Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v20i.684

The Value of Exemplary in the Film Teach Me Islam and Its Relevance to Islamic Religious Education Materials


Nilai Keteladanan pada Film Ajari Aku Islam Serta Relevansinya dengan Materi Pendidikan Agama Islam

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Exemplary Values Film Teach Me Islam Islamic Religious Education Materials

Abstract

The objectives achieved in this research are: 1). To find out and describe what exemplary values ​​are contained in the film Ajari Aku Islam, 2). To find out and explain the relevance of exemplary values ​​in the film Ajari Aku Islam to Islamic religious education materials. The type of research used in this study is a qualitative research content analysis with research subjects showing a film with the title Ajari Aku Islam in the form of scenes containing exemplary values ​​and other sources related to the research objectives, while the analytical technique used is Barthes' semiotics model. . Based on the research that has been done, there are several research results, namely exemplary values ​​such as husnudzan, helping, praying on time, tolerance, loving the Qur'an, sincere, istiqamah, patient, brave, and steadfast.

Pendahuluan

Zaman sekarang kita sedang memasuki era revolusi industri 4.0 yaitu era digital, dimana semua yang ada di kehidupan ini sudah mulai serba digital. Berbagai teknologi canggih pun mulai bermunculan termasuk berbagai macam media. Salah satunya yaitu media Film. Film merupakan salah satu media yang banyak diminati oleh banyak kalangan orang, Film memiliki daya tarik tersendiri bagi banyak kalangan, film sendiri selain sebagai hiburan film juga biasanya memiliki fungsi dan peran sebagai media pendidikan atau penyampaian nilai-nilai keteladanan yang patut ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Mengingat zaman sekarang begitu banyak persoalan yang mencerminkan akhlak kurang baik. Pendidikan di Indonesia memiliki banyak macam aspek dalam segala bidang salah satunya yaitu pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang diciptakan, dilaksanakan, dan ditujukan untuk umat Islam.

Film memiliki peran sebagai salah satu media komunikasi yang memiliki pengaruh besar dalam masyarakat, karena film memiliki banyak andil dalam pembentukan pola piker masyarakat. Berbagai alur cerita yang ditampilkan dalam film, sedikit banyak dan secara tidak langsung bisa mengubah pola pikir masyarakat atau penonton setelah menonton film tersebut. Hal ini dikaitkan karena film sebagai media komunikasi. Film sendiri memiliki macam alur dan tema misalnya religi, romance, action, dan lain-lain.

Film banyak terkandung nilai-nilai keteladanan yang yang patut dicontoh untuk generasi sekarang, nilai-nilai keteladanan yang dimaksud adalah akhlak terpuji sesuai yang disyariatkan berdasarkan Al-Qur’an dan hadits, mengingat yang kita lihat saat ini generasi sekarang sudah terpengaruh budaya-budaya barat yang menjadikan melemahnya akhlak terpuji, dan lebih mengesampingkan nilai-nilai Islam. Sebab akhlaq merupakan point utama untuk dalam kehidupan manusia untuk menuju kebahagiaan, keimanan dan ketertiban serta dapat dikatakan bahwa akhlaq merupakan berdirinya suatu umat, apabila rusak akhlaq dalam suatu umat maka rusaklah bangsanya. Dimana nilai-nilai kejujuran, kebenaran dan keadilan merupakan sifat yang sangat penting dalam pembentukan akhlak manusia. Akhlak sangat berhubungan dengan moral, moral yaitu budi pekerti dan perilaku yang tertanam dan tercermin dalam diri seseorang. Setiap orang dituntut harus memiliki akhlak Islami agar terhindar dari dampak atau pengaruh negatif dalam kehidupan seperti sekarang ini. Oleh karena itu, manusia diharapkan senantiasa untuk menjadikan ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan serta dalam rangka mengembangkan peradaban.

Pendidikan dapat dikatakan berhasil karena dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya yaitu media. Media menjadi salah satu factor penting keberhasilan dalam dunia pendidikan. Jadi media menjadi sarana yang penting dalam pendidikan dan harus diperhatikan, karena zaman sekarang berbagai jenis media sudah semakin banyak berkembang, Jadi tidak hanya terpaku dari obyek tertentu saja seperti buku, tetapi bisa melalui obyek lain seperti film.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa penulis tertarik untuk mengkajinya dengan judul “Nilai-Nilai Keteladanan dalam Film Ajari Aku Islam dan Relevansinya dengan Materi Pendidikan Agama Islam”.

Metode Penelitian

Metode yang cocok dan tepat untuk melakukan penelitian ini yaitu dengan menggunakan pendekatan kualitatif serta metode yang digunakan yaitu content analysis. Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang tepat yaitu menggunakan teknik dokumentasi, dimana dokumentasi ini merupakan data yang diperoleh secara langsung baik dari sumber internet, buku, film, foto-foto scene adegan, dan lain sebagainya. Pada penelitian ini, penulis mengumpulkan data melalui scene adegan penayangan sebuah film, kemudian dari sumber lain seperti internet, buku, televisi dan informasi lain terkait dengan film yang berjudul Ajari Aku Islam. Dari setiap scene adegan, penulis mengamati nilai keteladanan apa saja yang terdapat dalam film tersebut kemudian direlevansikan dengan materi pendidikan agama Islam. Teknik analisis yang tepat dalam penelitian ini yaitu menggunakan teknik metode semiotika Roland Barthes. Tradisi semiotika terdiri atas kumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda menafsirkan ide, benda, keadaan, perasaan, situasi, dan kondisi diluar tanda-tanda itu sendiri.

Menurut Roland Barthes terdapat tiga hal yang harus dianalisis yaitu : a). Makna Denotasi, merupakan makna yang sebenarnya (hal ini terdapat dalam kamus), yang berhuungan langsung dengan penanda atau pertanda serta didalam sebuah tanda tersebut terdapat realitas eksternal. b). Makna Konotasi, makna ini berperan sebagai makna yang bersifat emosional dan subjektif yang merujuk dari makna denotasi. c). Makna Mitos, Pada tahap ini berhubungan dengan isi, tanda yang bekerja melalui mitos. Mitos merupakan bagaimana kebudayaan memahami atau menjelaskan dari beberapa aspek mengenai realitas atau fenomena dalam kehidupan.

Hasil dan Pembahasan

A. Scene-scene Adegan yang Mengandung Nilai Keteladanan

1 : Scene Percakapan dua perempuan di Café

Figure 1.Scene Percakapan dua perempuan di Café

Fidya : Untuk rencana kegiatan sosial bencana alam itu, aku rasa tidak boleh loh kita cuma keliling-keling membawa kardus minta sumbangan saja.

Salma : Terus bagaimana kita mendapat uangnya ?

Fidya : Setelah dipikir-pikir bagaimana kalau kita jualan aksesoris saja, jadi intinya selain kita bantu korban bencana alam kita juga bisa membantu bisnis UKM karena dagangannya kita bantu pasarin.

Salma : Ah…kecil sekali lah kalau dapetin uangnya kalau seperti itu.

Fidya : Kek mana pula lah kau selama ini, di Indonesia itu banyak loh orang baik apalagi tahu korban bencana alam, pasti banyak yang mau sumbang, nggak papa loh kalau sumbangan dari kita kecil, yang penting adalah kita membantu korban bencana alam dan membantu bisnis-bisnis orang juga.

Dalam scene tersebut terlihat bahwa Salma sangat optimis membicarakan perkiraan hasil sumbangan yang kemudian dengan tegas diyakinkan oleh Fidya. Setelah berbincang, tibalah dua orang pelanggan yang datang dan ingin memesan, Fidya pun langsung meninggalkan Salma dan menghampiri pelanggan tersebut. Fidya menanyankan kepada mereka ingin memesan minum apa, dan mereka menjawab cappuccino dan latte.

Analisis Semiotik Roland Barthes :

a. Makna Denotasi : Dialog percakapan dua orang gadis di Café.

b. Makna Konotasi : Dua orang perempuan bernama Fidya dan Salma yang sedang berbincang di café mengenai rencana penggalangan dana untuk korban bencana alam dan penjualan aksesoris UKM berupa gelang. Namun Salma merasa pesimis tentang perolehan hasil sumbangan yang sedikit jika sekaligus melakukan penjualan aksesoris UKM. Kemudian diyakinkan oleh Fidya bahwa harus berfikir positif thinking.

c. Mitos : Sebagai manusia sudah seharusnya untuk selalu berpikiran positif, karena hal yang dilakukan akan berjalan baik jikalau mengedepankan ego dan pemikiran yang positif apalagi sebagai seorang muslim berpikiran positif atau biasa disebut dengan husnudzan. Sikap husnudzan diterapkan dengan cara berusaha dan berdoa apa yang diinginkan, dalam proses menggapai keinginannya seseorang itu tidak boleh berputus asa atau bahkan malas melakukannya. Namun, apabila usaha dan hasil yang dilakukan tidak sesuai keinginan atau ekspektasi maka sebagai seorang hamba tidak boleh berfrustasi, sebaiknya bersabar, yakin, serta berprasangka baik kepada Allah SWT. karena dibalik semua itu pasti tersimpan hal yang tak terduga dan hikmah yang bisa diambil.

2. Scene Kegiatan Penggalangan Dana untuk Korban Bencana Alam di Kota Medan Tepatnya dibawah Lampu Lalu Lintas

Figure 2.Scene Kegiatan Penggalangan Dana untuk Korban Bencana Alam di Kota Medan Tepatnya dibawah Lampu Lalu Lintas

Fidya : Assalamualaikum, Bang !

Pengemudi mobil : Waalaikumsalam !

Fidya : Belilah gelang kami, kalau abang membeli artinya menyumbang korban gempa.

Pengemudi mobil : Beli satu ya !

Fidya : MasyaAllah…Terima kasih Abang.

Analisis Semiotik Roland Barthes :

a. Denotasi : Kegiatan penggalangan dana untuk korban bencana alam di Kota Medan tepatnya dibawah lampu lalu lintas.

b. Konotasi : Kegiatan penggalangan dana itu dilakukan untuk membantu korban bencana alam, kegiatan itu dilakukan oleh beberapa mahasiswa dari salah satu universitas di Medan, tak hanya penggalangan dana untuk korban bencana, mereka pun juga melakukan promosi aksesoris UKM berupa gelang.

c. Mitos : Salah satu bentuk kepedulian dan rasa kemanusiaan terhadap sesama manusia, mereka berencana untuk menolong dengan cara melakukan kegiatan penggalangan dana untuk korban bencana alam, karena pada hakikatnya manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan. Adapun rasa kemanusiaan dan kepedulian harus dibentuk dalam kepribadian seseorang karena setiap agama pasti mengajarkan untuk memiliki sikap kemanusiaan dan rasa peduli terhadap sesama. Termasuk dengan Islam, agama Islam mengajarkan untuk bersikap ta’awun atau tolong-menolong kepada orang lain yang membutuhkan tanpa memandang ras, suku, budaya dan agama. Dalam ajaran islam tolong menolong menjadi sikap yang mulia di sisi Allah Swt dan menjanjikan kepada siapapun yang membantu terhadap kesusahan, penderitaan dan kesempitan orang lain kelak akan diberi limpahan anugerah yang tak terhingga di hari pembalasan nanti.

3. Scene Fidya menaiki becak motor untuk menuju ke masjid Raya

Figure 3.Scene Fidya menaiki becak motor untuk menuju ke masjid Raya

Fidya : Pegang ini (sambil memberikan kardus tempat sumbangan), Aku nak sholat sebentar….

Salma : Baiklah…

Fidya bergegas ke masjid dengan menaiki becak motor, kemudian Kenny menghampiri Salma dan bertanya.

Kenny : Lah.. itu temannya mau kemana ?

Salma : Mau shalat ke Masjid lah bang.

Kenny : Lah kamu tidak ikut shalat ?

Salma : Aku lagi halangan lah bang…. Mana bisa aku shalat.

Kenny : Eh sebentar aku mau ikut dia dulu (langsung bergegas menaiki motor dan mengikuti Fidya ke Masjid).

Analisis Semiotika Barthes :

a. Denotasi : Fidya menaiki becak motor untuk menuju ke masjid.

b. Konotasi : Di sela-sela kesibukannya dalam kegiatan penggalangan dana Fidya bergegas untuk melaksanakan shalat terlebih dahulu sehingga ia pamit pada temannya. Ia menaiki becak motor dan bergegas pergi ke Masjid Raya untuk melaksanakan shalat sebentar.

c. Mitos : Pada dasarnya manusia diciptakan di dunia ini memiliki maksud dan tujuan, adapun maksud dan tujuan tersebut jika melihat dari sisi Islam adalah untuk beribadah kepada kepada Allah Swt. Adapun shalat menjadi bentuk dalam beribadah kepada Allah Swt. Sesibuk apapun kegiatan di dunia, shalat adalah yang paling utama.

4. Scene Pemuda non muslim bernama Kenny yang sedang mengikuti Fidya ke masjid.

Figure 4.Scene Pemuda non muslim bernama Kenny yang sedang mengikuti Fidya ke masjid

Kenny : Haiii…!!!

Fidya : Astaghfirullah, Abang ngikutin aku ?

Kenny : Ngikutin kamu ? ini kan tempat umum, semua orang juga boleh kesini.

Fidya : Emang abang mau sholat ?

Kenny : Emangnya masjid cuma untuk shalat ?

Fidya : Ya iyalah bang…

Kenny : Yaudah berarti kalau aku bukan muslim aku ngga boleh disini ?

Fidya : Ya boleh aja sih…

Analisis Semiotika Barthes :

a. Denotasi : Seorang pemuda non muslim bernama Kenny yang mengikutiFidya ke masjid.

b. Konotasi : Pertanda bahwa sosok Kenny yang penasaran dengan Fidya sehingga ia mengikutinya hingga sampai di masjid Raya dan memasukinya walaupun ia non muslim.

c. Mitos : Mengetahui bahwa Kenny adalah seorang non muslim dan memasuki masjid namun Fidya tak mempermasalahkan hal tersebut. Apabila dilihat dari segi umum pasti seseorang berpikir alasan mengapa seorang non muslim memasuki masjid yang dengan jelas adalah tempat ibadah bagi orang muslim. Namun, setiap agama pasti mengajarkan nilai toleransi. Begitupun Fidya seorang muslimah, dalam Islam seorang muslim diajarkan untuk memiliki sikap toleransi, pentingnya sikap toleransi tersebut maka timbulah rasa saling menghargai dan menghormati walaupun terdapat perbedaan baik dari segi agama, suku, ras, dan budaya.

5. Scene Fidya yang menghampiri Kenny di halaman masjid untuk memberikan sebuah bingkisan

Figure 5.Scene Fidya yang menghampiri Kenny di halaman masjid untuk memberikan sebuah bingkisan

Fidya : Ini buat kamu ! (sambil memberikan bingkisan)

Kenny : Apa ini ?

Fidya : Coba buka, kalau kamu mau belajar Islam lebih banyak lagi, kamu harus membaca Al-Qur’an !

Analisis Semiotika Barthes :

a. Denotasi : Fidya memberikan bingkisan kepada Kenny di halaman masjid.

b. Konotasi : Adapun bingkisan tersebut berisi iqra’ (Al-Qur’an). Kenny yang mulai istiqamah untuk mempelajari agama Islam dibantu Fidya memberikan sebuah Al-Qur’an agar Kenny lebih memperdalam agama Islam, karena Al-Qur’an adalah hal dasar yang harus dipelajari oleh seorang muslim.

c. Mitos : Iqra’ (Al-Qur’an) menjadi hal yang penting bagi seorang muslim apalagi yang baru mempelajari islam seperti Kenny. Kitab suci agama Islam tersebut menjadi pedoman hidup bagi seorang muslim. Hal mendasar bagi seorang muslim yaitu dengan meyakini adanya Al-Qur;an sebagai kitab suci, karena itu termasuk salah satu rukun iman yang wajib diyakini bagi setiap muslim.

6. Scene Perbincangan Fahri dan Kenny di café

Figure 6.Scene Perbincangan Fahri dan Kenny di café

Kenny : Bingung aku sama kamu, kita ini kan sebenarnya bersaing untuk mendapatkan Fidya, tapi kamu malah baik sama aku.

Fahri : Aku senang ada seorang non-muslim yang ingin belajar Islam, dan sudah sepantasnya aku membantu, urusan aku dan Fidya itu nanti yang terpenting aku akan membantumu dengan ikhlas sesuai kemampuanku, mau tanya apa tentang Islam ?

Kenny : Kamu yakin tidak akan menyesal kalau aku akan menjadi mualaf dan menikahi Fidya ?

Fahri : Cemburu sih iya, tapi aku tak akan menyesal.

Analisis Semiotika Barthes :

a. Denotasi : Percakapan Fahri dan Kenny di sebuah Café.

b. Konotasi : Pertanda bahwa mereka sedang membicarakan sesuatu, mereka membicarakan tentang Fidya serta Fahri yang akan membantu Kenny untuk belajar Islam dan lebih memperdalam lagi agar memantapkan hati untuk menjadi mualaf dan menikahi Fidya.

c. Mitos : Cinta segitiga antara Fidya, Fahri dan Kenny, disatu sisi Fahri sudah memiliki perasaan pada Fidya sejak lama, harus rela mengkhlaskan Fidya untuk bersama Kenny. Fahri pun juga ikhlas membantu Kenny untuk belajar Islam lebih dalam lagi. Apabila dilihat dari segi umum tidak mudah menjadi Fahri yang dengan rela mengikhlaskan orang yang dicintainya. Mungkin kebanyakan orang bila berada di posisi Fahri akan terus bersaing untuk bisa mendapatkan Fidya, namun disini sosok Fahri yang begitu baik hati dan ikhlas melepas perasaannya terhadap Fidya yang sudah lama ia kenal serta membantu Kenny untuk mempelajari Islam lebih dalam lagi. Menurut Fahri tak ada yang lebih penting dari meraih Ridho Allah dalam membantu seseorang sekalipun terhadap orang yang sebenarnya tak disukai. Nilai keteladanan yang terlihat disini yaitu sosok Fahri yang mencerminkan sikap ikhlas melepaskan seseorang yang ia cintai.

7. Scene Kenny yang sedang mempelajari beberapa buku di kamarnya

Figure 7.Scene Kenny yang sedang mempelajari beberapa buku di kamarnya

Analisis Semiotika Barthes :

a. Denotasi : Kenny yang sedang mempelajari beberapa buku di kamarnya.

b. Konotasi : Pertanda bahwa Kenny sedang mempelajari sesuatu, yaitu mempelajari beberapa buku tentang agama Islam. Ia berusaha memahami apa itu Islam dan penjabarannya.

c. Mitos :Keistiqamahan Kenny dalam mempelajari Islam semakindalam.Apabila dilihat secara umum berada di posisi Kenny sangatlah sulit, karena ia berencana untuk menentang agamanya sendiri dan akan menimbulkan terjadinya pergulatan hati nurani. Keyakinan yang begitu besar membuatnya semakin penasaran dan ingin menjadi seorang mualaf.

8. Scene Ayah Kenny (Koh Liang) yang sedang memarahi Kenny karena mengetahui Kenny belajar agama Islam

Figure 8.

Analisis Semiotika Barthes :

a. Denotasi : Ayah Kenny (Koh Liang) yang sedang memarahi Kenny karena mengetahui belajar agama Islam.

b. Konotasi ; Pertanda kemarahan Koh Liang karena Kenny melakukan suatu hal yang menyimpang, maksud dari hal menyimpang tersebut adalah Kenny diam-diam belajar tentang agama islam melalui beberapa buku yang telah diberi oleh Fidya. Hal itu menjadi hal yang menyimpang dari latar belakang adat dan budayanya sebagai keturunan Thionghoa.

c. Mitos : Kemarahan Koh Liang yang begitu wajar jika dilihat dari segi pandangan sebagai Ayah yang berada di posisi yang sama dengan Koh Liang. Anaknya yang sedari kecil di didik untuk selalu menghormati dan mengikuti ajaran serta budaya Tionghoa kini perlahan-lahan menyimpang dari ajaran tersebut. Hal itu karena keyakinan Kenny yang sudah tertarik untuk lebih dalam mengenal Islam. Jika berada di posisi Koh Liang mungkin merasa sudah gagal mendidik anak untuk selalu menghormati ajaran leluhurnya. Kemudian jika dilihat dalam pandangan secara umum khususnya orang yang memiliki latar belakang yang sama yaitu non muslim juga, beranggapan bahwa mengapa ia belajar Islam, sedangkan agama Islam menurut mereka merupakan agama yang sulit, kuno, serta banyak aturan dan larangan yang wajib ditaati, dan mungkin sebagian orang menganggap agama Islam adalah agama yang memiliki aturan yang ketat dibandingkan dengan agama lainnya.

9. Scene Kenny berkunjung ke rumah Fidya

Figure 9.Scene Kenny berkunjung ke rumah Fidya

Analisis Semotika Barthes :

a. Denotasi : Kenny berkunjung ke rumah Fidya.

b. Konotasi : Sebagai pertanda bahwa Kenny berkunjung ke rumah Fidya untuk menemui ayahnya, ia berniat untuk serius dan ingin melamar Fidya.

c. Mitos : Apabila melihat dari sisi watak Kenny, ia merupakan tipe orang yang pemberani bahkan untuk melamar Fidya seorang gadis yang memilki latar belakang yang berbeda dengannya. Ia memiliki tekad yang kuat dan berusaha meyakinkan kalau ia akan menjadi seorang muallaf dan bisa menikahinya. Jika dilihat dalam pandangan ini tak semua orang bisa memiliki keberanian seperti Kenny yang berani menentang dan bertolak belakang dengan adat dan budayanya yaitu Tionghoa. Sikap keberaniannya pun ditunjukkan juga saat ketekatannya dan keinginannya untuk melamar Fidya padahal ia belum muslim, mungkin ia baru mengetahui ketika selama ini belajar bahwa dalam Islam apabila ingin mendekati perempuan dengan niat serius, ia harus menghadap dulu pada walinya (proses taaruf). Sikap keberanian Kenny inilah yang patut dijadikan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.

10. Scene Kenny mengucapkan dua kalimat syahadat

Figure 10.Scene Kenny mengucapkan dua kalimat syahadat

Analisis semiotika Barthes :

a. Denotasi : Kenny yang sedang mengucap dua kalimat syahadat

b. Konotasi : Kenny mengucapkan dua kalimat syahadat ketika sedang sekarat dan kesakitan karena tertusuk pisau saat berusaha melawan preman-preman yang akan menculik Fidya dan ayahnya. Ia memiliki firasat dan keinginan untuk meninggal secara Islam di saat detik-detik terakhirnya, ia pun dibimbing untuk mengucapkan syahadat.

c. Mitos : Keteguhan hati dan keyakinan Kenny untuk menjadi seorang mualaf kini terwujud walaupun banyak rintangan dan disaat detik-detik terakhirnya di dunia. Menurut pandangan seorang muslim mungkin ini adalah sebuah anugerah dan takdir dari kehidupan seorang non muslim yang bernama Kenny, ia dilahirkan dalam keadaan non muslim dan selama hidup ia menjalani kehidupan sesuai lingkungannya yaitu Tionghoa (non muslim), namun atas kehendak Allah Swt serta usaha dan keteguhan hati dan imannya dalam meyakini Islam, pada akhirnya ia berhasil mengucapkan kalimat syahadat dan menjadi seorang muallaf di saat terakhir sebelum kematian menjemputnya, menurut Islam kematian seorang muallaf termasuk husnul khatimah, ibaratnya seperti terlahir dan kembali pada Allah Swt dalam keadaan suci dan bersih dari dosa. Namun begitupun sebaliknya menurut pandangan orang yang satu etnis dan keyakinan dengan Kenny seperti keluarganya, hal ini sangat disayangkan karena ia mungkin dianggap bodoh secara sadar telah keluar dari komunitas, mengingkari dan menentang adat-adat dan budayanya.

B. Relevansi Nilai Keteladanan dengan Materi Pendidikan Agama Islam

Materi pendidikan Agama Islam mencakup beberpa lingkup materi pelajaran seperti Aqidah Akhlak, Al-Qur’an Hadits, Fiqih (ibadah dan muamalah), dan Sejarah Kebudayaan Islam. Pada jenjang sekolah umum semua lingkup materi PAI tersebut dijadikan satu buku. Sedangkan untuk jenjang sekolah berbasis madrasah semua lingkup materi tersebut disendirikan atau dipisah-pisah sehingga dapat dilihat bahwa kedalaman materi yang nampak pada setiap lingkup merujuk lebih dalam pada sekolah yang berbasis madrasah.

1. Husnudzan

Dalam film ini mengajarkan bahwa sikap husnudzan penting bagi kehidupan. Sikap selalu berprasangka baik atau husnudzan kepada Allah dan sesama makhluk menjadi sikap yang patut ditanamkan pada setiap jiwa seseorang, karena setiap prasangka baik akan berdampak pada hal yang baik pula. Sikap husnudzan ini relevan dengan materi Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Aqidah Akhlak Mts kelas VIII semester genap. Pada KMA ini terdapat materi yang membahas mengenai husnudzan sebagaimana dalam salah satu kompetensi dasar atau KD 2.8 Mengamalkan perilaku husnudzan, tawadhu, tasammuh, dan ta'awun dalam kehidupan sehari-hari. Husnudzan ini merupakan materi yang kedalamannya cocok dibahas pada jenjang MTs.

2. Tolong Menolong

Manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung dan membutuhkan. Tolong menolong menjadi kewajiban bagi setiap muslim dan menjadi ciri khas umat muslim sejak zaman Rasulullah Saw. Dalam film ini mengajarkan bahwa sikap tolong menolong itu penting sebagai jiwa kemanusiaan, tolong menolong menjadi hal yang sangat mulia karena dengan tolong menolong dapat meringankan sebuah kegiatan atau bahkan meringankan beban seseorang. Sikap tolong menolong ini relevan dengan materi Pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Aqidah Akhlak jenjang MI kelas III semester genap. Berdasarkan KMA pada KD 2.8 Menunjukkan sikap pantang menyerah, pemberani, dan tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari. Materi tentang tolong menolong ini termasuk kedalam materi dasar yang harus sudah mulai diajarkan dan diterapkan pada siswa jenjang SD/MI.

3. Mendirikan Shalat Tepat Waktu

Shalat merupakan ibadah pertama yang diwajibkan oleh Allah Swt. kepada Nabi Muhammad Saw ketika peristiwa Isra’ Mi’raj. Sholat adalah pondasi atau tiang agama. Sholat menjadi ibadah yang paling utama yang mutlak sudah tertera segala perintahnya baik di Al-Qur’an maupun hadits. Shalat yang baik adalah shalat yang dikerjakan dengan tepat waktu karena pada dasarnya seorang muslim hidup di dunia memiliki tujuan untuk beribadah. Salah satu adegan film ini mengajarkan bahwa shalat tepat waktu sangat penting. Shalat tepat pada waktunya ini relevan dengan materi pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Fiqih MTs kelas VII semester ganjil. Berdasarkan KMA No. 183 Tahun 2019 yang membahas materi shalat tepat pada waktunya ini terdapat pada KD 1.3 Mengamalkan shalat fardlu lima waktu pada waktunya sebagai pokok ajaran Islam.

4. Toleransi

Toleransi menjadi hal yang penting dalam kehidupan karena manusia yang hidup di dunia ini memiliki berbagai macam perbedaan seperti suku, budaya, ras, bahkan agama. Sikap toleransi menjadi sikap yang penting diterapkan oleh seseorang karena dengan adanya toleransi maka terciptalah rasa saling menghargai, menghormati tanpa harus ada pertentangan atau perselisihan. Dalam scene adegan sikap toleransi yang ditampilkan pada film ini relevan dengan materi pendidikan agama Islam pada mata pelajaran Aqidah Akhlak jenjang MA kelas XII semester ganjil. Hal ini berdasarkan KMA No.183 Tahun 2019 yang terdapat pada KD 2.2 Mengamalkan sikap tasamuh (toleransi), musawah (persaamaan) derajat, tawasuth (moderat), dan ukhuwwah (persaudaraan) dalam kehidupan sehari-hari.

5. Mencintai Al-Qur'an

Sebagai seorang muslim hal yang mendasar diajarkan untuk mencintai kitab Allah yaitu Al-Qur’an. Hal ini sebagai bentuk dalam meyakini bahwa Al-Qur’an merupakan pedoman hidup yang sengaja diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. secara berangsur-angsur kemudian kepada Nabi Muhammad disebar luaskan kepada keluarga dan sahabat terdekat serta masyarakat di sekitarnya yang meyakini agama Islam kali itu. Bentuk mencintai Al-Qur’an dengan senantiasa membaca, mempelajari dan mengamalkan isinya dalam kehidupan sehari-hari. Cerminan mencintai Al-Qur’an ini relevan dengan materi pendidikan agama Islam pada mata pelajaran Aqidah Akhlak jenjang MTs kelas VIII semester ganjil. Hal ini berdasarkan KMA No. 183 Tahun 2019 pada KD 2.1 Mengamalkan sikap kecintaan kepada al-Qur'an. Pada kedalaman materi ini pada jenjang MTs/SMP dianjurkan untuk bisa menerapkan rasa kecintaannya kepada Al-Qur’an.

6. Ikhlas

Ikhlas merupakan sikap yang cenderung susah dilakukan oleh seseorang. Seseorang bisa dikatakan ikhlas apabila segala amal dan perbuatannya selama di dunia semata-mata hanya untuk menggapai ridha Allah saja bukan karena alasan sesama makhluk (riya’) dengan tujuan agar dipuji dan disanjung. Keikhlasan seseorang menjadi tolak ukur kualitas keimanan. Cerminan sikap ikhlas ini relevan dengan materi pendidikan Agama Islam pada mata pelajaran Aqidah Akhlak jenjang MTs kelas VII semester ganjil. Hal ini berdasarkan KMA No.183 Tahun 2019 yang terdapat pada KD 2.3 Mengamalkan perilaku taubat, taat, istiqamah, dan ikhlas dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini termasuk kedalaman materi yang mulai diajarkan dan dianjurkan untuk diterapkan pada jenjang MTs/SMP.

7. Istiqamah

Istiqamah atau biasa disebut dengan konsisten merupakan sikap yang cenderung sulit dilakukan oleh seseorang terutama istiqamah dalam ketaatan. Sebagai seorang muslim dalam menjalankan segala perintah yang ditetapkan oleh syariat dianjurkan untuk istiqamah, namun sebagian cenderung goyah oleh keadaan, naik turunnya iman pada diri seseorang menjadikan istiqamah sulit. Istiqamah, sebuah kata yang mudah diucapkan namun berat untuk dilaksanakan. Membiasakan sikap istiqamah ini relevan dengan materi pendidikan agama Islam pada mata pelajaran Aqidah Akhlak jenjang MTs kelas VII semester ganjil. Berdasarkan KMA No.183 Tahun 2019 yang terdapat pada KD 2.1. Mengamalkan perilaku jujur dan istiqamah sebagai implementasi dari menyakini akidah Islam. Kedalaman materi ini termasuk ketegori agak berat sehingga tingkat pemahamannya mulai diarahkan pada jenjang SMP/MTs.

8. Sabar

Sabar merupakan sikap yang perlu ditanamkan oleh setiap pribadi seseorang termasuk seorang muslim karena dengan sikap sabar memiiki banyak keutamaan. Sabar sendiri memiliki banyak aspek misalnya sabar dalam menahan emosi dan sabar dalam menghadapi suatu perkara yang sulit. Seseorang yang memiliki sikap sabar biasanya mampu mengendalikan diri, sabar dianggap dan dipandang sebagai sikap yang memiliki nilai tinggi serta mencerminkan kekokohan jiwa orang yang memilikinya. Adapun sikap sabar ini jika dikaitkan dengan materi pendidikan agama Islam relevan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak jenjang MI kelas IV semester ganil. Hal ini berdasarkan KMA No.183 Tahun 2019 yang terdapat pada KD 1.5 Menjalankan perilaku sabar dan tabah dalam menghadapai cobaan sebagai cerminan iman. Menjalankan sikap sabar ini termasuk dalam kategori kedalaman materi yang mendasar sehingga tingkat pemahamannya mulai diarahkan pada jenjang MI/SD.

9. Syaja’ah/Pemberani

Pemberani atau dalam Islam disebut syaja’ah merupakan sikap yang harus ditanamkan pada jiwa seseorang. Adapun contoh dari sikap pemberani yaitu senantiasa bersikap sesuai dengan ajaran agama sekalipun beresiko dicibir dan direndahkan. Adapaun menerapkan sikap pemberani relevan dengan materi pendidikan agama Islam pada mata pelajaran Aqidah Akhlak jenjang MI kelas III semester genap. Hal ini berdasarkan KMA No.183 Tahun 2019 yang terdapat pada KD 2.8 Menunjukkan sikap pantang menyerah, pemberani, dan tolong-menolong dalam kehidupan sehari-hari. Pada kedalaman materi ini termasuk kategori yang terbilang dasar sehingga tingkat pemahaman mulai diarahkan untuk jenjang MI/SD.

10. Teguh Pendirian

Teguh pendirian dalam meyakini agama Islam adalah agama yang baik dan benar. Teguh pendirian merupakan bentuk kemantapan hati dalam meyakini sesuatu walaupun banyak rintangan yang dihadapi. Teguh pendirian pun terdapat banyak aspek misalnya teguh pendirian dalam meyakini makna dua kalimat syahadat. Maksudnya dari syahadat yaitu meyakini bahwa Tuhan hanyalah satu yaitu Allah Swt. sebagai penguasa alam semesta dan Nabi Muhammad sebagai utusan Allah. Dalam materi pendidikan agama Islam terdapat materi yang membahas mengenai perilaku teguh pendirian. Materi tersebut relevan pada mata pelajaran Aqidah Akhlak pada jenjang MI kelas I semester ganjil. Hal ini berdasarkan KMA No.183 Tahun 2019 pada KD 2.1 Menjalankan perilaku teguh pendirian sebagai aktualisasi dari mempelajari makna dua kalimah syahadat. Sikap teguh pendirian dalam memaknai dua kalimah syahadat ini menjadi materi pendidikan agama Islam yang kedalaman materinya termasuk dasar. Meyakini Allah sebagai satu-satunya Tuhan dan Nabi Muhammad Saw. sebagai utusan Allah. Tingkat pemahamannya mulai diajarkan pada sekolah jenjang MI/SD.

Kesimpulan

Nilai keteladanan yang terdapat dalam film ini seperti husnudzan, tolong-menolong, shalat tepat waktu, toleransi, mencintai Al-Qur’an, ikhlas, istiqamah, sabar, pemberani, dan teguh pendirian. Selanjutnya, relevansi nilai keteladanan pada materi pendidikan agama Islam ini lebih dominan relevan dengan mata pelajaran Aqidah Akhlak karena keteladanan hampir sama definisinya dengan akhlak yaitu mengacu pada keteladanan atau akhlak yang terpuji sehingga perlu dicontoh, ditiru atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi para pelajar.

References

  1. J. U. Muliawan, Ilmu Pendidikan Islam: Studi Kasus Terhadap Struktur Ilmu, Kurikulum, Metodologi dan Kelembagaan Pendidikan Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
  2. D. S. Rimasasi and A. P. Astuti, “Integrasi Akhlak Islam dalam Seni Teater,” J. Ilmiah ArRisalah: Media Ke-Islaman, Pendidikan dan Hukum Islam 19 (1), pp. 042-049, 2021.
  3. R. Shalahuddin, Buku Ajar Pengantar Studi Islam, Umsida Press, 2018, 1-181.
  4. N. Muhadjir, Metode Penelitian Kualitatif, edisi III, Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996.
  5. B. Mudjiyanto, & E. Nur, “Semiotika Dalam Metode Penelitian Komunikasi,” Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika, Vol. 16, p. 2, Jakarta dan Makassar, 2013.
  6. A. Sobur, Semiotika Komunikasi, Bandung: Rosdakarya, 2003.
  7. I. Anshori, Perencanaan Sistem Pembelajaran, Sidoarjo, Umsida Press, 2009.
  8. Keputusan Menteri Agama Nomor 183 Tahun 2019 tentang Kurikulum Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab pada Madrasah dan Keputusan Menteri Agama Nomor 184 Tahun 2019 tentang Pedoman Implementasi Kurikulum pada Madrasah.
  9. A. Shomad, Hukum Islam, Jakarta : Pustaka pelajaran, 2020.
  10. Supiana & M. Karman, Materi Pendidikan Agama Islam, Cet.Ketiga, Bandung, 2004.