Abstract

The talaqqi method is a method taught by the angel Gabriel to the Prophet Muhammad in conveying revelation, as when the first revelation, namely Surah al-Alaq verses 1-5 was revealed in Hiro Cave. The implementation of tahfidz Al-Qur'an using the talaqqi method, namely by means of a teacher reading the verse and students listening then following the reading and will be corrected by the teacher related to the errors that exist. supporting and inhibiting factors for the application of the talaqqi method in learning tahfidz Al-Qur'an at TPA Fafirruu Ilallah Surabaya. This study uses a qualitative research method that aims to describe the application of the talaqqi method in learning Tahfidz Al-Qur'an at the Fafirruu Ilallah Al-Qur'an Education Park in Surabaya. Data collection techniques used in this study were observation, interviews and documentation. The analysis techniques used are data collection, data presentation, and conclusions. Based on the results of the research that has been done, it is known that the application of the talaqqi method in learning tahfidz Al-Qur'an at the Fafirruu Ilallah Al-Qur'an Education Park Surabaya includes planning, implementation and evaluation. Planning includes the basis for choosing the method and preparing for the application of the method so that the method that has been chosen is not wrongly applied to children. The implementation of the talaqqi method in learning tahfidz Al-Qur'an is good, it's just that the implementation process is carried out classically so that it makes the class less conducive when the implementation process is carried out. Evaluation of the application of the talaqqi method in learning tahfidz Al-Qur'an is carried out through an evaluation of the memorization obtained by students. The supporting and inhibiting factors for students in learning tahfidz Al-Qur'an are located on the ability of the students themselves as well as the motivation and support of parents.

Pendahuluan

Al-Qur’an merupakan sumber hukum dan pedoman hidup bagi umat muslim, maka Al-Qur’an harus dijaga dan dilestarikan kemurniannya agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan didalamnya. Salah satu usaha nyata dalam proses pemeliharaan Al-Qur’an adalah dengan cara menghafalkannya. Menghafal Al-Qur'an merupakan salah satu bentuk pendidikan yang menjamin generasi penerus bangsa yang baik, dan hasil pendidikan Al-Qur'an dalam hal ini adalah masyarakat maju yang berakhlak mulia dan beradab menurut tuntunan Islam berdasarkan tuntunan. Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai akhlak bagi kehidupan dan kehidupan bermasyarakat.[1]

Dalam dunia pendidikan, Metode jauh lebih penting daripada materi. Begitu pentingnya metode dalam proses belajar mengajar sehingga proses belajar mengajar tidak dapat berhasil tanpa penggunaan metode.Demikian pula dalam tahfidz Al-Qur'an, strategi yang baik akan mempengaruhi dalam mempertahankan hafalan Al-Qur'an. Salah satu metode dalam menghafal Al-Qur’an yaitu metode talaqqi. Metode talaqqi yaitu metode yang diajarakan malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad ketika menyampaikan wahyu pertama yaitu surat al-Alaq ayat 1-5 di turukan di Gua Hiro. Pelaksanaan tahfidz Al-Qur’an menggunakan metode talaqqi yaitu dengan cara seorang guru membacakan ayat dan peserta didik menyimak kemudian mengikuti bacaannya dan akan dikoreksi oleh guru terkait dengan kesalahan-kesalahan yang ada.[2]

Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal berbasis pendidikan agama islam bertujuan untuk memberikan pengajaran Al-Qur’an.[3] Tujuan TPA sendiri yaitu menyiapkan generasi qur’ani. Generasi qur’ani adalah generasi yang mencintai Al-Qur’an dan menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup. Keberadaan TPA diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai agama sejak dini.[4] Salah satu lembaga non formal yang menggunakan metode dalam pembelajarannya adalah Taman Pendidikan Al-Qur’an Fafirruu Ilallah Surabaya. Salah satu program yang diajarkan di TPA Fafirruu Ilallah adalah Tahfidz Al- Qur’an menggunakan metode talaqqi. Penerapan metode talaqqi adalah mempraktikkan suatu cara mengajarkan bacaan Al-Qur’an dengan membacakan langsung kepada peserta didik secara tatap muka dilakukan dengan membacakan penggalan demi penggalan ayat secara perlahan kepada murid. Murid mendengarkan bacaan gurunya, hingga murid dapat mengulanginya kembali.

Umumnya metode talaqqi dipakai dalam menghafal Al-Qur’an untuk membenarkan bacaan murid yang belum sesuai dengan kaidah bacaan Al-qur’an dengan cara guru membacakan ayat yang akan dihafal kemudian murid memperhatikan dengan menyimak Al-Qur’an sehingga murid dapat menirukan ayat yang telah dibacakan guru dengan benar.[4] Namun, di Taman Pendidikan Al-Qur’an Fafirruu Ilallah metode talaqqi digunakan untuk anak-anak yang belum bisa membaca Al-Qur’an sendiri. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, metode talaqqi ini dipakai pada anak-anak kelas sifir dan kelas dasar yang masih belajar iqro’.

Metode Talaqqi terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan hafalan Al-Qur'an santri. Hal ini dibuktikan melalui penelitian relevan yang menunjukkan bahwa metode talaqqi memiliki urgensi dalam meningkatkan hafalan Al-Qur'an, oleh karena itu metode talaqqi sangat relevan dengan proses peningkatan hafalan Al-quran. Maka dari penjelasan diatas maka peneliti tertarik untuk mengkaji penelitian tentang “Penerapan metode talaqqi dalam pembelajaran tahfidz al-qur’an pada anak usia dini di TPA fafirruu ilallah Surabaya”.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang cenderung deskriptif dan menggunakan analitik. Penelitian kualitatif disebut juga penelitian interpretatif, penelitiannaturalistik, atau penelitian fenomenologis. Pendekatan kualitatif menekankan pada eksplorasi makna, penalaran, pendefinisian situasi tertentu (dalam konteks tertentu), dan hal-hal lain yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.[5] Dibawah yakni penjelasan dari paparan metode penelitian antara lain sebagai berikut:

Subyek penelitian adalah informan yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi mengenai situasi dan kondisi latar penelitian. Subyek dalam penelitian ini adalah ustad, ustdzah dan santri yang ada di Taman Pendidikan Al-Qur’an Fafirruu Ilallah Surabaya.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, mengingat informasi yang di dapat tidak berupa angka-angka dan tidak menganalisa data yang berupa angka-angka. Bogdan dan Taylor (1955) menggambarkan penelitian kualitatif sebagai teknik penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati..[6]

Sumber data menunjukkan dari mana data itu berasal. Sumber data secara umum dibagi menjadi dua jenis: sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan, diproses, dan ditampilkan dari sumber utama.[7] Untuk penelitian ini, sumber data utama adalah: kepala TPA, ustad, ustdzah dan santri TPA Fafirruu Ilallah Surabaya. Sumber data sekunder adalah sumber data pelengkap. Adapun sumber data sekunder yang di perlukan yaitu buku, foto dan dokumen tentang TPA Fafirruu Ilallah Surabaya.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dalam mencari informasi.[8]Pengumpulan data dalam penelitian dapat dilakukan dengan berbagai metode. Untuk melakukan penelitian ini, peneliti mengambil berbagai metode untuk mengumpulkan data. Diantaranya yaitu Observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik observasi yang dilakukan oleh peneliti yakni untuk mendapatkan data tentang berbagai kondisi objektif saat penelitian yakni gambaran umum lokasi penelitian, jumlah pendidik dan peserta didik, serta tentang Peningkatan Kualitas Hafalan siswa. Teknik wawancara merupakan teknik yang dilakukan peneliti untuk mendapatkan informasi dari informan.[9]Dalam hal ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru tahfidz Al-Qur’an. Teknik dokumentasi merupakan teknik yang dilakukan oleh peneliti untuk mendokumentasikan hasil yang diperoleh pada saat melakukan penelitian di lokasi penelitian.

Analisis data dalam penelitian kualitatif dimaknai sebagai upaya sistematis untuk menemukan dan mengorganisasikan catatan-catatan dari observasi, wawancara, dan lain-lain.[10] Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan. Analisis data kualitatif diintegrasikan ke dalam kegiatan pengumpulan data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan hasil penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Dalam proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an dengan metode talaqqi di TPA Fafirruu Ilallah ada beberapa langkah, yaitu pembukaan, kegiatan inti, evaluasi, dan terakhir penutup.Untuk kegiatan pembukaan yaitu diawali dengan pengaturan posisi duduk santri, mengkondisikan santri supaya siap mengikuti pembelajaran, memberi salam, dan bertanya kabar, berdoa sebelum memulai pembelajaran, menyanyikan yel-yel dan beberapa tepuk yang mana semua itu dilakukan untuk membangkitkan semangat santri untuk mengikuti pembelajaran.

Yang kedua kegiatan inti. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran tahfidz Al-Qur’an menggunakan metode talaqqi dimulai dengan Ustadzah menyampaikan dan menjelaskan tentang hafalan yang akan dihafal hari ini. Misalnya hari ini akan menghafal surat An-Naba ayat 1-5. Sebelum mulai menghafal ustadzah meminta untuk membaca basmallah secara bersama-sama. Kemudian Ustadzah membacakan hafalan ayat yang hari ini akan dihafal dengan cara dibacakan per-ayat untuk memudahkan anak menghafal. Misalnya hari ini hafalan surat An-Naba ayat 1-5 mkan ustdzah akan membacakan mulai dari ayat pertama. Ustadzah membacakan ayat pertama dari surat An-Naba dan diulang secara berkali-kali minimal sebanyak 5 kali, kemudian santri menirukan bacaan ustdzah sebanyak 5 kali juga. Ustadzah membacakan kembali ayat pertama dan diulang sebanyak 3 kali, kemudian santri menirukannya sebanyak 3 kali juga. Ustdzah membacakan kembali sebanyak 1 kali dan santri menirukannya 1 kali juga. Kemudian ustadzah menunjuk satu anak untuk membacakan ayat yang telah dihafal dan mengulangnya sebanyak 2 kali, kemudian teman-teman yang lain menirukan bacaan tersebut sebanyak 2 kali juga. Ketika dirasa santri sudah mampu dan dapat menghafal ayat tersebut dengan baik dan benar, maka ustadzah akan melanjutkan ke ayat 2 dengan proses yang sama. Namun apabila dirasa santri belum cukup mampu menghafal pada ayat pertama, maka ustadzah akan tetap mengulangi ayat pertama sampai santri dapat menghafalnya. Ustadzah menggabungkan ayat pertama dengan ayat kedua kemudian santri menirukannya dan diulang minimal sebanyak tiga kali sambil dikoreksi oleh ustadzah. Proses itu berlanjut sampai pada ayat terakhir yang dihafal dihari itu. Ketika sudah sampai di ayat terakhir maka ustdzah dan santri akan membaca secara bersama-sama mulai dari ayat pertama sampai ayat terakhir yang dihafalkan dihari itu.

Yang ketiga, kegiatan penutup untuk mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiatan ini Ustadzah melakukan muroja’ah pada hafalan hari sebelumnya dan kemudian menggabungkan dengan hari ini apabila masih dalam satu surat. Untuk mensiasati rasa bosan anak biasanya ustadzah akan melakukan muroja’ah sambil bermain. Sehingga anak akan merasa bahwa mereka sedang bermain bukan belajar. Misalnya seperti permainan kotak pos yang lagunya diganti menggunakan bacaan surat-surat yang sudah dihafalkan oleh anak-anak. Kemudian Ustadzah dan anak mengakhiri pembelajaran dengan membaca hamdalah dan doa penutup majelis secara bersama.

Pada kegiatan evaluasi atau penilaian merupakan langkah terakhir yang dilakukan oleh guru untuk menilai hasil belajar santri. Selain itu juga untuk mengetahui kemampuan anak dalam menerima pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Pembelajaran tahfidz dengan metode Talaqqi memiliki dua jenis evaluasi yaitu evaluasi harian dan evaluasi akhir semester. Penilaian harian adalah penilaian yang dilakukan setiap hari selama belajar. Fungsi dari penilaian ini adalah untuk menilai daya ingat yang sedang berlangsung dan untuk mengetahui perkembangan kualitas daya ingat siswa dalam kehidupan sehari-hari. Unsur yang dinilai adalah kelancaran, tajwid, dan makhroj. Di sisi lain, selama tahap penilaian akhir semester, apakah anak lulus atau gagal dalam studi Tafiz sangat penting untuk kemajuan mereka. Tahap evaluasi ini merupakan proses dan waktu yang cukup panjang. Setelah itu, anak-anak melakukan kegiatan belajar selama hampir satu semester. Serupa dengan penilaian sehari-hari, unsurpenilaian untuk penilaian akhir adalah kelancaran, hafalan, dan karakter Makhroj.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, langkah-langkah yang dilakukan Ustadzah dalam mengajar sudah tepat ketika ustadzmempersiapkan terlebih dahulu surat dan ayat yang akan dihafal santri di hari itu dan untuk menjaga kondisi kelas tetap tenang ustadzah mengatur posisi tempat duduk santri. Selain itu, dalam melakukan penerapan metode talaqqi juga sudah sesuai dengan apa yang ada di teori.

Sesuai dengan target hafalan yang dinyatakan dalam wawancara oleh ustadzah di TPA Fafirruu Ilallah Surabaya bahwa anak yang dapat menghafal sesuai target lebih banyak daripada anak yang tidak hafal sesuai target. Maka dari itu, berdasarkan hasil analisis peneliti penerapan metode talaqqi dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di TPA Fafirruu Ilallah Surabaya dapat dikatakan cukup berhasil karena anak yang hafal sesuai target lebih banyak daripada anak yang tidak hafal. Namun metode talaqqi masih perlu dievaluasi untukmemastikan pembelajaran tahfidz lebih optimal dengan metode talaqqi.Berdasarkan data yang diperoleh,dalam pelaksanaan evaluasi sudah cukup baik.

Berdasarkan hasil wawancara yang disampaikan informan dan juga hasil obervasi yang dilakukan peneliti Adapun faktor yang dapat menjadi pendukung dan penghambat santri dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur’an menggunakan metode talaqqi yaitu terletak dari kemampuan santri itu sendiri serta motivasiserta dukungan dari orang tua. Sesuai dengan data yang didapatkan peneliti melalui wawancara dengan ustadzah di TPA Fafirruu Ilallah bahwa anak-anak yang tidak dapat menghafal sesuai target adalah anak yang sering tidak hadir waktu pembelajaran dan kurangnya dukungan dari orang tua untuk muroja’ah hafalan ketika berada di rumah.

Solusi diperlukan Jika terdapat masalah yang menghalangi penyelesaian dan perlu diselesaikan.Solusi yang diperlukan untuk masalah ini adalah mengatasi hambatan yang menghalangi anak-anak untuk belajar Al-Qur'an.Solusi yang diberikan oleh ustadzah-ustadzah di TPA Fafirruu Ilallah sudah cukup baik yakni dengan mengelompokkan anak-anak yang tertinggal hafalannya kemudian diberikan pengajaran khusus dengan penyajian materi hafalan secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh (di drill) untuk mengejar ketertinggalan. Selain itu juga melalui laporan tertulis kepada orang tua melalui buku penghubung santri.

Berdasarkan uraian di atas, langkah-langkah yang dilakukan oleh Ustadzah sudah cukup baik dimana Ustadzahmemberikan pengajaran khusus untuk mengejar ketertinggalan anak dan memberi laporan tertulis kepada orang tua untuk mengetahui perkembangan anak. Tetapi dalam hal ini, perlu adanya komunikasi yang lebih baik antara ustadzah dengan orang tua anak untuk menciptakan kerja sama yang baik demi tercapainya tujuan pembelajaran. Peneliti menyimpulkan bahwa dalam memberikan solusi untuk faktor penghambat dalam proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an kurang optimal karena komunikasi antara guru dan orang tua hanya sebatas laporan tertulis sehingga belum terjalin kerja sama yang kuat antara guru dan orang tua.

Simpulan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti adalah dalam penerapannya menggunakan metode talaqqi, di TPA Fafirruu Ilallah Surabaya telah menerapkan metode tersebut dengan baik. Penerapan metode talaqqi dalam pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di TPA Fafirruu Ilallah Surabaya terdiri dari 4 tahap yaitu tahap kegiatan pembuka, kegiatan inti, kegiatan penutup dan tahap evaluasi.

Faktor pendukung dan penghambat yang terdapat dalam belajar Tafiz al-Quran siswa adalah kemampuan menghafal siswa sendiri dan semangat yang tinggi, serta motivasi dan dukungan orang tua mereka. Dan Solusi yang diberikan yakni dengan mengelompokkan anak-anak yang tertinggal hafalannya kemudian diberikan pengajaran khusus dengan penyajian materi hafalan secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh (di drill) untuk mengejar ketertinggalan. Selain itu juga melalui laporan tertulis kepada orang tua melalui buku penghubung santri.

References

  1. Mochammad Ashabul Yamin, Anita Puji Astutik, Akulturasi Panca Indra Metode Yadain Li Tahfizil Qur’an, (Sidoarjo: TAJDID, 2021)
  2. Azis Rizalludin, ‘Implementasi Metode Talaqqi Dalam Pembelajaran Tahsin Dan Tahfiz Al-Qur’an’, Khazanah Pendidikan Islam, 1.1 (2019).
  3. Desi Nurjayanti, Adriani Rahma Pudyaningtyas, and Nurul Kusuma Dewi, ‘Penerapan Program Taman Pendidikan Alquran (Tpa) Untuk Anak Usia Dini’, Kumara Cendekia, 8.2 (2020), 183.
  4. Halid Hanafi, La Adu, and Zainuddin, Ilmu Pendidikan Islam, 1st edn (yogyakarta: Deepublish, 2018).
  5. M. Fathurrohman Mashudi, Cara Mudah Menghafal Al-Qur’an Dalam 1 Tahun: Elmatera (Diandra Kreatif, 2018).
  6. Musfiqon, Panduan Lengkap Metodologi Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2012.
  7. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2014.
  8. Dr Rukin, S.Pd., Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, ed. by Abdul Rofiq, 1st edn (Surabaya: CV. Jakad Media Publishing, 2021).
  9. Dr. R.A Fadhallah S.Psi., M.Si., Wawancara, 1st edn (Jakarta Timur: UNJ PRES, 2021).
  10. J. Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña, Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook (Third). SAGE Publications. 2014.