Abstract

The purpose of analyze the correlation between self-confidence with science learning outcomes for third grade students at SD Negeri 190 Gresik. This research is motivated by several obstacles faced in the science learning process, namely the majority of students have problems in the learning process, namely a lack of self-confidence. Lack of confidence in science subjects like this will have an impact on the success of students in achieving the desired learning outcomes. This type of research is correlation research. The data collection techniqu used is a self-confidence questionnaire towards science learning. The result of the study indicate thet there is a relantionship between self-confidence towards third grade students science learning outcomes at SD Negeri 190 Gresik with a fairly strong relationship.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan bagian terpenting dan tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan memiliki dampak positif pada kehidupan manusia dan tingkat pencapaian pendidikan membantu indiividu untuk mendapatkan rasa hormat dan pengakuan [1]. Pendidikan adalah suatu sistem yang terbangun dari beberapa komponen, antara lain pendidik, peserta didik, tujuan pendidikan, lingkungan pendidikan, serta alat pendidikan. Seluruh komponen yang membangun sistem pendidikan, saling berkaitan dan saling menentukan antara satu dengan yang lainnya. Dari setiap komponen tersebut memiliki fungsi masing-masing dalam hal mencapai tujuan pendidikan dan aktivitas pendidikan akan terwujud dengan efektif dan efisien apabila didukung oleh komponen-komponen tersebut [2].

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting untuk setiap manusia dengan tujuan untuk menyempurnakan diri manusia secara terus-menerus. Pendidikan tidak hanya sebagai proses mentransfer ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh guru kepada peserta didik namun juga membentuk pribadi yang baik kepada pesera didik. Pendidikan diterapkan melalui proses pembelajaran yang mempunyai tujuan yaitu untuk mengembangkan potensi pada diri manusia secara optimal meliputi aspek pengetahuan, sikap, maupun keterampilan.

Kegiatan pembelajaran adalah komponen pendidikn yang melibatkan antara pendidik dan peserta didik. Proses pembelajaran yang diterapkan disekolah perlu dirancang dengan baik agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik. Kurikulum yang merupakan perangkat perencanaan proses pembelajaran merupakan acuan dalam proses pembelajaran. Kurikulum adalah penjabaran materi yang disajikan dalam pembelajaran, kurikulum juga merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan serta sebagai pedoman dalam pelaksanaan ,kegiatan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan [3].

Mayoritas sekolah di Indonesia menerapkan kurikulum 2013 yang berbasis pada pembelajaran tematik. Kurikulum SD/MI menggunakan pendekatan pembelajaran tematik dari kelas 1 sampai kelas 6. Setara dengan tahap perkembangan belajar peserta didik usia SD terkait konsep belajar, cara belajar, serta pembelajaran yang bermakna, menerapkan pembelajaran bagi anak SD/MI lebih tepat menggunakan model pembelajaran tematik [4].

Pembelajaran tematik mempunyai implikasi terkait menciptakan suasana belajar dan pembelajaran dimana peserta didik mempelajari beberapa mata pelajaran dalam satu tema yang saling berkaitan sehingga akan membuat konsep pada pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi peserta didik [5]. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang bermakna kepada peserta didik [6]. Jadi, pembelajaran tematik merupakan suatu materi dari beberapa mata pelajaran yang diintegrasikan menjadi satu tema yang saling berkaitan satu dengan lainnya sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Dengan menerapkan pembelajaran tematik akan membentuk kompetensi peserta didik, dalam pembelajaran tematik ditekankan pada penerapan konsep belajar sambil melakukan kegiatan (learning by doing). Sehingga, guru perlu merancang pengalaman belajar yang akan mempengaruhi kebermaknaan belajar peserta didik. Dengan harapan agar pembelajaran yang berlangsung menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student center).

Belajar merupakan proses tahapan perubahan seluruh tingkah laku peserta didik yang relatif menetap sebagai hasil interaksi dan pengalaman terhadap lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Belajar dan mengajar adalah dua konsep yang tidak dapat terpisahkan antara satu dengan yang lainnya. Dua konsep ini menjadi terpadu dalam satu kegiatan dimana terjadi hubungan timbal balik antara peserta didik dan pendidik, serta peserta didik dengan peserta didik pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang bermakna perlu adanya kerja sama dari berbagai kalangan yang mendukung terjadinya kegiatan belajar mengajar, yakni lingkungan tripusat pendidikan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar.

Hasil belajar merupakan wujud dari usaha belajar yang akan dicapai peserta didik yang berupa pengetahuan dan meningkatkan tingkah laku dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotor yang dicapai melalui kegiatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga, setiap sekolah yang melaksanakan pendidikan wajib mempunyai komponen belajar yang baik. Melalui fasilitas yang lengkap sehingga akan mempercepat, mempermudah, dan memperdalam pengertian peserta didik dalam menerima proses pembelajaran [7].

Hasil belajar peserta didik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berpusat pada peserta didik yang terdiri dari kecerdasan, motivasi belajar, perhatian, kebiasaan belajar, ketekunan, sikap, serta kesehatan dan kondisi fisik. Sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang bersumber dari luar peserta didik yang meliputi lingkungan kleuarga, sekolah, dan masyarakat.

Dalam hal kondisi pembelajaran, Sembilan peristiwa dalam mengajar yang merupakan serangkaian kegiatan eksternal mengajar yang mendukung kegiatan proses pembelajaran internal. Teori mengajar memperkenalkan tiga komponen utama yaitu kategori belajar (domain), kondisi pembelajaran, dan peristiwa dalam mengajar. Supaya dapat mewujudkan kegiatan pembelajaran yang efisien dan efektif, kegiatan belajar mengajar harus ditujukan untuk memengaruhi proses pembelajaran internal. mengajar merupakan serangkaian peristiwa eksternal yang secara senagja atau sadar dirancanag untuk mendukung kegiatan belajar mengajar internal. Oleh sebab itu, untuk mengikat teori mengajar secara bersamaan, ia merumuskan sembilan peristiwa mengajar yang dibutuhkann untuk seluruh kegiatan pembelajaran dan hasil pembelajaran dimana peristiwa ini diartikan untuk meningkatkan transfer pengetahuan ataupun informassi dari pendapat melalui berbagai tahapan ingatan atau proses kognitif yang berlangsung di otak.

Seperti dinyatakan sebelumnya, proses internal tersebut dapat dipengaruhi oleh peristiwa eksternal yang memungkinkan pembelajaran terjadi. Contoh, persepsi selektif dapat mempengaruhi oleh pengaturan tertentu dari bahan ajar misalnya dengan sebuah teknik sederhana seperti menggarisbawahi atau menyoroti suatu blok teks yang anda ingin peserta didik fokus pelajarai. Dibawah ini merupakan daftar urutan peristiwa kegiatan pembelajaran: 1) Mendapatkan perhatian, 2) Menginformasikan tujuan kegiatan pembelajaran kepada peserta didik, 3) Rangsangan mengingat kembali sebelum belajar, 4) Menyajikan materi, 5) Memberikan bimbingan belajar, 6) Memunculkan kinerja, 7) Memberikan umpan balik mengenai ketepatan kinerja, 8) Menilai kinerja, 9) Meningkatkan retensi dan transfer [8]

Perlu diingat bahwa masing-masing peristiwa tidak dapat diberikan untuk setiap pembelajaran, kadang-kadang satu atau lebih peristiwa mungkin sudah jelas bagi peserta didik dan mungkin tidak diperlukan. Demikian juga, satu atau lebih peristiwa dapat disediakan oleh peserrta didik sendiri, terutama yang telah berpengalaman. Peserta didik yang usianya lebih tua, lebih berpengalaman, dapat memberikan banyak peristiwa belajar untuk mereka sendiri, sedangkan untuk peserta didik yang lebih muda pendidikan akan menyediakan sebagian besar peristiwa belajar untuk mereka.

Salah satu faktor internal yang mempengaruhi hasil belajar peserta didik yaitu sikap. sikap adalah suatu kecenderungan untuk menghindar atau mendekat, positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu pribadi, situasi, ide, konsep, dan sebagainya [9].

Sikap peserta didik yang positif, terutama kepada pendidik dan mata pelajaran yang disuguhkan adalah pertanda awal yang baik bagi kegiatan pembelajaran. Dalam mengantisipasi munculnya sikap negatif peserta didik, pendidik dituntut untuk terlebih dahulu menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri serta terhadap mata pelajaran yang menjadi haknya. Dalam hal bersikap positif terhadap mata pelajarannya, pendidik sangat diwajibkan untuk senantiasa menghargai dan mencintai profesinya.

Pendidik yang demikian tidak hanya menguasai bahan-bahan yang terdapat dalam bidamg studynya melainkan mampu meyakinkan peserta didik akan manfaat bidang studi itu bagi kehidupan mereka. Dengan menyakinkan manfaat bidang studi tertentu, peserta didik akan merasa membutuhkannya dan dari perasaan butuh itulah diharapkan timbul sikap positif terhadap bidang studi tersebut sekaligus terhadap guru yang mengajarkannya. Sehingga sangat penting bagi peserta didik untuk menumbuhkan sikap belajar yang positif agar mendapat hasil belajar yang baik.

Dengan mempunyai sikap percaya diri sehingga bisa tampil dengan penuh keyakinan, semangat, kinerja yang bagus, berkomitmen, berantusias, konsistensi, dan bisa mengarahkan seluruh kompetensi dan potensi serta penampilan secara maksimal. Melalui sikap percaya diri ketika mempunyai kemauan ataupun keinginan terhadap sesuatu hal akan diperjuangkan walaupun didalam dirinya memiliki kelemahan ataupun kekurangan, setiap individu akan tetap optimis serta melangkah menuju hasil yang diinginkan [10].

Seluruh kegiatan tersebut tidak dapat terlaksana jika peserta didik tidak mempunyai keyakinan akan kemampuan yang dimilikinya. Sikap minder, rendah diri, cemas, negative thingking, takut, dan menutup diiri sangat menghambat kemajuan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Supaya kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien, pendidik harus meningkatkan kesempatan belajar bagi peserta didik baik kualitas maupun kuantitas. Pendidik harus menunjukkan keseriusannya saat kegiatan belajar mengaar agar dapat membangkitkan sikap percaya diri peserta didik untuk belajar. Dan pendidik harus mengetahui tentang objek yang akan diimplemmentasikan sehingga dapat mengajarkan materi pembelajaran dengan penuh inovasi dan dinamika. Demikian halnya dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar. Pendidik perlu memahami hakekat pembelajaran IPA.

IPA hakekatnya adalah suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan sekumpulan konsep dan bagian konsep. Sebagai suatu proses, IPA adalah proses yang dipergunakan untuk mempelajari obyek studi, menemukan, dan mengembangkan produk-produk sains, serta sebagai aplikasi teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan bagi kehidupan [11].

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah suatu mata pelajaran yang berisikan ilmu natural atau alami terdiri dari makhluk hidup, manusia, tanaman, hewan, dan hal-hal yang menyangkut perkembangan atau pertumbuhan pada makhluk hidup serta hal yang berkaitan dengan alam.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang meliputi fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja melainkan juga merupakan suatu proses penemuan. IPA adalah ilmu yang bersifat empirik, membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan mata pelajaran IPA tidak hanya verba tetapi juga faktual. Mata pelajaran IPA di Sekolah Dasar diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari dirinya sendiri, alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas III di SD Negeri 190 Gresik, mendapat informasi yaitu terdapat beberapa kendala yang dihadapi dalam proses pembelaajaran IPA yaitu mayoritas peserta didik mempunyai permasalahan dalam proses pembelajaran yaitu kurangnya sikap percaya diri (minder). Guru memberikan penjelasan materi IPA dan pada waktu ditanya apakah sudah paham, semua peserta didik menjawab paham. Namun ketika guru menunjuk peserta didik dalam menjawab suatu pertanyaan, peserta didik hanya diam saja tidak menjawab pertanyaan tersebut. Kurangnya percaya diri terhadap mata pelajaran IPA seperti ini akan berdampak pada keberhasilan peserta didik dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif non eksperimen. Sugiyono berpendapat penelitian kuantitatif adalah suatu karakteristik dari satu variabel yang nilainya digunakan dalam bentuk numerik, menggunakan banyak angka, dimulai dari pengumpulan data, kemudian penafsiran data lalu penampilan hasil dari data tersebut Metode yang dipergunakan adalah metode penelitian korelasi. Sugiyono mengemukakan metode penelitian korelasi dipergunakan untuk menentukan besarnya arah hubungan antar variabel, tanpa melakukan perubahan, tambahan ataupun manipulasi terhadap data yang sudah ada [12].

Berlandaskan teori diatas, sehingga peneliti menggunakan data kuantitatif yang diperoleh dari nilai hasil belajar IPA peserta didik kelas III di SD Negeri 190 Gresik dan skala sikap percaya diri terhadap pembelajaran IPA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara sikap percaya diri dengan hasil belajar IPA siswa kelas III di SD Negeri 190 Gresik

Berdasarkan desain di atas dapat diketahui bahwa penelitian ini adalah penelitian korelasi dua arah (Two Tailed). Karena tujuan dari pengujian dua arah digunakan untuk hipotesis yang belum jelas arah hubungannya apakah positif atau negatif. Lalu arah hubungan yang ditunjukkan yaitu timbal balik atau hubungan resiprokal. Hubungan resiprokal adalah hubungan yang dapat menjadi sebab dan akibat dari variabel lain Artinya ialah hubungan antara variabel sikap percaya diri terhadap pembelajaran IPA dengan hasil belajar dapat mempengaruhi satu sama lain, sehingga tidak dapat ditentukan variabel mana yang menjadi penyebab atau variabel mana yang menjadi akibat.

Populasi dan Teknik Sampling

Peneliti menetapkan populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas III di SD Negeri 190 Gresik, berjumlah 20 peserta didik.Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel. Untuk menentukan sampel yang akan dipergunakan dalam penelitian. Teknik sampling yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan menggunakan sampling jenuh. Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Berdasarkan pemaparan di atas sehingga peneliti menggunakan sampling jenuh karena sampel yang diambil yakni berjumlah 20 peserta didik kelas III di SD Negeri 190 Gresik.

Sumber dan Jenis Data

Sumber data adalah sumber informasi yang dipergunakan peneliti untuk melakukan penelitian. Sumber data dalam penelitian ini yaitu data primer. Data primer merupakan sumber data yang diperoleh secara langsung, sumber data primernya adalah angket sikap percaya diri dan hasil belajar peserta didik. Data adalah faktor yang sangat mempengaruhi jenis atau teknik peneliti yang akan dilaksanakan, dalam penelitian ini data yang dihasilkan merupakan data kuantitatif yaitu data yang berbentu angka. Jenis data dari hasil penelitian ini adalah data rasio, karena pada data rasio, angka-angka paada skala pengukuran menunjukkan besaran sesungguhnya (obyketif)

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang dipergunakan untuk mengukur secara spesifik mengena fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu instrumen angket. Angket adalah kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang tertulis yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang diketahui. Lembaar angket menjadi instrumen utama dalam penelitian yang digunakan untuk mendapat informasi terkait sikap percaya diri peserta didik terhadap pembelajaran IPA.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Di bawah ini teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini menngunakan Angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada respoden untuk dijawabnya. Berdasarkan pernyataan tersebut maka peneliti menggunakan teknik angket sebagai pengumpulan data untuk mengetahui sikap percaya diri terhadap pembelajaran IPA, angket tersebut diberikan kepada peserta didik kelas III di SD Negeri 190 Gresik dengan jumlah responden berjumlah 20 peserta didik.

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang diajukan. Setelah data terkumpul maka dapat dilakukan teknik analisi data, teknik analisis data yang dilaksanakan dalam penelitian adalah di bawah ini :

Teknik Analisis Angket Sikap Percaya Diri

Analisis data angket sikap percaya diri dalam penelitian dilakukan untuk menjawab rumusan masalah tentang “Bagaimana sikap percaya diri siswa kelas III di SD Negeri 190 Gresik” Pernyataan pada angket dinilai menggunakan skala Guttman. Menurut Sugiyono, skala Guttman mempunyai variabel dengan tipe jawaban yang lebih tegas yaitu “Ya dan Tidak”, “Benar dan Salah”, “Pernah dan Tidak Pernah”. . Penilaian ini menggunakan teknik jawaban Ya dan Tidak dengan penilaian jawaban Ya diberi skor 1 dan Tidak diberi skor 0. Jawaban dari responden dapat dibuat skor tertinggi “1” dan skor terendah “0” , untuk alternatif jawaban dalam kuesioner, penyusun menetapkan kategori untuk setiap pernyataan positif yaitu Ya = 1 dan Tidak = 0 sedangkan kategori untuk setiap pernyataan negatif yaitu Ya = 0 dan Tidak = 1. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan skala Guttman dalam bentuk checklist, dengan demikian peneliti akan didapatkan jawaban yang tegas mengenai data yang diperoleh.

Uji Prasayarat Analisis

Supaya memperoleh kesimpulan hasil penelitian yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian, sehingga terlebih dahulu dilakukan uji pasayart yang meliputi:

Uji Normalitas

Tujuannya adalah untuk mengetahui bahwa sebaran data penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menandakan bahwasanya sampel yang diambil berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 24.

Uji Linieritas

Uji Linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel memiliki hubungan yang linear atau tidak. Pengujian linieritas pada penelitian ini menggunakan Tes For Linearity pada SPSS 24 dengan taraf signifikasi 0,05..

Uji Hipotesis

Setelah uji prasayarat analisis (uji normalitas dan uji linier) terpenuhi dan data dinyatakan berdistribusi normal dan linear sehingga langkah selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan untuk menjwab rumusan maslaah tentang “Adakah hubungan antara sikap percaya diri dengan hasil belajar IPA siswa kelas III di SD Negeri 190 Gresik” serta untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotetsis yang dirumuskan yakni “terdaapat hubungan antara sikap percaya diri dengan hasil belajar IPA siswa kelas III di SD Negeri 190 Gresik”

Uji analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi sederhana (Bivariate Person) dengan metode Product Moment Person. Analisis korelasi Bivariate Person digunakan untuk mengetahui keeratan hubungan dua variabel daan untuk mengetahui arah hubungan yang terjadi. Hal ini dilakukan dengang tujuan agar peneliti mengetahui bagaimana hubungan yang terjadi antara variabel X dan variabel Y.

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan bnatun SPSS versi 24. Sedangkan langkah-langkah antara lain : setelah menuliskan variabel dan memasukkan data view dari angket sikap percaya diri terhadap pembelajaran IPA dengan hasil belajar, kemudian pilih menu Analyze-Correlate-pilih Bivariate. Sehingga akan muncul kotak “Bivariate Person” lalu masukkan variabel sikap percaya diri dan hasil belajar pada kotak variabel, kemudian Correlation Coefficients nya pilih Person lalu untuk Test of Significance nya pilih Two-tailed lalu beri tanda (√) pada Flag significant correlations lalu pilih ok.

Dari hasil koefisien korelasi yang didapatkan sehingga untuk melihat ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel ditentukan berdasarkan ketentuan koefisien korelasi.

Dari tabel interprestasi koefisien korelasi diatas dapat diketahui bahwa koefisien korelasi yang nilainya mendekati 1,000 sehingga tingkat keeratan hubungan kedua variabel tersebut snagat kuat dan berbanding sebaliknya apabila nilai koefisiena korelasi mendekati 0,000 sehingga tingkat keeratan hubunganya semakin rendah

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Adapun hipotesisnya adalah “Ada hubungan antara sikap percaya diri dengan hasil belajar IPA siswa kelas III di SD Negeri 190 Gresik”. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 6 Juli sampai 10Juli, semua kegiatan dalam penelitian ini dilakukan secara ofline, mulai dari menyebarkan angket kepada responden yang berjumlah 20 siswa dan mengumpulkan data nilai hasil belajar siswa yang didapatkan dari wali kelas. Berikut penjelasan hasil dari data yang telah diperoleh

Berikut ini disajikan hasil angket sikap percaya diri. Hasil angket dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :

Hasil angket sikap percaya diri siswa

No Nama Siswa Jenis Kelamin Skor Angket
A.A L 23
A.B L 22
A.R P 25
B.S L 26
D.F P 23
F.D L 20
K.A L 22
L.R P 22
L.N P 23
M.R L 21
M.P L 25
M.P L 25
M.A L 24
M.D.A L 23
M.P L 22
M.R.M L 26
N.A P 26
R.R P 23
R.P.S L 25
R.A L 24
Jumlah 470
Rata-Rata 23,5
Table 1.Hasil Angket Siswa

Berdasarkan tabel tersebut diketahui bahwa jumlah sampel yang diambil sebanyak 20 responden yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan dan memiliki skor angket yang berbeda-beda jumlah seluruh skor angket yaitu 470 dan memiliki rata-rata 23,5

Data Hasil Belajar

Pada data hasil belajar ini adalah nilai UAS semester genap Kelas III SD 190 Gresik pada mata pelajaran IPA. Hasil belajar dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini :

No Nama Siswa Jenis Kelamin KKM Nilai UAS Keterangan
1. A.A L 75 80 Tuntas
2. A.B L 75 74 Tidak Tuntas
3. A.R P 75 73 Tidak Tuntas
4. B.S L 75 90 Tuntas
5. D.F P 75 95 Tuntas
6. F.D L 75 88 Tuntas
7. K.A L 75 69 Tidak Tuntas
8. L.R P 75 98 Tuntas
9. L.N P 75 95 Tuntas
10. M.R L 75 74 Tidak Tuntas
11. M.P L 75 90 Tuntas
12. M.P L 75 85 Tuntas
13. M.A L 75 73 Tidak Tuntas
14. M.D.A L 75 89 Tuntas
15. M.P L 75 72 Tidak Tuntas
16. M.R.M L 75 97 Tuntas
17. N.A P 75 68 Tidak Tuntas
18. R.R P 75 98 Tuntas
19. R.P.S L 75 68 Tidak Tuntas
20. R.A L 75 90 Tuntas
Jumlah 1.666 Ketentuan : Tuntas ≥ 75 = 12 Tidak Tuntas < 75 = 8
Rata-Rata 83,3
Table 2.Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil belajar tersebut jumlah sampel 20 dan sesuai dengan jumlah sampel untuk variabel sikap percaya diri, setiap siswa memperoleh hasil belajar yang berbeda-beda dan beberapa diantarannya memiliki nilai yang tuntas dan tidak tuntas. Jumlah hasil belajar secara keseluruhan yaitu 1.666 dengan rata-rata hasil belajar menunujukkan nilai 83,3.

Analisis data pada penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan. Hasil analisis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Analisis Hasil Angket Sikap Percaya Diri Siswa

Analisis hasil angket sikap percaya diri ini dilakukan untuk menjawab rumusan masalah tentang “Bagaimana sikap percaya diri dengan pembelajaran IPA siswa kelas III di SD Negeri 190 Gresik?” Dari hasil skor perolehan angket sikap percaya diri yang didapat oleh siswa kelas III yang berjumlah 20 siswa dan telah dihitung berdasarkan skala gutman.

Hasil Uji Prasyarat Analisis

Hasil dari uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang dihasilkan berdistribusi normal atau tidak. Dengan ketentuan bahwa data dapat dikatakan berdistribusi normal apabila memiliki kriteria nilai signifikasi > 0,05, sebaliknya jika nilai signifikasi <0,05 maka data tersebut dikatakan tidak normal. Dalam penenlitian ini peneliti menggunakan program SPSS versi 24 melalui rumus Kolmogorov Smirnov. Berikut hasil uji normalitas datanya:

Uji Normalitas

Nilai hasil belajar Sikap percaya diri
N 20 20
Normal Parametersa Mean 23.50 67.005
Std. Deviation 1.732 6.6506
Most Extreme Differences Absolute .164 .174
Positive .164 .126
Negative -.157 -.174
Kolmogorov-Smirnov Z .732 .777
Asymp. Sig. (2-tailed) .658 .582
a. Test distribution is Normal.
Table 3.Uji Normalitas

Berdasarkan hasil uji normalitas pada tabel di atas, didapat memiliki nilai signifikansi tiap variabel yaitu hasil belajar dan sikap percaya diri masing-masing yaitu 0,658 dan 0,582 > 0,05. Data dikatakan berdistribusi normal jika α ≥ 0,05. Jadi, dapat disimpulkan semua variabel tersebut memiliki distribusi data yang normal.

Uji Linearitas

Hasil analisis dari uji linear bertujuan untuk mengetahui apakah kedua variabel mempunyai hubungan yang linear secara signifikasi atau tidak. Karenna dalam penelitian korelasi yang baik seharusnya terdapat hubungan yang linear antara variabel independent yaitu sikap percaya diri dengan variabel dependent hasil belajar IPA. Dasar pengambilan yaitu jika nilai Deviation from linearity > 0,05 maka hubungan antara variabel X dengan Y adalah linear. Dan sebaliknya jika nila Deviation from linearity < 0,05 maka hubungan antara variabel X dan Y adalah tidak linear. Pengujian menggunakan Test for Linearity pada SPSS versi 24. Hasil uji linearitas dapat dilihat pada tabel 4. berikut :

ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Nilai hasil belajar * Sikap percaya diri Between Groups (Combined) 23.667 7 3.381 1.217 .365
Linearity 10.325 1 10.325 3.717 .078
Deviation from Linearity 13.342 6 2.224 .801 .588
Within Groups 33.333 12 2.778
Total 57.000 19
Table 4.Uji linieritas

Berdasarkan tabel nilai signifikasi (Sig) dari output diatas menunjukan nilai Deviation from Linearity memiliki nilai signifikasi yaitu 0,588 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa sikap percaya diri memiliki hubungan linear dengan nilai hasil belajar.

Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji linearitas diketahui bahwa data berdistrubusi normal dan linear maka dapat dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang dilakukan dalam ppenelitain ini menggunakan analisis korelasi dengan bantuan program SPSS versi 24 menggunakan uji Bivarate Person (analisis korelasi sederhana)dengan metode Product Moment Person dan telah memnuhi syarat uji Bivariate Person . Adapun hasil uji korelasi dapat dijabarkan pada tabel di bawah ini :

Correlations
Sikap percaya diri Nilai hasil belajar
Sikap percaya diri Pearson Correlation 1 .582
Sig. (2-tailed) .037
N 20 20
Nilai hasil belajar Pearson Correlation .582 1
Sig. (2-tailed) .037
N 20 20
Table 5.Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil uji korelasi di atas, didapat nilai signifikasi sebesar 0,037 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara sikap percaya diri siswa dengan nilai hasil belajar, kemudian nilai Pearson Correlation sebesar 0,582 sehingga dapat disimpulkan juga terdapat hubungan yang cukup kuat antara sikap percaya diri siswa dengan nilai hasil belajar.

Berdasarkan hasil penelitian didapat nilai angket percaya diri yang diambil sebanyak 20 responden yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan dan memiliki skor angket yang berbeda-beda jumlah seluruh skor angket yaitu 470, kemudian Jumlah hasil belajar secara keseluruhan yaitu 1.666 dengan rata-rata hasil belajar menunujukkan nilai 83,3

Pada uji prasyarat yaitu uji normalitas, didapat nilai signifikansi tiap variabel yaitu hasil belajar dan sikap percaya diri masing-masing yaitu 0,658 dan 0,582 > 0,05. Data dikatakan berdistribusi normal jika α ≥ 0,05. Jadi, dapat disimpulkan semua variabel tersebut memiliki distribusi data yang normal, kemudian untuk uji linieritas didapat nilai Deviation from Linearity memiliki nilai signifikasi yaitu 0,588 > 0,05. Maka dapat disimpulkan bahwa sikap percaya diri memiliki hubungan linear dengan nilai hasil belajar.

Pada uji Hipotesis menggunakan uji korelasi product moment person didapat nilai signifikansi sebesar 0,037<0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara sikap percaya diri siswa dengan nilai hasil belajarnya, kemudian nilai pearson correlation sebesar 0,582 sehingga dapat disimpulkan juga terdapat hubungan yang cukup kuat antara sikap percaya diri siswa dengan nilai hasil belajar. Hasil penelitian ini sejalan atau didukung oleh penelitian Dessy Triana Relita (2018) yang juga menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara rasa percaaya diri dengan hasil belajar peserta didik dan memiliki hubungan yang cukup kuat antara kedua variabel tersebut.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Hubungan antara sikap percaya diri dengan hasil belajar IPA siswa kelas III di SD Negeri 190 Gresik” yang telah dilaksanakan, maka hasil yang dapat disimpulkan sebagai berikut :

Sikap percaya diri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III di SD Negeri 190 Gresik didapat nilai angket percaya diri yang diambil sebnayak 20 responden yang terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan dan memilki skor angket yang berbeda-beda, jumlah seluruh skor angket skor angket yaitu 470, kemudian jumlah hasil belajar secara keseluruhan yaitu 1.666 dengan rata-rata hasil belajar menunujukkan nilai 83,3. Terdapat hubungan antara sikap percaya diri terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III SD Negeri 190 Gresik dengan hubungan yang cukup kuat

References

  1. Gyasi, Richard Sarfo and Xi, Wang Bao.2016. The Effect of Leadership Styles on Learners’ Performance. The Case of Asonomaso Nkwanta in the Kwabre District Assembly of Ashanti Region in Ghana. Journal of Education and Practice.7 (29) : 8-17
  2. Sulaiman. 2015. Faktor-Faktor Determinan Dalam Pendidikan. Jurnal Al-Ta’dib,Volume 8 No 2
  3. Razali M.Thaib dan Irman Siswanto.2015. Inovasi Kurikulum Dalam Pengembangan Pendidikan.Jurnal Edukasi, Volume 1 No 2
  4. Bintoro, H.S. & Zuliana, E. (2015). Penerapan Interactive Multimedia Berbasis Kurikulum 2013 ditinjau dari Kecerdasan Intrapersonal Siswa Pada Pembelajaran Matematika SD. Jurnal Matematika Kreatif-Inovatif KREANO, Volume 3 No. 2
  5. Hasrawati. 2016. Perangkat Pembelajaran Tematik di SD. Jurnal Pendidikan Dasar Islam, Volume 3 No 1
  6. Daryanto, 2014. Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum 2013). Jogjakarta: Gava Media, hlm 3
  7. Waruwu, Yenima. 2018. Hubungan Lingkungan Belajar dengan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN 102028 Kampung Gelam Kabupaten Serdang. Jurnal Ilmiah Aquinas. Vol 1
  8. Majid, Abdul. 2017. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
  9. Syah, Muhibbin. 2015. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remaja Rosdakarya
  10. Syaifullah, Ach. 2014. Tips Bisa Percaya Diri. Jogjakarta : Garailmu, hal 153-154
  11. Ermelinda, Benge. 2017. Hubungan antara minat dan motivasi belajar dengan hasil belajar IPA pada siswa SD. Journal of Education Technologi. Vol 1 No (4) pp. 231-238
  12. Sugiyono. 2018. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung : Alfabeta. Hlm 16