Abstract
Introduction: Most of today's Indonesian films are filled with love themes aimed at teenagers who are connoisseurs of these film genres. So that indirectly it has an impact on adolescent psychology both negatively and positively. Research objectives: The purpose of this study was to determine the impact of films on adolescent attitudes and behavior as well as actions in improving moral quality. Methods: The research design used was descriptive qualitative with a phenomenological approach. The data collection techniques were in-depth interviews, observation, and documentation. Result: This study resulted in the finding that films do have an impact on adolescent psychology both from the negative and the positive side. The negative impact on films can cause disruption to adolescent development because not all adolescents have the ability to filter what can be imitated or not and the positive impact that can be taken is that films can be used as a medium or source that can help adolescents understand the world and have an effect. for children's emotional intelligence. Preventive actions for improving the quality of students with strategies in the process of student behavior towards devotion to the Creator and strategies in the process of student behavior towards their social environment
Pendahuluan
Era globalisasi dengan segala kemajuannya menjadikan perubahan yang sangat cepat di segala aspek kehidupan masyarakat yang mau tidak mau mengharuskan kita mengikuti perkembangan yang terjadi. Kemajuan ini juga ditandai dengan berkembangnya teknologi di bidang informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini seakan tak ada batas antara ruang dan waktu. Perkembangannya menjadi suatu trend yang banyak iikuti oleh siapapun, karena masyarakat modern membuat dunia sebagai sesuatu yang universal. Karenanya perkembangan teknologi yang cukup pesat ini memunculkan berbagai media massa yang kehadirannya dibutuhkan pada kehidupan manusia, dimana media memiliki fungsi dalam memberikan pesan kepada khalayak.
Banyak media massa yang telah hadir di tengah-tengah masyarakat termasuk dintaranya film. Merupakan media massa yang memberikan informasi dan hiburan, film hadir sebagai media yang banyak dilihat khalayak dari anak-anak sampai orang tua. Hal ini tentu saja disebabkan film dapat menciptakan untuk menggambarkan kenyataan hidup juga gambaran dari sebuah realitas. Sebagai penyampai pesan, kehadiran film memiliki tempat tersendiri di kalangan remaja khususnya, karena film-film yang hadir ini banyak memberikan kontribusi pada remaja terutama dalam gaya atau life style yang mereka lihat dan menjadi trend tersendiri untuk ditiru. Sejalan dengan maraknya film-film remaja saat ini banyak memberikan permasalahan sendiri bagi remaja. Apalagi masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Adalah sebuah fenomena yang terjadi bahwa banyak diantara remaja saat ini yang terjerumus pada perilaku pergaulan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Yang memprihatinkan imbas dari tontonan yang mengintegrasikan pornografi dan pornoaksi memberi dampak pula pada perubahan perilaku sesual remaja karena rasa ingin tau dan mencobanya.[1] Seharusnya film mengasumsikan peran pendidikan adalah hal utama dalam membentuk kehidupan banyak siswa yang bertujuan mendorong siswa untuk berpikir lebih kritis tentang interpretasi mereka sendiri ketika mereka memasuki dialog tentang film. Karena film sebagai bentuk keterlibatan sipil dan pedagogi publik menciptakan iklim yang membantu membentuk perilaku individu dan sikap publik dalam berbagai cara, baik secara sadar atau tidak sadar.[2] Bahwa film akan bedampak positif bila pesan yang tersampaikan disesuaikan dengan kondisi keadaan agama atau kepercayaan masayarakatnya, di samping itu pesan yang tersampaikan pada film bukan hanya pada kontennya saja tetapi lebih jauh pada perubahan yang dihasilkan dari akibat media tersebut.[3]
Fenomena yang terjadi kalangan remaja memerlukan perhatian lebih dari semua pihak tidak saja keluarga, namun masyarakat dan yang lebih utama peran negara adalah sangat penting dalam mengatasinya. Melakukan tindakan-tindakan yang preventif dalam menangani keterlibatan pergaulan remaja dari imbas tontonan film yang akan membawa dampak pada sikap dan perilaku renaja.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi, yaitu penelitian yang berangkat dari penggalian data secara mendalam tentang pandangan responden dalam bentuk cerita rinci atau cerita asli yang kemudian ditafsirkan oleh peneliti sehingga menciptakan konsep sebagai temuan. Kualitatif dengan pendekatan fenomenologi lebih menekankan pada data berupa kata-kata dan gambar,dan bukan angka- angka. Sedangkan data dapat diperoleh dari naskah wawancara catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi lainnya.[5]
Sumber data pada penelitian ini dengan mengambil tujuh remaja sekolah menengah atas sebagai responden juga penggunaan teknik dalam mengumpulkan data melalui proses wawancara mendalam, observasi, dan melengkapi dokumen-dokumen lain seperti buku, literatur, foto dan lain-lainnya. Analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah peneliti melakukan analisis data kualitatif menggunakan alur analisis data fenomenologis. Penelitian ini dilakukan di lapangan menggunakan model Miles dan Hubermas, yang terdiri atas tiga aktivitas, yaitu reduksi data, display data dan kesimpulan/verifikasi.[6]
Hasil dan Pembahasan
Dari hasil temuan peneliti terhadap dampak dari film terhadap sikap dan perilaku remaja, yaitu adanya beberapa faktor yang mempengaruhi baik dari dorongan dalam dirinya (internal) maupun yang datang karena adanya dorongan karena adanya kemauan dan kemampuan dalam melakukannya. Perubahan pada sikap dan perilaku ini dipengaruhi akan datangnya rasa ingin tahu yang berujung pada keinginan dalam memenuhi hasrat untuk melakukannya. Keadaan remaja yang saat ini mulai terjebak dalam pergaulan bebas hingga melakukan perbuatan yang menyimpang seperti seks bebas, hamil di luar nikah, narkoba, pemerkosaan, pembunuhan, mabok dan judi, serta kenakalan-kenakalan yang sudah diluar batas kewajaran. Semua merupakan faktor yang bisa diakibatkan dari paparan media salah satunya terdapat pada tontonan film, sebab ada hubungan yang sangat penting antara gambar bergerak dan perilaku manusia. Tentang bagaimana manusia memberi dan menerima komunikasi, dan tentang bagaimana individu memahami peran sosialnya dan mengidentifikasi peran sosial orang lain. Ini adalah pertanyaan tentang nilai-nilai budaya dalam masyarakat kita yang diekspresikan film dan sejauh mana film mengkomunikasikan nilai-nilai ini.[6] Dikatakan pula bahwa penggambaran film adalah penyebab berbagai penyakit sosial. Penyakit-penyakit ini berkisar dari kenakalan remaja dan kejahatan yang dilakukan remaja, sehingga efek film yang dituduhkan tidak diragukan lagi bila film dianggap sebagai pembawa pesan propaganda.
Masih tak berdayanya lembaga pendidikan dan orang tua serta masyarakat khususnya negara dalam mengatasi kenakalan remaja saat ini, tergambar jelas di pelupuk mata kita bahwa semakin banyaknya isu-isu sosial yang berkaitan dengan remaja menjadi sangat krusial. Saat ini ini pun serasa jauh dari agama, dimana masyarakat modern pun saat ini menjadikan kehidupan dengan materi sebagai pembandingnya semakin menjauhkan remaja dari kehidupan yang sesuai dengan nilai-nilai agama. Perilaku yang menyimpang terakibat dari pengaruh kemajuan teknologi saat ini semakin memperbesar permasalahan remaja hingga tiada batas. Kondisi yang bisa dikatakan sudah meampaui batas kewajaran ini membuat remaja pun seakan kehilangan arah dan tujuan masa depannya. Sikap dan perilaku remaja sudah mengarah pada penyimpangan perilaku yang sangat jauh dari nilai-nilai ajaran agama hususnya Islam. Pergaulan antara pria dan wanita tak lagi menjadi pengahalang bagi sebagian remaja untuk melakukan hal-hal yang dianggapnya wajar. Tak alang lagi karena perilaku-perilaku ini dapat mengakibatkan perbuatan yang semakin jauh pada perbuatan kemaksiatan, seperti zina yang saat ini marak pula dilakukan sebagian remaja melakukan perbuatan yang seharusnya belum pantas untuk dilakukan. Berhubungan intim pada yang bukan mahramnya menjadikan hal biasa bagi remaja yang lemah akan keimanan dan tak dapat mengontrol dirinya sendiri.
Sebagaimana pemerintahpun melakukan hal-hal yang dianggapnya mampu mengatasi kenakalan remaja ini tak mampu menghentikan derasnya arus penyimpangan perilaku remaja dari pengaruh budaya luar dari film-film yang jelas membawa ide-ide sekulernya pada khalayak yang menjadi sorotan kaum liberalis untuk mewujudkan ide-ide tersebut dalam sikap dan perilaku mereka. Salah satunya adalah pesanan kurikulum yang memasukkan pendidikan seks dalam mata pelajaran tertentu. Kehadiran akan keinginan ini tentu menjadi probela juga karena masyarakat kita masih banyak yang mengira bahwa hal itu adalah sesuatu privasi yang tak boleh diberitakan atau diinformasikan kepada khalayak apalagi dalam dunia pendidikan. namun sebagian masyarakat modern hal ini penting mengingat remaja sekarang sangat kompetitif dalam segala hal. Pengetahuan dan kemajuan teknologi serta berkembangnya dunia informasi mengharuskan remaja mengetahui sesuatu yang baru yang harus diberikan agar tidak terjadi penyelewengan sikap dan perilaku dan mengimplikasikannya.
Sesuatu yang menjadi ketertarikan remaja akan membuat keinginan dan rasa tau yang tinggi untuk melakukannya. Tentang bagaimana perilaku remaja saat menjadi sorotan dengan segala permasalahannya menjadi penyebab utama remaja dalam pergaulan bebasnya. Kita tak dapat menutup mata bahwa pergaulan bebas yang dapat menyebabkan terjadinya penyimpangan perilaku bahkan pada penyimpangan seks ini karena tak adanya pengawasan dan kontrol orang tua dalam menyikapi gejala sosial yang terjadi di kalangan remaja. Cara-cara yang mereka lakukan pada perilaku yang menyimpang ini tentu tak terlepas dari tontonan-tontonan yang tak mendidik. Melihat sekarang ini makin merosotnya akhlak remaja, maka tidak dapat dipandang sebelah mata bahwa pendidikan agama memegang peranan penting dalam kehidupan remaja. Karenanya pendidikan tentang keagamaan yang baik akan mengantarkan remaja pada pengertiannya dan pemahamannya serta ketaatan untuk menjalankan ajaran-ajaran agama dengan baik dan benar, sehingga dalam keadaan apapun remaja mampu membentengi dirinya dari pengaruh pergaulan bebas dan penyimpangan seks ini. Namun kurangnya memegang keteguhan dalam menjalankan ajaran agama dan bagaimana nilai-nilai keagamaan ini diberikan, akan mudah terseretnya remaja pada arus pergaulan bebas yang mengakibatkan remajapun melakukan perilaku penyimpangan pada seks.
Untuk mengatasi permasalahan ini tentu akan banyak tindakan-tindakan yang preventif yang harus dilakukan untuk menanggulangi permasalahn-permasalah yang terjadi. Tindakan-tindakan preventif ini sebagai perwujudan dalam meningkatkan akhlaknya sebagai muslim, maka remaja juga harus memiliki tingkat kepedulian yang besar terhadap ajaran agamanya yang bertujuan agar mereka tidak menjadi generasi yang lemah, malas, dan mudah putus asa, tetapi remaja memiliki keimanan yang kuat, teguh pendirian pada hal kebaikan, tahu mana batasan halal haram di segala aspek kehidupan, terutama dalam berperilaku dan bergaul (pria dan wanita) agar tidak terjebak pada penyimpangan pergaulan bebas.
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian dapat dianaliss bahwa Terkadang film sebagai pembawa pesan disalahpahami masyarakat terutama remaja terhadap pesan yang disampaikan melalui film. Namun hal ini tidak terlepas dari produksi film itu sendiri. Dampak dari film yang sangat luar biasa membawa pengaruh besar pula pada perilaku remaja.Jika suatu produksi film dijadikan hanya untuk meraup keuntungan semata, maka film yang dibuat akan menuruti hawa nafsu semata asal film yang diproduksi laris manis dan disenangi tanpa memikirkan dampak yang terjadi setelahnya. Apalagi jika ide atau konsep yang dibawa oleh pemikiran sang penulis dan sutradara adalah ide barat yang mengagungkan kebebasan (liberalis) tak terbatas dalam segala hal dan mengesampingkan nilai-nilai ajaran agama khususnya Islam, maka kita bisa melihat film-film yang dihasilkan, tentu arahnya kepada film dengan kehidupan romantisme, percintaan, kebebasan dalam pergaulan dan lainnya yang disisipi oleh konten pornoaksi dan pornografi yang dianggap masih diambang kewajaran. Sebenarnya film akan menjadi pengaruh yang baik pada kehidupan sosial dan agama bila disesuaikan dengan realitas keadaan masyarakat dimana film dibuat.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, masa remaja merupakan masa dimana mencari jati diri. Sehingga mungkin saja apa yang ditonton dalam sebuah film bisa memberikan . Film tersebut banyak menayangkan hal-hal negatif, bukan tidak mungkin dapat ditiru oleh remaja. Jika film memang baik, maka bukan masalah. Namun apa jadinya jika sesuatu yang buruk? Maka tentu saja menyebabkan gangguan pada perkembangan remaja. Apalagi saat ini banyak sekali film yang kurang mendidik. Ditambah lagi dengan tidak semua remaja memiliki kemampuan dalam mem-filterapa saja yang baik untuk ditiru maupun tidak. Inilah dampak negatif yang bisa terlihat. Di didi lain film akan bernilai positif jika mampu memberikan gambaran terkait hal yang nyata tentang fenomena remaja yang lebih mudah dipahami. Sehingga remaja nantinya bisa lebih tertarik serta meningkatkan retensi memori. Sisi positifnya adalah, film dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pelajaran yang dapat membantu remaja untuk memahami dunia.Jika dengan menonton film-film yang bertemakan tentang pendidikan setidaknya selama 1-3 jam akan memberikan efek yang sangat positif bagi kecerdasannya. termasuk kecerdasanemosional, maka dengan melihat film siswa/remaja mengetahui apa yang boleh ditiru dan mana yang tidak bisa menjadi tambahan bagi pengetahuan kejiwaannya. Sehingga nantinya bisa menambah wawasan remaja saat memilih sikap yang harus diambilnya di dalam lingkungan sosialnya.
Di dalam Islam, film adalah tayangan yang merupakan sarana dakwah, artinya produksi hingga konten dalam film yang akan diangkat diperhatikan betul oleh negara. Karena nantinya film ini akan berisi konten-konten yang mendidik dengan syiar Islam yang senantiasa meningkatkan ketaqwaan remaja kepada Allah SWT, sehingga kualitas peningkatan akhlak remajapun menjadi lebih baik dan tidak akan membuat remaja semakin jauh dari norma-norma agama. Pada bahasan bagaimana dampak film ini mempengaruhi sikap dan perilaku sehinga berimbas pada pergaulan bebas remaja, maka dalam bahasan ini, analisis peneliti mengaitkan persoalan tersebut dengan kewajiban setiap muslim untuk memiliki sifat iffah (menjaga kehormatan). Ini dimaksudkan agar remaja sebagai muslim dalam bergaul selalu bercermin pada adab-adab pergaulan Islam. Aturan ditetapkan sebagai sarana atau cara dalam menjaga akhlak mulia sebagai sesuatu yang juga wajib dilakukan seorang muslim. Adapun hukum-hukum tertentu yang berkaitan dengan hal tersebut. Maka tindakan-tindakan yang bisa dilakukan sebagai langkah preventif agar remaja menjauh dari perilaku tersebut adalah:
1. Remaja dipahamkan untuk menjaga pandangan atau menundukkan pandangan (ghadhdhul bashar),maksudnya pandangan mata, hanya diarahkan pada hal-hal yang diperbolehkan agama, sebab pandangan mata bisa menjadi awal dari sebuah kemaksiatan. Perintah menjaga pandangan juga berkaitan dengan perintah untuk memelihara kemaluan, sebagaimana firman Allah dalam Al Qur‟an Surah an-Nur, ayat 30 yang artinya: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh, Allah MahaMengetahui apa yang mereka perbuat. [7]
2. Diterapkannya pada remaja dengan diwajibkannya bagi kaum wanita untuk menutupi aurat, yaitu mengenakan pakaian yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali yang biasa terlihat seperti wajah dan telapak tangannya. Islam mengajarkan bagaimana agar wanita menggunakan pakaian secara sempurna, yaitu dengan menutup seluruh tubuhnya dengan balutan kain yang tidak memperlihatkan lekuk tubuhnya. Mengulurkan kerudung ke atas leher dan dada mereka. Intinya wanita dalam berbusana hendaknya didasarkan pada ketentuan sesuai syar‟i.
3. Adanya pemahaman mengapa agama melarang wanita melakukan safar (bepergian) dari suatu tempat ke tempat lainnya dalam sehari semalam tanpa didampingi mahram-nya. Rasulullah saw bersabda, Tidak halal seorang wanita beriman kepadaAllah dan Hari Akhir melakukan perjalanan selama sehari semalam, kecuali disertai mahram-nya.(Hadist Riwayat Muslim)Islam memuliakan wanita. Diantara bentuk pemuliaan kepada wanita adalah, Islam melarang semua hal yang bisa membahayakan wanita atau membuatnya menjadi fitnah bagi lelaki.
4.Memahamkan kepada remaja khusunya sedari awal untuk menghindari diri dari perbuatan yang mengarah pada perzinaan, seperti berpegang tangan, berpelukan, atau berdua-duaan (berkhalwat)ditempat yang sepi, tidak bersuara atau membicarakan hal-hal yang membangkitkan syahwat. Perbuatan zina adalah suatu perbuatan yang keji, dan berkonsekuensi pada dosa besar. Sebagaimana Allah dalam firmannya, Dan janganlah kalian mendekati zinakarena sesungguhnya zina adalah perbuatan perbuatan keji dan jalan yang buruk”. (QS. Al-Isro‟: 32). Sebab zina yang dilarang agama Islam itu dihukumi untuk semua tingkatan usia mulai dari baligh tanpa membedakan kelompok.
5.Memahamkan pula agar tidak bersentuhannya antara pria dan wanita ataupun sebaliknya. Pada konteks ini an-Nabhani menjelaskan, Islam sangat mejaga dalam kehidupan terhadap komunitas wanita dan komunitas pria yang harus diterapkan baik di sekolah, di masjid, dan sebagainya. Hendaknya wanita berada ditengah-tengah kaum wanita begitu juga pria berada ditengah- tengah kaum pria. Adab ini bertujuan untuk menjaga tidak terjadinya ihktilat yang memicu timbulnya fitnah.[8] Namun, fenomena yang terlihat saat ini makin banyak bercampur baurnya pria dan wanita entah di pasar, di mall, di angkot, di sekolah, kantor dan sebagainya, yang sangat mungkin munculnya sebab akibat sentuhan itu terjadi baik sengaja atau pun tidak.
Pergaulan bebas di kalangan remaja terjadi disebabkan pula karena kurangnya pemahaman masyarakat yang masih sangat jauh. ditambah lagi datangnya pemikiran-pemikiran sesat yang melegalkan hubungan pria dan wanita sebagai bentuk kewajaran. Hal ini tentu dapat dilihat dari jauhnya pula keluarga, masyarakat, dan juga negara dari ide-ide dan hukum Islam. Peradaban yang dengan segala upayanya menjauhkan masyarakat muslimdari hukum-hukum syariah, yang sekaligus membutakan kaum muslimin dari aturan tentang pergaulan pria dan wanita. Ini tentu akan berdampak pula bagi remaja yang akhirnya tidak memahami masalah hubungan antar dua lawan jenis tersebut.[9] Hal ini bisa saja terjadi disebabkan masyarakat modern saat ini banyak men-transfer peradapan Barat sebagai pandangan dalam kehidupan. Yang membuat persoalan pergaulan bebas di antara remaja ini disebabkan oleh pengaruh-pengaruh budaya Barat sebagai pen-transfer yang membebaskan diri secara total dari semua ikatan dalam hal kebebasan individu.[10]
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada hakikatnya film memiliki pengaruh yang kuat dalam merubah pola pikir dan perilaku remaja. Film seharusnya memberikan muatan edukasi dan pesan dakwah pada perubahan pola pikir, perilaku remaja dan juga disistemasi dalam suatu konsep yang komprehensif agar bisa diterapkan dalam institusi umum, seperti sekolah. Dan tindakan-tindakan yang ditujukan untuk tetap mempertahankan sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Ucapan Terima Kasih
Dengan terselesaikannya artikel ini, penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
- Allah S.W.T. atas limpahan karunia dan hidayahnya sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan menyelesaikan Artikel Ilmiah.
- Keluarga besar Magister Pendidikan Islam Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaianartikel ilmiah ini.
References
- Y. Khisbiyah, “Konsekuensi Psikologis dan Soaial-Ekonomi Kehamilan Tak Dikehendaki Pada Remaja,” Populasi, vol. 5(2), pp. 74-88, 1994.
- H. Giroux, “Breaking Into The Movies Public Pedagogi And The Politics Of Film Policy Future In Education,” DOI.ORG/10.2340/PFIE.9.6.686, America, 2011.
- T. Bryan S, New Spiritualities, The Media And Global Religion, London and New York: Routledge Taylor and Fanncis Group, 2008.
- Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: UMM Press, 2005.
- L. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Rosdakarya.
- Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013.
- F. Fearing, “Influence Of The Movies On Attitudes And Bahavior,” Sage Journal The ANNALS, p. 70, 1947.
- D. A. RI, Al Hidayah Al Qur'an Tafsir Per Kata Tajwid Kode Angka, Tangerang: Kalim.
- T. a. Nabhani, Sistem Pergaulan Dalam Islam, Jakarta: Hizbut Tahir Press, 2014.
- Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif, Malang: UMM Press, 2005.