Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v17i.634

Application of the Tabarak Method in Learning Maharah Istima' at Level 7 during the Covid-19 Pandemic in Sidoarjo Regency


Penerapan Metode Tabarak dalam Pembelajaran Maharah Istima’ Di Level 7 pada Masa Pandemi Covid-19 di Kabupaten Sidoarjo

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Tabarak Method Maharah Istima’ Covid-19

Abstract

This article aims to determine the application of the Tabarak method in learning maharah istima' at level 7 during the Covid-19 pandemic at the Markaz al-Firdaus International Foundation in Sidoarjo Temple. This research uses a case study approach in which data is obtained from a detailed study of a single background, single subject, or particular event. The results showed that the implementation of the Tabarak method in learning maharah istima' at level 7 during the Covid-19 pandemic at the Markaz al-Firdaus International Foundation in Sidoarjo Temple continued using Zoom, WA and Google Form media.

Pendahuluan

Dalam pembelajaran bahasa Arab sudah tidak asing lagi dengan ke empat keterampilan yakni, keterampilan menyimak(maharah al-istima’), keterampilan berbicara (maharah al-kalam), keterampilan membaca (maharah al-qiro’ah), dan keterampilan menulis (maharah al-kitabah). Dari keempat keterampilan hal yang paling mendasar yaitu keterampilan mendengar (maharah al-istima’). Dengan memiliki kemampuan menyimak yang baik maka seseorang bisa memahami inti dari perkataan lawan bicara secara terperinci.[1]

Keterampilan menyimak (maharah al-istima’) juga disebut dengan kemampuan seseorang dalam memahami dan mencerna kata atau kalimat yang diujarkan oleh lawan bicara atau media tertentu. Para ahli linguistik mengartikan bahwa menyimak adalah suatu kegiatan yang menuntut adanya perhatian dan kesengajaan dalam mendengarkan sesuatu.[2] Menyimak merupakan salah satu keterampilan yang reseptif, keterampilan yang harus dikuasai terlebih dahulu oleh pelajar. Dalam pembelajarannya, keterampilan menyimak (maharah istima’) memiliki beberapa fase: Pertama, fase pengenalan, yaitu fase untuk mengenalkan bunyi-bunyi arab baik yang tunggal maupun yang sudah disambungkan dengan huruf-huruf lain atau yang sudah menjadi sebuah kata. Kedua, fase pemahaman permulaan, yaitu fase memahami pembicaraan tanpa merespon dengan lisan tetapi dengan tindakan. Ketiga, fase pemahaman pertengahan, yaitu fase yang mana pelajar di berikan pertanyaan-pertanyaan secara lisan maupun tulisan. Keempat, fase pemahaman lanjutan, yaitu fase yang melatih para pelajar untuk mendengarkan beberapa berita dari radio atau TV kemudian pelajar membuat catatan mengenai fakta-fakta tentang berita yang didengarnya.[3] Namun, sampai saat ini menyimak masih menjadi keterampilan yang agak diabaikan dan masih belum mendapatkan tempat yang sewajarnya dalam pengajaran bahasa. Masih sangat kurang materi seperti halnya buku teks atau rekaman yang dapat menunjang tugas dalam pembelajaran menyimak untuk digunakan di Indonesia.

Dalam pembelajaran bahasa Arab sendiri ditemukan beberapa problematika, yang pertama aspek linguistik dan kedua aspek non linguistik. Dari aspek linguistik sendiri terdapat beberapa problematika, yaitu: Tata bunyi, kosa kata, tata kalimat, dan tulisan. Dari aspek non linguistik juga terdapat beberapa problematika, yaitu: Faktor sosio-kultural, faktor buku ajar, dan faktor lingkungan sosial. Adanya problematika yang ada mengharuskan para pendidik untuk lebih tepat dalam memilih metode yang dibutuhkan oleh murid. Jika pembelajaran berlangsung tanpa adanya metode yang tidak memenuhi kebutuhan belajar mengajar akan sangat sulit dalam mencapai tujuan pembelajaran yang efektif, oleh sebab itu dalam pembelajaran harus disertai dengan metode yang memenuhi kebutuhan guru maupun siswa.

Dari banyaknya problematika yang ada dibutuhkan metode yang efektif dan efisien untuk menyikapinya. Metode pembelajaran menjadi sebuah pedoman yang dapat menentukan kemana kegiatan pembelajaran akan dibawa sesuai dengan pembelajaran.[4] Salah satu metode pembelajaran yang akan dibahas oleh peneliti disini ialah metode Tabarak. Metode Tabarak dalam penerapannya menggunakan media yang beragam yaitu perangkat keras dan perangkat lunak. Perangkat keras seperti seperangkat proyektor, alat permainan anak, kartu huruf dan permainan bola, sedangkan perangkat lunak yang ada seperti CD murotthal al-Qur’an syaikh Kamel El-Laboody selaku penemu metode Tabarak dan CD murotthal para syaikh. Dalam penerapannya juga, metode Tabarak sering digunakan sebagai pembelajaran menghafal bagi anak dan balita. Dalam pembelajaran metode Tabarak ini lebih menonjolkan keterampilan mendengar (maharah Istima’), meskipun dalam ketiga maharah yang ada (maharah Kalam, maharah Qiro’ah, maharah Kitabah) juga dipelajari.[5]

Namun, dari tahun 2020 hingga sekarang merupakan tahun yang berat bagi seluruh elemen masyarakat. Mengapa demikian? Ya, pada tahun-tahun ini dunia sedang dilanda dengan wabah pandemi Covid-19, begitu juga dengan Indonesia. Wabah ini melumpuhkan segala sektor masyarakat, dari Bidang Ekonomi, Bidang Sosial hingga Bidang Pendidikan. Segala hal yang terjadi dilapangan mengakibatkan pemerintah mengambil keputusan tegas dalam sektor pendidikan yaitu dengan menciptakan kebijakan dengan PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh) dari segala tingkat pendidikan seperti PAUD, TK, SD, SMP, SMA dan Universitas. Begitu juga dengan Yayasan Markaz al-Firdaus yang mengharuskan para murid untuk belajar dari rumah. Pembelajaran daring di Yayasan Markaz al- Firdaus dimulai sejak akhir bulan Maret 2020. Dalam pembelajaran di markaz al-Firdaus terdapat beberapa pelajaran tambahan yang dalam penerapannya menggunakan metode Tabarak. Penerapan metode Tabarak dalam pembelajaran Maharah Istima’ pada masa pandemi COVID-19 di Yayasan Markaz al-Firdaus memanfaatkan beberapa aplikasi online seperti Zoom, WA, dan Google Form. Peneliti memilih penelitian ini guna melakukan penelitian yang lebih mendalam mengenai metode Tabarak yang seyogyanya merupakan metode menghafal al-Qur’an namun digunakan untuk pemebelajaran Tambahan di pelajaran bahasa Arab khususnya dalam pembelajaran maharah istima’.

Metode Penelitian

Sedangkan dalam pendekatan penelitian, peneliti menggunakan pendekatan studi kasus. Studi adalah kajian yang rinci tentang satu latar, subyek tunggal, atau suatu peristiwa tertentu. Subyek penelitian ini adalah pengajar level 7 dan santri level 7 Markaz al-Firdaus. Penelitian akan dilakukan secara daring karna mengingat masih belum ada kegiatan pembelajaran tatap muka selama pandemi COVID-19. Peneliti memilih level 7 dalam penelitian ini karna level 7 merupakan level akhir dan telah banyak mendengar kosa kata bahasa Arab dari hafalan yang telah mereka miliki. Dalam pengumpulan data , peneliti menggunakan beberapa teknik, diantaranya adalah Teknik Wawancara dan Teknik Dokumentasi. [6]

Hasil dan Pembahasan

Setelah memaparkan data yang telah diperoleh oleh peneliti maka tindakan selanjutnya yaitu dengan mendiskusikan analisis antara yang terjadi di lapangan dengan teori yang ada sebagaimana telah diuraikan di bab 2 dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif secara terperinci.

1. Pembelajaran Maharah Istima’ di Yayasan Markaz al-Firdaus Internasional pada masa pademi Covid-19

Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa dunia kini telah dilanda suatu wabah yaitu COVID-19 atau Corona Virus Disease2019. Wabah ini pertama kali ditemukan di Wuhan, China pada akhir tahun 2019. Adanya pandemi Covid ini menyebabkan banyak kebijakan-kebijakan baru dari setiap sektor masyarakat. Hal ini bertujuan agar dapat memutus rantai penyebaran Virus Covid-19 karena sangat sulit untuk mengetahui gejala yg disebabkan oleh virus ini sebab masa inkubasi virus ini selama hampir 14 hari. Akibat dari semakin meluasnya penyebaran Covid-19 diberbagai negara dan tidak terkecuali di Indonesia, menjadikan pemerintah membuat kebijakan baru yaitu dengan me-lockdown seluruh layanan publik. Dari sektor pendidikan, ekonomi dan lainnya juga terkena dampak virus Covid-19. Dari sektor pendidikan misalnya membuat Kemendikdub membuat kebijakan baru yaitu dengan menciptakan Pembelajaran Jarak Jauh atau PJJ. Hal ini bertujuan agar para siswa tetap bisa melangsungkan pembelajaran walaupun dari rumah. Adanya kebijakan PJJ ini berlaku untuk semua institut pendidikan, dari jenjang TK hingga Universitas. Begitu juga dengan Yayasan Markaz al-Firdaus yang melakukan PJJ selama masa pandemi Covid-19 ini.

Yayasan Markaz al-Firdaus dalam memberlangsungkan kegiatan belajar mengajar yaitu dengan menggunakan Pembelajaran Jarak Jauh atau pembelajaran Daring sejak akhir bulan Maret 2020. Pembelajaran Jarak Jauh ini diberlakukan sesuai dengan anjuran dari pemerintah yang mengharuskan memberhentikan pembelajaran secara tatap muka guna memutus rantai penyebaran virus Covid-19. Adapun model pembelajaran yang diggunakan di Yayasan Markaz al-Firdaus yaitu dengan menggunakan aplikasi ZOOM, WA dan Google Form.

Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar merupakan sebuah proses yang telah dirancang sedemikian rupa guna tercapainya sebuah tujuan dalam kegiatan belajar mengajar. RPS atau Rencana Pembelajaran Semester dibuat secara terperinci agar dapat memenuhi tujuan yang diinginkan. Hampir semua institusi pendidikan memiliki rencana pembelajaran masing masing, begitu juga dengan Yayasan Markaz al-Firdaus yang telah memiliki RPS dalam melaksanakan kegiata belajar mengajar. RPS yang dibuat oleh para ustadzah di Markaz al-Firdaus pada masa pandemi lebih ringkas. Pelaksanaan pembelajaran tambahan di Markaz al-Firdaus pada masa pandemi sama seperti jadwal sebelum masa pandemi. Yang menjadikan pembeda ialah media yang digunakan. Untuk tahapan-tahapan pembelajaran tidak ada yang berbeda dari sebelumnya yaitu Pertama, Ustadzah akan mengkondisikan suasana kelas online agar kondusif dan mengarahkan kepada para murid agar tenang karena pembelajaran akan segera dimulai. Kedua, Ustadzah akan mengawali pembelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar para murid. Ketiga, Ustadzah akan menanyakan materi apa yang telah mereka pelajari di pertemuan sebelumnya, hal ini dilakukan guna mengevaluasi tentang pemahaman para murid. Keempat, Ustadzah akan menjelaskan materi yang akan mereka pelajari hari ini. Memperkenalkan mufrodhat baru dengan cara mentalqinkan dan memutar video tentang materi baru tersebut. Kelima, Ustadzah akan mengarahkan anak-anak untuk melantunkan materi atau mufrodhat yang hari ini mereka dapatkan secara bersama-sama, kemudian ustadzah akan meng-share screen materi hari itu yang mana didalamnaya sudah terdapat arti dari mufrodhat yang baru mereka hafal. Keenam, pada tahap terakhir ini ustadzah akan menyuruh satu persatu dari para murid untuk melantunkan mufrodhat yang telah mereka dapatkan hari itu, kemudian ustadzah akan mengakhiri kelas pada hari itu dengan memberikan tugas melalui WA dan google form. Hal ini bertujuan untuk mengukur seberapa faham mereka dengan materi yang telah disampaikan.

Amirah Abdurrahman Asy-Syunthy dalam tesisnya menyebutkan perbedaan antara mendengar (sima’), menyimak (istima’) dan meyimak dengan fokus dan serius (inshot):

  1. Mendengarkan : Menerima suara secara tidak sengaja dan ada maksud untuk memahami dan menganalisis suara tersebut. Contoh : Mendengar suara kicau burung.
  2. Menyimak : Menerima suara degan sengaja dan ada maksud untuk memahami da menganalisis suara tersebut. Contoh : menyimak khutbah di masjid
  3. Inshot : Lebih tinggi derajatnya dari menyimak dan mengharuskan adanya pemahaman, perhatian serta analisis dalam melakukannya. Contoh : QS. Al-A’rof : 204 yang memiliki arti “Dan apabila dibacakan al-Qur’an maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat” [7]

Tahap pembelajaran bahasa Arab khususnya Maharah Istima’ di Markaz al-Firdaus sama dengan tahapan menghafal al-Qur’an dengan metode Tabarak karna seyogyanya dalam pembelajaran bahasa Arab ini khususnya dalam meningkatkan Maharah Istima’ mengadopsi langsung dari metode menghafal al-qur’an yaitu dengan metode Tabarak. Tahapan-tahapan menghafal dalam metode Tabarak yaitu: 1) Menyediakan tempat yang cocok yaitu tempat yang tenang dan nyaman. Kemudian guru mengkondisikan suasana kelas agar kondusif. 2) Muroja’ah atau mengulang. Pada tahapan ini ustadzah dan murid-murid mengulangi materi yang telah diajarkan. 3) Mendengarkan Talqin. Dalam menghafal al-Qur’anak-anak akan mendengar talqin dari syaikh Kameel el-Laboody. 4) Mendengarkan kembali materi menghafal hari itu dengan rekaman syaikh Hushari. 5) Melantunkan secara bersama-sama hafalan pada hari itu.

Untuk pembelajaran Bahasa Arab di Markaz al-Firdaus Candi, Sidoarjo menggunakan buku Durusshulughoh jilid 1. Didalam buku tersebut membahas tentang mufrodhat yang sering kita temui dan bagaimana cara penggunaannyaketika mufrodhat tersebut mudzakkar dan muannats. Dalam penyampaian materi pembelajaran pada masa pandemi ini Markaz al- Firdaus menggunakan aplikasi Zoom, WA dan Google Form. Untuk penilaian maka ustadzah pengajar memberikan tugas kepada setiap murid. Perlu diingat kembali bahwa pembelajaran bahasa Arab di Markaz al-Firdaus bukan salah satu tolak ukur murid naik ke level selanjutnya tetapi pembelajaran bahasa Arab disini guna memperkenalkan sedini mungkin kepada para murid bahasa Al-Qur’an yang telah mereka hafal. Penilaianyang dilakukan oleh ustadzah didapat dari tugas-tugas yang mereka kumpulkan, kreativitas dan kelancaran mereka ketika mengirimkan video menghafal mufrodhat.

Nuril Mufidah berpendapat mengenai beberapa tujua maharah Istima’, yaitu:

  1. Menyimak kalimat bahasa Arab tanpa mendalami bahasa
  2. Mendengar kosa kata bahasa arab (mufrodat) dan dapat membedakan sesuai dengan koteks percakapan sehari-hari
  3. Dapat memahai perubahan makna kata sesuai dengan perubahan bentuk kata
  4. Dapat memahami penggunaan mudzakkar dan muannats, kata kerja (fi’il madhi, mudhori’, amr), dan waktu
  5. Dapat memahami penggunaan bentuk kata (sighat) dalam bahasa Arab untuk disusun kembali mejadi sebuah kalimat [8]

Menurut Indah Dwi Risniyanti Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) merupakan suatu penerapan atau upaya dalam membantu siswa untuk mencapai hasil belajar sebagaimana yang diharapkan yang diselenggaran melalui jejaring web. Oleh karena itu, sekalipun dalam dunia pendidikan untuk saat ini telah meniadakan pembelajaran tatap muka diharapkan dengan adanya pembelajaran daring ini dapat membantu berjalannya pembelajaran bagi para murid walaupun dari rumah mereka masing-masing. [9]

2. Faktor Pendukung Pembelajaran Maharah Istima’ di Markaz al-Firdaus pada Masa Pandemi Covid-19

Adapun faktor pendukung dalam pembelajaran bahasa Arab khususnya maharah Istima’ di Markaz al-Firdaus ialah:

  1. Para Murid lebih leluasa mengerjakan tugas. Salah satu faktor pendukung dalam pembelajaran daring ini adalah lebih leluasanya murid-murid dalam mengerjakan tugas. Pengerjaan tugas yang dikerjakandirumah dapat dibantu orang tua dalam mengerjakannya. Anak-anak bisa belajar bersama orang tua mereka kapanpun mereka mau dan orang tua memiliki waktu lebih banyak bersama anak-anak mereka.
  2. Lebih banyak waktu dalam mengerjakan tugas. Ustadzah memberikan lebih banyak waktu dalam mengumpulkan tugas. Hal ini berlaku hingga pertemuan yang akan datang sehingga para murid memiliki lebih banyak waktu dalam mmahami materi yang telah disampaikan.
  3. Tugas lebih bervariasi. Hampir seluruh murid setuju dengan adanya pembelajaran daring ini membuat tugas-tugas yang diberikan lebih bervariasi seperti membuat rekaman video ketika menghafalkan mufrodhat, mengisi google form dan mengirim foto materi yang sudah ditulis. Adanya tugas yang bervariasi ini membuat para murid lebih bersemangat dalam mengerjakan tugas. [10]

3. Faktor Penghambat Pembelajaran Maharah Istima’ di Markaz al-Firdaus pada Masa Pandemi Covid-19

Berikut beberapa faktor penghambat pembelajaran daring bahasa Arab khususnya pada maharah Istima’ ialah:

  1. Tidak Hadir di Kelas. Absennya murid dalam pembelajaran dapatmenghambat pemahaman materi yang telah disampaikan. Meskipun murid dapat mengulang materi yang telah di share oleh ustadzah melalui WA namun akan lebih baik jika murid dapat mendengarkan langsung penjelasan dari ustadzah.
  2. Perhatian Murid. Ketika pembelajaran tatap muka dan perhatian murid sudah mulai teralihkan maka ustadzah dapat menegur murid secara langsung namun ketika pembelajaran secara daring untuk menegur murid yang perhatiannya mulai teralihkan maka ustadzah akan mengalami sedikit kesulitan karna ustadzah tidak tahu apa yang membuat perhatian mereka teralihkan.
  3. Media Pembelajaran. Kegiatan belajar mengajar akan dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh media pembelajaran yang baik apalagi pada masa pembelajaran daring yang saat ini hampir dilasanakan oleh seluruh instansi pendidikan. Dalam pembelajaran daring saat ini, media pembelajaran yang baik harus dimiliki oleh kedua belah pihak antara pihak sekolah dan murid. Namun, keadaan dilapangan membuktikan bahwa masih ada murid yang memiliki kendala dalam memiliki media pmbelajaran yang memadai. Hal ini dapat menghambat kegiatan belajar mengajar yang sedang berlangsung.
  4. Kekuatan Sinyal. Dalam pembelajaran Daring kekuatan sinyal sangatlah diperlukan karna sinyal merupakan komponen penting dalam menunjang keberlangsungan kegitan belajar mengajar. Namu, tidak jarang ditengah-tengah guru menjelaskan mengenai materi pelajaran tiba-tiba sinyal hilang dan mengganggu keberlangsungan pembelajaran.
  5. Jumlah Pertemuan. Mininmnya jumlah pertemuan karna keterbatasan waktu juga menjadi salah satu kendala dalam tercapainya tujuan pembelajaran. Jika jumlah pertemuan lebih banyak lagi maka akan lebih baik bagi murid karna materi yang disampaikan akan dapat difahami lebih baik lagi dan akan bertahan lama dalam ingatan mereka.

4. Solusi dari Faktor Penghambat Penerapan Metode Tabarak dalam Pembelajaran Maharah Istima’ di Markaz al-Firdaus pada Masa Pandemi Covid-19.

  1. Faktor Internal: Ketidak hadiran murid melebihi 2 kali dalam pembelajaran dapat diberikan tindakan teguran oleh guru.
  1. Faktor Eksternal: Kurang memadainya media pembelajaran yang dimiliki oleh murid dapat diatasi dengan menghadirkan mrid tersebut kesekolah dan mengikuti pembelajaran seperti yang lainnya.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa penerapan metode Tabarak dalam pembelajaran Maharah Istima’ pada masa pandemi COVID-19 di Yayasan Markaz al-Firdaus memanfaatkan beberapa aplikasi online seperti Zoom, WA, dan Google Form. Pada pelaksanaannya para ustadzah akan memulai pembelajaran dengan menggunakan Zoom untuk mengumpulkan para santri dalam satu forum agara dapat mengikuti pembelajaran yang akan berlangsung.

Faktor pendukung dalam penerapan metode Tabarak dalam pembelajaran Maharah Istima’ pada masa pandemic COVID-19 di Yayasan Markaz al-Firdaus ialah: lebih leluasanya murid dalam mengerjakan tugas karna mereka mengerjakan tugas di rumah mereka masing-masing, lebih banyak waktu dalam mengerjakan tugas karna dengan mengerjakan tugas dari rumah maka para santri akan dapat memutar kembali penjelasan ustadzah melalui video yang telah dibagikan.

References

  1. Jauhari, Qomi Akid, Pembelajaran Maharah Istima’ di Jurusan PBA UIN Maulana Malik Ibrahim, Jurnal Tarbiyah Vol.3 No.1 (Januari-Juli) 2018.
  2. Hermawan, Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011.
  3. Asyrofi, Syamsuddin dan Toni Pransiska, Desain Pembelajaran Bahasa arab, Yogyakarta: CV. Pustaka Ilmu Group, 2012
  4. Wiyani, Novan Ardy dan Barnawi, Ilmu Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2012.
  5. Masyhud, Fatin dan Ida Husnurrahmawati, Rahasia Sukses 3 Hafidz Cilik Mengguncang Dunia. Jakarta Timur: Dzikrul Hakim. 2019.
  6. Musfiqon, Metode Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Prestasi Pustaka, 2016.
  7. أميرة عبد الرحمن الشنطي, أثر استخدام النشاط التمثيلى لتنمية بعض مهارات الاستماع في اللغة العربية لد تلميذات الصف الرابع الأساسى بغزة,جامعة الأزهر - 2019
  8. Mufidah, Nuril dkk, ITC Arabic Learning a Blended Learning Istima’ II, Lisanuna, 2018
  9. Tafonao, Talizaro, PERANAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MAHASISWA, Jurnal Komunikasi Pendidikan, 2, 103 http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/komdik/article/download/113/101
  10. Talibo, Ishak Wanto, TIPE-TIPE BELAJAR DALAM PROSES PEMBELAJARAN, 5, 2018. http://journal.iain- manado.ac.id/index.php/JII/article/download/612/51