Abstract

This study aims to describe and analyze the implementation of character education in grade IV SDN Kebonsari based on 5 character values, namely religious, nationalist, integrity, independent, and mutual cooperation. This study used qualitative research methods. Data collection techniques were carried out using interviews, observation and documentation. To test the validity of the data in this study, triangulation was used. The next stage of data analysis is in the form of data reduction, data presentation and drawing conclusions. Based on the results of the study, information was obtained that the implementation of character education in grade IV SDN Kebonsari was carried out in various ways. The implementation of character education in grade IV SDN Kebonsari is implemented through habituation activities. The most prominent character values ​​in the implementation of character education are religious, nationalist, integrity, independent, and mutual cooperation.

Pendahuluan

Globalisasi telah membawa dampak luas di belahan bumi dimanapun, termasuk di Indonesia. Dampak globalisasi ada yang positif dan negative. Dampak negative dari globalisasi bisa membahayakan anak, karna anak yang usia 6-12 tahun ini memasuki tahap keingintahuan yang kuat sehingga mengakibatkan anak sangat mudah terdoktrin dengan berbagai sesuatu yang tidak baik. Potensi berfikir yang kurang baik membuat anak tak bisa memilah mana yang baik dan buruk, resikonya anak berperilaku tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter yang berlaku. Masifnya perilaku ketidakjujuran ini telah merambah dalam diri siswa, pendidik, dan anggota komunitas sekolah [1].

Pendidikan karakter pada anak-anak sebagai generasi muda sangatlah penting. Pembinaan karakter yang termudah dilakukan adalah ketika anak-anak masih duduk di bangku SD. Bukan berarti pada jenjang pendidikan lainnya tidak mendapat perhatian, namun porsinya saja yang berbeda [2]. Lembaga pendidikan memegang kunci utama dalam pendidikan karakter dan akhlak peserta didik [3].

Tugas pendidikan yang berlangsung di sekolah adalah mengembangkan siswa menjadi subyek yang aktif yang bisa mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya agar mereka dapat hidup dan dapat mengembangkan kehidupannya di masyarakat yang selalu berubah [4]. Pendidikan karakter yang diciptakan dalam lingkungan keluarga maupun sekolah secara konsisten dan terus menerus mampu membentuk anak memiliki karakter unggul [5]. Program pendidikan karakter berperan untuk membentuk dan mengembangkan peserta didik yang berakal budi, berakhlak mulia dan berpotensi berperilaku baik. Peran guru sangat penting terutama dalam proses pembelajaran yang berorientasi pada pembinaan karakter dan nilai siswa. Guru harus mampu memahami nilai karakter yang diharapkan dengan baik. Oleh karna itu diharapkan dapat meningkatkan prestasi akademik siswa, meningkatkan motivasi belajar, merangsang minat belajar, meningkatkan pemahaman materi pembelajaran, dan membentuk kepribadian yang dapat menjadikan siswa memiliki kepribadian yang lebih baik dan melahirkan generasi yang berkepribadian. Salah satu upaya untuk mengimplementasikan pendidikan karakter adalah melalui pendekatan holistik, yaitu mengintegrasikan perkembangan karakter ke dalam setiap aspek kehidupan sekolah [6]. Pendekatan holistik dalam pembangunan karakter dengan demikian terkait pada pengembangan aspek-aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan sosial. Peserta didik tumbuh dan memahami nilai-nilai tersebut dengan cara mempelajarinya dan mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan nilai-nilai. Peserta didik belajar untuk peduli terhadap nilai-nilai inti dengan mengembangkan kecakapan berempati, membangun hubungan saling peduli, membantu menciptakan komunitas peduli, mendengarkan kisah-kisah yang menarik, serta merefleksikannya dalam pengalaman kehidupannya. Dengan demikian, mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam pembelajaran sangat penting agar memiliki budi pekerti yang baik bagi peserta didik.

Untuk memperkuat karakter anak, maka perlu menerapkan berbagai kegiatan program sekolah yang nantinya akan menumbuhkan nilai-nilai karakter bagi siswa. Terdapat lima nilai karakter utama yang bersumber dari Pancasila yaitu religius, nasionalisme, integritas, kemandirian dan kegotong royongan [7]. Tujuan dari penelitian ini Untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan karakter di kelas IV SDN Kebonsari.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi yang menjadikan penelitian ini deskripstif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif merupakan penelitian yang tidak menggunakan perhitungan. Penelitian kualitatif adalah pemahaman holistik secara ilmiah tentang fenomena yang terjadi atau dialami subyek penelitian dan dijabarkan dalam bentuk kata-kata, bahasa dan deskrisi yang mudah dipahami [8]. Subyek penelitian adalah seseorang yang dapat memberikan sebuah informasi tentang keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Dalam pemilihan subyek penelitian diperlukan seseorang yang dianggap paling tahu terhadap masalah tersebut dan juga dibutuhkan pertimbangan tertentu dalam memberikan informasi yang dibutuhkan pertimbangan dalam memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Subyek dalam penelitian ini yaitu guru kelas IV SDN Kebonsari. Teknik pengumpulan data adalah cara atau metode yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yang ada, baik data primer maupun sekunder yang kemudian di analisis untuk menentukan hasil penelitian. Teknik pengumpulan data terdiri dari wawancara, observasi, dan dokumentasi [9]. Teknik yang dilakukan dalam pengecekan keabsahan data adalahh Triangulasi. Triangulasi adalah teknik yang dapat digunakan dalam pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam pengecekan kebsahan data yang dibutuhkan adalah kata-kata, maka tidak kemungkinan terdapat kata-kata yang tidak sesuai antara yang dibicarakan dengan kenyataan. Sehingga mempengaruhi kredibilitas informasinya, waktu pengungkapan, kondisi yang dialami dan sebagainya. Maka peneliti perlu melakukan triangulasi. Untuk membuktikan keabsahan data tersebut, peneliti menggunakan triangulasi teknik. Teknik analisis data adalah cara untuk mengetahui atau menguraikan data-data yang telah dikumpulkan menjadi satu kesatuan makna yang mudah difahami. Teknik analisis data ini menggunakan teknik analisis data dari Miles & Huberman. Teknik analisis data dari Miles & Huberman terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dan verifikasi [10].

Hasil dan Pembahasan

Dalam penelitian ini, hasil analisis data menggunakan teknik analisis Miles dan Huberman. Dalam proses pelaksanaan implementasi pendidikan karakter di kelas IV SDN Kebonsari terdapat berbagai macam kegiatankegiatan sekolah yang mendukung untuk membentuk karakter peserta didik. Kegiatan karakter ini dilakukan secara rutin dan pelaksanaannya melibatkan seluruh warga sekolah termasuk siswa kelas IV. Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan agar peserta didik mudah menerima dan tidak mudah melupakan kegiatan yang telah dilaksanakan. Kegiatan karakter yang diterapkan oleh SDN Kebonsari meliputi 5 nilai karakter yaitu karakter religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotongroyong.

Dalam penelitian ini reduksi data dilakukan pada saat peneliti mendapatkan data dari SDN Kebonsari. Penulis kemudian menyederhanakan data tersebut dengan mengambil data-data yang mendukung dalam pembahasan penelitian ini. Sehingga data-data tersebut mengarah pada kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penelitian ini, bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan karakter siswa di SDN Kebonsari. Setelah penelitian, maka dalam mereduksi data, peneliti akan memfokuskan pada nilai karakter anak-anak sekolah dasar yang dihasilkan melalui kegiatan-kegiatan nilai karakter anak di SD.

Dalam temuan penelitian yang disajikan disini adalah hasil penelitian di lapangan dengan menggunakan teknik penggalian data yang ditetapkan melalui dokumentasi dan wawancara. Dalam penelitian ini data disajikan dalam bentuk uraian yang disertai dengan keterangan yang telah diselesaikan dengan urutan permasalah yang ada. Berdasarkan wawancara dan observasi yang penulis lakukan, implementasi pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru di lokasi penelitian beragam. Hal ini terlihat dari bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam sehari-hari.

Berdasarkan penelitian yang saya lakukan ini bahwa implementasi nilai religius pada siswa di SDN Kebonsari ini diciptakan dan dijalankan setiap harinya menjadi sebuah kebiasaan yang akan menghasilkan suatu karakter dalam diri peserta didik. Salah satu kegiatan yang berkaitan dengan nilai religius yang dilakukan di SDN Kebonsari seperti berdoa. Sebelum memulai pelajaran, guru mengajak peserta didik untuk berdoa terlebih dahulu selama 15 menit. Setelah pelajaran, guru mengajak peserta didik berdoa terlebih dahulu sebelum pulang. Peserta didik juga diajak mengikuti kegiatan keagamaan lainnya seperti istighosah. Kegiatan istighosah rutinan di laksanakan pada hari rabu di jam 06.30 yang diikuti oleh peserta didik kelas 4 dan 5. Dengan mengingat Tuhan Yang Maha Esa terlebih dahulu, diharapkan kegiatan yang akan dilakukan berjalan dengan baik dan lancar. Hal ini ada penelitian yang relevan menampakkan bahwa penelitian yang telah dilakukan di SD Budi Mulia Dua Sedayu, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa: Strategi pendidikan karakter religius yang dilakukan guru di sekolah yaitu melalui keteladanan dilakukan dengan guru memberikan contoh, pengertian, nasihat kepada siswa, pembelajaran dilakukan dengan guru mengaitkan materi dengan aspek religius, pemberdayaan dan pembudayaan dilakukan dengan penerapan tata tertib sekolah dan kegiatan ekstrakulikuler, penguatan dilakukan dengan guru memberikan pengertian, pujian dan motivasi siswa, dan penilaian dilakukan dengan mengamati sikap siswa [11].

Setelah peneliti melakukan pengamatan langsung bahwa kegiatan menjaga kebersihan lingkungan ini memang rutin dilakukan oleh siswa kelas IV, diantaranya mewajibkan siswa untuk melepas sepatu sebelum memasuki kelas dan wajib piket kelas saat pulang sekolah di pagi hari dan saat jam istirahat berlangsung (apabila ruang kelas mulai terlihat kotor). Dan siswa disini juga bertoleransi terhadap perbedaan. Hal ini ada penelitian yang relevan menampakkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan nilai, budi pekerti, moral, dan watak, yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam memberikan keputusan baik dan buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Pendidikan karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek pengetahuan yang baik (moral knowing), tetapi juga merasakan dengan baik atau loving the good and moral feeling, serta perilaku yang baik (moral action). Jadi, pendidikan karakter erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan, yang terus-menerus dipraktekkan dan dilakukan. Pendidikan karakter merupakan suatu kebiasaan, maka pembentukan karakter seseorang itu memerlukan communities of character, yang terdiri atas keluarga, sekolah, institusi keagamaan, media, pemerintahan, dan berbagai pihak yang mempengaruhi generasi muda. Semua communities of character tersebut hendaknya memberikan suatu keteladanan, intervensi, serta pembiasaan, yang dilakukan secara konsisten dan penguatan. Dengan kata lain, pembentukan karakter memerlukan pengembangan keteladanan yang ditularkan dan intervensi melalui proses pembelajaran, pelatihan, dan pembiasaan yang terus-menerus dalam jangka panjang. Pendidikan nasional di abad ke-21 bertujuan untuk mewujudkan cita-cita bangsa, yaitu masyarakat bangsa Indonesia yang sejahtera dan bahagia, dengan kedudukan terhormat dan setara dengan bangsa-bangsa lain di tingkat global. Cita-cita tersebut bisa diwujudkan melalui pembentukan masyarakat yang terdiri dari sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu pribadi yang mandiri, berkemauan, dan berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita bangsanya. Mengenai pengembangan pembelajaran di abad ke-21, beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain: tugas utama guru sebagai perencana pembelajaran, memasukkan unsur berpikir tingkat tinggi atau higher order thinking, penerapan pola pendekatan dan model pembelajaran yang bervarisi, serta integrasi teknologi [12].

Dari hasil penelitian, upaya yang paling dasar yang dilakukan oleh guru dalam menerapkan nilai karakter integritas yaitu dengan cara menasihati dan menegur siswa apabila tidak jujur dan tidak bertanggung jawab. Guru akan memberikan nasihat yang baik dan mudah diterima oleh siswa. Tetapi karakter anak berbeda-beda ada yang bisa langsung dinasihati kemudian dia nurut, dan ada yang dinasihati akan mengulangi hal tersebut lagi. Hal ini ada salah satu penelitian yang relevan menampakkan bahwa implementasi penguatan karakter nilai integritas melalui buku kegiatan harian di SD Muhammadiyah Kadisoka maka diambil kesimpulan sebagai berikut. Penguatan pendidikan karakter integritas melalui buku kegiatan harian diterapkan dengan cara siswa setiap hari wajib mengumpulkan buku kegiatan harian ke meja guru sebelum pembelajaran dimulai. Tiap guru kelas memiliki aturan masing-masing yang telah disepakati bersama oleh siswa. Selain guru, orang tua juga terlibat dalam pelaksanaan buku kegiatan yaitu orang tua memiliki tugas memantau segala aktivitas anak selama di rumah disesuaikan dengan buku kegiatan harian yang ditulis anak kemudian memberi tanda tangan pada paraf orang tua [13].

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diperoleh data bahwa siswa di biasakan untuk membiasakan hadir tepat waktu, membiasakan mematuhi aturan, dan melaksanakan kegiatan atas dasar kemampuan sendiri. Pembiasaan tersebut akan mempengaruhi perilaku sesuai dengan nilai dalam penguatan pendidikan karakter. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang relevan menampakkan bahwa implementasi penanaman karakter mandiri di kelas rendah di SD Negeri Melung dilakukan dengan berbagai strategi seperti kegiatan pembiasaan, penanaman kedisiplinan, dan interaksi atau komunikasi untuk menjalin kedekatan dengan peserta didik yang dilakukan melalui tindakan pengelolaan kelas yang efektif diantaranya mengadakan analisis sosial, pengaturan posisi tempat duduk, mengatasi masalah kedisiplinan, memanfaatkan perpustakaan, dan mengefektifkan papan tulis. Nilai-nilai karakter yang ditanamkan melalui pengelolaan kelas yang efektif di kelas rendah SD Negeri Melung adalah karakter mandiri. Nilai karakter tersebut ditanamkan sesuai dengan tindakan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru. Kendala yang dialami guru dalam implementasi penanaman karakter mandiri melalui pengelolaan kelas yang efektif disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya faktor kondisi individu, faktor keluarga, dan factor lingkungan masyarakat. Ketiga faktor tersebut menjadi kendala dalam implementasi penanaman karakter mandiri melalui pengelolaan kelas yang efektif di kelas rendah SD Negeri Melung. Solusi yang diterapkan dalam mengatasi kendala penanaman nilai-nilai karakter melalui pengelolaan kelas yang efektif dilakukan sesuai dengan faktor penyebab kendala yang dialami. Dalam mengatasi kendala yang disebabkan oleh faktor lingkungan masyarakat, komunikasi yang dilakukan tidak hanya dengan peserta didik dan orangtua tetapi juga tetangga sekitar peserta didik tinggal. Guru harus 142 memiliki kesabaran dalam menghadapi peserta didik. Dalam mengatasi kendala yang disebabkan oleh factor keluarga, guru harus berkomunikasi secara intensif dengan orangtua peserta didik guna mengetahui perilaku peserta didik di rumah. Kendala yang disebabkan oleh faktor kondisi individu dapat diatasi dengan menanamkan karakter agama melalui pembiasaan dalam berdoa yang setidaknya ada hal-hal positif yang didapatkan peserta didik [14]

Dari hasil wawancara, dijelaskan bahwa gotong royong merupakan salah satu nilai karakter yang sangat penting dalam proses pendidikan karakter. Gotong royong adalah suatu bentuk kerja sama yang dilakukan secara bersama-sama baik di lingkungan sekolah, masyarakat dalam mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan hasil observasi, siswa saat antusias dan semangat mengikuti kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan nilai gotong royong yang diadakan oleh sekolah ini.

Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang relevan menampakkan bahwa bentuk-bentuk perilaku gotong royong yang masih bertahan di SDN Jemur Wonosari 1/417 Surabaya seperti piket kelas, jum’at bersih, kerja kelompok. Tujuannya agar dapat mengurangi dampak yang diakibatkan modernisasi. Strategi yang dilakukan guru dalam penanaman dan peningkatan gotong royong siswa di SDN Jemur Wonosari 1/417 Surabaya melalui substansi pembelajaran, dan pemberian penghargaan. Manfaat dari strategi yang dilakukan adalah untuk memberikan motivasi dalam menerapkan perilaku gotong royong. Untuk tema atau topik pembelajaran yang yang menjadi sarana penanaman dan peningkatan karakter gotong royong siswa seperti memberikan substansi pembelajaran seperti mata pelajaran PKn, IPS, Matematika, Bahasa Indonesia, dan SBdP [15].

Kesimpulan

Implementasi pendidikan karakter di SDN Kebonsari diterapkan dengan cara menumbuhkan nilai-nilai karakter pada diri peserta didik yakni dengan menyusun beberapa strategi agar semua nilai-nilai karakter tersebut bisa tumbuh dan melekat pada jiwa mereka dan bisa dimiliki sepanjang masa. Pendidikan karakter yang diterapkan pada peserta didik meliputi religius, nasionalis, integritas, mandiri, dan gotong royong. Nilai-nilai tersebut tidak disampaikan secara langsung pada siswa, tetapi secara tersirat dalam cara bertindak dan cara mengajar yang dilakukan oleh guru. Dalam pelaksanaan penerapan implementasi pendidikan karakter di kelas IV SDN Kebonsari tidak berjalan dengan lurus. Upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah terutama guru kelas IV sudah dilakukan dengan semaksimal mungkin. Pihak sekolah dan guru kelas IV tidak pantang menyerah menghadapi siswa yang memiliki karakter dan latar belakang yang berbeda. Mereka juga selalu sabar untuk mengingatkan kebaikankebaikan kepada semua siswa kelas IV, selain itu kegiatan-kegiatan yang sudah ada dilakukan secara rutin agar siswa semakin terbiasa.

References

  1. Judiani, S. (2010). Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar dan Menengah, Kemendiknas. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 16(Pendidikan), 280–288.
  2. Kemendiknas. (2010). Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas.
  3. Dalyono, Bambang & Lestariningsih, Enny Dwi. (2017). Implementasi Penguatan Pendidikan Karakter Di Sekolah. Bangun Rekaprima, Vol. 03(2)
  4. Idi, A. (2011). Sosiologi Pendidikan Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
  5. Helmawati. (2017). Pendidikan Karakter Sehari-hari. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
  6. Dirgantoro, A. (2016). Peran Pendidikan Dalam Membentuk Karakter Bangsa Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jurnal Rontal Keilmuan PPKn, Vol. 2(1)
  7. Kemendikbud. (2018). Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama
  8. Moleong, L. J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
  9. Herdiansyah, Haris. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu Psikologi. Jakarta: Salemba Empat
  10. Miles, A. Huberman, M. & Saldana, J. 2014. Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. SAGE Publications India
  11. Swandar, R. (2017). Implementasi Pendidikan Karakter Religius di SD Budi Mulia Dua Sedayu Bantul. Laporan Penelitian, 27.
  12. Komara, E. (2018). Penguatan Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Abad 21. 4(April), 17–26.
  13. Waskito, A. P. N., & Suyitno, S. (2020). Implementasi Penguatan Karakter Nilai Muhammadiyah Kadisoka Yogyakarta. 3(2), 127–138.
  14. Imam Setiadi. (2019). Implementasi Penanaman Karakter Mandiri Melalui Pengelolaan Kelas Yang Efektif. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
  15. Imran, R., Rahayu, I., Marshanda, & Aya, A. (2020). Peningkatan Karakter Gotong Royong di Sekolah Dasar. Quarterly Journal of Health Psychology, 8(32), 73–92.