Science Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v21i.692

The Effectiveness of the Dual System Education Program at Vocational High Schools in Sidoarjo Regency


Efektivitas Program Pendidikan Sistem Ganda di Sekolah Menengah Kejuruan Kabupaten Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Dual System Education Program

Abstract

This study aims to analyze and describe the effectiveness of the Dual System Education Program effectiveness at SMK Negeri 01 Buduran, to analyze and describe the factors that become obstacles in implementing the effectiveness of the Dual Education Program at SMK Negeri 01 Buduran. This research method uses descriptive qualitative. This research was conducted at SMK Negeri 01 Buduran which is located at Jl. Jenggolo No.1B, Bedrek, Siwalanpanji, Kec. Buduran, Sidoarjo Regency, East Java 61252. Data collection was carried out by in-depth interviews, observation and review of relevant literature. The technique of determining the informants used purposive sampling. The informants in this study were the school itself, in other words the Principal of SMK Negeri 01 Buduran and the accompanying teacher of the PSG Program who were the main informants as the main person in charge of the Dual System Education Program at SMK Negeri 01 Buduran. The analysis technique in this study is a qualitative analysis type, referring to the theory of Miles and Huberman. The results show that the effectiveness of the Dual System Education Program at SMK Negeri 01 Buduran includes achieving the goals or results of the Dual System Education Program at SMK Negeri 01 Buduran is still not optimal because it is fluctuating when viewed from the absorption rate of graduation in DU/DI. Obstacles In implementing the effectiveness of the Dual System Education Program at SMK Negeri 01 Buduran the limitations of finding a representative DUDI, not all DUDI provide jobs/training to PSG students according to the competencies expected by the school and the character of students who are different from one another also plays a role in determining student ethics on the implementation of PSG.

Pendahuluan

Menurut (IPM) Indeks Pembangunan Manusia atau Human Development Index Indonesia masuk dalam kategori pembangunan tinggi. United nations Develoment Programme (UNDP) memberikan skor 0,707, sehingga IPM Indonesia berada di peringkat 6 di Asia Tenggara. Data tersebut dapat dilihat dari gambar diagram di bawah ini:

Figure 1.Diagram Pembangunan Pendidikan Berdasarkan NegaraUnited Nations Development, Programme (UNDP), 9 Desember 2019.

Dilihat dari gambar 1. dapat dijelaskan bahwa posisi Indonesia dalam pembangunan pendidikan Indonesia menduduki urutan ke 6 di Asia Tenggara. (IPM) Indeks Pembangunan Manusia naik 34,6% menjadi 0,707 dibanding tahun 1990 yang hanya 0,525. Hal ini terjadi karena tiga indikator mengalami peningkatan sepert pendidikan, fasilitas kesehatan dan ekonomi.

Berdasarkan data The Human Capital Index And its Components menunjukkan bahwa negara Indonesia merupakan negara yang memiliki pendapatan dengan grup LMI (Lower Middle Income). Dengan pendapatan indonesia yang menengah ke bawah ini maka negara Indonesia berada diperingkat ke 87 dari 157 negara. Sehingga dari pendapatan LMI itu dapat dilihat bahwasanya Indonesia tertinggal jauh karena kualitas SDM yang rendah telah menjadi penyebab utama Indonesia sulit menjadi Negara maju.

Indikator lain yang menunjukkan rendahnya kualitas SDM Negara kita bisa dilihat dari jumlah tenaga kerja yang sebagian besar merupakan tenaga kerja tidak terdidik (unskilled labor). Dengan pendidikan formal hanya SD, SMP, dan tidak lulus SMA, maka tenaga kerja kita didominasi oleh tenaga kerja kasar. Begitupun tenaga kerja yang dikirim ke luar Negeri, kebanyakan bekerja sebagai buruh atau karyawan biasa. Indonesia termasuk salah satu pemasok terbesar pekerja rumah tangga di luar negeri. Selain itu, profesi mereka juga rentan terhadap hak asasi manusia yang dilakukan oleh pengguna jasa mereka. Idealnya Indonesia harus mampu menciptakan tenaga-tenaga kerja terdidik dan minimal terlatih, sehingga tenaga kerja kita unggul di kancah persaingan global. Seharusnya kita mampu mengekspor tenaga kerja seperti dokter, insiyur, dan tenaga kerja terdidik lainnya.

Melirik program pemerintah wajib belajar 12 tahun gratis dalam mewujudkan “Indonesia Pintar” yang sudah di laksanakan pada bulan juni Tahun 2015 sesuai dengan kebijakan Permen Dikbud No 19 tahun 2016 Pasal 2 huruf a usia wajib belajar yang berbunyi: 6 (enam) tahun sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun atau tamat satuan pendidikan menengah sebagai rintisan wajib belajar 12 tahun. Pencanangan pogram wajar (wajib belajar) 12 tahun tersebut dalam pelaksanaannya mempunyai 2 konsekuensi. Dari sisi pendidikan semua anak bangsa akan wajib bersekolah sampai batas yang ditentukan oleh pemerintah. Sementara pemerintah diwajibkan untuk mengeluarkan semua biaya dan wajib menyediakan semua fasilitas penunjang dalam rangka mewujudkan wajib belajar 12 tahun gratis.

Sekarang ini, sistem pendidikan di Indonesia diatur berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 2008 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Secara umum jenis pendidikan di Indonesia terbagi ke dalam tiga jalur utama, yaitu formal, nonformal, dan informal. Pendidikan juga dibagi ke dalam empat jenjang, yaitu anak usia dini (TK), dasar (SD), menengah pertama (SMP) dan menengah atas (SMK/SMA). Pendidikan kejuruan di bangun dengan tujuan untuk membentuk tenaga kerja yang terampil, kompetitif dan berkompetensi sejak dini. Sehingga peserta didik lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sudah siap bekerja sesuai bidangnya. Dengan tujuan tersebut kebanyakan saat ini banyak siswa yang lebih memilih untuk melanjutkan pendidikan menengah di SMK agar ketika lulus mereka langsung bisa mendapatkan pekerjaan. Namun pada kenyataan banyak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) justru menjadi bagian dari pengangguran terbuka, sebagaimana dijelaskan dalam gambar berikut :

Berdasarkan data BPS tahun 2020 penyumbang terbesar pengangguran di Indonesia adalah dari SMK hal ini sangat mengejutkan karena lulusan SMK disiapkan untuk siap kerja dan disiapkan untuk terjun langsung di dunia usaha dan dunia industri, Menteri Pendidikan dan kebudayaan (Mendikbud) [1] mengatakan, untuk menekan angka pengangguran di tanah air khususnya pada lulusan SMK sehingga dapat mempersiapkan strategi. Salah satunya yakni kebijakan “Revitalisasi SMK”. Kebijakan Revitalisasi SMK merupakan salah satu upaya pemerintah di dalam meningkatkan kualitas dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia. Kebijakan Revitalisasi SMK ini berisi tentang perombakan sistem pendidikan dan pelatihan dari hulu sampai hilir dan tertulis pada Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016.

Dari strategi yang dijelaskan menjadi alasan agar SMK mewajibkan bagi siswanya untuk melakukan Pendidikan Sistem Ganda (PSG) selama beberapa bulan dan penting untuk dilakukan. Sesuai dengan kebijakan terkait sistem ganda pada Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor. 323/U/1997 yang menjelaskan tentang keterkaitan antara dunia pendidikan dengan dunia industri (link and match). PSG (Pendidikan Sistem Ganda) sendiri merupakan sebuah kegiatan pendidikan, pelatihan dan pembelajaran yang dilaksanakan di dunia usaha dan dunia industri yang relevan dengan kompetensi keahlian siswa sesuai bidangnya. Dimana melalui PSG ini dapat mempelajari bidang keterampilan

Pendidikan sistem ganda ini dilaksanakan pada tingkat SMK di seluruh kabupaten salah satunya adalah SMK di Kabupaten Sidoarjo. SMK di Sidoarjo melaksanakan Pendidikan Sistem Ganda. Tujuan PSG (Pendidikan Sistem Ganda) adalah sebagai berikut:

  1. Menghasilkan tenaga kerja yang memiliki keahlian professional
  2. Mempekokoh link and match antara sekolah dengan dunia kerja
  3. Meningkatkan efesiensi proses pendidikan dan pelatihan tenaga kerja yang berkualitas professional
  4. Memberi pengakuan dan penghargaan terhadap pengalaman kerja sebagai bagian dari proses pendidikan
  5. Mempersiapkan tamatan SMK agar memiliki dan mampu berkomperatif dan mengembangkan diri untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik [2]

Dalam pelaksanaannya dilakukan dengan prosedur tertentu, bagi siswa yang bertujuan untuk magang di suatu tempat kerja, baik dunia usaha maupun dunia industri setidaknya sudah memiliki kemampuan dasar sesuai bidang yang digelutinya. Sehingga dapat langsung mempraktikkan teori yang didapatkan dari pembelajaran di sekolah kejuruan. Dalam pelaksanaan Pendidikan sistem ganda sendiri salah satunya dilakukan di SMK 01 Buduran Sidoarjo dengan prosedur tertentu, bagi siswa yang bertujuan untuk magang di suatu tempat kerja, baik dunia usaha maupun dunia industri setidaknya sudah memiliki kemampuan dasar sesuai bidang yang digelutinya. Namun pada kenyataannya peserta didik SMK Buduran belum sesuai harapan, hal ini dijelaskan dalam tabel berikut ini :

Tahun Jumlah Lulusan (org) Penyerapan Kelulusan Tamatan SMK
Terserap di DU/DI Belum Bekerja Wirausaha Melanjutkan Ke Perguruan Tinggi Jumlah
F % F % F % F % F %
2018 421 320 76 8 1,9 54 12,8 39 9,26 421 100
2019 411 317 77,1 17 4,1 41 9,9 36 8,75 411 100
2020 367 188 51,2 55 15 42 11,4 82 22,3 367 100
Table 1.Data Keterserapan Tamatan SMK Negeri 01Buduran Sidoarjo Tahun 2018/2020Sidoarjo,11 September 2020

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa jumlah lulusan SMK 01 Buduran yang belum bekerja tahun 2020 hanya 55 orang. Jumlah ini adalah jumlah yang sedikit dibanding dengan jumlah lulusan yang terserap di DU/DI, Wirausaha dan melanjutkan perguruan tinggi, namun terdapat kenaikan persentase yang belum bekerja mulai dari tahun 2018 sampai 2020.

Penelitian ini mencoba menggali lebih dalam dan mengangkat studi kasus permasalahan yang muncul yaitu rendahnya daya serap karena beberapa lulusan SMK N 01 Buduran pada tahun 2018 lulusan yang belum bekerja sebanyak 8 orang dengan persentase 1,9%, 2019 lulusan yang belum bekerja sebanyak 17 orang dengan persentase 4,13% dan tahun 2020 lulusan yang belum bekerja sebanyak 55 orang dengan persentase 15%, selain itu bagaimana kualitas lulusan SMK N 01 Buduran dalam peningkatan mutu pendidikan. Fokus penelitian ini lebih pada daya serap lulusan yang dapat dilihat dari faktor kualitas lulusan SMK N 01 Buduran, yang dapat dilihat dari efektivitas program pendidikan sistem ganda (PSG).

Berdasarkan dari penjelasan di atas dapat dimaknai bahwa program sistem ganda yang dilakukan di SMK N 01 Buduran belum sesuai dengan tujuan yang diharapkan, untuk itu penelitian ini akan mengangkat tema tentang efektvitas Program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 01 Buduran dapat tercapai dengan baik. Dan juga untuk mengetahui sejauh mana proses dan tingkat penyerapan lulusan di dunia usaha dan dunia industri melalui program pendidikan sistem ganda yang ada di SMKN 01 Buduran dan bagaimanakah dukungan dari sumber daya dan sarana dan prasarana dalam meningkatkan mutu pendidikan Sistem ganda dalam meningkatkan daya serap lulusan kejuruan SMKN 01 Buduran.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, pendekatan penelitian ini yaitu penelitian deskriptif yang dilaksanakan untuk mencari tahu nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih dari satu variabel independen tanpa adanya sebuah perbandingan, ataupun mengkaitkan dengan variabel yang lain. [3]. Terdapat 3 variabel yang mempengaruhi efektivitas kebijakan publik yang meliputi Pencapaian tujuan program, Efisiensi, dan Kepuasan kelompok sasaran [4]. Lokasi penelitian ialah suatu tempat atau wilayah dimana penelitian berlangsung atau dilakukan serta untuk mendapatkan sumber informasi ataupun data yang dicari berkenaan dengan rumusan masalah. Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di SMK Negeri 01 Buduran yang beralamatkan di Jl. Jenggolo No.1B, Bedrek, Siwalanpanji, Kec. Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur 61252. Yang akan menjadi informan utama dalam penelitian ini adalah para pihak sekolah itu sendiri, dengan kata lain Kepala Sekolah SMK Negeri 01 Buduran dan Guru pendamping Program PSG yang sebagai informan utama selaku penanggung jawab utama mengenai Program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 01 Buduran. Pada penelitian kualitatif sumber data utama adalah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain, [5]. Hal ini dikarenakan pada penelitian kualitatif cenderung mengutamakan wawancara dan pengamatan langsung (observasi) dalam memperoleh data. Dalam penelitian ini, data diperoleh melalui dua sumber yakni Data primer. Data primer ialah informasi yang didapatkan dari sumber-sumber primer, yaitu informasi yang didapat dari tangan pertama atau narasumber atau informan, [6] Pada penelitian ini, data primer berupa hasil wawancara yang dilakukan kepada informan penelitian Kepala Sekolah SMK Negeri 01 Buduran dan Guru pendamping Program PSG dan siswa dan Data sekunder. Data sekunder merupakan informasi yang diperoleh tidak secara langsung dari narasumber, tetapi pihak ketiga, Pada penelitian ini, dara sekunder diperoleh dari data pribadi dan dokumen-dokumen dari lokasi yang diteliti yang meliputi, catatan lapangan hasil observasi Program [7] Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 01 Buduran dan beberapa sumber referensi lainnya. Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data diantaranya wawancara, observasi dan dokumentasi.Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe analisis kualitatif. Dalam analisis kualitatif, data yang ada tidak berbentuk rangkaian angka melainkan berbentuk kata-kata [8]. Data tersebut terdiri dari bermacam-macam cara (observasi, wawancara, intisari dokumen, rekaman), namun dalam menganalisis kualitatif yang digunakan ialah kata-kata, yang tersusun kedalam tulisan dengan pemahaman yang luas. Dalam menganalisis data di lapangan ada beberapa tahapan, yaitu Pengumpulan data, Reduksi data, Penyajian data dan Penarikan kesimpulan dan verifikasi

Hasil dan Pembahasan

A. Efektivitas Kebijakan Program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 01 Buduran

Keberhasilan pendidikan kejuruan di SMK Negeri 1 Buduran diukur dari tingkat keterserapan tamatan di dunia kerja. Untuk mencapai hal tersebut berbagai usaha dilakukan oleh SMK melalui peningkatan mutu pembelajaran. Dalam desain pembelajaran perlu memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran sebagai berikut: (1) Efisien jika lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana nanti bekerja (2) Efektif jika tugas-tugas diklat dilakukan dengan cara, alat, dan mesin yang sama seperti yang diperlukan dalam pekerjaan di dunia kerja. (3) Efektif jika melatih kebiasaan berpikir dan bekerja seperti di DU/DI (4) Efektif jika setiap individu memodali minatnya, pengetahuan dan ketrampilannya pada tingkat yang paling tinggi (5) Efektif untuk setiap profesi, jabatan, pekerjaan untuk setipa orang yang menginginkan dan memerlukan dan dapat untung (6) Efektif jika diklat membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berfikir yang benar diulang sehingga sesuai/cocok dengan pekerjaan (7) Efektif jika gurunya mempunyai pengalaman yang sukses dalam penerapan kompetensi pada operasi dan proses kerja yang telah dilakukan. (8) Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai oleh seseorang agar dia dapat bekerja pada jabatan tersebut (9) Pendidikan Kejuruan harus memperhatikan permintaan pasar / tanda-tanda pasar (10) Pembiasaan efektif pada siswa tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan nyata sarat nilai (11) Isi diklat merupakan okupasi pengalaman para ahli (12) Setiap okupasi mempunyai ciriciri isi (Body of content) yang berbeda-beda satu dengan lainnya (13) Sebagai layanan sosial efisien jika sesuai dengan kebutuhan seseorang yang memerlukan (14) Pendidikan Kejuruan efisien jika metoda pengajarannya mempertimbangkan sifatsifat peserta didik (15) Pembiasaan efektif pada siswa tercapai jika pelatihan diberikan pada pekerjaan nyata sarat nilai [9].

1. Pencapaian tujuan dan hasil

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa Pencapaian tujuan atau hasil dari Program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 01 Buduran masih belum optimal karena bersifat fluktuatif jika dilihat dari tingkat penyerapan kelulusan di DU/DI Faktor penentu terlaksanya program PSG pada SMK adalah kesediaan pihak DU/DI untuk menjadi pasangan dalam pelaksanaan kerja sama. Keberhasilan sekolah menjaring DU/DI untuk mau berkerja sama menjadi pasangan sangat tergantung pada kemampuan sekolah dalam mendekati, meyakinkan atau memposisikan program PSG pada DU/DI untuk ikut bertanggung jawab menangani program,

Hasil ini tidak sejalan dengan teori Nakamura yang menunjukkan bahwa Pencapaian tujuan atau hasil Merupakan suatu yang mutlak bagi keberhasilan suatu pelaksanaan kebijakan. Meskipun kebijakan telah dirumuskan dengan baik oleh orang-orang yang ahli di bidangnya dan juga telah diimplementasikan, namun tanpa hasil seperti yang diharapkan, maka dapat dikatakan bahwa program tersebut tidak berhasil atau gagal. Hal ini karena pada prinsipnya suatu kebijakan atau suatu program dibuat untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Tanpa adanya hasil yang dapat diukur, dirasakan, maupun dinikmati secara langsung oleh warga masyarakat, maka program tersebut tidak ada artinya.

Adanya pandemic Covid 19 membuat jumlah lulusan yang terserap di dunia usaha atau industry tidak banyak, karena aspek ekonomi dan sosial dibatasi, agar meminimalisir penyebaran covid 19 sehingga membuat kegiatan PSG maupun lulusan yang terserap menjadi menurun. Namun di tahun 2021 dengan angka kejadian covid 19 yang menurun, program PSG Kembali aktif dan jumlah lulusan juga bertambah, serta keterlibatan dunia usaha dan industry juga meningkat [10]

2. Efektivitas

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa efisiensi pembelajaran dengan adanya program PSG, dengan mengadakan pelatihan seperti seminar atau praktek sesuai porsi dan target dan memilih tempat PSG sesuai kemampuan dan keinginan. Dalam pelaksanaan di lapangan saat PSG, semua terlaksana ataupun terpenuhi disesuaikan dengan tujuan awal sebelum keberangkatan PSG di lapangan. Dalam melakukan efisiensi pembelajaran, walaupun tujuannya positif tetap saja harus diperhatikan terlebih dahulu dan didiskusikan bersama agar menghasilkan suatu program yang baik dan benar-benar bermanfaat untuk seluruhnya

Hasil ini sejalan dengan teori Nakamura bahwa Efisiensi Merupakan pemberian penilaian apakah kualitas suatu kinerja yang terdapat dalam implementasi sebanding dengan biaya yang dikeluarkan. Efisiensi dalam pelaksanaan program bukan hanya berkaitan dengan biaya yang dikeluarkan tetapi juga berkaitan dengan kualitas program, waktu pelaksanaan dan sumber daya yang digunakan. Hal ini disebabkan karena banyak program pemerintah secara faktual mampu terimplementasikan (ada hasil). Akan tetapi, dari segi waktu anggaran maupun kualitasnya jauh dari apa yang direncanakan. Dengan demikian, suatu program dapat dikatakan terimplementasikan dengan baik, apabila ada perbandingan terbaik antara kualitas program dengan biaya, waktu dan tenaga yang ada [11]

3. Kepuasan kelompok sasaran

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kepuasan bagi pihak sekolah karena telah mampu menjadi institusi yang dapat mengembangkan keahlian dan ketrampilan siswa sesuai dengan bidangnya, kemudian dari pihak dunia kerja/ industry telah terbantu dengan adanya siswa yang mengikuti program PSG, serta siswa pun menjadi lebih terampil dan berpengalaman sehingga mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di sekolah

Hasil ini sesuai dengan teori Nakamura yang menjelaskan bahwa Kepuasan kelompok sasaran merupakan dampak secara langsung dari program yang dilakukan terhadap kelompok sasaran. Kriteria ini sangat menentukan bagi keikutsertaan dan respon warga masyarakat dalam mengimplementasikan dan mengelola hasil-hasil program tersebut. Tanpa adanya kepuasan dari pihak sasaran kebijakan, maka programtersebut dianggap belum berhasil [12]

B. Faktor yang menjadi kendala Dalam pelaksanaan efektivitas Program Pendidikan Sistem Ganda Di SMK Negeri 01 Buduran

Pendidikan Sistem Ganda (PSG) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan di SMKdan pelatihan di Industri yang dilakukan secara sistematik untuk mencapai profil kompetensi yang baku dan laku dipasar tenaga kerja. Di sekolah siswa mempelajari bekal dasar yang bersifat teoritik dan ketrampilan kejuruan dasar. Di lembaga atau perusahaan pasangan, siswa berlatih dengan cara yang benar dan melakukan hal-hal yang nyata dan praktis, yang hasilnya akan dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Secara teoritis, PSG ini merupakan suatu proses pendidikan keahlian profesional yang memadukan sistematik antara program pendidikan pada sekolah dengan program penguasaan keahlian yang diperoleh melalui kegiatan bekerja secara langsung pada dunia kerja dan terarah untuk tingkat keahlian profesional tertentu [13]. Faktor penentu terlaksanya program PSG pada SMK adalah kesediaan pihak DU/DI untuk menjadi pasangan dalam pelaksanaan kerja sama. Keberhasilan sekolah menjaring DU/DI untuk mau berkerja sama menjadi pasangan sangat tergantung pada kemampuan sekolah dalam mendekati, meyakinkan atau memposisikan program PSG pada DU/DI untuk ikut bertanggung jawab menangani program tidak hanya sekolah melainkan industri dan pemerintah terkait hanrus banyak membantu.

Kendala yang utama adalah belum optimalnya peran serta dunia usaha/industri dalam mensukseskan PSG. Pada hal, dunia usaha industri sebagai mitra dunia pendidikan memiliki tugas dan tanggung jawab yang sarna dengan dunia pendidikan dalam pelaksanaan PSG. Di samping itu, secara kuantitas masih banyak SMK yang belum melaksanakan PSG sesuai dengan konsep yang benar, sedangkan yang terjadi adalah pelaksanaan PSG dengan "tradisional" seperti halnya sistem magang/PKL yang biasa dilakukan. Oleh karena itu sangat diperlukan adanya "guide" sebagai penuntun penyelenggaraan PSG di SMK seperti yang diharapkan [14].

Faktor kendala lain ialah kurangnya komunikasi peserta didik peserta PSG dengan pembimbing. Pembimbing dari industri sering sibuk dengan pekerjaan utama mereka. Hal ini menyebabkan kurang komunikasi antara peserta didik PSG dengan pembimbingnya, sehingga pada awal-awal peserta didik PSG terjadi kesulitan dalam malakukan pekerjaan-pekerjaan yang diberikan. Seperti yang diungkapkan pembimbing dari sekolah, mengatakan bahwa sering terjadi hambatan peserta didik yang melakukan PSG di industri, yaitu kurangnya komunikasi mereka dengan pembimbing dari industri sehingga mereka sering kesulitan berkenaan dengan pekerjaan yang diberikan. kadang-kadang komunikasi pembimbing dari DU/DI dengan peserta didik PSG kurang yang dikarenakan kesibukan pekerjaan utama mereka. Sering terjadi keterlambatan dalam memberikan nilai. Kendala dibidang penilaian, terjadi pada DU/DI yaitu keterlambatan nilai yang diterima oleh pihak sekolah dari pembimbing DU/DI. Keterlambatan nilai dari pembimbing ini berdampak pembuatan sertifikat PSG juga ikut terlambat.

Hanya dengan melalui PSG yang berkesinambungan peserta didik akan memahami kaitan antara teori yang dipelajari di sekolah dengan materi praktek di industri. Lembaga pendidikan perlu mengembangkan kerjasama dengan industri dalam rangka pendidikan dan pelatihan. Pernyataan tersebut menunjukkan, bahwa antara dunia usaha atau industri dan sekolah menengah kejuruan dapat bekerjasama untuk mencapai tujuan meningkatkan kualitas lulusan. Namun pengalaman menunjukkan bahwa pendidikan sistem ganda belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. SMK yang ada belum secara optimal menjalankan misinya dengan baik. Ini dapat dilihat dari beberapa hasil temuan atau penelitian seperti yang diungkapkan oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan (1996) menenggarai terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan Prakrin (Praktek Kerja Industri), yaitu: 1) keragaman kondisi geografis; 2) keragaman tingkat kesiapan dan kemajuan SMK; 3) keragaman program SMK; 4) belum adanya alokasi biaya pengembangan sumber daya manusia di industri; 5) belum dimiliki struktur jabatan dan keahlian yang baku pada industri; 8) belum dimilikinya persepsi bahwa PSG atau Praktek Kerja Industri dapat menguntungkan industri yang bersangkutan; dan 7) belum dimilikinya kesadaran oleh industri tentang peningkatan efisiensi, keefektifan dan kualitas [15].

Dalam meningkatkan kompetensi siswa, masih banyak kendala yang ikut menentukan, diantaranya daya tampung siswa pada DU/DI untuk menerima siswa masih terbatas sehingga tidak semua siswa SMK dapat ditampung dalam praktek kerja industri sesuai dengan bidangnya. Bila tempat praktek yang mereka peroleh, faktor instruktur belum memiliki program sesuai dengan harapan kurikulum, dan kurangnya metodelogi yang dimiliki industri dalam memberikan bimbingan tentang pengetahuan sikap, dan prilaku kerja professional.

Selain faktor DU/DI, kendala juga dapat bersumber dari pihak sekolah antara lain partisipasi kepala sekolah, guru pembimbing PSG atau prakrin, bimbingan penyuluhan kejuruan, motivasi siswa, komite sekolah, dan lingkungan sekolah, kurangnya pengetahuan dasar, penggunaan fasilitas praktek di sekolah, dana, orang tua, latar belakang siswa, dan lingkungan siswa. Kesemuanya ini apabila tidak mendukung sesuai dengan target yang diharapkan akan dapat berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap peningkatan kompetensi kejuruan lulusan SMK [16].

Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan dan uraian diatas mengenai Efektivtas Program Pendidikan Sistem Ganda Di SMK Negeri 01 Buduran dan menyadingkan dengan kenyataan di lapangan, maka diperoleh kesimpulan yaitu Efektivitas Program Pendidikan Sistem Ganda Di SMK Negeri 01 Buduran meliputi Pencapaian tujuan atau hasil dari Program Pendidikan Sistem Ganda di SMK Negeri 01 Buduran masih belum optimal karena bersifat fluktuatif jika dilihat dari tingkat penyerapan kelulusan di DU/DI, kemudian aspek efisiensi pembelajaran dengan adanya program PSG, dengan mengadakan pelatihan seperti seminar atau praktek sesuai porsi dan target dan memilih tempat PSG sesuai kemampuan dan keinginan. Dalam pelaksanaan di lapangan saat PSG, semua terlaksana ataupun terpenuhi disesuaikan dengan tujuan awal sebelum keberangkatan PSG di lapangan. Dalam melakukan efisiensi pembelajaran, walaupun tujuannya positif tetap saja harus diperhatikan terlebih dahulu dan didiskusikan bersama agar menghasilkan suatu program yang baik dan benar-benar bermanfaat untuk seluruhnya. Dan yang terakhir aspek kepuasan kelompok sasaran menunjukkan bahwa adanya kepuasan bagi pihak sekolah karena telah mampu menjadi institusi yang dapat mengembangkan keahlian dan ketrampilan siswa sesuai dengan bidangnya, kemudian dari pihak dunia kerja/ industry telah terbantu dengan adanya siswa yang mengikuti program PSG, serta siswa pun menjadi lebih terampil dan berpengalaman sehingga mampu mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di sekolah. Faktor yang menjadi kendala Dalam pelaksanaan efektivitas Program Pendidikan Sistem Ganda Di SMK Negeri 01 Buduran keterbatasan mencari DUDI yang representatif, tidak semua DUDI memberikan pekerjaan/pelatihan kepada siswa prakerin sesuai kompetensi yang sekolah harapkan dan karakter siswa yang berbeda satu dengan yang lain juga turut berperan dalam penentuan etika siswa pada pelaksanaan prakerin.

References

  1. Effendy, M, (2017) Konsep dan Pedoman Penguatan Pendidikan Karakter, Tingkat Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama,Jakarta: 2017, Cet-2.
  2. Djojonegoro, W. (2018). Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 323/U/1997 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Sistem Ganda pada Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta: Direktorat PMK.
  3. Sugiyono, 2013, Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. (Bandung: ALFABETA).
  4. Nakamura, T dan Smallwood, F 2006. The Policics of Policy Implementation, New York: St Martin Press.
  5. Bungin, B. 2012. Analisa Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers..
  6. Moleong, L. 2015)Metode Penelitian Kualitatif.Bandung:Remaja Rosdakarya
  7. Sugiarto, E. 2017. Menyusun Proposal Penelitian Kualitatif : Skripsi dan Tesis. Yogyakarta : Suaka Media.
  8. Miles,M.B, Huberman,A.M, dan Saldana,J. 2014. Qualitative Data Analysis, A Methods Sourcebook, Edition 3. USA: Sage Publications. Terjemahan Rohidi, UI-Press.
  9. Halim, A, & Solahuddin A, 2021. Efektivitas Dan Efesiensi Penggunaan Prakerin SMK Perhotelan Di Operasional AZZA Hotel Palembang (Sumatera Selatan), Seminar Hasil Penelitian Vokasi (SEMHAVOK) ISSN: 2654-5438
  10. Miharja, T & Rahman A. 2017, Evaluasi Program Pendidikan Sistem Ganda (PSG) Di Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi Sari Farma Depok, Skripsi Universitas Muhammadiyah. Prof. DR. Hamka
  11. Syarifah Noviyena, Evi Sofiana, Tri Wahyuarini, 2018, Efektivitas Pembelajaran Pola Pendidikan Sistem Ganda Pada Sekolah Kejuruan di Kota Pontianak, Jurnal Inovasi Bisnis, Vol 6, No 1. Tahun 2018.
  12. Zamroni. 2016. Kultur Sekolah. Yogyakarta: Gavin Kalam Utama.
  13. Sejathi. 2013 .Faktor Penentu Efektivitas Pembelajaran. http:// www. FaktorFaktor Yang Mempengaruh Efektivitas Pembelajaran. (Online). (22 Februari 2017).
  14. Noviena, Syarifah, Evi Sofiana, Tri Wahyuarini, 2018, Efektivitas Pembelajaran Pola Pendidikan Sistem Ganda Pada Sekolah Kejuruan di Kota Pontianak. Skripsi Politeknik Negri Pontianak, Kalimantan Barat
  15. Handayaningrat, Soewarno, 2014, Pengantar Ilmu Administrasi dan Manajemen, Gunung Agung, Jakarta
  16. Ela Fitri Ayu, Syunu Trihantoyo. 2021. Optimalisasi Bursa Kerja Khusus Dalam Menyalurkan Lulusan SMK Pada Dunia Usaha/Dunia Industri (DU/DI), Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan, Vol 9 No 4 Tahun 2021.