Science Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v21i.693

Overview of Adversity Quotient on Students who are Compiling Thesis at University


Gambaran Adversity Quotient pada Mahasiswa yang Sedang Menyusun Skripsi di Universitas

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Adversity Quotient Students who are Compiling Thesis

Abstract

This research is motivated by the problems that are often experienced by students in improving their thesis and has the aim of knowing the description of the adversity quotient of students who are writing thesis on the faculty of psychology and education, Muhammadiyah University of Sidoarjo. This research uses descriptive quantitative research. The population is 650 FPIP students who are compiling a thesis using the Krejcie table and get a sample of 242 students who are taken using the Simple Random Sampling technique. Data retrieval using the adversity quotient scale adapted by Maulana (2020) which refers to Stoltz's (2005) theory includes the following aspects: (CO2RE) control, ownership and origin, reach, endurance and the reliability of Cronbach Alpha is 0.858. The analysis of this research uses JASP vers 0.15. The results of this study indicate that men have a high adversity quotient of 71.66%, while women have a high adversity quotient of 68.68%.

Pendahuluan

Mahasiswa adalah suatu kelompok generasi yang sedang menuntut atau menimba ilmu di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Aktivitas atau tugas mahasiswa yaitu belajar mengenai ilmu pengetahuan, bermasyarakat, berorganisasi, dan belajar menjadi seseorang pemimpin untuk dapat meraih suatu kesuksesan dalam hidupnya [1]. Mahasiswa sering dikatakan sebagai suatu kelompok cendikiawan atau golongan intelektual yang menanggung beban di pundak untuk dapat menentukan nasib masa depan suatu bangsa. [2]

Sebutan mahasiswa berlaku untuk individu yang menempuh pendidikan di Universitas atau perguruan tinggi. Sebagai mahasiswa memiliki sebuah kewajiban untuk mengembangkan dirinya dengan ilmu, sehingga mahasiswa dapat memiliki skill (kemampuan) sesuai dengan jurusan pendidikannya. Seorang mahasiswa dituntut untuk dapat menyelesaikan tugas akhirnya yaitu skripsi [3].

Skripsi merupakan karangan ilmiah yang ditulis oleh mahasiswa untuk persyaratan akhir pendidikan akademisnya. Skripsi merupakan suatu bukti akademik mahasiswa yang berkaitan dengan penelitian dan berhubungan mengenai masalah pendidikan yang sesuai dengan program studinya. Skripsi dibuat untuk mencapai gelar sarjana [4].

Masalah yang sering dialami oleh mahasiswa yaitu berawal dari mencari dan menentukan judul penelitian yang kemudian tidak di acc dengan dosen pembimbing karena memiliki alasan tertentu seperti kurang jelasnya fenomena yang diangkat, tidak adanya teori yang relevan dengan fenomena, kesulitan menuangkan ide kedalam skripsi, takut menemui dosen pembimbing, dan sulitnya membagi waktu antara mengerjakan skripsi dengan aktivitas lain. Hal tersebutlah yang membuat para mahasiswa berat hati dalam memperbaiki skripsinya. Selain itu, mahasiswa mendapat tuntutan akademik pada perkuliahan yang membuat para mahasiswa seringkali menghadapi kebingungan dalam mengatur jadwal atau waktu di dalam kehidupan sehari-harinya [5].

Adversity Quotient merupakan konsep psikologis mengenai kecerdasan yang telah dikembangkan oleh Paul G Slotz yang dapat diartikan sebagai kemampuan dalam menghadapi kesulitan seseorang. Slotz juga menyatakan adversity quotient memiliki kontribusi yang besar karena faktor-faktor dari kesuksesan dasar ilmiah dan saling mempengaruhi, faktor itulah yang dapat mencakup semua kebutuhan dalam menghadapi tantangan [6].

Adversity Quotient bermula dari bahasa inggris yang diterjemahkan adversity adalah kesengsaraan dan kemalangan. Sedangkan quotient yang diterjemahkan pada Kamus Psikologi adalah pandai atau cerdas. Paul G.Stoltz telah mengembangkan adversity quotient (AQ) pada konsep kecerdasan (IQ dan EQ) dianggap belum dapat menjadi suatu modal seseorang dalam mencapai tujuan. Kemudian Stoltz mengembangkan suatu rancangan mengenai konsep kecerdasan [6]

Penelitian ini dilakukan dalam mengkaji adversity quotient yang terdapat hubungannya dengan mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, khususnya pada mahasiswa Fakultas Psikologi Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Oleh sebab itu, penelitian ini memiliki peran dalam meminjau teori mengenai adversityquotient serta menunjukkan gambaran tentang adversity quotient pada mahasiswa yang sedang menyusun skripsi Fakultas Psikologi Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Metode Penelitian

Penelitian ini telah memakai pendekatan kuantitatif deskriptif, Sugiyono menyatakan jika populasi yaitu suatu wilayah generalisasi yang terdiri adanya objek maupun subjek yang mempunyai suatu kualitas serta karakteristik yang telah ditentukan, kemudian bisa ditetapkan dan ditentukan oleh peneliti agar dipelajari, selanjutnya dapat dijadikan kesimpulan (Nizar, 2018). Jadi populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu 650 mahasiswa FPIP yang sedang menyusun skripsi di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.Selanjutnya sampel yang dipakai pada penelitian ini yaitu berjumlah 242 mahasiswa, dengan memakai tabel krejcie. Adapun jenis sampling yang digunakan ialah simplerandomsampling yang artinya mengambil sampel berdasarkan anggota populasi secara acak tanpa menghiraukan tingkatan yang ada dalam anggota populasi, hal tersebut dilakukan karena anggota populasi dianggap homogen (sejenis) [7]. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini ialah skala adversityquotient, dan skala stres akademik yang berbentuk skala Likert. Skala Likert merupakan skala dengan pengukuran yang sudah dikembangkan oleh Likert tahun 1932. Skala Likert memiliki 4 butir bahkan bisa lebih dari pertanyaan yang akan dikombinasikan untuk membuat suatu penilaian yang dapat menginterpretasikan dari adanya sifat seseorang [8].

Penelitian ini menggunakan Jeffreys's Amazing Statistics Program versi 0.15 dalam melakukan analisis data. Terdapat juga skala dari adversityquotientyang telah diadaptasi dan berpacu pada penelitian milik [1] yang mengacu pada teori milik Stoltz (2005) meliputi aspek-aspek : (CO2RE) control, ownershipandorigin, reach, endurance. Pada stres akademik peneliti mengukurnya melewati 4 aspek stres akademik menurut Robottham [9], yaitu kognitif, afektif, fisiologis, dan perilaku. Azwar [10] menyatakan bahwa pengukuran dapat dilakukan untuk mengetahui suatu aspek psikologis yang ada pada diri seseorang dan dinyatakan dalam bentuk score (nilai) pada instrumen pengukur yang bersangkutan. Suatu pengukuran bisa dibilang mempunyai validitas tinggi jika mampu mendapatkan sebuah hasil data secara tepat dan akurat serta bisa memberi sebuah gambaran tentang variabel yang sedang diukur. Azwar [10] menyatakan bahwa suatu aitem memerlukan kriteria secara empirik. Kriteria itu merupakan ukuran yang relevan, seperti angka-angka yang dapat menunjukkan indikasi atas atribut yang diukur. Aitem dengan nilai korelasi sebesar > 0,3 adalah aitem yang memiliki validitas memuaskan, sebaliknya aitem yang nilai korelasi < 0,3 adalah validitas yang kurang memuaskan. Penelitian ini menggunakan Jeffreys'sAmazingStatisticsProgramdengan JASP versi 0.15 untuk mengukur validitas antar aitem.

Hasil dan Pembahasan

Penelitian ini terdapat beberapa hasil dari adversity quotient yang telah dilakukan kepada 242 mahasiswa yang sedang menyusun skripsi Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Adapun hasil serta pembahasannya sebagai berikut :

Figure 1.Diagram Tingkat Adversity Quotient

Pada hasil diagram diatas dapat diketahui bahwa tingkat adversity quotient pada mahasiswa FPIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, terdapat 20 mahasiswa adversity quotient yang rendah dengan persentase 8,26% dan memiliki skor dibawah 39. Sedangkan mahasiswa yang memiliki adversity quotient sedang memiliki presentase sebesar 22,3% dengan skor berkisar antara 40 hingga 46 dan berjumlah 53 mahasiswa. Kemudian, mahasiswa sebanyak 168 memiliki adversity quotient yang tinggi dengan presentase 69,42% dan skornya adalah diatas 46 hal tersebut bisa disebut Climbers.

Sesuai dengan teori milik Stoltz terdapat tingkat kecerdasan dari adversity quotient salah satunya yaitu Climbersyang disebut dengan para pendaki yaitu untuk seseorang yang telah membangkitkan dirinya pada pendaikan. Tanpa menghiraukan keuntungan ataupun kerugian, nasib buruk atau nasib baik[11]. Climber adalah sosok pemikir yang memikirkan adanya kemungkinan-kemungkinan dan tidak membiarkan apapun hambatan yang menghalangi pendakiannya [12]. Adapun rata-rata dari aspek-aspek adversityquotient, sebagai berikut :

Figure 2.Rata Rata dari Aspek Adversity Quotient

Kemudian dapat diketahui pula hasil dari masing-masing tingkatan aspek adversity quotient memiliki rata-rata yang signifikan pada aspek Jangkauan (Reach) dan Daya Tahan (Endurance) dengan nilai 13,4 dan 13,5. Sedangkan pada aspek Asal-Usul dan Pengakuan (Origin & Ownership) memiliki rata-rata dengan nilai 11,3. Kemudian pada aspek pengendalian diri juga memiliki rata-rata yang kecil yaitu 9,5. Artinya, mahasiswa FPIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo memiliki Endurance(Daya Tahan) yang tinggi dibandingkan aspek-aspek lain dari adversityquotientdengan skor 13,5.

Hal tersebut sesuai dengan teori dari Lee, Cheung, & Kwong menyatakan jika salah satu aspek adversity quotientyaitu daya tahan adalah konstruksi multidimensi yang dapat digunakan sebagai aspek kunci dalam mendapatkan hasil yang baik ketika berhadapan dengan kesulitan[13]. Daya tahan adalah kapasitas individu untuk menjalani peristiwa

stres dan mungkin menjadi aspek kunci dalam mengatasi kesulitan[14]. Selanjutnya terdapat perbandingan persentase dari adversityquotientberdasarkan jenis kelamin, sebagai berikut :

Figure 3.Persentase Adversity Quotient Jenis Kelamin

Pada hasil penelitian diatas terdapat juga perbandingan persentase adversity quotient berdasarkan jenis kelamin, seperti pada tabel diatas laki-laki cenderung memiliki adversity quotient yang tinggi jika dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar 71,66%, sedangkan perempuan memiliki adversity quotient yang tinggi sebesar 68,68%, walaupun perbedaannya tidak begitu signifikan.

Adapun teori yang sesuai dengan mengatakan bahwa adversity quotient matematis seorang mahasiswa yang memiliki jenis kelamin laki-laki akan berbeda dengan mahasiswa yang jenis kelaminnya perempuan, perbedaan tersebut dapat diperkuat dari Dwek yang berbendapat jika seorang laki-laki mempunyai adversityquotientyang lebih tinggi jika dibandingkan dengan perempuan [15].

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan diatas dapat diambil kesimpulan jika adversity quotient yang telah dilakukan oleh 242 mahasiswa yang sedang menyusun skripsi Fakultas Psikologi dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo termasuk kategori yang tinggi. Artinya, mahasiswa FPIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo termasuk kedalam kategori Climbers, sosok pemikir yang memikirkan adanya kemungkinan-kemungkinan dan tidak membiarkan apapun hambatan yang menghalangi pendakiannya.

Meskipun dapat dikatakan memiliki tingkat yang tinggi pada adversity quotient, mahasiswa FPIP Universitas Muhammadiyah Sidoarjo jika ditinjau dari aspek-aspek adversity quotient memiliki Endurance (Daya Tahan) yang tinggi jika dibandingkan aspek-aspek lain dari adversity quotient dengan skor 13,5. Daya tahan adalah konstruksi multidimensi yang dapat digunakan sebagai aspek kunci dalam mendapatkan hasil yang baik ketika berhadapan dengan kesulitan. Selain itu, subjek dengan jenis kelamin laki-laki cenderung memiliki adversityquotientyang tinggi yaitu sebesar 71,66%, sedangkan perempuan memiliki adversity quotient yang tinggi sebesar 68,68%, walaupun perbedaannya tidak begitu signifikan.

References

  1. D. D. Sagita, D. Daharnis, and S. Syahniar, “Hubungan Self Efficacy, Motivasi Berprestasi, Prokrastinasi Akademik Dan Stres Akademik Mahasiswa,” Bikotetik (Bimbingan dan Konseling Teor. dan Prakt., vol. 1, no. 2, pp. 37–72, 2017, doi: 10.26740/bikotetik.v1n2.p43-52.
  2. S. ardiyan Putri, Zulharman, and Firdaus, “Hubungan Adversity Quotient Dengan Tingkat Stres Akademik Pada Dokter Muda Fakultas Kedokteran Universitas Riau,” J. Online Mhs., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2016.
  3. D. Zakaria, “Tingkat Stres Mahasiswa Ketika Menempuh Skripsi,” Fak. Psikol. Univ. Muhammadiyah Malang, pp. 1–45, 2017, [Online]. Available: https://eprints.umm.ac.id/43367/1/jiptummpp-gdl-dhickyzaka-47398-1-naskahp-i.pdf.
  4. Fatmawati, “Hubungan Antara Self Regulated Learning Dengan Stres Akademik Pada Mahasiswa Yang Mengambil Mata Kuliah Skripsi Di FPIP Tahun 2016/2017 Universitas Muhammadiyah Sidoarjo,” Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2017.
  5. M. D. Maulana, “Hubungan Adversity Quotient Dengan Academic Stress Pada Mahasiswa Fakultas Sains Dan Teknologi Angkatan2020 Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang,” UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
  6. M. Pratiwi and Y. W. Satwika, “Hubungan Antara Stres Akademik Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Yang Mengerjakan Skripsi Di Universitas X,” J. Penelit. Psikol., vol. 9, no. 2, pp. 56–65, 2018.
  7. P. K. Arieska and N. Herdiani, “Pemilihan Teknik Sampling Berdasarkan Perhitungan Efisiensi Relatif,” J. Stat., vol. 6, no. 2, pp. 166–171, 2018.
  8. N. Tuhumury, “Skala Pengukuran Dan Jumlah Respon Skala Likert,” J. Ilmu Pertan. dan Perikan., vol. 2, no. 2, pp. 127–133, 2013, [Online]. Available: http://umbidharma.org/jipp.
  9. P. Utama, “Pengaruh Intensitas Menghafal Al Qur’an Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Akademik Melalui Mediasi StresAkademik Santri Di Pondok Pesantren,” J. Kewidyaiswaraan, vol. 5, no. 2, pp. 12–25, 2020, [Online]. Available: http://jurnalpjf.lan.go.id/index.php/jurnalkewidyaiswaraan/article/view/74.
  10. Y. Delissa, “Self Disclosure Pada Mahasiswa Pengguna Media Sosial Di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo,” Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, 2021.
  11. M. A. Kahfi, “Dimensi Kecerdasan AQ ( Adversity Quotient ) Anak Dalam Perspektif Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini,” Indones. J. Early Child. J. Dunia Anak Usia Dini, vol. 2, pp. 66–87, 2020, doi: 10.35473/ijec.v2i2.569.
  12. A. Djafar, I. Noviekayati, and S. Saragih, “Perbedaan Adversity Quotient dan Kematangan Emosi Remaja SMP ditinjau dari Jenis Kelamin The Difference of Adversity quotient and Emotional Maturity of Youth based on Sex,” J. Psikogenes., vol. 6, no. 1, pp. 61–68, 2018.
  13. I. K. A. B. Utama and I. B. K. Surya, “Pengaruh Religiusitas, Adversity Quotient Dan Lingkungan Kerja Non Fisik Terhadap Stres Kerja,” E-Jurnal Manaj. Univ. Udayana, vol. 8, no. 5, p. 3138, 2019, doi: 10.24843/ejmunud.2019.v08.i05.p20.
  14. E. Khaerunnisa, “Studi Deskriptif Adversity Quotient Matematis Mahasiswa Pendidikan Matematika Berdasar Jenis Kelamin Dan Kemampuan Mahasiswa,” Jppm, vol. 9, no. 1, pp. 83–92, 2016.