Abstract

This research was conducted because there is still a phenomenon of female police officers who have high work stress. This study aims to determine the relationship between social support and work stress on married female police officers at the Sidoarjo Police Station. The research method is correlational quantitative. The population used is female police who serve in the jurisdiction of the Sidoarjo Police, who are active, totaling 117 members and the sample used is 98 married female police officers. The data collection technique used is the reliability social support scale = 0.947 and the reliability work stress scale = 0.931. The results of the analysis obtained that the correlation coefficient (rxy) -0.428 with a significance value of 0.000 <0.05 this research hypothesis is accepted. That is, there is a significant negative relationship between social support and work stress on married female police officers at the Sidoarjo Police Station. Social support provides an effective contribution of 17.5% to the work stress variable and 82.5% is influenced by other variables. Keywords – Social Support, Job Stress, Policewomen

Pendahuluan

Persoalan mengenai stres kerja tidak asing terdengar khususnya pada polisi wanita, Beberapa penelitian tentang stres kerja pernah dilakukan oleh Abdilah[1] yang berjudul “Stres Kerja Anggota Polri Pada Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda X”. Penelitian mengenai stres kerja juga di lakukan oleh Markuwati[2] “Konflik Peran Ganda Stres Kerja Pada Anggota Kepolisian Wanita”. Almasitoh[3] juga melakukan penelitian tentang “Stres Kerja di Tinjau dari Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial Pada Perawat”.

Polisi Wanita ialah bagian kekuatan dalam melaksanakan kewajiban serta peran Polri sebagai instansi yang menegakkan hukum, melindungi, mengayomi, dan melayani masyarakat, serta membina dan merealisasaikan kamtibmas, serta kewajiban lain yang telah di atur dalam tupoksi Polri dan Tugas Polisi Wanita sebagai bagian dari Polri berdasarkan (UU No 2 Tahun 2002) [4].

Mulanya, Polisi Wanita di bentuk dalam rangka membantu menyelesaikan masalah yang di alamai oleh perempuan dan anak-anak. Seiring berjalannya organisasi kepolisian, peran Polisi Wanita bukan hanya menyelesaikan masalah di lingkup perempuan dan anak-anak, melainkan membawahi semua peran dari kepolisian, antara lain operasional maupun non operasional, seperti fungsi intelejen, reserse, lalu lintas, pembinaan personil, pengawasan, kesehatan dan lain sebagainya.

Mengabdikan diri menjadi Polisi Wanita tidaklah mudah, dua hal yang tidak kalah krusial dan berat ialah ketika sukses menjadi seorang Polisi Wanita dan sukses menjadi seorang istri. Hal itu karena, seorang Polisi wanita yang menjadi penggerak bagi pasangan serta sosok ibu bagi anaknya. Semangat meraih prestasi serta karir di kepolisian harus juga diimbangi dengan keberhasilan dalam mengemban kehidupan rumah tangganya. Sebagai anggota Polri mereka dituntut untuk meningkatkan profesionalitas dalam bekerja. Sedangkan sebagai Polisi Wanita juga dituntut menjadi idola di masyarakat dan dimanapun dia berada, baik lingkungan sosial maupun ketika menjalankan tugas. Dan sekarang Polisi Wanita mempunyai jalan karir yang luas dalam menjabat posisi strategis di kepolisian, seperti Kapolsek, Kapolres bahkan Kapolda. Saat posisi yang strategis tersebut diemban, maka masalah akan menjadi lebih rumit untuk diselesaikan [2]

Kewajiban serta tuntutan yang harus dilaksanakan Polisi Wanita, maka banyak yang mengalami beratnya menyeimbangkan tanggung jawab dan tugas sebagai istri serta ibu dengan pekerjaan, tuntutan yang berkepanjangan juga bisa menimbulkan stres dalam bekerja. Stres kerja yang kondisi suatu bentuk respon fisik dan psikis seseorang terhadap perubahan yang mengganggu di lingkungan sekitar [5]

Stres yang dialami Polisi Wanita salah satunya mengenai jam kerja yang harus dipenuhi oleh setiap anggota Polisi Wanita, dalam hal ini estimasi waktu dalam tuntutan menjalankan kewajiban lebih mendominasi dari pada keluarga [6]. Penelitian mengenai stres pada anggota polri pernah dilakukan yaitu di Polres Bangka, dari penelitian tersebut di ketahui tingkat stres pada anggota kepolisian sebesar 71%. Dari seluruh sampel diketahui stres pada anggota kepolisian yaitu berkisar 30% hingga 70%, dan 46.3 % anggota polisi yang menghadapi stres kerja itu diantaranya merupakan anggota Polisi Wanita [1].

Stres di tempat kerja bisa di kurangi dengan mendapatkan dukungan sosial dari orang lain di lingkungan kerja. Dukungan sosial dapat datang dari interaksi sosial yang dimiliki oleh antar individu yaitu dari lingkungan kerja seperti (senior, junior atau teman kerja), dan lingkungan keluarga seperti (orangtua, pasangan, anak dan saudara). Jika semakin banyak orang yang memberikan dukungan sosial maka semakin sehat kehidupan seseorang [7].

Karyawan yang menghadapi stres dalam bekerja sangat butuh sebuah dukungan sosial. Dukungan itu dapat bersumber dari rekan kerja, bawahan, atasan, atau keluarga. Diharapkan kedepannya dapat memberikan pengaruh yang baik bagi karyawan untuk mengatasi stres dalam kerja. Tetapi, jika tidak adanya atau kecilnya sebuah dukungan tersebut, kemungkinan stres yang karyawan alami dapat parah.

Dengan demikian peneliti mengajukan hipotesis bahwa ada hubungan negatif antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja pada Polisi Wanita yang Sudah Menikah di Polresta Sidoarjo. Berdasarkan penjelasan diatas, masalah stres kerja yang dialami Polisi Wanita ialah konflik dan gesekan yang butuh perhatian khusus, hal ini yang menjadikan penelititertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja Pada Polisi Wanita yang Sudah Menikah di Polresta Sidoarjo

Metode Penelitian

Penelitian kali ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode dalam penelitian yang telah kami laksanakan menggunakan pendeka kuantitatif yang merupakan suatu pendekatan yang dipergunakan untuk meneliti pada populasi atau pada sampel tertentu, data di kumpulkan menggunakan istrumen penelitian, analisis data yang menggunakan statistika, untuk menguji hipotesis yang ditetapkan [8]. Penelitian ini dilakukan peneliti untuk mengetahui hubungan antar variabel, sehingga tipe penelitian ini menggunakan tipe korelasional.

Penelitian ini mengunakan 2 variabel, variabel (X) bebas Dukungan Sosial dan variable (Y) Stres Kerja. Dukungan Sosialialah kenyamanan secara fisik & psikologis yang diberikan oleh teman atau anggota keluarga. Dukungan sosial dapat dilihat dari banyaknya kontak sosial yang dilakukan individu dalam menjalin hubungan dengan individu yang ada di lingkungan Byrne [9]. Pengukuran dukungan sosial menggunakan Skala Dukungan sosial yang di adopsi dari skala Jumaitina [10] yang didasarkan dalam empat aspek menurut sarafino (1998), aspek tersebut antara lain: emosional, penghargaan atas pencapaian, instrumental serta dukungan informasi.

Stress kerja adalah wujud dari kekaburan peran, konflik peran dan beban kerja yang berlebih, sehingga kondisis tersebut bisa mengganggu prestasi dan kemampuan individu untuk berkeja [11]. Stres kerja diukur menggunakan Skala Stres Kerja yang di adopsi dari skala Umamit [12] berdasarkan Aspek-aspek dalam stres kerja dari Robbin (2007) meliputi : fisik, psikologi, dan perilaku.

Populasi Polisi Wanita yang Sudah Menikah di Polresta Sidoarjo dengan jumlah 98 Anggota. Sedangkan Sugiyono mengemukakan sampel penelitian adalah seluruh anggota populasi sebanyak 98, yang ditentukan dengan teknik sampling jenuh yakni suatu teknik pengambilan sampel yang dimana keseluruhan anggota populasi dijadikan sebagai sampel penelitian.[8]

Hasil penelitian dianalisis dengan analisis korelasi Product Moment Spearman. Sebelumnya dilakukan uji asumsi sebagai syarat analisis penelitian korelasional. Uji asumsi yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas dan uji linearitas.

Hasil dan Pembahasan

A. Hasil Penelitian

1. Uji Asumsi

Uji asumsi merupakan uji analisis data penelitian yang digunakan untuk mengetahui normalitas dan linieritas pada variabel penelitian Hasil uji asumsi yang dilakukan peneliti menunjukkan :

a. Uji Normalitas

Berdasarkan isi hasil uji normalitas diketahui bahwa variabel Dukungan Sosialdan variabel Stres Kerja dikatakan distribusinya normal. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi variabel Dukungan Sosial adalah 0.200>0,05 sedangkan nilai signifikansi variabel Stres Kerja adalah 0.817> 0,05 dengan hasil uji normalitas tersebut maka dapat disimpulkan bahwa distribusi data tersebut normal.

b. Uji Linearitas

Berdasarkan hasil uji linieritas dapat diketahui nilai deviation form linierity menunjukan nilai signifikansi sebesar 0.203>0,05. Hal ini diartikan bahwa kedua data variabel tersebut linier.

2. Hasil Uji Analisis Data

a. Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji asumsi di atas, peneliti melakukan uji hipotesi penelitian dengan menggunakan uji korelasi product moment pearson. Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini terdapat hubungan negatif antara Dukungan Sosialdengan Stres Kerja pada Polisi Wanita yang Sudah Menikah

Dari hasil uji hipotesis dapat diketahui koefisien korelasi (rxy) pada variabel Dukungan Sosialdan Stres Kerja sebesar -0,428 dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Kesimpulannya bahwa ada hubungan negatif antara variabel Dukungan Sosialdengan Stres Kerja sehingga hipotesis yang diajukan peneliti dapat diterima. Hal ini diartikan bahwa semakin tinggi Dukungan Sosial, maka semakin rendah Stres Kerja pada Polisi Wanita yang Sudah Menikah. Sebaliknya semakin rendah Dukungan Sosial,maka semakin tinggi pula Stres Kerja pada Polisi Wanita yang Sudah Menikah.

b. Uji Determinasi

Peneliti juga menghitung sumbangan efektif dari Dukungan Sosial terhadap Stres Kerja. Besaran Dari hasil uji determinasi diketahui bahwa koefisien Adjusted R Square = 0.175 Ini artinya variabel Dukungan Sosialmemiliki besaran pengaruh 17,5 % pada stres kerja dan terdapat 82,5% pengaruh dari variabel lain yang mempengaruhi Stres Kerja pada Polisi Wanita yang Sudah Menikah di Polresta Sidoarjo selain Dukungan Sosial.

3. Kategorisasi

a. Mean Dan Standart Deviasi

Untuk mengetahui tingkat Dukungan Sosialdan Stres Kerja, peneliti melakukan kategorisasi, dimana kategorisasi ini dari tingkat terendah dan tertinggi. Namun sebelum itu, kategorisasi ini membutuhkan nilai mean dan standart deviasi dari variable Dukungan Sosialdan Stres Kerja.

Dapat diketahui bahwa variabel Dukungan Sosialmemiliki nilai standart deviasi 17.156 yang dapat dibulatkan menjadi 17,1 dan nilai mean nya sebesar 106.12 Atau jika dibulatkan menjadi 106. Sedangkan nilai standart deviasi variabel Stres Kerja yakni sebesar 14,746 atau jika dibulatkan maka nilainya yakni 14,7 dengan mean 68,89 jika dibulatkan menjadi besaran nilai mean 68,9.

b. Kategorisasi

Berdasarkan tabel Kategorisasi Dukungan Sosial dan Stres Kerja pada Polisi Wanita yang Sudah Menikah di Polresta Sidoarjo yang berjumlah 98 Anggota Polwan. Pada variabel Dukungan Sosialterdapat 36 subjek (36,8%) menyatakan tinggi, 30 subjek (30,6%) menyatakan sedang, 21 subjek (21,4%) menyatakan rendah, dan 11 subjek (11,2%) menyatakan sangat rendah. sedangkan pada variabel Dukungan Sosial diketahui bahwa 4 subjek (4,1%) memiliki tingkat stress kerja sangat tinggi, 30 subjek (30,6%) memiliki tingkat stress kerja tinggi, 34 subjek (34,7%) memiliki tingkat stress kerja sedang, 20 subjek (20,4%) memiliki tingkat stress kerja rendah, dan 10 subjek (10,2%) memiliki tingkat stress kerja sangat rendah.

B. Pembahasan

Hasil analisa data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS dengan teknik korelasi product moment. Uji korelasi menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima, dengan koefisien korelasi yaitu -,428dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Hasil dari penelitian ini mendukung hipotesis penelitian yaitu terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial dengan stress kerja pada Polisi wanita yang sudah menikah di Polresta sidoarjo. Artinya semakin tinggi dukungan sosial pada Polisi wanita yang sudah menikah di Polresta Sidoarjo, maka semakin rendah stres kerja yang dirasakan polisi wanita tersebut. Begitupun sebaliknya, semakin kecil dukungan sosial pada Polisi wanita yang sudah menikah di Polresta Sidoarjo, maka semakin tinggi stres kerja pada polisi wanita tersebut. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Setyaningrum [13] menunjukkan bahwa terdapat pengaruh dukungan sosial sebesar 23,1% terhadap stress kerja, sedangkan 76,9% berasal dari variabel lain yang tidak diteliti. Hal ini menyatakan bahwa dukungan sosialberpengaruh terhadap stres kerja.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa stres kerja pada Polisi Wanita yang sudah menikah di Polresta Sidoarjo dari kategori sedang ke sangat tinggi sekitar 69,4%. Hal ini berarti di Polresta Sidoarjo masih ada Polisi wanita yang memiliki stres kerja dikarenakan tuntutan tugas yang banyak, Tingginya beban kerja dan jam kerja yang tidak menentu pada anggota Polisi wanita yang sudah menikah di Polresta Sidoarjo.

Dukungan sosial adalah kenyamanan fisik dan psikologis yang diberikan oleh teman maupun anggota keluarga. Pada hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kategorisasi dukungan social pada Polisi Wanita yang sudah menikah Di Polresta Sidoarjo, sejumlah 36,8% (36 orang) memiliki dukungan sosial tinggi, dan 11,2% (11 orang) memiliki dikungan sosial sangat rendah. Pada hasil uji koefisien determinasi terlihat bahwa 0,175 (Adjusted R Square) diperoleh variable dukungan sosial memberikan sumbangan efektif sebesar 17,5% terhadap variabel stress kerja dan 82,5% dipengaruhi variabel-variabel lain.

Keterbatasan pada penelitian ini yaitu hanya menggunakan metode penelitian kuantitatif korelasional saja serta dari segi subyek kurang banyak dimana subyek hanya dibawah 100 dan penelitian hanya di lakukan di satu tempat saja yaitu hanya di Polresta Sidoarjo, sehingga hasil sumbangan efektif yang diterima hanya 17,5%, kurangnya subyek mengakibatkan hasil yang di capai dari penelitian belum bisa maksimal.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan peneliti diatas dapat diketahui bahwa “terdapat hubungan negatif mengenai dukungan sosial dengan stres kerja pada Polisi Wanita yang sudah menikah di Polresta Sidoarjo, dengan koefisien korelasi (rxy) -,428serta nilai signifikansi 0,000 < 0,05. Oleh karena itu, semakin tinggi Dukungan Sosial, maka semakin rendah Stres Kerja pada Polisi Wanita yang Sudah Menikah. Sebaliknya semakin rendah Dukungan Sosial,maka semakin tinggi pula Stres Kerja pada Polisi Wanita yang Sudah Menikah. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa dari hasil uji koefisien determinasi Adjusted R Squarenya sebesar 0,175 yang artinya variabel Dukungan Sosialmemiliki besaran pengaruh 17,5 % pada Stres Kerja dan 82,5% dipengaruhi oleh variabel - variabel lain.

References

  1. J. Abdillah, “Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan stres Kerja Anggota Polri pada Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda X,” J. Psikol. sunan kalijaga yogyakarta, pp. 1–23, 2017.
  2. D. Markuwati, P. Rahardjo, and R. Setyawati, “Konflik Peran Ganda Stres Kerja pada Anggota Polisi Wanita (polwan),” Univ. Muhammadiyah Purwokerto, pp. 74–85, 2015, doi: 10.1109/ICDCS.2014.68.
  3. U. Almasitoh, “Stres Kerja ditinjau dari Konflik Peran Ganda dan Dukungan Sosial pada Perawat,” PsikoislamikaJurnal Psikol. dan Psikol. Islam, p. 8.1, 2011.
  4. “Undang-undang Republik Indonesia No 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia,” vol. 8, no. 1, pp. 698–703, 2002, doi: 10.1155/2013/704806.
  5. Suparningsih, “Hubungan stres Kerja dan Kebisingan terhadap Tekanan Darah Pada Pekerja bagian Produksi PT. Makassar Tene,” Dr. Diss. Univ. Hasanuddin, vol. 52, no. 1, pp. 1–5, 2019.
  6. B. S. Putri, “Hubungan Konflik Peran Ganda dengan Stres Kerja Pada Anggota Kepolisian Wanita,” Dr. Diss. Univ. Muhammadiyah Malang, 2017.
  7. Rudi, “Hubungan antara Dukungan Sosial Suami Dengan Stres Kerja Pada Wanita Berperan Ganda,” 2013.
  8. Sugiyono, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2015.
  9. Byrne & Baron, Psikologi sosial (10th ed). Jakarta: Erlangga, 2005.
  10. Jumaitina, “Hubungan Dukungan Sosial Keluarga dan Penyesuaian Diri dengan Penerimaan Diri Pada Narapidana Remaja di Lapas Pekanbaru,” Diss. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2017, pp. 1–9, 2017.
  11. Robbins, “Pengertian Stres Kerja,” vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2006.
  12. M. Umamit, “Hubungan Stres Kerja dengan Keterlibatan Kerja Pada Karyawan,” Dr. Diss. Univ. Muhammadiyah Malang, 2016.
  13. Setyaningrum, “Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Stres Kerja pada Tenaga Kesehatan Non Keperawatan di RS Ortopedi Prof DR. R Soeharso Surakarta,” Dr. Diss. Univ. Muhammadiyah Surakarta, no. c, pp. 1–43, 2014.