Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v21i.697

Application of the Picture And Picture Cooperative Learning Model in Class 3 Indonesian Language Learning in Elementary Schools


Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Picture And Picture pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas 3 di Sekolah Dasar

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Picture and Picture Model Kooperative Learning Model Indonesian Language Learning

Abstract

This study aims to identify and apply the picture and picture learning model in Indonesian class 3 learning at SDN Gununggangsir II. This study uses a descriptive qualitative approach with a phenomenological type. At the stage of data collection techniques used are interviews, observation, and documentation. The process of checking the validity of the data using the data analysis method according to Soejdono which consists of data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of this study are that the picture and picture learning model is a learning model that can foster student enthusiasm and create an active, efficient, effective and fun learning process. This learning model is a learning model that is preferred by students, especially grade 3 students.

Pendahuluan

Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung arti sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu tersebut yang dimaksudkan oleh pembicara dan dapat dipahamu dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui bahasa yang diungkapkan. (Chaer dan Agustina, 1995:14) menyatakan bahwa fungsi utama bahasa ialah sebagai alat komunikasi. Sedangkan fungsi umum bahasa yang lainnya ialah sebagai alat komunikasi sosial (Soeparno, 1993:5).[1] Menurut pandangan sosiolinguistik terkait bahasa yaitu bahasa dipandang sebagai tingkah laku sosial (social behaviour) yang digunakan dalam komunikasi sosial. Pembelajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya adalah pembelajaran peserta didik tentang keterampilan berbahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun dalam bentuk tulis. Pembelajaran Bahasa Indonesia sangatlah penting, terutama bagi aspek membaca dan menulis. Empat keterampilan berbahasa yang disajikan dalam pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah – sekolah yakni meliputi: menyimak, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. [2]

Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan secara daring dan online memiliki dampak tersendiri bagi siswa. Adapun dampaknya yaitu antusias siswa saat belajar secraa online, pemahaman siswa kurang efektif serta siswa tidak dapat menyalurkan argumenya karena keterbatasan waktu dan akses jaringan. Dari permasalahan diatas dan berdasarkan pengalaman dari wali kelas 3 didasari dengan hasil wawancara terkait model pembelajaran yang dilaksanakan, maka peneliti akan menggali lebih emndalam terkait informasi tersebut.[3]

Berdasarkan hasil wawancara di SDN GunungGangsir dengan walikelas 3 pada tanggal 20 Agustus 2021 terkait permasalahan dalam kegiatan mengajar yaitu ditemukan beberapa permasalahan dari siswa yang dapat diutarakan sebagai berikut, siswa kurang aktif dalam kegiaatn belajar dikelas, siswa sering kali merasa bosan dengan pemeblajaran dikelas dan juga kurangnya tingkat perhatian siswa terhadap materi pembelajaran. Adapun penyelesaian terhadap permasalahan diatas yang dilakukan oleh wali kelas 3 yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif picture and picture pada pembelajaran Bahasa Indonesia kelas 3. Hal ini disampaikan oleh walikelas 3 dalam sesi wawancara dan penjelasan terkait solusi dari permasalahan yang dihadapi.

Metode Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang masalah penelitian dan objek penelitian, maka penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan penelitian kulitatif deskriptif dengan jenis penelitian fenomenologi. Penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang bersifat deskriptif seperti melakukan wawancara dan observasi. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang mengumpulkan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan suatu keadaan dan kejadian. Fenomenologi termasuk kedalam jenis penelitian kualitatif yang memfokuskan pada suatu kasus tertentu guna untuk melakukan pengamatan, menganalisis secara cermat hingga tuntas, kasus yang terkait bisa secara kelompok atau individu dan diakhiri dengan kesimpulan yang akurat. Dalam peneliti ini menggunakan trianggulasi sumber untuk mengcek kebahasaan data perencanaan pembelajaran.[4]

Peneliti menggunakan jenis penelitian ini karena didukung oleh data penelitian yang nampak di lapangan untuk menjelaskan atau mengungkap pengalaman yang dialami oleh guru kelas 3 dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada pembelajaran bahasa indonesia kelas 3 di SDN Gununggangsir II

Sesuai dengan judul penelitian ini terkait dengan penerapan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada pembelajaran bahasa indonesia kelas 3 di SDN Gununggangsir II peneliti menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan mendeskripsikan data yang peneliti peroleh sebagai hasil suatu penelitian dan benar-benar sesuai dengan kondisi yang ada. Dalam melakukan pengecekan keabsahan data mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe picture and picture pada pembelajaran Bahasa indonesia kelas 3 di SDN Gununggangsir II.

Peneliti melakukan sebuah pengamatan melalui uji kredibilitas (credibility) dengan menggunakan teknik triangulasi. Teknik ini dilakukan untuk menguji keabsahan data dengan menggabungkan teknik pengumpulan data dan sumber data yang didapat sehingga kemurnian dan keabsahan data terjamin. Melalui teknik ini peneliti tidak hanya terfokus berdasarkan satu cara pandang saja agar dapat menarik kesimpulan bahwa data dapat diterima kebenarannya. Adapunteknik pengujian data dengan triangulasi yang dilakukan oleh peneliti yakni, Triangulasi teknik, Triangulasi sumber, dan Triangulasi data.

Reduksi Data (Data Reduction) : renduksi dilakukan melalui proses dari observasi dan wawancara saat melakukan penelitian dan memilih data yang penting dan membuang data yang tidak diperlukan. Penyajian Data (Data Display) : Data yang disajikan berupa catat wawancara dari guru dan dokumentasi berupa foto dll. menarik Kesimpulan atau Verifikasi (conclusion Drawing or Verification) : menarik kesimpulan dilakukan dengan mencocokan analisis hasil observasi, wawancara, angket dan dokumentasi sehingga dapat ditarik kesimpulan mengenai penerapan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa pada penerapan kompetensi inti (sikap spiritual) pada pembelajaran di kelas 3 SDN Gununggangsir 2.

Hasil dan Pembahasan

A. Penyajian Hasil Penelitian

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu aktivitas dalam pembelajaran secara berkelompok yang diorganisir oleh satu prinsip.[5] Bahwasanya suatu pembelajaran harus didasarkan pada suatu perubahan informasi secara sosial diantara kelompok-kelompok pembelajaran yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawan ataspembelajarannya sendiri. Serta didorong untuk meningkatkan suatu pembelajaran para anggota yang lainnya. [6]

Dalam wawancara dengan walikelas 3 terkait model pembelajaran yang digunakan sebagai berikut.

“Untuk saat ini, saya lebih sering menggunakan model pembelajaran picture and picture sebagai acuan dalam memberikan materi atau menyampaikan materi kepada siswa. Model pembelajaran ini memberikan kesan menarik untuk siswa karena dalam model ini terdapat objek yang diberikan atau ditunjukkan serta siswa dapat berantusias dalam melaksanakan proyek yang diberikan guru. Tidak hanya satu model saja yang diterapkan, pada umumnya berbagai model pembelajaran juga sering diterapkan seperti, snowball throwing, make a match, dan lain sebagainya. Semua kegunaan serta tujuan penerapan model pembelajaran yakni agar mempermudah guru dalam penyampaian informasi terkait materi pembelajaran kepada siswa.”

Terkait hasil wawncara dengan walikelas 3 mengenai model yang digunakan yaitu model pembelajaran picture and picture yang sesuai dengan permasalahan sebelumnya yaitu kurang antusias siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Maka untuk penerapan model pembelajaran picture and picture dapat menjadi alternatif model yang berguna untuk guru dan siswa dalam menunjang proses pembelajaran. mempermudah dalam penyampaian informasi serta membangun antusias siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Penerapan model picture and picture juga dapat diterapkan pada sistem pembelajaran secara langsung atau online. Seperti hasil wawancara yang dilakukan dengan walikelas 3 terkait sistem pembelajaran yang diterapkan di SDN Gununggangsir II sebagai berikut:

“Semua sistem pembeljaaran yang dilaksanakan dan disarankan oleh pihak sekolah menjadi kewajiban bagi siswa untuk mengikuti dan melaksanakannya. Saya rasa siswa selalu siap untuk melaksanakan sistem belajar secara online dan langsung. Terbukti dengan kesiapan siswa dalam menerima materi. Pembelajaran online yang dihadapi siswa yang biasanya dilakukan dirumah masing-masing memberikan efek jenuh jika terlalu lama atau dengan waktu yang lama. Sebaliknya dengan pembelajaran langsung siswa akan merasa lebih senang karena selain bisa bertemu dengan teman-temanya, mereka juga dapat berinteraksi dalam kegiatan belajar. Pemberian materi juga lebih mudah dan lebih dimengerti oleh siswa.”

Berdasarkan hasil wawancara dengan walikelas 3 terkait sistem pemeblajaran yang digunakan di SDN Gununggangsir II yakni menggunakan sistem pembelajaran secara langsung dan juga online. Sesuai dengan kondisi pandemi saat ini khusus nya di kabupaten Pasuruan. Oleh karena itu pembelajaran secara langsung lebih dominan dilakukan dan dilaksanakan secara normal disekolah dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

Penggunaan model pembelajaran picture and picture menggunakan media gambar dalam sistem pembelajaran secara online ataupun secara langsung juga dapat diterapkan. Seperti yang disampaikan oleh walikelas 3 dari kegiatan wawancara sebagai berikut.

“Untuk pembelajaran secara online, media gambar juga perlu diberikan sebagai sarana penunjang siswa dalam menerima informasi terkait materi yang diberikan. Pemberian gambar biasanya dikirimkan melalui aplikasi what’s Up. Untuk pembelajaran secara langsung, saya biasanya memberikan gambar visual secara nyata dan tidak nyata. Siswa akan tertarik jika gambar tersebut menarik dan mudah dimengerti. Pemberian media gambar bertujuan untuk menunjang daya berpikir siswa dalam menguasai materi dan sebagai objek untuk penghubung informasi yang diberikan oleh guru. Biasanya pemberian media gambar disertai dengan kegiatan berdiskusi, berkelompok dan adu pendapat.”

Penerapan model pembelajaran kooperatif picture and picture pada pembelajaran Bahasa Indonesia menajdi lebih efektif dan dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan harapan. Kegiatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru kepada siswa menjadi tujuan utama untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan belajar. Penerapan model pembelajaran yang tepat serta adanya minat siswa dalam belajar juga berpengaruh terhadap keberhasil belajar.[7] Minat siswa dalam belajar menjadi sorotan utama agar siswa dapat menerima informasi dengan mudah dan nyaman terutama dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh walikelas 3 dalam kegiatan wawanacra terkait minat siswa dalam belajar menggunakan model picture and picture berbantu media gambar yaitu:

“Menurut saya, minat belajar siswa ketika belajar secara langsung atau tatap muka dapat dikatakan siswa memiliki minat yang tinggi. Hal ini dikarenakan sebelumnya siswa telah menempuh pembelajaran dengan sistem online atau berbasis teknologi saja. Proses pembelajaran secara langsung dapat menumbuhkan minat dan semangat siswa dalam belajar dengan adanya interaksi secara langsung dengan siswa yang lainya. Interaksi tersebut bisa dikategorikan dalam kegiatan berdiskusi, berpendapat, bertanya antar siswa dan juga bergurau. Terutama dalamkegiatan belajar menggunakan model picture and picture atau berbantu media gambar, siswa memiliki antusias yang tinggi. Hal ini dikarenakan siswa lebih menyukai objek/gambar sebagai bahan pokok dalam penyampaian materi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.”

Berdasarkan hasil wawancara kepada siswa kelas 3 terkait pembelajaran dengan model picture and picture berbantu media gambar yaitu:

“Saya merasa senang ketika belajar dengan menggunakan gambar. karena saya lebih mengerti dan lebih menarik dengan adanya gambar yang warna-warni.”

Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok akan membuat siswa dapat mengatasi masalah bersama karena ada kegiatan berdiskusi, saling membantu, bertukar pikiran.[8]

Pada hakikatnya pembelajaran bahasa indonesia itu tidak memerlukan media gambar, karena pada tujuan pembelajaran bahasa yaitu terkait dengan pencapaian siswa dalam memiliki kemampuan antara lain yakni: Penggunaan bahasa Indonesia sebagai alat untuk meningkatkan kemampuan intelektual, Berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan memperhatikan etika, baik secara tertulis maupun lisan, Menghargai serta bangga menerapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan negara.[9]

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah dasar sebagai wadah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi serta membentuk sikap berbahasa yang positif atau baik sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa. [10]

Akan tetapi, sistem pembelajaran di Sekolah Dasar untuk saat ini masih menggunakan kurikulum 2013, dimana semua pembelajaran dikaitkan menjadi satu kesatuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar terutama dikelas 3 yaitu menggunakan tema, yang didalamnya terdapat bebrapa pembelajaran bahasa Indonesia, IPA, Matematika, IPS dan lain sebaganiya. Keterkaitan itu menjadikan semua materi menjadi berkesinambungan. Oleh karena itu, dalam penerapan pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan media gambar terutama pada tema 3 “Benda Disekitarku”.

B. Pembahasan

Kesiapan siswa dalam melaksankaan kegiatan belajar secara langsung dan online juga perlu diperhatikan. Adanya peran guru dalam penyampaian informasi terkait pembelajaran yakni dengan menggunakan strategi atau model pembelajaran untuk menarik perhatian siswa. Mengurangi rasa bosan dengan penyampaian materi yang monoton seperti ceramah saja. Fungsi dan ketepatan dalam memilih model pembelajaran adalah untuk mempermudah siswa dalam belajar dan berfikir. Serta memotivasi siswa supaya menyukai suatu mata pelajaran atau proses pembelajaran. fungsi lain ketepatan dalam memilih model pembelajaran yang tepat agar tidak menimbulkan kejenuhan saat proses pembelajaran berlangsung serta diperlukanya kreativitas guru dalam menyampikan materi baik secara langsung maupun online.[11]

Sistem pembelajaran yang telah diterapkan baik dari sistem pembelajaran secara langsung dan online juga perlu diperhatikan. Pemilihan materi serta strategi atau model pembelajaran menjadi hal utama yang harus diperhatikan. Terkait sistem pembelajaran secara langsung dengan menggunakan model pembelajran picture and picture yang di harapkan bisa menjadi alternatif dalam penyampaian materi yang mudah dimengerti dan menyenangkan bagi siswa.[12] Penggunaan media gambar menjadi hal pokok dalam penerapan model pembelajaran picture and picture sebagai media yang menarik bagi siswa. begitu juga dengan pembelajaran secara online, siswa melaksanakan proses pembelajaran dengan bantuan internet dan juga dapat menggunakan model pembelajaran seperti diatas. Hanya saja, dalam penerapanya sedikit berbeda dengan pembelajaran secara langsung.

Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif picture and picture sangat disukai oleh siswa karena lebih menyenangkan dan juga tidak monoton. Model pembelajaran ini berfungsi untuk mengembangkan ketarampilan sosial siswa, karena mereka dapat berbagi tugas, bertukar pendapat, belajar menghargai satu sama lain[13] Tidak hanya itu model ini membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti proses pembelajaran dengan adanya media gambar-gambar akan terlihat lebih menarik. Karna pada dasarnya untuk siswa Sekolah Dasar saat ini masih menggunakan kurikulum 2013 yang semua mata pelajaran menjadi satu kesatuan dalam tema. Sehingga setiap mata pelajaran menjadi berkesinambungan antara satu dengan yang lainya.

permainan sederhana atau tradisional.[8]

Berdasarkan adanya pemetaan kompetensi dasar maka perlunya tujuan pembelajran yang akan dilaksanakan yaitu:

  1. Dengan membaca Dengan membaca wacana berjudul Benda Terbuat dari Kayu, siswa dapat menemukan kosakata baru yang terdapat dalam wacana.
  2. Dengan menjawab pertanyaan pada persiapan bercerita, siswa mampu menceritakan kembali informasi secara lisan tentang benda-benda di sekitarnya yang terbuat dari kayu dengan percaya diri.
  3. Dengan melakukan praktik musyawarah, siswa mengetahui arti penting melakukan musyawarah untuk menyelesaikan musyawarah dengan tepat.
  4. Dengan menjawab pertanyaan seputar musyawarah, siswa dapat menceritakan pengalamannya dalam melakukan musyawarah dengan tepat.
  5. Dengan memerhatikan praktik yang dilakukan guru, siswa mampu mengetahui teknik dalam melempar dan menangkap bola dengan tepat.
  6. Dengan berlatih melempar dan menangkap bola, siswa dapat mempraktikkan langsung melempar dan menangkap bola dengan tepat.

Berikut merupakan langkah-langkah pembelajaran menggunakan model picture and picture:

1) Tahapan pertama, guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

Pada langkah ini guru diharapkan dapat menyampaikan apa yang menjadi kompetensi dasar pada mata pelajaran bahasa indonesia di dalam tematik. Guru merinci idikator-indikator proses pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa serta ketercapaian kompetensi dasar. Sehingga dapat diketahui sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa.

2) Guru meyajikan materi sebagai pengantar

Peberian motivasi yang menarik sebagai bentuk untuk menarik perhatian siswa dalam membangun kesiapan belajar. Pemberian motivasi serta teknik yang baik dalam penyampian materi akan menarik perhatian siswa serta minat siswa untuk belajar lebih jauh tentang materi yang akan dipelajari khususnya dalam mata pelajaran bahasa indonesia.

3) Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.

Proses penyajian materi, guru mengajak siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang telah diberikan dan ditunjukkan oleh guru atau temanya. Gambar yang berisi tentang macam-macam benda yang terbuat dari kayu, plastik, besi dan bahan yang lainnya. Karena dengan menggunakan gambar kita akan menghemat energi kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

Figure 1.Guru menjelaskan kompetensi yang akan dicapai

4) Guru menunjuk atau memanggil siswa secara bergantian memasang atau mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis.

Pada langkah ini, guru melakukan inovasi terkait model yang akan diterapkan. Seperti halnya guru meminta siswa untuk mengurutkan gambar-gambar atau mengelompokkan gambar yang telah diberikan guru menjadi urutan yang logis. Sperti, mengurutkan gambar yang terbuat dari kayu, besi, plastik dan lain sebagainya.

5) Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

Sebelumnya guru telah membagi siswa dalam kelompok kecil bisa terdiri dari 2-3 orang dalam satu kelompok. Setelah siswa megurutkan gambar yang telah diberikan guru menjadi urutan gambar yang logis. Maka siswa harus memberikan alasan atau bisa berupa kegunaan benda yang diurutkan tersebut dan juga siswa dapat merinci dengan memberikan penjelasan terkait bagaimana bentuk benda, panjang, serta berat benda.

6) Dari ulasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep atau materi yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

Pada langkah ini, guru mulai menjelaskan terkait materi serta indikator yang ingin dicapai dari pembelajaran terkait gambar yang telah diberikan guru. Guru mengkoreksi setiap hasil kerja siswa dalam mengurutkan gambar yang telah dikerjakan siswa. memberikan tanggapan serta membenarkan jika ada kesalahan. Serta memberikan tambahan materi terkait gambar-gambar tersebut.

Figure 2.Guru menjelaskan dan mengkoreksi

7) Kesimpulan atau rangkuman.

Pada tahapan terakhir, guru memberikan rangkuman materi terkait informasi yang telah dipelajari siswa dan mengulas kembali materi yang diajarkan serta membangun ingatan siswa untuk tetap konsentrasi terkait materi yang telah dipelajarainya.

Melalui langkah-langkah dalam penerapan model picture and picture tersebut maka proses pembelajaran dalam berlangsung dengan baik, efektif serta efisien.[14] Penerapan model picture and picture berbantu media gambar menajdi salah satu model pembelajaran yang disukai siswa, selain siswa katif dalam berpartisipasi siswa juga bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. pembelajaran bahasa indonesia yang berisi terkait materi-materi yang berupa bacaan, pengolahan kata dan lain sebagainya pada umumnya siswa bosan dengan pemberian materi dengan metode ceramah saja.[15] Akan tetapi jika dipadukan dengan gambar-gambar maka siswa akan bersemangat serta memunculkan ide-ide baru dalam pemikiran siswa. Terutama siswa belajar menggunakan kurikulum 2013 diamana pembelajaran menggunakan tematik sehingga semua mata pelajaran menjadi berkesinambungan anatara satu sama lain. [16]

Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian ini, Penerapan model pembelajaran picture and picture pembelajaran bahasa indonesia di SDN Gununggangsir II dapat dikatakan berhasil. Siswa memiliki antusian yang tinggi dalam melakukan kegiatan belajar mengajar serta dengan penggunaan model pembelajaran ini siswa lebih aktif. Proses pembelajaran di SDN Gununggangsir II menggunakan pembelajaran secara langsung atau tatap mukan dan pembelajaran online. Proses pembelajaran menggunakan model picture and picture memberikan kesan positif bagi siswa dan mempermudah guru dalam menyampaian materi pembelajaran. dengan bantuan media gambar yang dapat menarik perhatian siswa serta menciptakan suasana belajar yang baru dan menyenangkan.

References

  1. soeparno, dasar-dasar linguistik. Yogyakarta: Mitra Gama Widya, 1993.
  2. A.Chaer and A. LC, “Sosiolinguistik Suatu Pengantar: Perkenalan Awal,” 1995.
  3. H. Miftahul, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.
  4. Huda Miftahul, Cooperatif Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Terapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.
  5. Agus Suprijono, Cooperatif Learning: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.
  6. Yusandi Yusandi, Kolerasi kemampuan membaca cepat dengan hasil belajar siswa pembelajran bahasa indonesia di sekolah dasar. Pontianak: Universitas Tnjung Pora, 2014.
  7. Nurgiantoro Burhan, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. BPFE-Yogyakarta, 2001.
  8. D Mutiah, Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2010.
  9. Guntur Tarigan Henry, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa, 2008.
  10. Riyanto Ytim, Paradigma baru pembelajaran (Sebagai referensi bagi pendidikan dalam implementasi pembelajaran yang efektif dan berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Grup, 2009.
  11. Rumini Sri and Dkk, Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press, 2006.
  12. Ridwan Muhammad and Istarani, 50 Tipe Pembelajaran Kooperatif. Medan: CV Media Persada, 2014.
  13. Usman Basyirudin, Metode pembelajaran Agama islam. Jakarta: Ciputat Press, 2002.
  14. A.P.N Wilantara and Dkk, “Penerapan model pembelajaran picture and picture berbantu media flip chart untuk meningkatkan Perkembangan kognitif anak,” 2016.
  15. Abdurrohman Alwiyah, Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung, 2007.
  16. suyatno, Teknik pembelajaran dan sastra. Surabaya: SIC, 2010.