Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v21i.691

Analysis of the Implementation of Students' Religious Character Education Through Islamic Habituation in Elementary Schools


Analisis Pelaksanaan Pendidikan Karakter Religius Siswa Melalui Pembiasaan Islami di Sekolah Dasar

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Implementaion of Character Education Religion Islamic Habituation

Abstract

The purpose of this study was to determine the implementation of religious character education for students at SD Muhammadiyah 9 Ngaban, and how to overcome obstacles in implementing Islamic habits in SD Muhammadiyah 9 Ngaban. The research method used is descriptive qualitative research. The research subjects were the principal, third grade teachers and third grade students. By using data collection techniques of observation, interviews and documentation. The results of this study indicate that Islamic habituation is carried out consistently and on a scheduled basis. The implementation of religious character education at SD Muhammadiyah 9 Ngaban is integrated into self-development programs, learning activities and character values ​​developed by the school. The obstacles encountered did not dampen the enthusiasm of teachers to continue implementing activities related to Islamic habituation. Keywords – Implementation of Character Education, Religion, Islamic Habituation

Pendahuluan

Pembentukan karakter melalui pendidikan karakter pada dasarnya mengasumsikan berbagai macam permasalahan yang menimpa generasi muda di era globalisasi saat ini. Seolah-olah keadaan putra-putri bangsa sudah menjadi hal yang lumrah akhir-akhir ini, dengan sosialisasi, gaya hidup, menurunnya semangat belajar, masalah narkoba, bahkan kejahatan yang menjerat anak di bawah umur.[1] Pendidikan di Indonesia saat ini dapat digambarkan sebagai krisis moral akibat berbagai macam permasalahan yang terjadi. Seperti yang dinyatakan oleh

[2] terkait permasalahan yang terjadi saat ini diantaranya adalah perkelahian antar siswa, pergaulan bebas, kekerasan oleh senior terhadap junior dan kurangnya hormat di depan orang tua dan guru. Kasus di atas membuktikan bahwa pendidikan di Indonesia tidak menanamkan karakter yang baik pada siswa. Jika semua siswa memiliki karakter religius yang baik, kasus seperti di atas tidak akan terjadi. Karena mereka tahu setiap tindakan mereka selalu diawasi oleh Allah SWT. Sehingga tidak memiliki kesempatan untuk melakukan kejahatan.[3]

Menurut [4] bahaya kehilangan kepribadian semakin nyata, sehingga dampak globalisasi sangat besar terhadap perkembangan karakter anak bangsa. Dalam artian lain menurut [5] ilmu pengetahuan, yang tidak dibarengi dengan landasan yang kokoh untuk memahami norma etika dan adat istiadat, lambat laun akan merusak karakter anak bangsa. Saat ini, mereka mudah terpengaruh oleh perkembangan tren dan sosialisasi di jejaring sosial. Sebagai orang tua perlu mendidik anaknya dengan cara yang lebih ekstra. Karena dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan karakter memegang peranan yang sangat penting dalam melindungi generasi muda dari pengaruh negatif.

Menurut Pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, undang-undang tersebut mengatur bahwa fungsi pendidikan nasional adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan fungsi dan tujuan Hal ini menyangkut pembentukan karakter siswa agar mampu bersaing, beretika, santun dan mampu berinteraksi dengan masyarakat. siswa yang memiliki sikap tersebut maka siswa tidak hanya mengerti pengetahuannya saja akan tetapi siswa mampu mengimbangi dengan moral dan akhlak yang baik. Dengan semakin akrabnya masyarakat sekolah, maka proses internalisasi nilai-nilai agama menjadi kebiasaan yang akan diikuti oleh masyarakat sekolah. Oleh sebab itu, adanya pembiasaan ini dapat membentuk karakter siswa yang lebih baik dalam hal religius. Metode pembiasaan dapat digunakan dalam membangun karakter dan akhlak pada anak. Maka dari itu pembiasaan sangat penting dilakukan sejak dini.[6]

Pendidikan karakter melalui mata pelajaran saja tidak cukup, di sekolah pun juga harus membudayakan kegiatan tertentu melalui kebiasaan dan menjadikannya kegiatan yang sistematis. Namun, hingga saat ini pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya menerapkan pendidikan karakter religius. Dunia pendidikan hanya tertarik pada pengajaran bagaimana menjawab pertanyaan secara akurat tanpa memikirkan bagaimana pengajaran dapat mengubah cara berperilaku siswa. Generasi muda begitu pandai dalam menjawab soal-soal ujian tetaapi tidak memiliki karakter yang baik. Maka dari situlah pentingnya pembiasaan dalam proses pendidikan agar nantinya terjadi terus menerus tanpa ada paksaan. Selain wadah atau fasilitas yang dibutuhkan, dibutuhkan orang-orang hebat di dalamnya.

Pelaksanaan pendidikan karakter memegang peranan yang sangat penting dalam menumbuhkan kepribadian siswa. Tentunya dengan adanya suatu pelaksanaan pembiasaan islami disekolah dapat meningkatkan kemampuan keagamaan, membentuk karakter siswa, dan menjadikannya pribadi yang lebih baik. Dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan karakter di SD Muhammadiyah 9 Ngaban juga melakukan pembiasaan diluar, pembiasaan itu dilakukan 15 menit sebelum jam masuk di halaman depan sekolah setiap harinya digilir sesuai jadwal yang sudah ditentukan. Pembiasaan setiap harinya yaitu kebangsaan, tematik, materi aqidah, materi ibadah dan mahfudzot.

Kegiatan keagamaan yang diadakan sekolah untuk pembentukan karakter religius melalui berbagai macam kegiatan dapat dibuktikan dengan berbagai prestasi di di dalamnya seperti lomba Pildacil, Puisi Islami, Tilawah, Kisah Islami, Adzan dan Tartil yang menjuarai lomba di tingkat Kota Sidoarjo. SD Muhammadiyah 9 Ngaban merupakan salah satu sekolah dengan menerapkan pembiasaan islami mulai dari pembiasaan dengan melakukan suatu kegiatan berbasis religius. Pengembangan pendidikan karakter religius dilakukan melalui sholat dhuha, sholat dhuhur, membaca surat pendek sebelum memulai pembelajaran, membantu teman yang membutuhkan, saling tegur sapa di sekolah dan saling menghormati guru. Oleh karena itu, peneliti melakukan analisis lebih dalam mengenai pelaksanaan pendidikan karakter religius siswa melalui pembiasaan islami di SD Muhammmadiyah 9 Ngaban”.

Metode Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata atau foto, sehingga tidak menekankan pada angka. Subjek penelitian adalah siswa kelas III. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen observasi, wawancara, dan dokumentasi, dimana penggunaan instrumen untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pembiasaan islami di SD Muhammadiyah 9 Ngaban. Pengecekan keabsahan data menggunakan cara triangulasi sumber dan teknik. Analisis data berupa deskripsi mengenai situasi yang diteliti akan disajikan dalam bentuk narasi. Sehingga pada metode ini dapat menjawab permasalahan penelitian yang memerlukan pemahaman secara mendalam dan lengkap tentang objek yang diteliti agar dapat menarik kesimpulan penelitian dalam kondisi waktu dan situasi tertentu.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil yang diperoleh, pelaksanaan pendidikan karakter merupakan sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil sebuah keputusan dengan bijak dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga anak dapat memberikan kontribusi positifnya kepada lingkungan. Pelaksanaan pendidikan karakter religius melalui pembiasaan islami mengacu pada enam indikator. Pertama, berdo’a sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan. Kedua, membiasakan ikut kegiatan keislaman. Ketiga, memiliki fasilitas yang digunakan untuk beribadah. Keempat, menjalin persaudaraan dan kebaikan antar teman. Kelima, melakukan ibadah dalam kehidupan sehari-hari. Keenam, berperilaku terpuji berdasakan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari dan meneladani dalam akhlaq mulia serta menjauhi akhlaq tercela. Sebagai gambaran detail dari penjelasan di atas, maka penulis bisa rumuskan ke dalam tabel sebagai berikut:

Nilai Indikator
Religius :Sikap dan perilaku patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain. Berdo’a sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan.Membisakan ikut kegiatan keislaman.Memiliki fasilitas yang digunakan untuk beribadah.Menjalin persaudaraan dan kebaikan antar teman.Melakukan ibadah dalam kehidupan sehari-hari.Berperilaku terpuji berdasakan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari dan meneladani dalam akhlaq mulia serta menjauhi akhlaq tercela.
Table 1.Indikator Karakter Religius

Tabel diatas memperlihatkan bahwa dengan adanya pelaksanaan pendidikan karakter religius di SD Muhammadiah 9 Ngaban dapat dilihat dari kemampuan dan keinginan. Bukan hanya sebatas menerapkan melainkan melihat kemampuan di dalamnya. Sebab dalam melaksanakannya tidak dapat terlepas dari kemampuan seorang guru. Dalam proses pelaksanaan pembiasaan Islami di SD Muhammadiyah 9 Ngaban terdapat berbagai macam kegiatan sekolah yang mendukung untuk membentuk karakter peserta didik terutama karakter religius yang kegiatannya dilakukan secara rutin dan pelaksanaannya melibatkan seluruh warga sekolah termasuk peserta didik. Kegiatan sekolah tersebut dilaksanakan secara rutin dengan tujuan agar peserta didik mudah menerima dan tidak mudah lupa pada kegiatan yang pernah dilakukan.[7] Seperti halnya berdo’a sebelum dan sesudah melakukan pekerjaan, melakukan ibadah dalam kehidupan sehari-hari dan berperilaku terpuji berdasakan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari dan meneladani dalam akhlaq mulia serta menjauhi akhlaq tercela. Sehingga kegiatan yang dilakukan dengan cara pembiasaan sehari-hari, dan belajar berperilaku baik agar siswa tersebut terbiasa untuk menerapkannya.[8] Pelaksanaan pendidikan karakter religius di SD Muhammadiyah 9 Ngaban terwujud dalam integrasi pada program pengembangan diri, integrasi dalam kegiatan pembelajaran serta nilai karakter yang dikembangkan oleh sekolah.

Pembiasaan pagi yang dilaksanakan di halaman sekolah meliputi penyampaian materi aqidah seperti sifat- sifat Allah dan kitab-kitab Allah. Selanjutnya, materi ibadah dan mahfudzot. Pembiasaan ini dilakukan 15 menit sebelum masuk kelas. Kegiatan tersebut dilakukan secara rutin mulai dari hari senin hingga jum’at sehingga pada hari sabtu digunakan untuk ekstra. Terdapat dua macam ekstra yakni ekstra wajib dan ekstra pilihan. Ekstra wajib meliputi BTQ, HW yang diperuntukkan oleh kelas 3 hingga kelas 6, dan tapak suci diperuntukkan pada kelas 3,4,5. Kemudian terdapat 2 macam pada ekstra pilihan yakni pilihan berbayar dan tidak berbayar. Pada ekstra berbayar meliputi tiga kegiatan diantaranya renang, panahan, dan tahfidz. Selain itu terdapat pilihan tidak berbayar meliputi kegiatan keterampilan yakni menjahit dan menyulam kemudian pidato terdiri dari tiga bahasa (bahasa inggris, bahasa arab dan bahasa jawa), selanjutnya mewarnai (kelas bawah) dan melukis (kelas atas). Untuk kegiatan yang lain seperti BTQ, Tilawah dan Qiro’ah lebih memanfatkan di ruang kelas masing-masing. Oleh karena itu, Musholla didirikan sebagai penunjang proses pembelajaran seperti tempat ibadah, tempat untuk melaksanakan kegiatan ekstra, dan sebagainya.

Pendidikan karakter religius ini merupakan pendidikan yang sangat penting untuk diterapkan kepada peserta didik khususnya di tingkat Sekolah Dasar. Program sekolah mengarah pada karakter religius berdasarkan al-Qur’an dan Hadits. SD Muhammadiyah 9 Ngaban juga berpartisipasi dalam peringatan dan pelaksanaan hari-hari besar yang diadakan setahun sekali dengan melibatkan peserta didik. Biasanya acara tersebut diperingati dengan rangkaian acara yang di susun secara terstruktur hingga memakan waktu cukup lama guna untuk memperkenalkan pada peserta didik. Rangka kegiatan keislaman meliputi pengajian, isra’ mi’raj, jum’at berkah, pondok romadhon dan idul adha.

Pandangan guru mengenai pentingnya pendidikan karakter religius merupakan salah satu sumber yang melandasi pendidikan karakter untuk ditanamkan kepada siswa sejak dini.[9] Kebiasaan disebabkan adanya suatu keinginan yang dilakukan sesorang secara terus menerus dan konsisten dari waktu ke waktu secara tidak langsung tertanam didalam diri mereka. Selain kesadaran diri dan kemauan, pembentukan karakter religius juga melalui kebiasan pada seseorang. Selain itu kegiatan jum'at berkah sudah dipraktekkan sejak lama dan

sudah menjadi kebiasaan. Karena kegiatan tersebut jika dilaksanakan akan memberikan banyak manfaat untuk diri sendiri maupun orang lain. Kegiatan jum'at berkah ini tidak hanya bermanfaat bagi yang membutuhkan, namun juga berdampak baik bagi kecerdasan spiritual peserta didik.[10] Dengan kegiatan jum'at berkah, siswa belajar bersedekah sejak dini sehingga dapat menambah kecerdasan spiritual siswa dan menjadi kebiasaan yang baik hingga dewasa. [11] sehingga menjadi sebuah kebiasaan baik bagi mereka . Sebab berbagi dan bersedekah adalah suatu bentuk empati dan tindakan nyata untuk menolong sesama, mempererat persaudaraan, serta melatih anak peka terhadap lingkungan sekitar.

Terkait dengan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembiasaan islami, dapat dibuktikan pada saat observasi bahwasannya saat ini siswa kelas III tidak melaksanakan sholat dhuhur di sekolah karena adanya pengurangan jam mata pelajaran sehingga siswa pulang lebih awal. Berdasarkan pengamatan, sholat dhuha dan sholat dhuhur sudah pernah terlaksana namun waktu istirahat serba terbatas. Sebagian kegiatan terkendala adanya pandemi sehingga SD Muhammadiyah 9 Ngaban mengadakan lomba islami melalui via zoom sebagai gantinya agar kegiatan tersebut tetap terlaksana. Seorang guru juga masih sangat toleran terhadap siswanya. Guru tidak akan pernah berhenti untuk selalu mengingatkan dan membimbing siswanya.[12] Dan siswa pun sebaiknya lebih memperhatikan dari orang sekitar bagaimana cara berperilaku yang sopan dan santun dalam kehidupan sehari-hari terutama pada guru saat disekolah. Namun tidak mengurangi rasa semangat guru dan tidak menjadi alasan bagi siswa untuk malas belajar. Oleh karena itu belajar dalam masa pandemi Covid- 19 dapat berjalan dengan mematuhi protokol kesehatan.

Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu guna menguatkan penelitian sebelumnya. Penelitian yang sejalan antara lain: Fella Silkyanti (2019) dengan judul “Analisis Peran Budaya Sekolah yang Religius dalam Pembentukan Karakter Siswa”. Dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa Budaya sekolah religius di SD Muhammadiyah 17 Semarang setiap harinya menerapkan budaya senyum, salam, sapa, sopan dan santun atau 5S, do‟a bersama, hafalan, TPQ, sholat dhuha dan sholat dhuhur. Karakter yang dihasilkan adalah religius, disiplin, toleransi, bersahabat, dan tanggung jawab.[13]

Penelitian dari Vebri Angdreani, Idi Warsah dan Asri Karolina (2020) yang berjudul “ ”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa penerapan metode pembiasaan di SD Negeri 08 Rejang Lebong dinilai efektif dalam menanamkan nilai-nilai keislaman pada siswa. Hal ini tidak hanya dibuktikan di dalam kelas, tetapi telah diwujudkan dalam kebiasaan menyapa warga sekolah sejak mereka tiba di sekolah dan ketika mereka pulang sekolah. Pengenalan do’a sebelum dan sesudah jam pelajaran berlangsung dengan hafalan surah-surah pendek yang telah di tentukan setiap hari secara bergiliran.[14]

Penelitian selanjutnya dari Taufiqurrohman (2020) dengan berjudul “Penguatan Pendidikan Karakter Religius Melalui Kegiatan Pembiasaan di SDN Kemirirejo 3 Kota Magelang ”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pelaksanaannya terintegrasi dengan semua bidang studi, di luar pengajaran formal dan gabungan. Untuk metodenya melalui pembiasaan, peneladanan dan moniroting. Karakter religius siswa dilakukan melalui kegiatan gerakan literasi kiab suci (kajian Al-Quran, motivasi islami, pengajian), 5S di sekolah, sholat duha, sholat duhur berjamaah dan peringatan hari besar islam.[15]

Ketiga penelitian ini dapat memperkuat, mendukung dan menunjukan bahwa dalam menerapkan pembiasaan islami dapat membentuk karakter siswa menjadi lebih baik.

Kesimpulan

Pelaksanaan pembiasaan islami dikelas III terbukti bahwa karakter religius yang ditanamkan di SD Muhammadiyah 9 Ngaban sangat beragam semua dilaksanakan secara konsisten dan terjadwal. Pembiasaan yang dilakukan untuk menanamkan karakter religius yaitu pembiaasaan pagi seperti aqidah, ibadah dan maqhfudot, dan pembiasaan islami lainnya seperti BTQ, pembiasaan qiro’ah, tahfidz, pembiasan sholat dhuha, pembiasaan sholat dhuhur berjamaah, jum’at berkah, dan berinfaq. Sebagian kegiatan terkendala adanya pandemi sehingga SD Muhammadiyah 9 Ngaban mengadakan lomba islami melalui via zoom sebagai gantinya. Oleh karena itu belajar dalam masa pandemi Covid-19 dapat berjalan dengan mematuhi protokol kesehatan. Sehingga tidak mengurangi rasa semangat guru dan tidak menjadi alasan bagi siswa untuk malas belajar.

References

  1. S. Narimo, “Budaya Mengintegrasikan Karakter Religius Dalam Kegiatan Sekolah Dasar,” J. VARIDIKA, vol. 32, no. 2, hal. 13–27, 2020.
  2. M. N. Fahmi dan S. Susanto, “Implementasi Pembiasaan Pendidikan Islam dalam Membentuk Karakter Religius Siswa Sekolah Dasar,” Pedagog. J. Pendidik., vol. 7, no. 2, hal. 85–89, 2018.
  3. S. P. Kamuning, “Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Harapan Bunda Jurusan Pendidikan Agama Islam,” 2017.
  4. Ninik Hidayati, Nurul Hakim, dan M. Zakki Sulton, “Pendidikan Karakter Melalui Pembiasaan Rutin Untuk Menanamkan Nilai - Nilai Pendidikan Islam Pada Siswa Sd/Mi,” Prem. J. Islam. Elem. Educ., vol. 2, no. 2, hal. 47–61, 2021.
  5. S. E. Andiarini, I. Arifin, dan A. Nurabadi, “Implementasi Program Penguatan Pendidikan Karakter Melalui Kegiatan Pembiasaan Dalam Peningkatan Mutu Sekolah,” J. Adm. dan Manaj. Pendidik., vol. 1, no. 2, hal. 238–244, 2018.
  6. F. Nurkholisah et al., “Efektivitas Pendidikan Karakter Melalui Metode Pembiasaan Siswa Sd Negeri Tungkulrejo Kecamatan Padas, Kabupaten Ngawi,” JRPD (Jurnal Ris. Pendidik. Dasar), vol. 5, no. 1, hal. 26–33, 2022.
  7. M. Ahsanulkhaq, “Membentuk Karakter Religius Peserta Didik Melalui Metode Pembiasaan,” J. Prakarsa Paedagog., vol. 2, no. 1, 2019.
  8. Y. Akhyar dan E. Sutrawati, “Implementasi Metode Pembiasaan Dalam Membentuk Karakter Religius Anak,” Al-Mutharahah J. Penelit. dan Kaji. Sos. Keagamaan, vol. 18, no. 2, hal. 132–146, 2021.
  9. R. Swandar, “Implementasi Pendidikan Karakter Religius di SD Budi Mulia Dua Sedayu Bantul,” Lap. Penelit., hal. 27, 2017.
  10. N. Norianda, J. A. Dewantara, dan S. Sulistyarini, “INTERNALISASI NILAI DAN KARAKTER MELALUI BUDAYA SEKOLAH (Studi Budaya Sekolah Jumat Berkah),” WASKITA J. Pendidik. Nilai dan Pembang. Karakter, vol. 5, no. 1, hal. 45–57, 2017.
  11. F. Susilo dan Z. H. Ramadan, “Analisis Pendidikan Karakter Melalui Budaya Sekolah di Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyah,” J. Obs. J. Pendidik. Anak Usia Dini, vol. 6, no. 3, hal. 1919–1929, 2021.
  12. A. Esmael dan Nafiah, “Implemetasi Pendidikan Karakter Religius di Sekolah Dasar Khadijah Surabaya,”
  13. Edustream J. Pendidik. Dasar, vol. 2, no. 1, hal. 16, 2018.
  14. F. Silkyanti, “Analisis Peran Budaya Sekolah yang Religius dalam Pembentukan Karakter Siswa,” Indones. Values Character Educ. J., vol. 2, no. 1, hal. 36, 2019.
  15. V. Angdreani, I. Warsah, dan A. Karolina, “Implementasi metode pembiasaan : upaya penanaman nilai-nilai islami siswa SDN 08 Rejang Lebong,” J. Iain Bengkulu, vol. 19, no. 1, hal. 1–21, 2020.
  16. Taufiqurrohman, “Penguatan Pendidikan Karakter Religius Melalui Kegiatan Pembiasaan Di SD Negeri Kemirirejo 3 Kota Magelang,” Sugiyono, Metod. Penelit. Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alf. 2017), hlm. 9, hal. 1–81, 2020.