Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v13i.601

Application of Ice Breaker to Improve Student Learning Outcomes in Elementary School PKN Lessons


Penerapan Ice Breaker Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pelajaran PKN Sekolah Dasar

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Ice Breaking Learning outcomes

Abstract

The purpose of this study was to determine the effect of Ice Breaking to improve student learning outcomes in Civics lessons for second graders of SD Quality Krembung. This researcher uses quantitative research with experimental methods and uses a form of pre-experimental design type One-Shot Case Study. The population used as the object of research is the second grade students of SD Quality Krembung. The sampling technique used in this study is a saturated sampling technique. The sample used in this study were all second grade students of SD Quality Krembung, totaling 28 students. The instrument used in this research is posttest. From the results of the study, the lowest student posttest score was 64 and the highest student score was 96 so that their average score was 82.07. It can be concluded that Ice Breaking has an effect on student learning outcomes in Civics lessons for second grade students of SD Quality Krembung.

Pendahuluan

Pendididkan di Sekolah Dasar (SD) adalah pendidikan yang bertujuan untuk memberikan bekal anak-anak pengetahuan dasar, kemampuan dasar serta keterampilan dasar yang sesuai dengan tingkat kurikulum yang berlaku. Pendidikan SD juga bertujuan untuk mempersipkan pendididkan di jenjang berikutnya. Terkait dengan pendidikan di SD, pembelajaran Ilmu Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) sangatlah penting bagi siswa SD. Mata pelajaran PKn erat kaitannya dengan pembentukan karakter siswa. Materinya dapat diambil dan ditemukan dalam kehidupan sehari- hari siswa, misalnya materi aturan-aturan di lingkungan sekolah. Oleh karena itu harusnya siswa dengan mudah mempelajari mata pelajaran PKn.

Menurut hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan di SD Muhammadiyah 1 Krembung, bahwa siswa kelas 2 pada mata pelajaran PKN terkesan pasif karena mereka hanya mendengarkan, mencatatat dan mengerjakan latihan saja. Hal itu sering terjadi ketika guru melaksanakan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang lama seperti metode ceramah. Selain itu di awal pembelajaran mereka cenderung kurang bersemangat dan mengantuk di tengah-tengah pelajaran PKN karena kegiatan mereka lebih terfokus pada mendengarkan dan mencatat saja. sehingga terdapat kekurangan serta motivasi pada diri siswa Dalam penyampaian materi biasanya guru menggunakan metode ceramah dimana siswa hanya duduk, mencatat, dan mendengarkan apa yang disampaikan guru dan sedikit peluang bagi siswa untuk bertanya. Hal iniseperti teori tabularasa yang dikemukakan oleh John Locke dalam Gintings yang memandang siswa sebagai kertas kosong yang siap dicoret-coret oleh gurunya atau botol kosong yang siap diisi ilmu pengetahuan oleh gurunya.[1]

Dalam suatu pembelajaran, guru mengetahui tingkat kepahaman siswa sering melalui evaluasi yang berupa latihan soal yang sesuai dengan materi yang di berikan. Tetapi ada banyak cara yang bisa membuktikan tingkat pemahaman siswa seperti bisa melalaui keterampilan berkomunikasi mereka setelah materi di berikan. Ketika siswa tersebut mampu untuk berkomunikasi yang baik dan sesuai dengan materi yang di berikan, maka bisa di nyatakan bahwa anak tersebut memahami materi yang di saampaikan guru. Seperti yang telah di kemukakan sebelumnya bahwa keterampilan berkomunikasi merupakan keterampilan dasar yang harus di miliki peserta didik untuk memahami sebuah materi dan memberikan suasana pembelajaran aktif dimana siswa bisa belajar untuk percaya diri dalam mengemukakan pendapat serta ide-ide mereka.[2]

Pada hal ini diharapkan mampu menumbuhkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran PKn. Salah satu caranya adalah dengan memberikan kiat-kiat sederhana berisi ice breaker di sela-sela kegiatan belajar mengajar. Ice breaker adalah peralihan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk, menjenuhkan dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan. [3]

Guru perlu melakukan aktivitas ice breaking dalam proses pembelajaran sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa, untuk memecahkan kebekuan suasana belajar di kelas maupun di luar kelas.[4] Dalam hal ini Ice Breaker diberikan di sela-sela proses pembelajaran PKn yang menjenuhkan dan monoton agar menjadi rileks, bersemangat, dan ada rasa senang. Ice Breaker dapat digunakan bersamaan dengan berbagai macam metode yang dipilih, misalnya metode ceramah, metode tanya jawab, metode demonstrasi, dan sebagainya. Permainan dalam ice breaker dapat diyakini dapat memfalitasi proses belajar dengan cara yang inovatif.melalui permainan peserta didik lebih mudah menyerap danmengingat pengetahuan yang di terimanya karena mereka mengalami langsung hal tersebut. [5] Hal inilah yang menjadi dasar peneliti untuk melaksanakan penelitian yang berjudul “Penerapan Ice Breaker untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran PKn Siswa Kelas II SD Muhammadiyah 1 Krembung Sidoarjo”.

Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penilitian yang menggunakan penelitian kuantitatif eksperimen. Penelitian kuantitatif adalah suatu pendekatan penelitian yang dibangun berdasarkan filsafat positivisme.[6] Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IceBreakingdalam meningkatkan hasil belajar siswa kelas II SD Muhammadiyah I Krembung pada mata pelajaran PKN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Pre-Experimental Design. Sedangkan untuk design yang digunakan adalah desain One-Shot Case Design. Pada penelitian ini populasi yang di gunakan adalah populasi kelas II SD Muhammadiyah 1 Krembung, dengan pupulasi siswa sebanyak 28 siswa. Penelitian ini memakai teknik sampel jenuh yang mana sampel ini menggunakan semua anggota populasi di gunakan sebagai sampel, serta karena jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 28 siswa.

Sumber data yang diambil dari dokumentasi berupa foto kegiatan saat pembelajaran PKN kelas II SD Muhammadiyah 1 Krembung,Sidoarjo dan lembar penilaian siswa dari hasil pembelajaran PKN setelah menerapkan Ice Breaking yang mana diperoleh dari hasil observasi. Penelitian ini menggunakan instrumen berupa soal tes pembelajaran PKn yang berjumlah 5 soal. Soal tersebut akan di berikan setelah menerapkan Ice Breaking dengan jenis tepuk tangan siswa kelas II SD Muhammadiyah 1 Krembung untuk mengetahui dan mengukur peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn.

Teknis Analisis Data

Penelitian ini dilakukan dalam 2x pertemuan. Dari penelitian tersebut, bisa dijelaskan bahwa hasil belajar siswa kelas II SD Muhammadiyah 1 Krembung teradapat nilai siswa terendah adalah 64 dan nilai siswa tertinggi adalah 96 sehingga nilai rata-ratanya mereka adalah 82,07. Apabila dibandingkan dengan hasil belajar mereka sebelum adanya penerapan Ice Breaking nilai rata-rata mereka70,33. Hal tersebut dapat menjelaskan adanya peningkatan dalam hasil belajar siswa kelas II SD Muhammadiyah 1 Krembung. Hal ini bertujuan agar materi-materi yang disampaikan dapat diterima. Siswa akan lebih dapat menerima materi pelajaran jika suasana tidak tegang, santai, nyaman, dan lebih bersahabat. [7]

Teknik analisis data pada penelitian kuantitatif menggunakan teknik analisis statistik.[8] Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melaksanakan uji validitas konstruk yang bertujuan untuk mengetahui kevalidan dari suatu instrumen yang akan digunakan dalam penelitian. Instrune-instrumen yang akan divalidasi adalah Silabus, RPP, LKS, dan Lembar Observasi. Instrumen Pembelajaran ini telah divalidasi oleh para ahli yaitu Ibu Ida Rida Ningsih, M.Pd selaku dosen di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Uji penelitian ini menggunakan pedoman rating-scale dengan rentang penilaian 1-4 sebagai berikut.[3] Berikut ini adalah hasil rekapitulasi hasil validasi ahli:

NO Jenis Perangkat Presentase Keterangan
1 Silabus 83,75 % Sangat valid dan dapat di gunakan tanpa revisi
2 RPP 86,25 % Sangat valid dan dapat di gunakan tanpa revisi
3 LKS 86,25 % Sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi
4 Tes hasil Belajar Siswa 83,3% Sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi
Table 1.Rekapitulasi Hasil Validasi Ahli

Dari data instrumen di atas menunjukkan bahwa instrumen perangkat pembelajaran yang akan digunakan peneliti dinyatakan valid dan dapat di gunakan dalam penelitian.penelitian ini di laksanakn pada siswa kelas II SD Muhammadiyah I Krembung yang berjumlah 28 siswa. Uji reliabilitas dilakukan untuk menentukan apakahinstrumen yang akan digunakan dalam sebuah penelitian sudah reliabel (tetap) atau belum. untuk menghitung nilai reliabilitas instrumen tes digunakan rumus Alpha Cronbach yang berbantuan SPSS 16.0. Dari hasil penelitian, nilai Alpha Cronbach adalah 0, 689. Nilai ini kemudian di bandingkan dengan nilai kritis yaitu 0,600 sehinga nilai Alpha Cronbach lebih besar dari nilai kritis, artinya instrumen penelitian dinyatakan reliabel dengan kategori tinggi.

Setelah melakukan uji reliabilitas,peneliti melakukan uji normalitas terlebih dahulu yang bertujuan untuk mengetahui hasil data posttest yang telah didapat berdistribusi normal atau tidak. Dalam uji normalitas ini, penguji menggunakan saphiro wilk berbantuan SPSS 16.0. Sesuai dengan hasil penelitian, maka dapat di jelaskan bahwa pada tabel saphiro wilk dapat dilihat nilai signifikansi yang diperoleh adalah 0,13 yang mana pada keterangan dari bab sebelumnya bahwa jika nilai signifikansi > 0,05 maka data berdistribusi normal. Maka dapat diketahui bahwa data yang diperoleh peneliti berdistribusi normal. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan, menulis, dan menyatakan pendapat seperti yang lazim pada sekolah tradisional. [9]

Kemudian setelah melakukan uji normalitas peneliti melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis berfungsi untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh terdapat pengaruh Penerapan Ice Breaker untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn siswa kelas II SD Mutu Krembung.Uji hipotesis ini menggunakan rumus One Sample T- Tes yang berbantuan SPSS 16.0. Berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis, dapat dilihat hasil yang didapatkan Thitung 43,238 sedangkan hasil dari Ttabel 1,701 . Maka thitung > ttabel dengan begitu dapat disimpulkan bahwa Ha diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh Penerapan Ice Breaker untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pelajaran PKn siswa kelas II SD Mutu Krembung.

Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis perhitungan uji hipotesis, dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dari penggunaan Ice Breaker terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas II SD Mutu Krembung.Dalam hal ini juga dibuktikan dengan melakukan perhitungan dari uji t yang berbantuan dengan SPSS 16.0 dapat dilihat hasil yang didapatkan Thitung 43,238 sedangkan hasil dari Ttabel 1,701 . Maka thitung > ttabel dengan begitu dapat disimpulkan bahwa Ha diterima sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat pengaruh dari penggunaan Ice Breaker terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas II SD Mutu Krembung. Hal tersebut dikarenakan dengan menerapkan Ice Breaker pada saat pembelajaran, dapat meningkatkan keaktivan siswa dalam belajar maupun menjawab pertanyaan. Hal ini didukung dengan temuan Desmiwanita, M. Nursi, Niniwati dalam penelitiannya yang berjudul “Meningkatkan Aktivitas Siswa Kelas V dalam Pembelajaran IPS melalui Penggunaan Ice Breaker Humor di SDN 38 Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Padang” yang mana mengalami kesulitan ketika mata pelajaran IPS diajarkan, anak-anak terkesan pasif dan hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Jadi pembelajaran yang terlaksana terkesan pasif.[10]

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisa data , dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dari penggunaan Ice Breaker terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas II SD Mutu Krembung. Hal tersebut dapat terbukti dengan hasil uji hipotesis yang menjelaskan bahwa thitung (43,238) lebih besar dari ttabel (1,701). JADI DAPAT DISIMPULKAN bahwa Ice Breaker sanagat membantu guru dalam meningkatkan semangat siswa dalam proses belajar mengajar. Sehingga sanagt berpengaruh pada pemahaman siswa dan hasil belajar mereka. Dari sinilah tercipta nilai-nilai yang lebih baik dari sebelum diterapkannya Ice Breaker dalam pembelajaran di kelas pada mata pelajaran PKn.

References

  1. A. Gintings, Esensi Praktis:Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora, 2010.
  2. Marfuah, “Meningkatkan Keterampilan Komunikasi Peserta Didik melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw,” J. Pendidik. Ilmu Sos., vol. 2, 2017.
  3. K. Suryoharjuno, 100+ Ice Breaker Penyemangat Belajar. Surabaya: Ilman Nafiah, 2012.
  4. A. Fanani, “Ice Breaking Dalam Proses Belajar Mengajar.,” 2010. .
  5. Nurdyansyah, Inovasi Teknologi Pembelajaran. Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2015.
  6. M. Faizal Amir, Metedologi Penelitian Dasar Bidang Pendidikan. Sidoarjo: UMSIDA Press, 2017.
  7. Sunarso, Pelajaran PKn 3 Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 3 SD. Jakarta: Yudhistira, 2009.
  8. Sugiyono, Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta, 2010.
  9. A. . Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2011.
  10. Desmiwanita, M. Nursi, and Niniwati, “Meningkatkan Aktivitas Siswa Kelas V dalam Pembelajaran IPS melalui Penggunaan Ice Breaker Humor di SDN 38 Lubuk Buaya Kecamatan Koto Tangah Padang,” ejournal bunghatta, 2003.