Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v13i.597

The Concept of Adabul Alim Wal Muta'alim Viewed from the Professional Ethics of the Teacher


Konsep Adabul Alim Wal Muta'alim Ditinjau Dari Etika Profesi Guru

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Adabul Alim Wal Muta'alim Teacher Professional Ethics

Abstract

This study aims to explore moral education through the book adabul alim wal muta'alim written by KH. Hasyim Asy'ari and the ethics of the teaching profession, so that from an understanding of moral education and professional ethics, teachers can vary and look perfect. The research approach used is library research, the data obtained from a literature review with a factual historical approach. The results of the study found that in the moral education written by KH.Hasyim Asy'ari and the professional ethics of the teacher, it contained moral values, personal character of a teacher, teacher's morals to students, and teacher's morals in teaching. Where both of them have the same meeting point and meaning even though the discussion is different.

Pendahuluan

Pembelajaran ialah sistem serta metode tingkatkan mutu hidup manusia dalam seluruh aspek kehidupan. Dalam tingkatkan sejarah umat manusia, nyaris tidak bisa terdapat kelompok manusia yang tidak memakai pembelajaran selaku perlengkapan pembudayakan serta kenaikan kualitasnya. Pembelajaran selaku usaha siuman yang diperlukan buat pembuatan anak manusia demi mendukung kedudukannya pada waktu yang hendak tiba dengan demikian pembelajaran ialah proses budaya yang mengangkut harkat serta martabat manusia sejauh hayatnya. Oleh sebab itu pembelajaran memegang perannan yang memastikan terhadap aksistensi serta pertumbuhan manusia.

Pembelajaran bagi KH. Hasyim Asy’ ari merupakan tujuan pembelajaran pada tiap manusia buat jadi manusia yang purna yang bertujuan mendekatkan dirinya kepada Allah SWT sehingga memperoleh kebahagian dunia serta akhirat. Dengan demikian tujuan pembelajaran diatas konsep pembelajaran bagi KH. Hasyim Asy’ ari yang maksudnya bertujuan kepada ibadah kepada Allah. Perihal itu sebab dalam kitab adabul alim wal muta’ alim mengatakan nilai etis moral serta jadi desain besar untuk tiap orang didunia ini. lewat kitab tersebut KH. Hasyim Asy’ ari menarangkan seseorang pencari Ilmu pengetahuan, dalam kehidupan keseharian dengan berprilaku hidup tawakkal, wara’, tawadhu serta sekedar cuma mengharapkan ridha Allah semata.

Apabila nilai- nilai tersebut telah menyatu dalam jiwa murid, hingga perilaku optimis dan sanggup mengoptimalkan segala kemampuan yang terdapat secara positif, kreatif, dinamis serta produktif hingga hendak tercapai. Sehingga bisa diungkapkan kalau pemikiran pembelajaran bagi KH. Hasyim Asy’ ari merupakan menghasilkan ruh manusia yang produktif serta dinamis pada jalur yang benar. Dengan demikian, mengajar serta mendidik merupakan profesi yang sangat mulia sebab secara naluri orang yang memiliki Ilmu hendak dimuliakan oleh orang lain. Serta Ilmu pengetahuan itu sendiri merupakan mulia, sehingga profesinya selaku pengajar merupakan membagikan kemulian, menyucikan, dan bawa hati manusia buat mendekatkan diri kepada Allah. Perihal tersebut sekedar cuma buat mengarapkan ridha dari Allah SWT.

Ada pula profesi seseorang guru bukan hanya mentranfer ilmunya saja hendak namun tugas serta kedudukannya selaku pembimbing, fasilator, penyemangat serta lain sebagainya supaya jadi murid yang bermoral serta berakhlak karimah.[1] Bukan cuma itu selaku orang memeliki profesi selaku pendidik, hingga pula menjajaki norma- norma yang kerap diebut dengan kode etik profesi. Dengan terdapatnya etika profesi ataupun kode etik guru diharapkan untuk pendidik supaya jadi orang yang handal. Guru yang handal merupakan guru yang melakuakn pekerjaan yang telah dipahami serta berpengalaman. Dari penjelasan diatas bisa dijabarkan kalau pembelajaran akhlak serta etika profesi guru merupakan satu yang tidak bisa dipisahkan sehingga keduanya mempunyai kaitan yang memiliki arti yang sama ialah menarangkan tentang etika, ialah etika dalam berpendidikan serta etika seseorang guru dalam mengajar.

Metode Penelitian

Jenis penelitian dalam penelitian ini yang berjudul“ Konsep Adabul Alim Wal Muta’ alim Ditinjau Dari Etika Profesi Guru” merupakan riset kepustakaan( library research). Riset kepustakaan ialah riset yang sumber informasi yang didapat serta ranah penelitiannya berapa pada kepustakaan. Hendak namun bibliotek ini tidak wajib dimaksud secara resmi, tetapi seluruh rujukan serta dokumen yang dijadikan sumber informasi riset.[2] Teknis analisis informasi yang digunakan merupakan analisis bacaan serta analisis wacana[3]

Hasil dan Pembahasan

KH. Hasyim Asy’ ari merupakan pengarang dari kitab adabul alim wal muta’ alim yang menarangkan tentang akhlak buat pengajar serta pelajar yang memiliki sebagian fasal dari tiap pembahsannya serta etika profesi guru yang mangulas tentang etika guru dimana keduanya mempunyai arti yang sama meski memiliki ulasan yang berbeda. KH. Hasyim Asy’ ari lahir pada bertepatan pada 14 februari tahun 1871 Meter ataupun 12 dzulqo’ dah 1286 H serta meninggal bertepatan pada 25 juli 1947 H ataupun ramadhan 1366 Meter.[4] Kitab adabul alim wal muta’alim adalah sebuah rujuan bagi para pendidik dan peserta didik dalam dunia pendidikan, dalam kitab ini ada 8 bab yang menjelaskan tentang beretika dan adab dalam pendidikan Islam sehingga kitab ini dapat dijadikan sebuah referensi yang bagus bagi semua metode pembelajaran baik bagi seorang guru maupun seorang peserta didik. Kini akan menjabarkan kedelapan bab yang ada dalam kitab ini diantaranya: Bab I: menjelaskan tentang keutamaan Ilmu dan ulama serta keistimewaan mengajar belajar. Bab II: akhlak pribadi seorang murid. Yang mana pada bab ini membahas tentang akhlak peserta didik terhadap dirinya sendiri dalam belajar dan bagaimana menghormati sebuah kitab . Bab III: akhlak seorang murid terhadap guru. Pada bab tiga ini membahas tentang etika seorang murid terhadap gurunya yang banyaknya ada 12 pasal yang harus terpenuhi oleh seorang peserta didik. Bab IV: akhlak seorang murid dalam belajar. Peserta didik, selain memiliki etika terhadap dirinya sendiri dan guru, peserta didik juga harus memiliki etika dalam belajar yang mempunyai 13 pasal etika dalam belajar. Bab V: akhlak pribadi seorang guru. Ada 20 pasal etika seorang guru yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam setiap individu guru yakni berprilaku persoal, bijaksana, dan bertanggung jawab. Bab VI: akhlak seorang guru dalam mengajar. Dalam bab ini ada 14 pasal yang sangat penting dan harus diprhatikan, karena dalam kegiatan proses belajar mengejar memerlukan komponen-komponen dalam kegiatan belajar yakni membutuhkan persiapan sebelum mengajar serta strategi-strategi lainnya. Bab VII: akhlak seorang guru terhadap murid-muridnya. Dapat diketahui seorang murid akan lebih senang dalam kelas jika seorang guru selalu dekat dengan muridnya dan menjadi superhero bagi murid-muridnya disekolah sehingga seorang murid akan meniru apa yang dilakukan oleh guru selain itu guru juga dapat menjadi seorang tauladan bagi muridnya. Bab VIII: akhlak kepada buku sebagai sarana dan prasarana dan pencerahan Ilmu dan hal-hal yang berhubungan dengan kepemilikan, penyusun, serta penulis kepada kitab ataupun buku. [5] Yang menjelaskan tentang memperlakukan kitab atau buku dengan baik. Dari penjelasan penulis menciptakan sebuah buku adabul alim wal muta’alim (akhlak untuk pengajar atau pelajar) sebagian isi pembelajaran serta nilai- nilai akhlak antara lain:

1. Etika pribadi seseorang guru

Kalau seseorang guru wajib senantiasa merasa diawasi oleh Allah dan merasa khawatir kepada Allah pada tiap kelakuannya serta senantiasa melindungi pemikirannya, wara’, tawadhu serta khusuk apalagi memasrahkan seluruh kasus hidupnya kepada Allah SWT. Guru harus mempunyai rasa takut terhadap Allah dalam mengabdikan dan mengemban tugasnya dan senantiasa untuk selalu patuh terhadap ketentuan dan hukum Allah. Guru yang akan melahirkan dan mencerdasakan generasi penerus bangsa. Sehingga ustdz-ustdzah tidak akan menyalah gunakan kedudukannya sebagai ustdaz-ustdzah. Disamping itu pula ada di etika profesi guru yang pula disarankan buat memiliki karakter yang kokoh, arif, yakin diri, handal serta beribawa dan jadi orang yang teladan untuk murid- muridnya maupun warga.[6]

2. Etika guru dalam mengajar

Disarankan untuk seseorang guru sebaiknya mempersiapkan dirinya dengan persiapan yang sempurna baik secara batin ataupun lahiriyah dengan metode saat sebelum mengajar sebaiknya guru mensterilkan dirinya dari hadas serta najis dan mengenakan wewangian serta sebelum memulai pelajaran diharuskan mengawali bacaan doa dan diriingi dengan membaca al-Qur’an agar diberkati dan mendapatkan pahala. Guna semata-mata hanya untuk mencari pahala dari ayat yang dibacanya, kemudian dilanjut dengan memanjatkan doa kepada Allah, Rosulullah, sahabat serta keluarga Rosullulh dan para sahabat. Jika semua murid sudah ada didalam kelas hendaknya ustadz-ustdzah memulai pelajarannya dengan pelajaran yang mudah terlebih dahulu. Guru harus menghindari dari keterangan- keterangan yang menyulitkan dan membingungkan bagi murid, sehingga guru harus meringankam beban santri dengan cara meringkas sebuah pelajaran yang akan disampaikannya dengan cara ringkasan yang mudah. Dengan demikian guru juga dituntut untuk selalu memahami situasi dan watak dari santri, apakah santri mampu untuk menerima pelajaran yang akan disampaikannya atau tidak.

Kemudian sebagai guru juga tidak dianjurkan mengeluarkan suara yang keras apabila tidak diperlukan, ataupun sebaliknya yang membuat santri tidak faham. Yang baik adalah dengan cara mengeluarkan suaranya yang sekiranya tidak sampai terdengar dari satu rungan dan dapat didengarkan serta Menyibukkan diri dengan mengarang, meringkas, dan menyususn karangan-karangan jika ia mampu untuk melakukannya. Sebab, dengan demikian guru dapat terdorong untuk mengkaji dalam hakikat berbagai kedisiplinan Ilmu dan secara detail dalam mengetahui dan mempelajarinya, dikarenakan mengarang sebuah kitab atau karya membutuhkan banyak cross chek dan verifikasi, penela’ah, dan membaca. Selain itu guru dapat melakukan hal-hal yang sifatnya berfaedah bagi dirinya maupun orang lain. Sama halnya dengan etika profesi guru, kalau seseorang guru merupakan selaku mediator, fasilator serta pegagasan, tetapi terdapat sebagian yang tidak tertulis di adabul alim wal muta’ alim.[7]

3. Etika guru terhadap muridnya

Seseorang guru pula memiliki ketentuan berarti kepada muridnya ialah dengan metode mengajari murid dengan ikhlas sekedar cuma mau memperoleh ridha Allah, menjauhi partisipan didik dengan suatu yang munkar serta menjahui dari watak tidak mau mengamalkan Ilmunya kepada murid. Bukan cuma itu seseorang guru pula disarankan buat memudahkan penyampaiannya kepada murid serta membagikan uraian yang baik yang gampang dipahami, dan bergairah dalam mengajar serta mengantarkan Ilmunya kepada partisipan didik dengan mengerahkan segenap kemampuannya. Dengan demikian guru juga dapat meminta waktu kepada murid untuk mengulang-ulang hafalannya, serta menguji mereka dalam hal yang sifatnya mengingat sebuah kaidah-kaidah yang rumit dalam permasalahannya. Dengan demikian ini, guru dapat memberikan sebuah ujian harian, ataupun kuis dengan cara ini dapat dilihat secara langsung dan dapat menjadi tolak ukur kemampuan murid apakah murid bisa menanamkan apa yang sudah dijelaskan oleh guru atau hanya sebatas mendengarkan. Oleh karenanya guru juga mendokaan santrinya dengan kebaikan dan semoga apa yang disampaikan kepada santri dan apa yang telah diterima oleh santri dapat diterima dan bermanfaat bagi mereka, serta mengawasi perkembangan santri secara lahir ataupun batin, baik dalam segi etika dan tata kerama.Memperhatikan hal-hal yang dapat merawat hubungan dengan sesama santri lainnya, seperti selalu memberikan salam, tutur kata yang baik dalam berbicara dengan sesama teman ataupun orang tua dan orang yang lebih tua, serta mencintai, saling tolong menolong dalam kebaikan dan ketakwaan, sampai tercapai tujuan bersama selama proses mencari Ilmu.

Dalam ulasan etika profesi guru tentang etika guru kepada murid mempunyai pembahsan yang senada hendak namun tidak seluruh yang terdapat dietika profesi guru terdapat di adabul alim wal muta’ alim ialah dimana dalam etika profesi guru, seseorang guru pula selaku sumber belajar untuk muridna, sehingga suatu perihal yang hendak ditanyakan oleh partisipan dirik kepada guru haris bisa menjawabnya dengan baik. Oleh sebab itu seseorang guru wajib mempunyai uraian yang luas.[8]

Ada pula konsep adabul alim wal muta’ alim serta etika profesi guru mempunyai titik temu yang memiliki arti sama walupun beda pembahsan. Hendak namun tidak merubah arti apapun dari keduanya, dimana adabul alim wal muta’ alim memiliki arti khas tentang etika pada era dulu apalagi pada era rosulullah sebaliknya etika profesi guru pula memiliki arti khas tentang etika yang bertabiat umum ada pula antara lain ialah:

1. Etika individu seseorang guru bagi adabul alim wal muta’ alim serta etika profesi guru

penekanan dari adabul alim wal muta’ alim kalau seseorang guru wajib senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah, dan mencetak generasi penerus bangsa yang baik serta tidak menyalah pakai perannya selaku guru, dan tidak terlena dengan harta serta senantiasa menghiasi dirinya dengan masalah yang berbau sunah semacam membaca Al- Qur’ an berdzikir serta pula berbuat adil serta jujur.[9] Ada pula dalam etika profesi guru, karakter seseorang guru pula menarangkan perihal yang nyaris sama dengan diatas, kalau guru wajib senantiasa mendekatkan diri kepada Allah serta jadi seseorang yang kokoh, normal berusia, arif serta beribawa yang bisa jadi seseorang teladan untuk muridnya serta berakhlak al- karimah.[10]Sebagai individu seseorang guru pula wajib berfungsi buat menampilkan kalau dirinya merupakan wujud yang jujur, baik terhadap dirinya sendiri ataupun orang lain dan memiliki rasa bertanggung jawab.

2. Etika guru dalam mengajar bagi adabul alim wal muta’ alim serta etika profesi guru

penekanan dari etika guru dalam mengajar senantiasa mensterilkan dirinya terlebih dahulusebelum berangkat kemajlis Ilmu serta mengenakan wewangian serta mengenakan baju yang sopan dan memulai dengan membaca doa. Disamping itu guru pula wajib meringas materinya terlebih dulu, guna buat meringankan beban kepada murid. Serta apabila terdapat seseorang partisipan didik yang bertanya permasalahan pelajaran hingga selaku guru wajib bisa menjawabnya dengan baik serta memasang wajah yang berseri- seri dan pula dituntut untk menguasai dari seluruh karaktek partisipan didik.[9] Dengan demikian pula hendak menguraikan tentang etika guru dalam mengajar tipe etika profesi guru yaitu selaku seseorang guru diwajibkan buat mempunyai keahlian buat mengajar dengan baik serta cocok dengan kaidah Ilmu mengajar dan berfungsi selaku pemimpin dalam kelas guna merancang suatu penerapan dan mengorganisir area supaya murid gampang buat melaksanakan aktivitas proses belajar mengajar. Selaku seseorang guru maupun pemimpin wajib bisa mengatur, mengelola, meningkatkan komunikasi pendidikan dengan murid secara demokratis serta mengasyikkan dan melaksanakan evaluasi, guna mengenali apakah proses pendidikan tersebut telah tercapai ataupun belum.

3. Etika guru kepada muridnya menurt adabul alim wal muta’ alim serta etika profesi guru

Penekanan dari etika guru kepada murid bagi adabul alim wal muta’ alim, sebaiknya guru senantiasa membimbing serta mendidik murid dengan tujuan supaya memperoleh ridha Allah. Disamping itu guru pula mengajari murid gimana metode berbuat baik kepada sesama dengan uraian yang gampang dipahami oleh murid dan memakai tutur kata yang lembut serta baik. Bukan cuma hanya belajar mengajar dimajlis hendak namun guru pula membuat pesan kepada murid supaya biar Ilmu yang baru saja dipelajari bisa diulang- ulang supaya bisa diingat.[11]

Oleh sebab itu mengungkapan dari etika profesi guru tentang etika guru kepada murid merupakan selaku sumber belajar untuk muird karenanya guru wajib memiliki bahan refernsi yang banyak dibandingkan dengan muridnya. Guru pula wajib melaksanakan pemetaan modul pendidikan, misalnya dengan memastikan mana modul inti yang harus dipelajari serta mana modul bonus dan modul yang wajib diulang- ulang maupun diingat sebab telah sempat dibahas tadinya. Guu pula selaku fasilator, pembimbing, serta pengelola yang berfungsi dalam menghasilkan atmosfer yang aman serta trentram seta selaku demonstrator yang berfungsi buat membuat muridnya paham serta menguasai apa yang di informasikan oleh guru.

Kesimpulan

Bersumber pada hasil riset terpaut pembelajaran akhlak dalam adabul alim wal muta’ alim serta etika profesi guru membagikan suatu pemikiran terhadap etika dalam adabul alim wal muta’ alim serta etika profesi guru ialah yang mangulas tentang akhlak ataupun etika serta akhlak secara spesial meliputi akhlak individu seseorang guru akhlak guru kala mengajar serta akhlak guru kepada muridnya. Sehingga dalam ulasan ini bisa dijadikan rujuan buat seluruh golongan guru. Dan etika profesi guru yang mempunyai sebagian kesamaan dalam ulasan etika. hendak namun bagi periset adabul alim wal muta’ alim memiliki etika yang masih kental dibanding dengan etika profesi guru yang memiliki sifat universal.

References

  1. Saondi, Ondi Dkk. Etika Profesi Keguruan, Bandung: PT Refika Aditama, 2010.
  2. Hamzah, Amir. M.A. Metodelogi Penelitian Kepustakaan Library Research, Batu: Perum Paradiso Kav. Al Junrejo, 2020.
  3. Raco. “Metode Penelitian Kualitatif” Jenis Karakteristik dan Keunggulannya, Jakarta: Grasindo2010.
  4. Rifa’i, Muhammad. KH Hasyim Asy’ari Biografi Singkat1871-1947, Jakarta: Garasi 2009.
  5. Hadratusyaikh, Asy’ari, Hasyim. Adabul Alim Wal Muta’alim, Untuk Pengajar dan Pelajar, Jombang: Tim Pustaka Tebuireng,2020.
  6. Kurniawan, Samsul. Jejak Pemikiran Tokoh Pendidikan Islam, Jogjakarta: ar-Ruzzi, 2013.
  7. Amin, Ahmad. Etika Ilmu Akhlak, Jakarta: Bulan Bintang,1993.
  8. Hudiarini, Sri. “ Penyertaan Etika Bagi Masyarakat Akademik di Kalangan Dunia Pendidikan Tinggi” Halaqa, 1 Juni 2017:02-13.
  9. Rusdi, Salman. Tuntunan Menjadi Guru Favorit, Jogjakarta: Flashbooks,2012.
  10. Sopian, Ahmad. Tugas, Peran dan Fungsi Guru Dalam Pendidikan. Vol. 1 No. 1 (Juni 2016) 88-97. Sya’roni. Model Relasi Ideal Guru dan Murid, Telaah atas Pemikian Al-Zarnuji dan KH. Hasyim Asy’ari, Yogyakarta: Teras, 2007.