Gak pak biasa saja, kan aku wes bisa membaca sedikit.” (R, 11 Juni 2022).
Uraikan di atas dapat dipahami bahwa keadaan psikologis subjek yang kadang muncul rasa cemas dan bosan dalam membaca menjadi faktor yang mempengaruhi kesulitan dalam membaca permulaan, terutama berkaitan dalam mengeja kata, dan kesusahan dalam dikte. Sebaliknya, kondisi psikologis yang menyenangkan, nampak menunjukkan bahwa subjek tidak terdorong semangat untuk bisa membaca permulaan. Semangat belajarnya, disebabkan oleh subjek lebih menyukai cara mengajar guru di kelas, terutama dengan metode tebak-tebakan.
4. Motivasi Belajar
Berdasarkan hasil wawancara, menunjukkan bahwa keaktifan subyek pada saat di kelas terbilang pasif. Subyek N menjelaskan bahwa ia tidak pernah bertanya kepada guru ketika ia tidak paham dengan materi dan lebih memilih untuk membaca buku paket meskipun subyek N tidak paham terhadap apa yang dibaca. Keaktifan subyek R saat di kelas ia pernah bertanya tetapi tidak dilakukan setiap hari dan hanya beberapa kesempatan saja. Subyek R lebih suka bertanya terhadap pelajaran matematika karena menurutnya matematika adalah pelajaran yang menyenangkan. Ketika subyek R tidak mendengarkan dan bertanya ia lebih memilih bermain dengan teman dan ia menjelaskan bahwa guru pasti menuliskan jawaban di papan tulis atau subyek R menjiplak jawaban teman. Hal ini sebagaimana pernyataan subjek: “Gak pernah tanya, cuman sudah paham karena aku ikut-ikut paham. Kadang di buku ada jawabane, jadi aku bisa contoh di buku.” (N, 20 Juni 2022). Subjek lain, juga menyatakan: “Jarang tanya, soalnya bu guru menulis jawaban di papan tulis. Kadang ya contoh punya anak-anak pak, enakan main sama anak-anak.” (R, 11 Juni 2022).
Faktor internal kesulitan subjek dalam membaca permulaan ditunjukkan adanya minat dan motivasi belajar pada diri sendiri yang kurang. Hal ini diidentifikasikan, bahwa subjek keaktifan belajar siswa yang cenderung pasif dan melakukan kegiatan lain yang tidak terkait dengan materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Berdasarkan pengamatan dan beberapa wawancara, ditemukan kesulitan subjek dalam membaca permulaan berkaitan dengan identifikasi huruf, mengeja terbata-bata, mengucapkan kata salah, menggunakan huruf paten, kesusahan dalam dikte, dan sulit dalam berkonsentrasi. Kesulitan-kesulitan yang dihadapi subjek tersebut dipengaruhi oleh beberapa empat faktor internal yaitu aktivitas keseharian, pemahaman materi, kondisi psikologis, dan motivasi belajar.
Temuan faktor eksternal yang mempengaruhi subjek mengalami kesulitan dalam membaca permulaan dipengaruhi oleh peran guru dan lingkungan keluarga. Selanjutnya kedua faktor eksternal tersebut dipaparkan sebagai berikut:
1. Peran Guru
Subyek N mengatakan bahwa guru tidak pernah menanyakan tentang pemahaman materi maupun kondisi kesulitan membacanya. Guru juga tidak pernah menghampiri ke bangku subyek N untuk memberikan perhatian khusus terhadap kesulitan membacanya, meskipun guru sebenarnya tau bahwa subyek N sedang mengalami kesulitan dalam membaca dan terbukti melalui hasil ulangan atau nilai subyek N tersebut. Saat di sekolah subyek N tidak mendapatkan perhatian khusus oleh guru. Peran guru terhadap subyek R, ia menjelaskan bahwa ia pernah mendapatkan bimbingan khusus dari guru mengenai kesulitan membacanya sewaktu subyek R duduk di bangku kelas II. Pada kelas IV ini subyek R tidak pernah dibimbing lagi oleh guru, karena ia dianggap sudah sedikit lancar dalam membaca permulaan. Hal ini sebagaimana pernyataan subjek: “Bu guru gak pernah sama sekali, kan sudah pernah aku jelasin kemarin.” (N, 20 Juni 2022). Senada juga dinyatakan oleh subjek R: “Pernah waktu kelas 2, kalau kelas 4 ini gak pernah soalnya aku kan wes lancar sedikit.” (R, 11 Juni 2022).
Berdasarkan observasi pada subyek Nsaat di sekolah, nampak subjek N pasif dalam pelajaran maupun bersosialisasi sehingga mengakibatkan subyek Ntakut dan malu untuk bertanya kepada guru, hal ini menyebabkan guru tidak mengetahui bahwa subyek N masih belum bisa pada tahap membaca permulaan.
Pernyatan subjek di atas, diperkuat dari hasil observasi yang peneliti lakukan juga menunjukkan kesulitan siswa dalam membaca permulaan kurang mendapatkan perhatian guru di kelas. Hal ini guru menilai bahwa siswa kelas IV rata-rata sudah dapat membaca, sehingga bagi siswa yang mengalami kesulitan membaca kurang mendapatkan perhatian oleh guru. Hal sebagaimana gambar berikut:
Berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan, ditemukan bahwa faktor peran guru dalam memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan menjadi faktor utama eksternal. Peran guru sebagai pembimbing, sebagai faktor eksternal yang ikut mempengaruhi subjek dalam mengalami kesulitan membaca permulaan. Kurang perhatian dari guru tersebut, subjek yang sekarang berada di kelas IV tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Bahkan subjek mendapatkan hasil nilai ulangan kurang baik.
2. Lingkungan Keluarga
Subyek N pada saat di rumah tidak pernah mendapatkan perhatian khusus mengenai kesulitan membaca dari orang tua. Peneliti bertanya mengenai keseharian orang tua subyek N, ia menceritakan bahwa ibunya tidak pernah menyuruhnya belajar dan hanya sibuk dengan kedua adek subyek N. Sedangkan ayah subyek N bekerja dan ia menyebutkan juga bahwa ayah subyek N terkadang tidak ada di rumah karena sedang memancing, subyek N tidak pernah mendapatkan motivasi belajar dari kedua orang tuanya bahkan menyuruhnya untuk belajar membaca maupun mengerjakan pr sekalipun menurut subyek N tidak pernah sama sekali. Hal ini sesuai pernyataan subjek: “Gak pernah disuruh belajar, jadi belajar e ya di sekolah.” (N, 20 Juni 2022).
Subyek R mendapatkan pendampingan oleh orang tua dalam belajar membaca dan mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi subyek R mengatakan bahwa aktivitas tersebut dilakukan ketika orang tua subyek R sedang berada di rumah. Hanya saja, ketika orang tua (ibu) subyek R tidak sedang berada di rumah, ayah subyek R tidak mengajari membaca atau membantu mengerjakan pekerjaan rumah, sehingga subyek R tidak belajar membaca. Subyek R menganggap bahwa yang membantu dalam proses belajar membaca hanyalah seorang ibu. Subyek R menjelaskan bahwa yang membantunya dalam belajar membaca hanyalah ibu dan sesekali kakak subyek R membantu dalam mengerjakan pr ketika ibu subyek R sedang bekerja. Hal ini sebagaimana pernyatan subjek R: “Mama tok yang ngajarin belajar, gak pernah selain mama tapi kalau ada pr. Kalau gak ada pr ya gak diajarin mama.” (R, 11 Juni 2022).
Subyek N mengalami hambatan pada kondisi rumah yang tidak kondusif dikarenakan kedua adiknya yang selalu mengganggu, sehingga tidak mendukung untuk melakukan kegiatan belajar membaca permulaan. Sedangkan pada subyek R terletak pada saat orang tua perempuan tidak sedang berada di rumah dan tidak ada pekerjaan rumah. Subjek N menyatakan: “Gak bisa belajar karena adek, selalu disobek buku ku mas. Jadi kalau belajar ya di sekolah kadang belajar baca-baca sama tak cateti.” (N, 20 Juni 2022). Senada dengan subjek R, menyatakan: “Gak belajar kalau gak ada pr pak, kadang di kerjakan sama mama pas wes pulang kerja.” (R, 11 Juni 2022).
Hasil wawancara bersama subyek N ditemukan bahwa subyek Npada saat di rumah tidak pernah belajar membaca karena tidak adanya motivasi pada diri sendiri dan didukung dengan pernyataannya bahwa selama ia di rumah sering disuruh oleh ibu untuk menjaga kedua adiknya. Orang tua tidak mendukung subyek N dalam belajar membaca dan mengerjakan tugas rumah. Saat di sekolah subyek N termasuk siswa yang terlalu pasif dalam pelajaran maupun bersosialisasi, sehingga kemampuan membaca permulaannya menjadi terhambat dengan beberapa faktor pendukung mengapa subyek N tersebut masih mengalami kesulitan dalam membaca permulaan.
Hasil observasi menunjukkan bahwa subek N pada lingkungan rumah yang tidak mendukung untuk belajar membaca mengakibatkan subyek Nmerasa tidak ada tempat yang nyaman untuk belajar dan didukung dengan tidak pernahnya orang tua dalam memberi motivasi dalam diri anaknya. Hal ini mengakibatkan kurangnya minat dan motivasi pada diri subyek N hingga membaca permulaan dianggap tidak penting baginya.
Berdasarkan hasil wawancara di atas, dipahami bahwa faktor lingkungan keluarga menjadi faktor yang ikut mempengaruhi kesulitan subjek dalam membaca permulaan. Lingkungan kelurga tersebut menunjukkan tidak ada tempat untuk belajar membaca dan subjek bergantung belajarnya kepada orang tua.
Pembahasan
Membaca di sekolah dasar terdiri dari dua bagian, yaitu membaca permulaan dan membaca pemahaman. Membaca permulaan dimulai dari kelas I dan II, sedangkan membaca pemahaman dimulai di kelas III dan seterusnya. Membaca permulaan sangat penting karena akan sangat mempengaruhi kemampuan membaca nantinya [7]. Oleh sebab itu, membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh siswa dalam menjalani kehidupan sehari-hari serta membaca merupakan salah satu kemampuan dasar berbahasa yang diajarkan di lingkup sekolah.
Kesulitan membaca dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor penghambat internal dan eksternal, hal tersebut dapat menghambat proses belajar membaca. [11], faktor penyebab kesulitan siswa membaca permulaan meliputi faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal terdiri dari faktor fisik dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor sosio-ekonomi, faktor penyelenggaraan pendidikan yang kurang tepat. Sependapat dengan [13], bahwa faktor kesulitan siswa meliputi faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal diantaranya kecerdasan siswa rendah, kesehatan tubuh yang tidak baik, minat siswa, dan motivasi belajar yang rendah, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga.
Faktor internal kesulitan siswa membaca permulaan pada subyek pertama tidak menunjukkan tentang faktor fisik, karena dari segi penglihatan maupun pendengaran sangat baik tidak ada masalah yang dialami. Faktor internal subyek pertama terletak pada kurangnya minat dan motivasi belajar pada diri sendiri. Subyek kedua tidak menunjukkan kesulitan pada faktor fisik, penglihatan dan pendengaran baik-baik saja. Faktor internal subyek kedua terletak pada kurangnya minat belajar, motivasi belajar sudah diberikan oleh orang tua perempuan namun masih kurang yang menjadikan minat belajarnya menjadi turun.
Faktor eksternal kesulitan siswa membaca permulaan dari subyek pertama dan kedua terletak pada kurangnya perhatian dari orang tua. Subyek pertama mengatakan bahwa di rumah tidak ada tempat untuk belajar karena kedua adiknya yang mengganggu. Subyek kedua terlalu bergantung oleh orang tua perempuan, ketika ibu sedang bekerja ia memilih untuk bermain hp bersama teman. Sedangkan pada lingkungan sekolah, keduanya tidak mendapatkan perhatian khusus dari guru.
Faktor internal penyebab kesulitan membaca meliputi: faktor fisik menunjukkan bahwa anak berkesulitan membaca disebabkan oleh kesulitan visual, kesulitan auditori khususnya ketajaman pendengaran, masalah neurologis, dan dyslekxia. Faktor psikologis menunjukkan bahwa anak berkesulitan membaca disebabkan oleh kesulitan dalam mengendalikan emosi, dan konsep diri yang kurang positif. Sedangkan pada faktor eksternal penyebab kesulitan membaca meliputi: faktor sosio-ekonomi faktor ini menyebabkan keadaan rumah yang tidak kondusif untuk belajar, faktor penyelenggaraan pendidikan yang kurang tepat. [11].
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan Oktadiana[9], menunjukkan bahwa faktor internal kesulitan membaca permulaan disebabkan oleh faktor fisik, penyebab kesulitan membaca siswa dapat terjadi karena adanya gangguan fisik yaitu karena sakit atau tidak sehat, mudah lelah, mudah mengantuk sehingga siswa cepat kehilangan konsentrasi dan pendengaran siswa tidak jelas dan tidak dapat belajar dengan baik. Sedangkan faktor eksternal kesulitan membaca permulaan disebabkan oleh faktor keluarga, hubungan orang tua dan anak penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak, faktor pengelolaan kelas yang kurang efektif juga membuat kondisi kelas menjadi tidak kondusif sehingga membuat siswa lainnya tidak bisa berkonsentrasi.
Saputri[14], mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca siswa kecenderungan disebabkan oleh faktor intelektual dan faktor lingkungan. Faktor intelektual disebabkan oleh IQ dan kemampuan membaca yang berbeda, sedangkan pada faktor lingkungan disebabkan karena lingkungan merupakan tempat sehari-hari anak untuk menghabiskan waktu. Pada kasus yang ditemukan oleh peneliti, lingkungan pada subyek pertama tidak mendukung untuk melakukan kegiatan belajar membaca karena selalu terganggu oleh kedua adiknya. Sedangkan pada subyek kedua ditemukan hasil yang mendukung untuk melakukan kegiatan belajar membaca namun subyek masih ketergantungan oleh orang tua sedangkan orang tua sibuk bekerja.
Saputri selanjutnya menjelaskan bahwa permasalahan siswa yang selalu dibiasakan membaca oleh orang tuanya secara umum memiliki kemampuan membaca yang lancar, sedangkan pada siswa yang tidak dibiasakan membaca oleh orang tuanya secara umum memiliki kemampuan membaca yang tidak lancar. Sependapat dengan hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan, pada subyek pertama terdapat hasil bahwa subyek tidak pernah dibiasakan membaca oleh orang tuanya sehingga subyek mengalami kemampuan membaca yang tidak lancar hingga kelas IV ini. Sedangkan pada subyek kedua terdapat hasil bahwa subyek selalu dibiasakan membaca oleh orang tuanya, namun hingga kelas 4 ini subyek masih mengalami kemampuan membaca yang tidak lancar.
Penelitian ini memperkuat dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan Hasanah[4], bahwa penyebab dari banyaknya siswa yang mengalami kesulitan karena kurangnya perhatian dan bimbingan orang tua dalam peningkatan kemampuan membaca siswa di rumah, kurangnya minat belajar siswa, tidak terpenuhinya dengan maksimal kebutuhan belajar siswa akibat pandemi, sedikitnya durasi jam belajar siswa, dan kurangnya fokus kurikulum terhadap keterampilan membaca siswa. Sependapat dengan hasil penelitian Pramesti[3], bahwa faktor penghambat membaca permulaan siswa kelas 1 antara lain: faktor intelektual, faktor lingkungan, kurangnya motivasi dari keluarga, dan kurangnya minat baca siswa yang rendah.
Perhatian orang tua membantu meningkatkan tanggung jawab belajar yang baik dan sebaliknya jika siswa tidak mendapat perhatian orang tua, maka mereka akan memiliki tanggung jawab belajar yang tidak baik[15]. Hal ini berdampak buruk bagi minat dan motivasi siswa yang tidak mendapatkan perhatian khusus dari orang tua terhadap belajarnya di rumah, khususnya pada belajar membaca permulaan. Aktivitas subyek pertama banyak dihabiskan dengan menjaga kedua adiknya, sedangkan aktivitas subyek kedua banyak dihabiskan dengan bermain hp dan bermain bersama teman. Terlalu banyak aktivitas pada siswa dapat menyebabkan belajar siswa menjadi terbengkalai.
Simpulan
Kesulitan membaca permulaan yang dialami siswa kelas IV SDN Suko 1 Sidoarjo terdiri dari menghilangkan kata, mengganti kata, huruf, mengeja terbata-bata, mengucapkan kata salah, dan mengucapkan huruf paten. Faktor kesulitan membaca permulaan disebabkan adanya faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, yaitu aktivitas keseharian, pemahaman materi, kondisi psikologis, dan motivasi belajar. Faktor eksternal yang mempengaruhi kesulitan belajar dalam membaca permulaan adalah peran guru dan lingkungan keluarga kedua faktor tersebut, berdampak pada subjek dalam membaca permulaan siswa menjadi terbengkalai.
References
- Dalman. (2017). Keterampilan Membaca. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
- Yani, Ahmad. (2019). “Kesulitan Membaca Permulaan pada Anak Usia Dini dalam Perspektif Analisis Reading Readiness,” Mimbar Pendidikan: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, 4(2), 113–126.
- Pramesti, Fitria. (2018). “Analisis Faktor-Faktor Penghambat Membaca Permulaan Pada Siswa Kelas 1 SD,” Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 2(3), 283–289.
- Hasanah, Asratul, & Mai Sri Lena. (2021). “Analisis Kemampuan Membaca Permulaan dan Kesulitan yang Dihadapi Siswa Sekolah Dasar,” Jurnal: Edukatif (Jurnal Ilmu Pendidikan), 3(5), 3296–3307.
- Fauzi. (2018). “Karakteristik Kesulitan Belajar Membaca pada Siswa Kelas Rendah Sekolah Dasar”. Jurnal: Perspektif Ilmu Pendidikan, 32(2), 90-106.
- Hadian, Latifah Hilda, Sugara Muchamad Hadad, & Ina Marlina. (2018). “Penggunaan Media Big Book Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Kalimat Sederhana,” Jurnal: Dikdaktik (Jurnal Ilmiah PGSD STIKIP Subang, 4(2), 212-242.
- Rahma, Mitra & Febrina Dafit. (2021). “Analisis Kesuiltan Membaca Permulaan Siswa Kelas 1 Sekolah Dasar,” Jurnal: Qalamuna (Jurnal Pendidikan, Sosial. dan Agama), 13(2), 397–410.
- Budiarti, Melik, & Candra Dewi. (2017). “Analisis Kesulitan Belajar Siswa Mental Retardation di SDN Kedungputri 2 (Studi Kasus di SDN Kedungputri 2, Paron Kabupaten Ngawi)”. Jurnal: Muaddib (Studi Kependidikan dan Keislaman), 7(2), 132-143.
- Oktadiana, Bella. (2019). “Analisis Kesulitan Belajar Membaca Permulaan Siswa Kelas II Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Di Madrasah Ibtidaiyah Munawariyah Palembang,” Jurnal: JIP (Jurnal Imiah PGMI), 5(2), 143-164.
- Rizkiana, R. (2016). “Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas I SDN Bangunrejo 2 Yogyakarta,” Jurnal: Basic Education, 5(34), 236-251
- Jamaris, Martini. (2013). Kesulitan Belajar: Perspektif, Asesmen, dan Penanggulangannya. Bogor: Ghalia Indonesia.
- Miles, M.B., A. Michael Haberman, & J. Saldana. (2014). Qualitative Data Analysis. Arizona State University.
- Aprilia, Ulfiatul Inka, Fathurohman, & Purbasari. (2021). “Analisis Kesulitan Membaca Permulaan Siswa Kelas I,” Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan, 5(2), 227–233.
- Saputri, Erma Y., R.S. Sundari, & Z. Arifin. (2019). “Analisis Kemampuan Membaca Siswa Kelas II C Sekolah Dasar Negeri Gisikdrono 02 Semarang,” Jurnal: SENDIKA (Seminar Pendidikan Nasional), 1(1), 67-77.
- Fikriyah F, T. Rohaeti, & A. Solihati. (2020). “Peran Orang Tua dalam Meningkatkan Literasi Membaca Peserta Didik Sekolah Dasar,” Jurnal: DWIJA CENDEKIA (Jurnal Riset Pedagogik), 4(1), 94–107.