Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v22i.730

Implementation of Dakwah in the Era of Disruption


Implementasi Dakwah Pada Era Disrupsi

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Implementation Dakwah Media Disrupstion Era

Abstract

In its development, advanced technology is influenced in terms of economic, political, cultural, artistic and educational aspects. Internet is a medium that develops at a very high speed in this global technology era. There has been a shift from face-to-face sermons to sermons delivered by digital technology in recent years. The purpose of the research is to find out the implementation of da'wah in the era of disruption and to find out what factors cause the success and failure of digital da'wah media in the era of disruption. The method used is descriptive with a qualitative approach. The results of the study show that the implementation of Da'wah in the Era of Disruption in general, aspects of Islamic da'wah teachings consisting of aqidah, shari'ah, muamalah and morals have been widely taught. Then the success and failure factors of digital da'wah media in the era of disruption. The success factor of digital da'wah media in the era of disruption is internet users. While the failure factor is the emergence of increasingly complex problems in society.

Pendahuluan

Negara-negara besar dan berkembang mulai menyadari bahwa pendidikan merupakan permasalahan yang penting saat ini. Kapasitas dan kapabilitas rakyat umumnya dianggap penting untuk kemajuan pendekatan man-power, yang umumnya dipegang oleh pemerintah sebagai pemimpin bangsa. Artinya, memiliki sumber daya manusia yang handal dan berkualitas (Aziz Tufik, 2015). Saat ini teknologi telah mengalami banyak perubahan khusunya lingkup Pendidikan. Dalam hal ini perkembangan teknologi informasi yang dapat diakses dengan mudah oleh masyarkat [1].

Globalisasi telah maju dengan kecepatan yang mengejutkan di era teknologi. Media-media ini telah menyebar luas di masyarakat, sehingga memudahkan masyarakat umum untuk menerima berita dan pesan dakwah lainnya dari waktu ke waktu. Karena globalisasi, dampak perbaikan teknologi berumur pendek [2]. Internet adalah media yang berkembang dengan kecepatan sangat tinggi di era teknologi global ini. Hampir semua data dapat ditemukan secara online, dan digunakan dengan mudah yang memiliki internet berkecepatan tinggi. Fenomena ini dapat dengan cepat dan murah memperoleh hampir semua jenis informasi [3].

Dalam hal ini merupakan peluang yang tepat untuk digunakan sebagai alat dan media dakwah untuk kepentingan umat. Dakwah merupakan ajakan untuk konversi dan upaya perbaikan diri dan masyarakat pada umumnya, baik secara individu maupun kolektif. Selain meningkatkan kesadaran beragama dalam tindakan dan pandangan hidup seseorang, Dakwah dapat membantu menerapkan ajaran yang sempurna di berbagai bidang kehidupan [4].

Ketika berdakwah tentu diperlukan strategi khusus seperti komunikasi yang disesuaikan dengan zaman. Dalam hal ini bertujuan agar sasaran dari dakwah dapat memahami apa yang disampaikan. Ada pergeseran dari khotbah tatap muka ke khotbah yang disampaikan oleh teknologi digital dalam beberapa tahun terakhir dan trend ini berlanjut hingga hari ini [5]. Istilah "dakwah digital" mengacu pada metode penyebaran berita melalui penggunaan media social seperti twitter, Instagram, facebook dan media lainnya. Artikel ini akan menggunakan istilah "dakwah" secara longgar untuk merujuk pada seruan (panggilan) dan aktivitas yang bertujuan untuk merangsang kemanusiaan, mengajak kemaslahatan bersama, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat [6].

Pentingnya menyebarkna ajaran agama islam karena Islam sendiri merupakan sumber ilmu pengetahuan [7]. Kemudian selain itu perintah menggunakan akal, dalam Al-Qur'an, sebagai dasar rasionalitas ilmu pengetahuan, dengan perintah mengamati alam sebagai dasar ilmu empiris, selalu berjalan beriringan [8]. Terdapat kesamaan antara visi pembangunan Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 dengan anjaran al-Qur’an yaitu meningkatkan ketakwaan kepada tuhan yang maha esa [9]. Dakwah harus mampu menjangkau semua lapisan masyarakat dalam hal budaya, pembangunan sosial dan ekonomi, pendidikan, dan kemajuan teknologi agar efektif. Dakwah harus dapat diakses oleh semua orang karena bersifat universal [10].

Disruption digambarkan dalam bahasa Inggris sebagai masalah yang telah menganggu aktivitas atau proses. Seperti yang dijelaskan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia, gangguan adalah sesuatu yang telah dicabut. Internet ofThings(IoT) atau “Internet forEverything” secara praktis disebut sebagai “Internet forEverything” dan menyebabkan pergeseran di banyak industri berdasarkan [11].

Melihatnya pentingnya dakwah pada masyarakat dan bagaimana pola komunikasi serta trend dakwah pada era disrupsi saat ini. Berangkat dari permasalahn diatas, penulis ingin mengangkat topik terkait bagaimana implementasi dakwah pada era disrupsi. Dengan rumusan masalah yaitu :

  1. Bagaimana implementasi dakwah pada era disrupsi ?
  2. Sejauh mana keberhasilan implementasi dakwah pada era disrupsi ?
  3. Faktor apa saja yang menyebakan keberhasilan dan kegagalan media dakwah digital pada era disrupsi ?

Metode Penelitian

Pada penelitian ini menggunakanjenis penelitian deskripsi dengan pendekatan kualitatif. Peneliti yang terlibat dalam penelitian deskriptif mencari cara untuk secara akurat dan menyeluruh menggambarkan objek dan orang yang mereka pelajari. Sebagaimana pendapat Creswell, (2014) penelitian kualitatif bertujuan untuk menemukan dan memahami makna yang mendasari masalah sosial. Sedangkan menurut Moleong, (2018)). Penelitian kualitatif menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan data dalam pengaturan alami untuk lebih memahami fenomena yang sedang dipelajari. Pendekatan deskriptif kualitatif lebih disukai oleh penulis karena menurutnya penelitian ini lebih relevan.

Pada penelitian ini berfokus pada penggunaan data sekunder Sumber, seperti buku, buku elektronik, dokumen resmi, hasil penelitian, dan arsip lain yang relevan dengan penelitian ini digunakan dalam penelitian tinjauan pustaka penelitian ini. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalahInteraktive model dari Miles, M.B, Huberman, A.M, & Saldana, (2014) yang berisi termasuk pemadatan, penyajian, dan penarikan kesimpulan serta verifikasi data.

Keabsahan data yang akan diuji harus dinyatakan secara jelas dalam proses penelitian. Penelitian kualitatif, menurut Sugiyono (2018), membutuhkan pengujian keabsahan data. yaitu meliputi credibility(derajat kepercayaan), transferability(keteralihan), depandibility(kebergantungan), dan confirmability(kepastian).

Hasil dan Pembahasan

Hasil Penelitian

1. Implementasi Dakwah Digital Di Era Disrupsi

Pada era yang kita kenal saat ini yaitu era disrupsi ini menjadi hal baik bagi manusia. Pasalnya ini menjadi potensi besar bagi seorang da’i dalam berdakwah melalui internet. Ajaran yang dilakukan dapat dibuat semenarik mungkin agar menarik masyarakat untuk menonton. Selain gaya komunikasi yang harus memiliki ciri khas seoran dai harus memahami situasi dan kondisi saat ini dimana tantangan juga tidak mudah. Tantangan yang dirasakan yaitu seperti arus globaliasi dan pluralisme [15].

Dakwah merupakan ahakan untuk kearah yang lebih baik dari kondisi sebelumnya yang buruk baik yang ada pada diri sendiri atau sekitar. Dakwah menjadi cara untuk memperbaiki tingkah laku dan pandangan dalam hidup. Dakwah diharapkan dapat menjadi pedoman bagi pelaksanaan disetiap aspek kehidupan [4].

Dakwah dapat dilakukan tanpa terbatas waktu dan tempat [16]. Internet menjadi hal yang baru karena dapat menciptakan kedekatan yang baik bagi penggunanya. Hal ini dapat menjadi peluang bagi pendakwah untuk berdakwah tidak lagi secara konvensional [17]. Tentu saja ini menjadi lebih mudah bagi seorang da’i karena dapat mensyiarkan ajaran islam kebih luas lagi. Sarana yang digunakan dapat melalui siaran live, video, diskusi online yang melalui media sosial seperti Instagram, facebook, yotube, dan lainnya.

2. Sejauh Mana Keberhasilan Implementasi Dakwah

Syiar ajaran islam telah dilakukan lebih dari setengah abad. Islam datang di Indonesia sejak abad ke 13. Dalam kurun waktu tersebut islam telah mengalami akulturasi dengan budaya-budaya yang ada di Indonesia. Saran dakwah yang dulunya menggunakan media kesenian, pernikahan, perdagang hingga saat ini melalui media sosial. Hal ini membuktikan dunia tidak pernah berhenti untuk terus melakukan perubahan.Menurut Sanwah menyatakan terdapat 6 jenis media dakwah yaitu :

Pertama, Dakwah secara lisan, saat ini dapat melalui seminar online melalui zoom, google meet, Webex, youtube ataupun media sosial seperti Instagram live dll. Dapat dilihat contohnya pada gambar 4.1

Figure 1.Dakwah Online Gusmiftah[18]

Kedua, Dakwah menggunakan saluran tertulis. Kegiatan dakwah tertulis ini bisa dilakukan melalui electronic book, tulisan di blog, web, bahkan tulisan di facebook dan caption Instagram koran. Sehingga akses untuk melihat dan membaca pesan dakwah dapat dilihat kapanpun dan dimanapun. Dapat dilihat contohnya pada gambar 4.2

Figure 2.Dakwah Melalui Blog[19]

Ketiga, Dakwah menggunakan saluran visual. Alat visual tersebut dapat berupa kegiatan pembuatan konten-konten dakwah di Instagram yang berupa video atau gambar-gambar yang secara visual dapat menarik masyarakat untuk melihat. Dapat dilihat contohnya pada gambar 4.3

Figure 3.Konten Visual Habib Husein[20]

Keempat, Dakwah melalui saluran audio. Media audio antara lain saat ini yang mulai menggantikan radio yaitu saat ini terdapat podcast yang dapat didengarkan melalui spotify, instagram reels yang menampilkan pesan dakwah yang menyejukka hati pendengar sehingga tertarik untuk mendengarkan ajaran dakwah. Dapat dilihat contohnya pada gambar 4.4

Figure 4.Instagram Reels Dakwah Islami[21]

Keempat, Dakwah melalui saluran audio-visual. Dakwah dapat dilakukan melalui gabungan siaran seperti audio dan visual. Pendengar dapat mendengar dan melihat secara langsung seperti video. Dimana saat ini dapat diakses dengan youtube. Masyarakat dapat mengakses video atau ceramah dari seorang mad’u dimanapun dan kapanpun secara gratis hanya perlu kuota internet atau wifi. Dapat dilihat contohnya pada gambar 4.5

Figure 5.Youtube Ustad Ahilman Fauzi[22]

Kelima, Dakwah dengan keteladanan. Dakwah perlu dilakukan dengan keteladanan. Pada hari ini banyak para mad’u sudah mulai memiliki chanel youtube dan Instagram. Sehingga masyarakat dapat mudah mengakses channel yotube yang berisikan dakwah-dakwah. Seperti contohnya ustad ahilaman, gus baha’, gus miftah, habib ja’far dan juga mad’u lainnya. Dapat dilihat contohnya pada gambar 4.6

Figure 6.Youtube Habib Husein[23]

3. Faktor Keberhasilan Dan Kegagalan Dakwah Digital Di Era Disrupsi

Faktor keberhasilan dakwah digital adalah adanya peluang untuk mendukung perkembangan agama-agama masyarakat, bahkan yang berbasis institusi atau ajaran yang dinamis. internet sangat penting untuk dakwah, jadi kita tidak perlu takut untuk menggunakannya jika kita tahu bagaimana melakukannya dengan benar [2]. Pada kondisi jaringan yang baik, dakwah melalui webinar terasa lebih nyaman. Pesan dakwah dapat disampaikan secara tatap muka melalui internet yang dapat dilengkapi data berupa teks, audio dan video. Penggunaan media ini juga menjadi solusi atas jarak yang saling berjauhan. Semakin hari semakin populer teknologi informasi dan internet di kalangan warga seluruh dunia [24].

Faktor kegagalan dakwah di era digital adalah meskipun kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sekarang tersedia untuk semua orang, kebahagiaan manusia tidak akan terjamin selama ada konsekuensi negatif, seperti munculnya kecanduan budaya di berbagai negara, penggantian nilai-nilai moral agama dengan yang dihasilkan secara sosial, maraknya narkoba yang merugikan generasi penerus, dan terjadinya tindak pidana. Berikut ini adalah beberapa tantangan TI (Widodo & Fathurohman, 2019) adalah sumber daya manusia terkendala oleh berbagai faktor, tak terkecuali faktor pendidikan dan infrastruktur. Beberapa orang di seluruh dunia masih tidak menghargai teknologi informasi modern, khususnya Internet. Namun, masih banyak lembaga keagamaan yang belum memiliki akses internet, seperti masjid, pesantren, atau tempat ibadah. Ada sangat sedikit infrastruktur yang memungkinkan anggota komunitas untuk berkomunikasi satu sama lain atau bahkan dengan kelompok Islam lainnya. Kecenderungan ini menjadi pemborosan informasi karena informasi terkait Islam tersebar di berbagai media, termasuk media cetak dan media elektronik, seperti internet. Meskipun ada minat yang tumbuh di kalangan umat Islam dalam penggunaan teknologi modern, pilihannya masih sangat terbatas. Berbagai organisasi profesi dan perusahaan perlu lebih memperhatikan penggunaan dakwah di internet.

Pembahasan

1. Implementasi Dakwah Digital Di Era Disrupsi.

Menjadi hal yang harus dijalan hari ini yaitu kita berada dalam era disrupsi. Disrupsi menjadi hal yang fundamental dan mendasar bagi evoluasi teknogi yang berdampak pada kehidupan manusia [25]. Secara garis besar, aspek ajaran dakwah Islam terdiri dari akidah, syari’ah, muamalah dan akhlak. Pertama, Pesan Dakwah Akidah. Kata aqidah berasal dari etimologi (lughatan) dari frase bahasa Arab 'aqada-ya'qidu-aqdan-aqidatan. Jerat, ikat, akad, dan tegas adalah semua definisi dari kata Arab aqdan. Menjadi anggota komunitas aqidah berarti Anda memegang teguh keyakinan dalam Islam. Ketika datang ke iman, itu terikat pada inti keberadaan seseorang dan mengikat diri pada keyakinan seseorang. Apakah ada keraguan dalam definisi Hasan al-Banna tentang aqaid (bentuk jamak dari aqidah)? Apakah ada keraguan dalam definisi Hasan al-Banna tentang aqaid [26]. Keyakinan kepada Allah SWT. Iman kepada Allah adalah pernyataan iman akan keberadaan dan keesaan Allah, serta pernyataan iman bahwa Allah itu sempurna dan bebas dari cacat dalam semua aspek tindakannya, dalam penciptaan seluruh alam semesta.

Mengandalkan Kekuatan Yang Lebih Tinggi Jika Anda memiliki keyakinan pada malaikat, Anda percaya bahwa Tuhan telah menciptakan makhluk yang dikenal sebagai malaikat yang sepenuhnya patuh kepadanya dan yang melakukan tugas mereka dengan sangat hati-hati dan tepat. Iman kepada Kitab Suci Allah Kita wajib meyakini bahwa Allah SWT memiliki beberapa kitab yang diturunkan kepada para nabi-Nya jika kita beriman kepada kitab-kitab Allah. Buku-buku ini diberikan oleh Allah untuk dijadikan sebagai pedoman bagi seluruh umat manusia untuk mengikuti untuk mencapai kebahagiaan dan keselamatan di akhirat. Iman kepada Nabi dan Rosul Percaya bahwa Allah telah mengutus utusan-Nya untuk membawa syiar agama atau membimbing umat manusia di jalan yang benar dan ridha kepada-Nya SWT adalah rukun iman keempat dalam Islam. Keyakinan akan Pengangkatan Orang yang Dipilih Keyakinan pada Hari Pembalasan adalah keyakinan yang teguh akan kedatangan Hari Pembalasan yang akan datang dan penciptaan akhirat di mana manusia akan dimintai pertanggungjawaban penuh atas tindakan mereka selama di bumi ini di hadapan Allah SWT. Ini adalah keyakinan akan rencana Tuhan.

Kedua, Pesan Dakwah Syariah. Menurut istilah syari'ah, yang berarti 'jalan yang harus ditempuh', syari'ah diartikan sebagai hukum-hukum Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Allah dan dengan manusia lain, serta hubungan manusia dengan flora dan fauna serta alam lainnya. Ibadah dan muamalah adalah dua bidang yang dicakup oleh Syariah: Pertama, Muamalah. Dalam bahasa Arab, kata untuk "saling melakukan", "saling bertindak", dan "saling berlatih" adalah "muamalah". Al Dimyati muamalah mengatakan bahwa tujuan muamalah adalah untuk menghasilkan dalam skala global, itulah sebabnya masalah ukhrawi begitu sukses. Muamalah adalah semua aturan Allah untuk mengatur hubungn manusia dengan sesamanya di dunia dan di akhirat [27]. Kedua, Ibadah. Ibadah adalah ibadah seorang hamba kepada Tuhannya, dilakukan dengan cara-cara yang ditentukan oleh agama dengan merendahkan diri serendah mungkin dengan hati yang ikhlas [28].

Ketiga, Pesan Dakwah Muamalah. Dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan masalah hukum yang berkaitan dengan perdagangan atau perdagangan, yang pertama adalah bai (jual beli) dan yang kedua adalah riba (bunga) [29]. Adapun dalam pesan dakwah ini juga membahas menenai hukum waris, jual beli, pidana, negara,nikah hinga peperangan dan perdamaian.

Keempat, Pesan Dakwah Akhlak. Moral berasal dari kata Arab "khuluq" (jamak "khuluqun"), yang berarti "watak, perangai, perilaku, atau tabiat," menurut Lughat, seorang sarjana Muslim. Untuk menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dan bukan manusia, diperlukan [30]. Ada dua jenis moralitas, tergantung pada apa yang Anda lihat: moralitas terhadap pencipta, dan moralitas terhadap orang lain. Pertama, akhlak terhadap makhluk meliputi akhlak terhadap Tuhan, seperti taat kepada Tuhan, serta moral terhadap individu (seperti jujur). Mengasihi dan menghormati orang tua dan anggota keluarga lainnya adalah bagian penting dari pendidikan moral seseorang. Sopan santun, kerjasama, saling menghormati, dan lain-lain adalah contoh dari moral sosial. Kesejahteraan hewan dan perlindungan tumbuhan merupakan inti dari etika lingkungan. Moralitas dibahas dalam konteks dakwah akhak dalam hal kewajiban kepada Tuhan, sesama manusia, dan lingkungan.

2. Sejauh Mana Keberhasilan Implementasi Dakwah

Dakwah saat ini telah mengalami banyak perkembangan. Masyarkat dapat mengakses dakwah secara online dengan mudah. Dengan pesatnya teknologi khususnya media sosial berdampak pada pembagunan dakwah. Dengan catatan disertai dengan konten yang menarik dan gaya komunikasi yang khas [31]. Ini menujukkan dakwah dapat dilakukan secara mudah dan biaya murah oleh seorang da’i.

Dakwah dapat dilakukan melalui media sosial. Akan tetapi yang menjadi tantang yaitu seorang da’i harus menyajikan dengan konten yang menarik, ciri yang khas sehingga menarik perhatian masyarakat. Dalam hal ini menjadi tantangan yang menarik karena seorang da’i dituntut untuk menyampaikan pesan kepada mad’u diseluruh lapisan Kalangan. Maka dari itu penguasaan media sosial menjadi penting untuk dimengerti [31].

3. Faktor Keberhasilan Dan Kegagalan Dakwah Digital Di Era Disrupsi

Faktor keberhasilan dakwah digital dapat dikaitkan dengan berbagai faktor, antara lain sebagai berikut : Pertama, semakin banyak orang yang menggunakan internet dan media sosial setiap hari. Ruang sosial baru telah terbuka dengan hadirnya internet, yang menghadirkan peluang sekaligus tantangan bagi penyebaran agama. Kedua, menurut ajaran Islam, kemampuan seseorang untuk menyebarkan firman Allah hanya didasarkan pada kemampuan mereka untuk berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai alat kritis, dakwah perlu terbuka terhadap bukti atau realitas baru agar dapat berfungsi. Penemuan baru dalam ilmu pengetahuan manusia yang didasarkan pada kebutuhan atau keadaan baru mengharuskan penyusunan dan restrukturisasi bentuk-bentuk pengetahuan baru secara terus-menerus [32]. Ketiga, Menembus batas ruang dan waktu secara instan, dakwah digital relatif murah dan hemat energi. Keempat, peningkatan pengguna internet selama beberapa tahun terakhir. Orang-orang yang terbuka untuk menerima misi dakwah juga akan terpengaruh oleh ini.

Faktor kegagalan dakwah digital. Dakwah perlu dihidupkan kembali saat ini dan di masa depan karena berbagai isu dan tantangan, antara lain: Pertama, semakin banyak penyakit sosial yang semakin kompleks dan meluas,berbagai bentuk penindasan manusia dan perusakan lingkungan, serta krisis moral di berbagai bidang dan norma masyarakat yang semakin terlepas dari nilai-nilai agama. berbagai cara. Kedua, karena hambatan sosiologis, pemisahan geografis, dan asosiasi lainnya, orang-orang di daerah perkotaan cenderung lebih rasional daripada di daerah pedesaan. Akibatnya, orang-orang di kota lebih cenderung menghargai individualisme daripada di daerah pedesaan [33]. Pemikiran radikal telah berevolusi dari fundamentalisme konservatif ke sekularisme liberal, yang telah mengakibatkan konflik-konflik yang tajam dan hilangnya landasan teologis dan moral yang kokoh mengingat gelombang besar kehidupan modern

Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan dan pembahasan tentang Trend media dakwah digital pada era disrupsi dapat disimpulkan bahwa : Pertama, Implementasi Dakwah Pada Era Disrupsi pada aspek pesan dakwah akidah yaitu yaitu terdiri dari iman kepada Allah, iman kepada Malaikat, iman kepada kitab Allah, iman kepada Rasul, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qodha dan qodha. Kemudian aspek pesan dakwah syari’ah yaitu mengatur hubungan manusia dengan Allah atau yang sering disebut akidah. Adapun keseharian kita juga tidak terlepas dari perekonomian yang berbasis syari’ah. Kemudian aspek pesan dakwah muamalah yaitu aspek yang jauh lebih luas dari pada ibadah tetapi juga membahas pekerjaan yang berkaitan dengan ekonomi. Kemudian aspek pesan dakwah akhlak yaitu terkait pesan akhlak yang terdiri dari akhlak kepada Allah, akhlak kepada manusia, dan akhlak kepada lingkungan. Kedua, Tren media dakwah di era disrupsi saat ini lebih terfokus pada ajaran akidah, syariat, dan akhlak secara umum. Iman kepada Allah, Iman kepada Malaikat, Iman kepada Kitab Allah, Iman kepada para Rasul, Iman kepada Hari Kiamat, dan Iman kepada qodha dan qodha semuanya merupakan bagian dari amanat dakwah akidah. Untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah atau yang biasa disebut dengan aqidah, hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan alam merupakan aspek dari pesan dakwah syari'at. Setiap aspek kehidupan manusia dipengaruhi oleh masalah ekonomi, yang juga dikenal sebagai ekonomi syariah. Kemudian aspek pesan dakwah muamalah yaitu aspek yang jauh lebih luas dari pada ibadah tetapi juga membahas pekerjaan yang berkaitan dengan ekonomi. Kemudian aspek pesan dakwah akhlak yaitu berkaitan dengan transmisi pesan moral kepada Tuhan, manusia, dan lingkungan. Ketiga, Faktor keberhasilan dan kegagalan media dakwah digital pada era disrupsi. Faktor keberhasilan media dakwah digital pada era disrupsi yaitu pengguna internet semakin hari semakin banyak, Karena sifatnya yang non-dogmatis, dakwah mudah diterima, dakwah digital dapat diakses melalui tempat yang berbeda dan biaya murah sehingga masyarakat dapat mudah memilih konten yang menarik hatinya. Verifikasi reliabilitas dan validitas data peneliti untuk menghindari keraguan tentang validitas kesimpulan penelitian. Semua hal ini berkontribusi pada kredibilitas penelitian: memperluas pengamatan, meningkatkan ketekunan, menggunakan berbagai sumber informasi, melakukan pemeriksaan anggota, dll, hambatan sosiologis dan perbedaan geografis.

References

  1. Sudibyo lies, “Peranan dan Dampak Teknologi Informasi dalam Dunia Pendidikan di Indonesia,” Universitas Veteran Bangun Nusantara. (Jl Letjen Sujono Humardani No. 1 Jombor Sukoharjo)., 2020.
  2. A. Widodo and Fathurohman, “Dakwah Islam Di Era Revoluasi Industri 40,” Khabar (Jurnal Komun. PenyiaranIslam, vol. 1, no. 1, 2019.
  3. Hamdani, Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
  4. A. Astutik and Mu’adz, Buku Ajar Al = Islam Dan Kemuhammadiyaahan - 4 (AIK-4), 1st ed. Sidoarjo: UMSIDA Press, 2017.
  5. W. Budiantoro, “Dakwah di Era Digital,” J. Dakwah Dan Komun., vol. 11, no. 2, pp. 263–281, 2018.
  6. B. M. Don, A. G., Puteh, A., Muhamat, R., & Nasir, “Pendekatan Filantropi Dakwah Dalam Membangun Kesejahteraan Masyarakat,” AZKA Int. J. Zakat Soc. Financ., vol. 1, no. 1, pp. 44–56, 2020.
  7. R. Salahuddin, “Kerangka Epistemologi Ilmu dalam Psikologi Islam The Epistemological Framework for Science in,” Epistemol. Ilmu dalam Psikol. Islam, vol. 1, no. 1, pp. 21–39, 2020.
  8. R. Salahuddin, “Science And Islamic Spirituality Thesis, Antithesisa And Synthesis,” Adv. Soc. Sci. Educ. Humanit. Res., vol. 125, p. 197, 2018, doi: 10.2991/icigr-17.2018.48.
  9. R. Salahuddin, “Kebijakan Pengembangan Pendidikan Al-Qur’an Di Kabupaten Pasuruan,” JKMP, vol. 1, no. 2, pp. 203–221, 2013.
  10. A. Widodo and Fathurohman, “DAKWAH ISLAM DI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0,” J. Komun. Penyiaran Islam, vol. 1, no. 1, 2019.
  11. Mardiana, “Komunikasi Dakwah Kultural di Era Millenial,” J. Ilmu Dakwah, vol. 19, no. 1, pp. 90–101, 2020.
  12. J. W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative and Mixed Methods Approaches, 4th ed. California: SAGE Publications, 2014.
  13. L. J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2018.
  14. J. Miles, M.B, Huberman, A.M, & Saldana, Qualitative Data Analysis, A. Methods Sourcebook, 3rd ed. USA: Sage Publications., 2014.
  15. N. Ahmad, “Tantangan Dakwah Di Era Teknologi Dan Informasi,” At-Tabsyir, vol. I, no. Juni, pp. 19–44, 2013.
  16. A. K. Djohan, Pedoman Dakwah Islam Rahmatan Lil Alamin, vol. 53, no. 9. Jakarta: Whid Fondation, 2019.
  17. E. Rubawati, “Media Baru : Tantangan Dan Peluang Dakwah.,” Sorong J. Stud. Komun. Dan Media, vol. 2, no. 1, 2018.
  18. New EJ Multimedia, “Cak Percil Gus Miftah Terbaru Sidoarjo,” New EJ Multimedia, 2022. https://www.youtube.com/watch?v=a6KogjmnFgA (accessed Jul. 25, 2022).
  19. Blog Dakwah, “Blog Dakwah,” Blog Dakwah, 2022. https://blog-dakwah.blogspot.com/ (accessed Jul. 25, 2022).
  20. “Instgram Profile Husein Hadar.” https://www.instagram.com/husein_hadar/ (accessed Jul. 25, 2022).
  21. “Instagram Profile Dakwah Islami.” https://www.instagram.com/dakwahislamid/ (accessed Jul. 25, 2022).
  22. “Youtube Ahilman Fauzi.” https://www.youtube.com/c/AHILMANFAUZI (accessed Jul. 25, 2022).
  23. “Youtube Jeda Nulis.” https://www.youtube.com/channel/UCp7hJfiiocdY085XnWVrp2Q/videos (accessed Jul. 25, 2022).
  24. M. Kusumah, “Konvergensi Media Dakwah Di Masa Pandemi Covid 19,” 2020.
  25. R. Kasali, Disruption: Tak Ada Yang Tak Bisa Diubah Sebelum Dihadapi, Motivasi Saja Tidak Cukup. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama., 2018.
  26. Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI UMY, 1992.
  27. H. Suhendi, Fiqih Muamalah. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
  28. Slamet Abidin and M. Suyono, Fiqih Ibadah. Bandung: CV Pustaka Setia, 1998.
  29. Musthafa Kamal dkk., Fiqih Islam, 3rd ed. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2002.
  30. R. Anwar, Akidah Akhlak. Bandung: CV Pustaka Setia, 2008.
  31. A. Zaini and D. Rahmawati, “Efektivitas Dakwah Melalui Media Sosial Di Era Media Baru,” AT-TABSYIR J. Komun. Penyiaran Islam, vol. 8, no. 1, p. 162, 2021, doi: 10.21043/at-tabsyir.v8i1.11238.
  32. Muhammad Hasan, Metodologi Pengembangan Ilmu Dakwah. Surabaya: CV Sababila Putra Pratama, 2013.
  33. Muhammad Abdullah, Pengantar Ilmu Dakwah, 1st ed. Pasuruan: CV Qiara Media, 2019.