Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v11i.575

Implementation of Two Stay Two Stray (TSTS) Learning Model in Class X Islamic Education Learning at Insan Cendekia Mandiri Boarding School


Implementasi Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dalam Pembelajaran PAI Kelas X di SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
India
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Implemetation Learning mode Two Stay Two Stray School Hight School

Abstract

The implementation of the Two Stay Two Stray (TSTS) learning model in ICMBS High School has its own uniqueness in its application. Even the application of this learning model is in great demand by many students. Therefore this study aims to (1) find out the application of the Two Stay Two Stray (TSTS) learning model in PAI learning at ICMBS Sidoarjo High School, (2) find supporting and inhibiting factors in the application of Two Stay Two Stray (TSTS) learning models in learning PAI at ICMBS High School in Sidoarjo. The type of research used in this study is descriptive qualitative research. The results of the research are: (1) Implementation of the Two Stay Two Stray (TSTS) Learning Model applied has a difference with the implementation of the Two Stay Two Stray (TSTS) learning model in general. (2) Supporting factors include: pleasant class atmosphere, great motivation of students, learning media is quite easy and available, learning models are easy to understand The inhibiting factors for the implementation of the Two Stay Two Stray (TSTS) learning model include: (1) The level of ability of different students and (2) requires a long time and is less effective.

Pendahuluan

Seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan pendidikan yang semakin komplek, saat ini mulai banyak model-model pembelajaran yang mencakup komponen kognitif, afektif, dan psikomotorik didalamnya. Dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Model pembelajaran adalah gambaran bentuk pembelajaran dari awal sampai akhir pelajaran. Setiap pendidik memiliki ciri yang khas dalam menyajikannya.[1] Dengan kata lain, model pembelajaran adalah bungkus dari seluruh komponen yang ada dalam pembelajaran. Model-model pembelajaran yang banyak digunakan oleh pendidik pada saat ini diantaranya model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), Make a Match , Time Token, Jigsaw, Teams Games Tournaments (TGT), Two Stay Two stray (TSTS), dan sebagainya.

Sekolah Menengah Atas Insan Cendekia Mandiri Boarding School (SMA ICMBS) juga merupakan salah satu sekolah yang telah memberikan inovasi pada penerapkan model pembelajaran berbasis cooperatif learning dalam beberapa mata pelajaran. Termasuk mata pelajaran PAI. Penggunaan model pembelajaran yang berbeda- beda dan menyenangkan dalam setiap materi dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga tercipta pembelajaran yang berkualitas. Terbukti dari nilai peserta didik yang memuaskan, motivasi peserta didik yang tinggi dalam mengikuti pembelajaran, juga interaksi yang baik antar pendidik dan peserta didik dapat mengukur keberhasilan proses pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik pada mata pelajaran PAI adalah model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Namun narasumber lebih suka menyebutnya dengan model pembelajaran “Curhat-curhatan” karena istilah tersebut lebih familiar pada peserta didik. Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan model pembelajaran dengan teknik dua orang peserta didik tinggal di kelompok dan dua orang lainnya bertamu di kelompok lain untuk saling memberikan informasi.[2] Model pembelajaran ini dianggap cukup berhasil diterapkan pada mata pelajaran PAI di SMA ICMBS. Hal ini terlihat dari antusias pendidik dan peserta didik saat mengimplementasikan model pembelajaran tersebut.

Berdasarkan penjabaran permasalahan diatas, maka peneliti mengangkat penelitian dengan judul “Implementasi Model PembelajaranTwo Stay Two Stray (TSTS)daal m Pembelajaran PAI keaInsan Cendekia Mandiri Boarding School (SMA ICMBS)Sidoarjo”. s X di SMA

Disesuaikan dengan petunjuk penulisan dari jurnal ilmiah di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Berdasarkan Surat Keputusan Rektor UMSIDA tentang Standar Penulisan Karya Tulis Ilmiah dan Plagiarisme di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo. Lolos uji cek kesamaan sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.

Metode Penelitian

Penelitian yang dilakukan di SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School dimaksudkan untuk mencari informasi mengenai penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) disekolah tersebut yang melibatkan wakil kepala sekolah bagian kurikulum, pendidik mata pelajaran PAI, dan peserta didik kelas X sebagai subjek penelitian.

Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian Kualitatif merupakan penelitian yang meneliti keadaan awal objek yang alamiah. Instrumen data utama adalah peneliti. [3] Sementara pengertian kualitatif deskriptif merupakan penelitian yang datanya berupa kata-kata. atau penelitian yang menekankan pada pendeskripsian secara analisis untuk mendapatkan makna yang mendalam dari hakekat suatu proses.[4]

Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah teknik yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik pengamatan (observasi), wawancara (interview), dan dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi sebagai teknik utama untuk menggali data primer dalam penelitian. Sedangkan data sekunder digali dengan menggunakan wawancara (interview), dan dokumentasi.

Interview (wawancara)

Melalui wawancara peneliti dapat menemukan data tentang pemikiran, konsep, atau pengalaman mendalam dari informan. Penggunaan teknik wawancara dimaksudkan agar peneliti dapat menggambarkan pemikiran, persepsi, dan opini sehingga dapat melakukan reduksi dan menganalisis data yang didapat.[5] Penelitian ini menggunakan teknik interview mendalam yakni dengan menggali informasi mendalam mengenai implementasi model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) yang diterapkan di sekolah tersebut. Sehingga, wawancara tersebut dilakukan dengan: 1) Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum, 2) Guru mata pelajaran PAI kelas X, 3) Peserta didik

Observasi

Observasi merupakan cara menganalisis dan mengadakan pencatatan sistematis yang dilakukan dengan mengamati subjek penelitian secara langsung. Observasi dibagi menjadi dua macam yaitu observasi langsung dan tidak langsung. Observasi langsung kegiatan mengamati yang dilakukan secara langsung oleh peneliti. Sedangkan observasi tidak langsung adalah peneliti melakukan pengamatan dengan alat bantu.[6]

Pada penelitian ini, peneliti melakukan observasi langsung yakni dengan melihat, mengamati, dan mencatat secara langsung implementasi model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) yang dilakukan oleh pendidik pengampu mata pelajaran PAI di dalam kelas.

Dokumentasi

Dokumentasi juga dapat diartikan sebagai kumpulan data atau fakta yang tersimpan dalam bentuk teks atau artefak. Jenis dokumen dapat berupa karya-karya menumental, tulisan, atau gambar. Metode ini peneliti gunakan untuk mengumpulkan informasi mengenai perangkat pembelajaran (RPP, silabus, prota, promes) yang digunakan pendidik sebagai pedoman pembelajaran, nilai peserta didik ketika mata pelajaran tersebut, foto-foto saat observasi dan wawancara, profil SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School, data pendidik dan karyawan, jumlah dan nama peserta didik, juga sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam pembelajaran.

Analisis Data

Menganalisis data merupakan kegiatan menyusun secara sistematis data yang didapat dari hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi. Penelitian kualitatif menggunakan analisis deskriptif. Yakni, dengan menggambarkan data yang ada untuk mendapatkan bentuk tanya dari narasumber, sehingga lebih mudah dimengerti. Deskriptif data dilakukan dengan cara mennyusun data yang ada untuk memberikan gambaran nyata terhadap narasumber.[7] Terdapat beberapa tahap yang dilakukan pada analisis data:

1) Reduksi Data (Data Reduction); Pada tahap ini, penulis melakukan pengelompokan terhadapt data-data yang didapat. Mengambil data-data yang sesuai dan membuang data-data yang tidak diperlukan. 2) Penyajian Data (Data Display); Tahapan ini dilakukan untuk mempermudah peneliti menyajikan data yang sudah dioleh sehingga dapat ditarik kesimpulan dalam penelitian. 3) emaknai Hasil Penelitian (Conclusion Drawing); Pada tahap ini kesimpulan penelitian dapat dikatakan kredibel apabila data yang didapat kuat dan valid. Sedangkan jika data yang didapat tidak terlalu kuat maka kesimpulan dapat dikatakan sementara hingga terdapat bukti baru yang lebih kuat.

Pada tahap ini kesimpulan penelitian dapat dikatakan kredibel apabila data yang didapat kuat dan valid. Sedangkan jika data yang didapat tidak terlalu kuat maka kesimpulan dapat dikatakan sementara hingga terdapat bukti baru yang lebih kuat.

Interpretasi Data

Melalui interpretasi data ini, peneliti dapat menemukan makna mendalam dari hasil penelitian yang dilakukan. Sehingga hasil penelitian dapat dilakukan peninjauan secara kritis dengan berpegang pada teori yang relevan. Penulis menggunakan interpretasi pemahaman deskriptif berdasarkan hasil analisis data yang didapatkan dari objek penelitian.

Hasil dan Pembahasan

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu usaha yang terencana oleh pendidik untuk menciptakan kegiatan belajar pada peserta didik. Terdapat dua unsur pokok dalam setiap pembelajaran. Yakni, unsur aktifitas pendidik dan peserta didik. Aktifitas pendidik terjadi ketika pendidik melakukan kegiatan untuk mengarahkan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang hendak dicapai. Sementara aktifitas peserta didik terjadi ketika peserta didik melakukan kegiatan-kegiatan belajar yang terarah pada tujuan yang sama. Sehingga, aktifitas pendidik dan peserta didik saling berkesinambungan.[8]

Dalam pembelajaran terdapat komponen-komponen yang saling terkait satu sama lain diantaranya: tujuan pengajarann, pemilihan materi dan waktu pembelajaran, strategi pembelajaran, alat dan sumber belajar, kegiatan belajar mengajar, dan evaluasi. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola atau bentuk pembelajaran dari awal sampai akhir yang didalamnya meliputi tujuan pembelajaran, tahapan-tahapan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan suasana kelas yang menjadi pedoman bagi pendidik dalam mengajar. Macam-macam model pembelajaran saat ini sudah sangat beragam. Model-model pembelajaran ini cukup efisien digunakan dalam pembelajaran apapun. Model- model pembelajaran tersebut diantaranya adalah: model pembelajaran PAKEM, model pembelajaran berbasis masalah, model pembelajaran Make a Match , model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS), dan model pembelajaran jigsaw.

Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat diartikan dua menetap dua berkunjung. Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pertama kali ditemukan oleh Spencer Kagan. Two Stay Two Stray (TSTS) dapat digunakan pada semua mata pelajaran termasuk PAI. Two Stay Two Stray (TSTS) merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang bertujuan memberikan kesempatan peserta didik membagikan informasi kepada peserta didik yang lain dalam kelompok yang berbeda.[9] Sekolah Menengah Atas Insan Cendekia Mandiri Boarding School (SMA ICMBS) juga merupakan salah satu sekolah yang telah memberikan inovasi pada penerapkan model pembelajaran berbasis cooperatif learning dalam beberapa mata pelajaran, termasuk mata pelajaran PAI.

Pembelajaran PAI kelas X di SMA Insan Cendekia Mandiri menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS). Model pembelajaran ini biasanya digunakan pendidik pada materi yang memiliki sub bab banyak sehingga jika disampaikan menggunakan model pembelajaran ceramah membutuhkan waktu lama dan membosankan. Berikut merupakan tahapan-tahapan proses pembelajaran PAI dengan menerapkan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) di SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School:

Pertama, membuka pelajaran dengan salam dan motivasi-motivasi untuk membangkitkan semangat belajar peserta didik di kelas. Kedua, menjelaskan pokok bahasan yang akan dibahas dan memberikan penguatan berupa pertanyaan- pertanyaan mengenai materi yang disampaikan sebelumnya. Peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan akan mendapatkan nilai. Ketiga, membagi peserta didik menjadi 5 kelompok dengan anggota 5-6 orang. Pembagian kelompok dilakukan secara heterogen atau acak dan peserta didik tidak dapat memilih sendiri anggota kelompoknya. Keempat, seluruh peserta didik bergabung dengan kelompoknya masing-maing dan masing-masing kelompok mendapatkan materi yang harus didiskusikan dengan anggota kelompoknya. Peserta didik dapat mencari diberbagai referensi yang terpercaya seperti buku pelajaran PAI, internet, artikel, maupun buku-buku penunjang yang ada di perpustakaan. Kelima, setelah seluruh kelompok menuliskan hasil diskusinya pada sebuah makalah. Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya secara bergantian. Kelompok yang tidak mendapatkan giliran harus memberikan pertanyaan.

Keenam, masing-masing kelompok dibagi menjadi 2 bagian. Hal ini dilakukan setelah seluruh kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. 2 bagian ini terdiri dari bagian stay atau tetap tinggal dan bertugas sebagai pemberi informasi, dan stray atau bertamu ke kelompok lain dengan tugas mencari atau menerima informasi. Ketujuh, masing-masing bagian dari setiap kelompok memiliki tugas masing-masing. Bagian pertama bertugas sebagai narasumber untuk mejelaskan materi dari hasil diskusi dengan kelompoknya kepada 4 tamu yang datang. Bagian yang lain bertugas menyebar ke kelompok lain sebagai tamu yang bertugas memahami dan mencatat informasi yang diberikan oleh tuan rumah yaitu 1 siswa yang tetap tinggal dalam kelompok.

Figure 1.Pembagian tugas dan perpindahan kelompok

Kedelapan, setelah semua bagian menyelesaikan tugasnya. Maka para tamu dipersilahkan untuk kembali kepada kelompoknya masing-masing dan saling bertukar infomasi antar anggota kelompok terkait informasi yang didapatkan saat berada dikelompok lain. Kesembilan, setelah semua anggota mendapatkan informasi yang lengkap, maka masing-masing kelompok mendelegasikan 2 anggotanya untuk menyampaikan hasil bertamunya ke depan kelas. Kesepuluh, Pendidik menguatkan dengan menjelaskan beberapa materi yang belum disampaikan. Penguatan biasanya dengan penjelasan atau berupa pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab langsung oleh peserta didik. Kesebelas, mengambilan nilai dilakukan dengan mengadakan ulangan harian. Ulangan harian berupa beberapa soal uraian dan tugas meresume minimal 2 pokok pembahasan yang dipahami masing-masing peserta didik.

Penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) di SMA ICMBS pada dasarnya sama dengan implementasi Two Stay Two Stray (TSTS) pada umumnya. Hanya saja, ada beberapa hal yang dikembangkan seperti penambahan jumlah kelompok, penambahan presentasi, dan teknis penilaian dan evaluasi. Hal ini dilakukan agar penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah.

Berikut merupakan faktor pendukung penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) di SMA ICMBS yang ditemukan peneliti diantaranya: a) Suasana kelas yang menyenangkan. Suasana kelas yang menyenangkan dapat menjadi faktor utama dalam keberhasilan penerapan suatu model pembelajaran; b) Peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi dalam belajar; c) Media pembelajaran yang digunakan cukup mudah dan terjangkau; d) Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) mudah dipahami oleh peserta didik

Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) memiliki beberapa kelebihan jika diterapkan dalam suatu pembelajaran diantaranya: tidak memaksa peserta didik untuk terlalu berpikir keras karena materi disampaikan dengan menyenangkan, peserta didik menjadi lebih paham karena penyampaian materi dilakukan oleh teman sebayanya, membuat hubungan antar peserta didik maupun guru dengan peserta didik menjadi lebih akrab, melatih peserta didik berpikir lebih luas diluar materi yang disampaikan, mengajarkan peserta didik untuk lebih mandiri dan percaya diri.

Peneliti menemukan beberapa faktor penghambat yang menyebabkan penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) tidak sesuai dengan yang diharapkan. Diantaranya: a) Kemampuan peserta didik yang berbeda-beda, Peserta didik menyampaikan materi kepada temannya sesuai dengan pemahaman yang ia miliki. Jika pemahaman peserta didik kurang, maka ia juga akan menyampaikan pemahaman yang kurang pada peserta didik yang lain. Sehingga, menyebabkan banyak materi yang terlewat saat menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan pembagian kelompok heterogen. b) Membutuhkan waktu yang lama, Jika dipahami dari uraian langkah-langkah penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) diatas maka salah satu kendala yang sering dialami pendidik adalah waktu KBM yang tidak mencukupi sehingga kurang efisien. Penerapan model pembelajaran ini jika berjalan sesuai rencana setidaknya membutuhkan waktu 2-3 kali tatap muka untuk mengupas satu bab pelajaran.

Model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) memiliki beberapa kekurangan jika diterapkan dalam suatu pembelajaran diantaranya: penggunaan waktu yang cukup lama sehingga kurang efektif, materi tidak dapat tersampaikan sepenuhkan dikarenakan pemahaman peserta didik yang berbeda-beda, suasana kelas sedikit susah untuk dikondisikan, materi tidak dijelaskan terlebih dahulu oleh pendidik sehingga peserta didik menjadi sumber utama penyampaian materi pelajaran.

Upaya untuk mengatasi pemahaman yang berbeda peserta didik adalah dengan memberikan penjelasan tambahan saat evaluasi agar materi yang tersampaikan dapat terarah. Kemudian, pendidik juga mengadakan ulangan harian untuk mengukur pencapaian pemahaman peserta didik. Peserta didik yang mendapatkan nilai dibawah KKM akan dilakukan remedial berupa pemahaman yaitu dengan meresume materi yang dipahami dari awal hingga akhir pelajaran. Sementara untuk mengatasi waktu yang kurang efisien, pendidik memberi tugas dengan berdiskusi dan mencari materi diluar jam pelajaran atau saat peserta didik berada di asrama.

Kesimpulan

Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) diterapkan oleh Ustadz Irwan Maulana Hidayat M,Pd. Memiliki perbedaan dengan implementasi model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) pada umumnya. Perbedaan tersebut terletak pada penambahan jumlah kelompok, penambahan presentasi, dan teknis penilaian dan evaluasi. Hal ini dilakukan agar penerapan model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dapat sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah.

Faktor-faktor pendukung implementasi model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) diantaranya: suasana kelas yang menyenangkan, motivasi peserta didik yang besar, model pembelajaran mudah untuk dipahami. Sedangkan, faktor-faktor penghambat implementasi model pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) diantaranya: Tingkat kemampuan peserta didik yang berbeda-beda dan membutuhkan waktu yang lama.

Ucapan Terimakasih

penulis menyadari bahwa penyusunan artikel ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ainun Nadlif, S.Ag. M.Pd selaku dosen pembimbing, Bapak Imam Fauji Lc. M.Pd. selaku ketua program studi Pendidikan Agama Islam. Ustadz Irwan Maulana Hidayat M.Pd. yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penelitia dan seluruh keluarga besar SMA Insan Cendekia Mandiri Boarding School yang telah memberikan kesempatan dan bantuan memperoleh data yang penulis butuhkan dalam penelitian.

References

  1. Komalasari, Kokom. Pembelajaran Kontektual Konsep dan Aplikasi. Bandung: Rafika Utama, 2011.
  2. Shoimin, Aris. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 . Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
  3. Sugiono. Memahami Penelitian Kualitatif . Bandung: Cv. Alfabeta, 2016.
  4. Sudjana, Nana. Metode Statistik . Bandung: Tarsito, 1989.
  5. Musfiqon. Metodologi Penelitian Pendidikan . Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2012.
  6. Purwanto. Ngalim. Prinsip-Prinsip Dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Pt. Remaja Rosdakarya, 2006.
  7. Sukardi. Metode Penelitian Pendidikan: Kompetensi Dan Prakteknya . Jakarta: Bumi Aksara, 2005.
  8. Mustofa, Ali Dan Hanun Asrohah. Bahan Ajar Perencanaan Pembelajaran. Surabaya: Kopertais IV Press, 2011.
  9. Herawati, “Penerapan Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Materi Keliling Dan Luas Lingkaran Di Kelas VI SD Negeri 53 Banda Aceh” , Jurnal Peluang, Vol.3, No.2, April 2015.