Abstract

The purpose of this study is to describe the Higher order thinking skill (HOTS) profile of fourth grade students on the Energy Sources Material at MI Ma'arif Sentul. The research method used in this research is a survey type research method, the population used is all students of MI Ma'arif Sentul, with a sample of 23 students taken randomly who obtained from calculations using the Slovin formula. The data collection technique used is the test. The research instrument used was a matter of high-order thinking skills. The test results were then analyzed using the high-order thinking skills formula (HOTS) and described into 3 criteria, namely analyzing, evaluating, and creating. Based at the outcomes of the analysis, it may be concluded that student at MI Ma'arif Sentul have high-order thinking skills (HOTS) at a good level in the material source of energy.

Pendahuluan

Pendidikan adalah salah satu dari banyak hal yang penting untuk membentuk sebuah Negara, untuk meningkatkan kualitas sebuah Negara. sebuah Negara dengan sistem pendidikan yang bagus dapat menghasilkan generasi yang berkualitas pula. Berdasarkan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan merupakan kunci kemajuan, semakin baik kualitas pendidikan yang diselenggarakan oleh suatu masyarakat atau bangsa, maka akan diikuti dengan semakin baiknya kualitas masyarakat atau bangsa tersebut. [1] melihat pentingnya pendidikan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya , maka dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Adapun salah satu program pemerintah untuk meningkatkan SDM yaitu dengan cara Guru diberikan tugas untuk menekanan pada pendidikan karakter siswa, selain itu guru di tuntut untuk kreatif, inovativ, kritis, dan dapat membangun kerja sama atau berkolaborasi, dalam proses pembelajaran. Pernyataan tersebut sesuai dengan harapan pemerintah dalam mencetuskan kurikulum 2013 yang berlaku dalam sistem pendidikan di Indonesia, yaitu dengan mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga Negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif dan efektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara dan peradaban dunia. Rukayah et al mengemukakan bahwa guru harus melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi. [2] dengan harapan sesuai dengan tuntutan kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 dalam menuju pembelajaran abad 21 dimana dibutuhkan keaktifan siswa serta dapat menggali keterampilan berpikir kritis siswa. Menurut Nugroho ada banyak pendapat dan penelitian yang telah membuktikan bahwa pembelajaran dan penilaian yang mendukung kemampuan berpikir tingkat tinggi dapat memberikan manfaat yang sangat baik untuk siswa. [3] Menurut Depdikbud Kecakapan yang dibutuhkan di abad 21 juga merupakan keterampilan berpikir lebih tinggi (HOTS) yang sangat diperlukan dalam mempersiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan global. [4]

HOTS merupakan kemampuan berfikir yang memberlakukan suatu pengolahan dalam kegiatan menyatakan kembali,mengingat, bahkan merujuk sesuatu hal. HOTS menurut Ermawati merupakan cara berpikr yang tidak lagi hanya menghafal secara verbalistik saja namun juga memaknai hakikat yang terkandung diantaranya , untuk mampu memaknai makna dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis, mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif. [5] HOTS juga melibatkan cara berpikir yang kritis dan kreatif yang dapat menghasilkan ide-ide bermakna. [6] Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan hal yang sangat penting di abad ke 21 dimana HOTS bisa melatih siswa untuk berpikir kritis kreatif, inovativ, dan dapat membangun kerja sama atau berkolaborasi. Karena merupakan era informasi dan teknologi. [7]

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada tanggal 22 januari 2021di MI Ma’arif Sentul kecamatan tanggulangin. Pembelajaran yang dilakukan disekolah berdasarkan hasil wawancara guru telah meggunakan kurikulum 2013, yang didalamnya sudah melatih HOTS yang meliputi C4-C6. Pembelajaran dilakukan setiap hari, akan tetapi dengan waktu yang terbatas sesuai dengan era pandemic ini yaitu masuk pada hari senin, selasa, rabu, kamis, jumat dan sabtu mulai pukul 07.00 WIB sampai pukul 10.00 WIB, diadakannya sekolah tatap muka ini bukan berarti pihak sekolah tidak perduli dengan apa yang sudah di tentukan oleh pemerintah setempat akan tetapi dikarenakan terbatasnya alat komunikasi, sehingga tidak tercapainya kompetensi yang di inginkan. Harapannya dengan diadakannya tatap muka dengan waktu yang sangat singkat tersebut dapat membantu siswa agar dapat menguasai pembelajaran yang diajarkan dan dapat berpikir yang tidak lagi hanya menghafal secara verbalistik saja namun juga memaknai hakikat dari yang terkandung diantaranya, agar mampu memaknai maka dibutuhkan cara berpikir yang integralistik dengan analisis, sintesis, mengasosiasi hingga menarik kesimpulan menuju penciptaan ide-ide kreatif dan produktif. Lalu siswa dapat mengembangkan pengetahuan dan keterampilan berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya, dimana keterampilan tersebut merupakan bagian dari HOTS. Oleh karena itu peneliti tertarik meneliti mengenai profil higher order thinking skills (HOTS) siswa untuk mengetahui sejauh mana profile HOTS yang dimiliki siswa.

Metode

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif. Metode pengumpulan data menggunakan metode survey. Betuk dasar pada penelitian survey ini adalah desain pembagian silang (cross sectional design). [8] Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas IV di MI Ma’arif Sentul tahun ajaran 2020/2021. [9] dengan jumlah sebanyak 25 yang terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. pengambilan sampel menggunakan rumus slovin. [10] Maka ukuran sampel yang akan digunakan dalam penelitian adalah 23 siswa yang diambil secara acak pada MI Ma’arif Sentul. Peneliti mengambil 23 siswa secara random dimana menggunakan undian sebagai penentu. Dari jumlah seluruh siswa kelas IV, peneliti mengundi 2 nama siswa yang tidak diambil sebagai sampel. Sumber data yang digunakan dari penelitian ini yakni diperolehnya dari hasil tes higher order thinking skill yang terdiri dari 8 soal yang mengacu kepada 3 indikator higher order thinking skill (HOTS) dan buku-buku, jurnal, dan skripsi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes. Instrumen yang digunakan adalah soal essay HOTS. Data hasil tes untuk mengukur kemampuan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik dilihat dari skor yang diperoleh peserta didik dalam mengerjakan soal tes HOTS. Skor yang diperoleh peserta didik, kemudian dihitung persentasenya untuk mengukur HOTS. Skor HOTS pada peserta didik adalah jumlah skor yang diperoleh peserta didik pada saat menyelesaikan soal tes HOTS. Pengambilan nilai akhir yang diperoleh peserta didik dengan menggunakan rumus sebagai berikut: [11]

[10]

Keterangan :

n = skor rata-rata

Ʃ skor perolehan siswa = jumlah skor perolehan siswa

Ʃ nilai maksimum = jumlah nilai maksimum

Data hasil tes kemampuan dianalisis untuk menetukan kategori tingkat kemampuan kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik. Kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik tersebut ditentukan seperti pada tabel berikut:

Nilai siswa Tingkat Kemampuan Berpikir Tinggi
80 < nilai ≤ 100 Sangat baik
60 < nilai ≤ 80 Baik
40 < nilai ≤ 60 Cukup
20 < nilai ≤ 40 Kurang
0 < nilai ≤ 20 Sangat kurang
Table 1.Kategori Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Peserta Didik

[10]

Instrument dalam penelitian ini menggunakan instrumen soal HOTS. [12] Soal HOTS yang digumakan berupa soal essay dibuat berdasarkan kisi-kisi yang sudah dibuat. Soal essay terdiri dari delapan soal yang didalamnya terdapat tiga indikator High Order Thingking Skill adalah C4 analisis 6 soal, C5 evaluasi 1 soal, C6 mencipta 1 soal

Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian Profile HOTS siswa kelas IV Pada Materi Sumber Energi Di MI Ma’arif Sentul. Penyajian data yang dimaksud dalam penelitian yaitu nilai yang diperoleh peneliti dari pemberian tes soal yang diberikan dapat mengungkapakan haasil dari tingkat keterampilan HOTS siswa. Adapun rumusan masalah pada penelitian ini , 1) Bagaimana keterampilan Higher order thinking skill (HOTS) pada siswa kelas IV MI Ma’arif Sentul.Tes yang diberikan terdiri dari 3 indikator keterampilan HOTS yaitu menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Jawaban yang diberikan siswa saat menyelesaikan soal juga berlainan sebab pemikiran antara siwa satu dengan siswa yang lain dan keterampilan dalam menyelesaikan masalah soal HOTS sangat berbeda, sesudah peneliti memberi soal tes HOTS, selanjutnya peneliti mengkoreksi jawaban dari masing masing siswa agar dapat mengetahui hasil jawaban dari masing-masing siswa. Peneliti melakukan 2 kali pertemuan dalam penerapannya. Pertemuan pertama dilakukan peneliti pada tanggal 22 Januari 2021 dan pertemuan kedua dilakukan peneliti pada tanggal 23 Januari 2021 dengan materi sumber energi.

No. Nama Siswa Nilai Tingkat Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
1 AAT 80 Baik
2 ABT 64 Cukup
3 ATV 75 Baik
4 ARV 75 Baik
5 BT 85 Baik
6 CHA 75 Baik
7 DRA 95 Sangat Baik
8 DFR 65 Cukup
9 EBT 75 Baik
10 FA 85 Baik
11 FR 80 Baik
12 HA 65 Cukup
13 ITC 90 Sangat Baik
14 KRT 95 Sangat Baik
15 KYF 85 Baik
16 LRT 85 Baik
17 LBB 78 Baik
18 MRH 75 Baik
19 MRA 85 Baik
20 MAB 80 Baik
21 MKA 85 Baik
22 NHM 80 Baik
23 ZRA 90 Sangat Baik
Jumlah 1847
Rata-rata 80.30.00 Baik
Table 2.Data Hasil HOTS

Berdasarkan hasil penelitian sampel HOTS, siswa dengan HOTS meningkat, namun hanya ada beberapa yang masih cenderung mempunyai kemampuan HOTS cukup, sebab setiap siswa mempunyai keterampilan HOTS yang berbeda-beda. Berikut presentase kemampuan berpikir tingkat tinggi atau HOTS.

Figure 1.Diagram Kriteria Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Berdasarkan gamabar 3.1 menunjukkan bahawa kriteria Higher Order Thinking Skill (HOTS). Untuk nilai kategori sangat baik yaitu sebanyak 17%, nilai pada kategori baik sebanyak 70%, dan nilai pada kategori cukup baik sebanyak 13%. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa standar keterampilan HOTS termasuk dalam kategori ini yaitu baik. Terdapat 3 indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi yaitu C4 (menganalisis) C5 (mengevaluasi) C6 (mencipta). Data hasil HOTS dari setiap indicator sebagai berikut:

Keterampilan menganalisis (C4) Keterampilan mengevaluasi (C5) Keterampilan mencipta (C6) Jumlah
18 Siswa 3 siswa 2 siswa
78% 13% 9% 100%
Table 3.Hasil Higher Order Thinking Skills (HOTS)

Berdasarkan tabel 3.2 hasil HOTS tiap indikator. dapat dilihat bahwa perolehan presentase indicator HOTS untuk indikator yang tetingi adalah menganalisis (C4), dimana presentase yang didapatkan sebesar 78% , untuk indicator dengan perolehan presentase terendah yaitu mencipta (C6), dimana perolehan presentasenya sebesar 9% , sedangkan untuk perolehan presentase dari indicator mengevaluasi (C5) Sebesar 13%.

Berdasarkan perhitungan dan data dapat dilihat dari tabel 2.3 hasil sampel tes HOTS dengan nilai rata-ratanya yakni 80,30 dari jumlah sampel yang telah diambil dari 23 siswa secara acak, yang digolongkan menggunakan kategori yang baik. Hal ini dikarenakan siswa cukup memahami soal esay yang telah diberikan oleh peneliti yang mana dari hasil tersebut terlihat bahwa banyak siswa yang berada pada tingkat HOTS yang baik. Selain itu terhambatnya keterampilan HOTS disebabkan kurangnya guru dan orang tua dalam melatih kemampuan HOTS siswa.

Berdasarkan data HOTS pada setiap indikator pada siswa. Pada indikator menganalisis diperoleh presentase tertinggi sebanyak 78%. Hal ini dikarenakan siswa mampu memecahkan masalah terkait energi dengan menghubungkannya dengan lingkungan sekitar serta memberikan berbagai ide dan jawaban. Oleh karena itu, siswa didorong untuk mempelajari masalah-masalah yang sering terjadi di lingkungan sekitarnya, dan dapat memberikan solusi dari berbagai sudut pandang. [13] Penelitian Clara Aldila menjelaskan hal ini, yaitu jika seorang siswa ditanyai suatu pertanyaan, ia akan mempertimbangkan berbagai cara pemecahan masalah, yang secara spontan dapat mengubah cara berpikir siswa tersebut di kemudian hari. [14] selain itu HOTS merupakan kegiatan menganalisis informasi yang terkumpul melalui pengamatan, pengalaman, refleksi, komunikasi sebagai landasan suatu keyakinan dan tindakan.[15]

Selanjutnya diikuti oleh indikator mengevaluasi dengan nilai presentase sebanyak 13%. Hal ini terjadi karena pada saat menjawab soal tes berpikir tingkat tinggi dengan indikator evaluasi, siswa akan menemui beberapa kesulitan saat mengajukan ide baru, dan siswa akan menemui beberapa kesulitan saat mengajukan Ide baru untuk mengaitkan materi sumber energi dengan kegiatan sehari-hari.[16] sedangkan dalam pembelajaran IPA sangat membutuhkan penemuan ide baru agar siswa mempunyai pengetahuan dan dapat membuat gagasan dan konsep yang terorganisasi tentang alam sekitar khususnya pada materi sumber energi yang siswa peroleh melalui serangkaian proses ilmiah.[17]

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di MI Ma’arif Sentul dapat disimpulkan bahwa hasil penelitian MI Ma’arif Sentul bahwa keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa kelas IV dalam kategori baik, dimana hasil rata-rata yang didapatkan 80,30.

Ucapan Terimakasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepala sekolah MI Ma'arif Sentul dan guru kelas IV atas bantuannya dalam melaksanakan penelitian ini. Siswa MI Ma'arif Sentul yang telah bersedia menjadi topik penelitian dan pihak yang memberikan bantuan untuk kelancaran penulisan penilitian ini.

References

  1. SUDRAJAT, A. (2019, NOVEMBER 3). akhmadsudrajat. Retrieved JANUARI 2, 2020, from akhmadsudrajat: https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/12/04/definisi-pendidikan-deinisi-pendidikan-menurut-uu-no-20-tahun-2003-tentang-sidiknas/
  2. Rukayah., J. I. (2018). Penyusunan Two Tier Multiple Choice Test Untuk Mengukur Higher Order Thinking Skills (HOTS) Si Sekolah Dasar Surakarta, 11.
  3. Pratiwi, S. A. (2019). Pengaruh Model Pembelajaran PBL Untuk Meningkatkan Higher Order Thinking Skills ., 11.
  4. Subekti, A. R. (2019). Analisis Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Pada Pembelajaran Tematik Kelas V (Studi Kasus Di Salah Satu SD Kabupaten Bantul), 95.
  5. Muspawi, M. S. (2019). Upaya Peningkatan Higher Order Thinking Skill (HOTS) Siswa Melalui Penerapan Model Inquiri Di SMA Negeri Tanjung Jabung Timur, 208-214.
  6. Anugrah Aniingsih. (2011). Retrieved Janauri 3, 2020, From Anugrah Aniingsih: Http://Repository.Ump.Ac.Id/7373/3/Anugrah%20aningsih%20bab%20ii.Pdf
  7. Arifin, Z. (2017). Mengembangkan Instrumen Pengukur Critical Thinking Skills Peserta Didik Pada Pembelajaran Matematika Abad 21 , 93.
  8. Retnawati, H. (2017). desain pembelajaran matematika untuk melatihkan higher order thinking skills, 5.
  9. Adiyanta, F. S. (2019). Karakter Survey Analisis Data Tidak Hanya Mengandalkan Pada Tujuan Dari Studi Deskriptif Atau Ekplanatori- Tetapi Juga Pada Bentuk Dari Kemanfaatan Disain. Betuk Dasar Pada Desian Penelitian Survey Ini Adalah Desain Pembagian Silang (Cross Sectional Desig. Adminitrative Law & Governance Journal, 702).
  10. Sugiyono, p. D. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D Bandung: Alfabeta.
  11. Husain, BA. (2018) Pengaruh Disiplin Terhadap kinerja Karyawan, Universitas Pamulang
  12. Sumiadi Raden, dkk. (2016) Pengembangan Perangkat Pembeljaran Berbasis Pendekatan Saintifik Model Guided Discovery Dan Evektivitasnya Terhadap Kemampuan Belajar Berpikir Kreatif Siswa SMA Negeri 1 Bayan. Uiversitas Mataram:Mataram
  13. T.H.Agustanti. (2012). implementasi metode inquiri untuk meningkatkan hasil belajar biologi.
  14. Aldila, Clara .(2016). Mengeembangkan Lembar Kerja Peserta didik (LKPD Brbasis STEM Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa Pada Materi Elastisitas Dan Hukum Hooke, Lampung:Universitas Lampung.
  15. Suid, A. B. (2016). Pengaruh Metode Pembelaran Inkuiri Pada Subtema Gerak Dan Gaya Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Iv Sdn Banda Aceh, 4.
  16. Mudjiono, D. &. (2006). Belajar Dan Pembelajaran jakarta: Rineka Cipta.
  17. Amalia Sapriati, d. (2014). tangerang selatan: universitas terbuka.
  18. Yusuf Arba’iyah, long Life Education. (2012, oktober). Retrieved desember 2, 2019, from long life education: https://www.longlifeeducation.com/2012/10/gakekat-pembelajaran-ipa-di-sd.html
  19. Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
  20. mujis, d. (2008). effective teaching teori dan aplikasi Yogyakarta: Puataka Belajar, 187