Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v10i.565

The Effect of Problem Based Learning Model on the Ability of Class V Mathematics Problem Solving SDN JATI SIDOARJO


Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas V SDN JATI SIDOARJO

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Problem Based Learning Model Mathematical Problem Solving Ability

Abstract

The study aims to describe the influence of the application of problem-based learning models to mathematical problem solving abilities of fifth grade students of SDN Jati Sidoarjo. Describe how much influence the implementation of problem-based learning models on mathematical problem solving abilities of fifth grade students of SD Sido Jati SDN. This study uses a quantitative approach. The research design uses True Experimental Designs in the type of Posttest Only Control Design. The population that was used as the object of research was all students of grade V Jati Sidoarjo Elementary School totaling 44 students, the sampling technique in this study used Simple Random Sampling which was carried out in class V of SD Sido Jati as many as 22 experimental class students and 22 control class students. The results showed 1) there was an effect on problem solving abilities of fifth grade students of Jati SDN by using problem-based learning models and obtained results of tcount = 2.107 greater than t table = 2.08 (2.107> 2.08) with a significance level of 5%. 2) there is a moderate influence between the problem-based learning model on the mathematical problem-solving ability of class V SDN Jati Sidoarjo. It is evident from the calculation of the data using the Eta Squared formula obtained a value of 0.096. If interpreted then 0.06 ≤ 0.096 <0.14, which is concluded to have a moderate influence.

Pendahuluan

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.[1] Pendidikan juga diartikan sebagai upaya untuk menciptakan situasi yang membuat peserta didik dapat belajar atas dorongan dari diri sendiri untuk mengembangkan bakat dan potensi yang ada di dalam diri peserta didik agar menjadi lebih positif.[2] Berdasarkan penjelasan tersebut pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses pembelajaran yang dilakukan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam dirinya menjadi lebih positif.

Pembelajaran matematika bagi siswa SD berguna untuk mengembangkan pola pemikirannya di dalam kehidupan mereka.[3] Pembelajaran matematika dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dalam memahami keadaan yang ada di sekitar mereka. Pembelajaran matematika dengan pemecahan masalah membuat siswa belajar menjadi lebih aktif sehingga menumbuhkan sikap yang kreatif.[4] Pembelajaran yang menggunakan pemecahan masalah akan membuat siswa menjadi lebih aktif lagi di dalam sebuah pembelajaran, sehingga bukan gurunya saja yang aktif tetapi siswanya menjadi aktif, hal tersebut akan menumbuhkan pemikiran siswa yang kreatif dalam sebuah pembelajaran.Berdasarkan penjelasan tersebut maka pembelajaran matematika memiliki arti yang penting bagi siswa SD salah satunya agar memiliki kemampuan dalam memecahkan sebuah permasalahan yang dapat menumbuhkan sikap kreatif siswa.

Pembelajaran matematika memiliki tujuan yang sangat penting di dalam kehidupan sehari-hari, tetapi dalam pelaksanaannya ada banyak permasalahan yang terjadi. Permasalahan yang terjadi di dalam pembelajaran matematika yaitu ada beberapa kesulitan-kesulitan yang dialami oleh peserta didik, seperti kesulitan dalam memahami konsep, kesulitan dalam penguasaan keterampilan matematika, dan kesulitan pada pemecahan masalah.[5] Permasalahan dalam pembelajaran matematika yang lain juga diutarakan oleh Untari, yaitu ada kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sekolah dasar dalam menyelesaikan soal cerita matematika yaitu sebagai berikut (1) siswa belum paham dengan konsep yang ada di dalam soal matematika; (2) siswa melakukan proses penyelesaian yangsalah; (3) siswa tergesa-gesa dalam memahami sebuah maksud yang ada di dalam soal cerita (4) siswa kurang dalam memahami sebuah konsep prasyarat; dan (5) siswa salah dalam melakukan perhitungan matematika untuk menyelesaikan soal cerita matematika.[6]

Pada permasalahan yang telah dijelaskan diatas, hal serupa juga terjadi di kelas V SDN Jati Sidoarjo. Permasalahan tersebut adalah kesulitan siswa dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Masih banyak siswa yang susah dalam menyelesaikan masalah yang ada di dalam soal cerita matematika, hal tersebut ditandai dengan siswa tidak dapat memahami masalah yang ada di dalam soal cerita, karena tidak dapat memahami masalahnya maka siswa tidak dapat merancang untuk menemukan sebuah solusi dalam soal cerita tersebut, sehingga siswa tidak dapat memutuskan untuk menggunakan operasi hitung matematika yang cocok di dalam menyelesaikan sebuah masalah yang ada di dalam soal cerita matematika. Hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil observasi pada siswa kelas V SDN Jati Sidoarjo bahwa masih banyak siswa yang tidak mampu menyelesaikan soal-soal matematika yang berhubungan dengan penyelesaian masalah, sehingga masih banyak siswa memiliki nilai di bawah KKM pada kompetensi dasar penyelesaian masalah matematika. Dari hasil tersebut, maka dapat dikatakan peserta didik yang dapat menyelesaikan permasalahan dengan baik hanya sedikit dari keseluruhan siswa yang ada di kelas V.

Beberapa hasil penelitian menyatakan ada keterkaitan di dalam kegiatan guru dan siswa dengan bahan pengajaran yang digunakan oleh guru yaitu model pembelajaran.[7] Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran ini bisa melatih siswa dalam mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan sebuah permasalahan di kehidupan sehari-hari siswa.[8] Maka dapat dikatakan bahawa model pembelajaran berbasis masalah dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa untuk menemukan strategi dalam pemecahan masalah.

Salah satu penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Gede Gunantara, dkk yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V” yang menyatakan bahwaada peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah, hal tersebut terjadi karena model tersebut memungkinkan siswa bisa mandiri dalam menganalisa sebuah permasalahan. Kemampuan dalam menganalisa tersebut dapat menyebabkan siswa dapat memecahkan sebuah permasalahan.[9] Harapan peneliti dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada pembelajaran matematika dapat membuat peserta didik memiliki kemampuan pemecahan masalah yang baik.

Metode

Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan bentuk desain eksperimen True Experimental Designs tipe Posttest Only Control Design. Populsdi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Jati Sidoarjo yang berjumlah 44 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling, pengambilan sampel tersebut dibagi menjadi 22 siswa kontrol dan 22 siswa eksperimen. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar hasil tes yang diperoleh dari posttest dan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Bahan Ajar Siswa (BAS), dan Lembar Kerja Siswa (LKS). Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa tes uraian sebanyak 10 butir yang diberikan setelah perlakuan (Posttest). Teknik analisis data yang digunakan adalah uji validitas, uji reliabilitas tes, uji normalitas, uji homogenitas, uji hipotesis, dan uji besar pengaruh.

Hasil dan Pembahasan

Uji Validitas dan Reliabilitas

Penyajian data hasil penelitian diperoleh dari nilai hasil soal pemecahan masalah yaitu berupa Posttest. Penelitian ini dilaksanakan pada Semester Genap Tahun Ajaran 2018/2019 pada tanggal 10 April 2019 di SDN Jati Sidoarjo. Peneliti melakukan penelitian ini di kelas V yang berjumlah 22 siswa dan menjadi kelas eksperimen.

Uji validitas perangkat pembelajaran dilakukan agar dapat mengetahui kevalidan dari perangkat tersebut untuk dapat dilakukan dalam penelitian. Validitas instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah Silabus, RPP, BAS, LKS, dan Tes. Validitas perangkat dilakukan oleh 2 validator yaitu validator pertama yaitu Firdaus Su’udiah, M.Pd selaku dosen dan validator yang kedua yaitu Sri Murjayati, M.Pd selaku guru kelas V. Hasil validasi instrument dari para ahli yaitu:

Berdasarkan hasil perhitungan dari 2 validator ahli yang sudah di lampirkan, diperoleh hasil validitas sebesar 96,87%. Apabila dikaitkan dengan kriteria validasi, maka dapat dikategorikan sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi. Berdasarkan hasil perhitungan dari 2 validator ahli yang sudah di lampirkan, diperoleh hasil validitas sebesar 94,64%. Apabila dikaitkan dengan kriteria validasi, maka dapat dikategorikan sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi.

Berdasarkan hasil perhitungan dari 2 validator ahli yang sudah di lampirkan, diperoleh hasil validitas sebesar 89,7%. Apabila dikaitkan dengan kriteria validasi, maka dapat dikategorikan sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi. Berdasarkan hasil perhitungan dari 2 validator ahli yang sudah di lampirkan, diperoleh hasil validitas sebesar 91,07%. Apabila dikaitkan dengan kriteria validasi, maka dapat dikategorikan sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi.

Berdasarkan hasil perhitungan dari 2 validator ahli yang sudah di lampirkan, diperoleh hasil validitas sebesar 93,05%. Apabila dikaitkan dengan kriteria validasi, maka dapat dikategorikan sangat valid dan dapat digunakan tanpa revisi. Setelah melakukan uji coba yang dilakukan di SDN Jati Sidoarjo kelas VI dengan sebanyak 20 siswa, maka berikut ini hasil dari uji coba tersebut dengan menggunakan rumus Product Moment :

Uji Validitas Tes

No. Butir Soal Koefisien Korelasi (rxy) rtabel Keterangan
1 0,84 0,44 VALID
2 0,92 0,44 VALID
3 0,82 0,44 VALID
4 0,80 0,44 VALID
5 0,80 0,44 VALID
6 0,48 0,44 VALID
7 0,56 0,44 VALID
8 0,66 0,44 VALID
9 0,77 0,44 VALID
10 0,88 0,44 VALID
Table 1. Hasil Validitas Tes

Uji Reliabilitas

Berdasarkan hasil data yang telah valid dan dihitung dengan menggunakan SPSS mendapakan hasil sebagai berikut.

N %
Cases Valid 20 100.0
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Table 2. Case Processing Summary
Cronbach's Alpha N of Items
.919 10
Table 3. Reliability Statistics
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item Deleted
VAR00001 60.9000 645.147 .802 .905
VAR00002 61.7000 601.905 .904 .898
VAR00003 62.0500 623.734 .766 .907
VAR00004 60.7500 670.092 .759 .908
VAR00005 60.7500 670.092 .759 .908
VAR00006 62.0500 725.103 .394 .925
VAR00007 62.1500 702.239 .477 .922
VAR00008 62.1000 670.832 .579 .917
VAR00009 61.9500 635.734 .699 .911
VAR00010 61.6500 605.082 .847 .901
Table 4. Item-Total Statistics

Berdasarkan hasil tersebut soal bersifat reliabel apabila hasil r hitung > dari r tabel yaitu 0,44. Hasil dari perhitungan SPSS adalah 0,919 > 0,44 sehingga dapat dikatakan soal tersebut bersifat reliabel.

Uji Normalitas

Uji normalitas data soal berjumlah 10 butir soal yang diberikan kepada siswa SDN Jati Sidoarjo di kelas V yang berjumlah 44 siswa. Peneliti menggunakan data hasil tes yang dihitung dengan rumus 1-sample kolmigorov-smirnov melalui SPSS 25. Jika nilai signifikasi < 0,05 maka dikatakan data berdistribusi tidak normal dan apabila nilai signifikasi > 0,05 maka data berdistribusi normal. Berikut hasil perhitungan menggunakan SPSS 25.

kelas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
hasil pemecahan masalah kelas eksperimen .157 22 .171 .900 22 .029
kelas kontrol .136 22 .200* .903 22 .034
Table 5. Test s of Normality

Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontril. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan rumus anova diolah kedalam SPSS 25 dimana jika nilai signifikasi > 0,05 maka datanya homogen, apabila nilai signifikasi < 0,05 maka datanya tidak homogen. Berikut hasil perhitungan menggunakan SPSS 25.

Levene Statistic df1 df2 Sig.
.006 1 42 .938
Table 6. Test of Homogenity of Variances
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 955.114 1 955.114 4.441 .041
Within Groups 9033.318 42 215.079
Total 9988.432 43
Table 7. Anova

Dari hasil perhitungan tersebut bahwa uji homogenitas menggunakan rumus ANOVA yang diolah dalam SPSS 25 menghasilkan nilai 0,938, dengan taraf signifikasi 0,05. Dimana nilai 0,938 > 0,05. Jadi hasil uji homogenitas data tersebut adalah data berasal dari populasi yang mempunyai varians yang sama. Dan F hitung adalah 4,441 dengan nilai signifikansi 0,041 < 0,05 yang artinya rata-rata dari kelas kontrol dan eksperimen memang berbeda.

Uji Hipotesis

Setelah melakukan analisis terhadap data dan hasilnya menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan menyatakan varians homogen maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis menggunakan SPSS 25 yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V SDN Jati Sidoarjo. Perhitungan analisis Uji-T menggunakan SPSS 25 hasilnya sebagai berikut:

kelas N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
hasil pemecahan masalah kelas eksperimen 22 83.05 14.187 3.025
kelas kontrol 22 73.73 15.129 3.225
Table 8. Group Statistics
Levene's Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
hasil pemecahan masalah Equal variances assumed .006 .938 2.107 42 .041 9.318 4.422 .395 18.242
Equal variances not assumed 2.107 41.828 .041 9.318 4.422 .393 18.243
Table 9. Independent Sample Test

Peneliti menguji hipotesis penelitian dengan menggunaka Uji t, dengan demikian akan diketahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika pada mata pelajaran matematika kelas V SDN Jati Sidoarjo. Dan hasil uji t adalah menunjukkan bahwa t hitung pada kelas eskperimen adalah 2,107 dan hasilnya lebih besar dari ttabel yaitu 2,107 > 2,08. Nilai probabilitas 0,041, dan syarat probabilitas 0,041 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh menggunakan model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa.

Uji Besar Pengaruh

Untuk menjawab seberapa besar pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V di SDN Jati Sidoarjo dengan menggunakan rumus Eta Squared. Berikut hasil perhitungan menggunakan SPSS 25.

Sum of Squares df Mean Square F Sig.
hasil pemecahan masalah * kelas Between Groups (Combined) 955.114 1 955.114 4.441 .041
Within Groups 9033.318 42 215.079
Total 9988.432 43
Table 10. Anova Table
Eta Eta Squared
hasil pemecahan masalah * kelas .309 .096
Table 11. Measures of Association

Dari perhitungan diatas, dapat dilihat bahwa hasil perhitungan adalah 0,096 yaitu 0,06 ≤ eta squared < 0,14. Sehingga dapat di interpretasikan bahwa model pembelajaran berbasis masalah memiliki pengaruh sedang terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V SDN Jati Sidoarjo.

Berdasarkan analisis di atas yang telah dideskripsikan oleh peneliti dan telah dilakukan uji hipotesis. Ada beberapa hal yang akan dibahas lebih lanjut, hal itu dapat menjadi sebuah acuan dalam peningkatan mutu pembelajaran yang ada di Sekolah Dasar. Hal-hal yang akan dibahas adalah yang pertama, bagaimana pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa. Berdasarkan hasil perhitungan data yang telah dilakukan dengan menggunakan Independent Sample t Test, hal tersebut menunjukkan bahwa nilai thitung sebesar 2,107 dan hasilnya lebih besar dari ttabel yaitu 2,107 > 2,08. Hal tersebut menunjukkan bahwa Ha diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih membuat siswa kritis dalam memecahkan sebuah masalah.

Menurut Finkle and Torp menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan sistem pengajaran yang mengembangkan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan melibatkan para peserta didik dalam berperan aktif sebagai pemecah masalah yang ada di dalam kehidupan sehari-hari.[8] Dari penggunaan model pembelajaran tersebut terlihat siswa menjadi lebih aktif di dalam sebuah pembelajaran, hal tersebut dapat dilihat saat siswa dapat menyelesaikan soal-soal matematika yang berhubungan dengan pemecahan masalah secara bersama-sama dengan teman sekelompoknya. Aktivitas siswa di dalam pembelajaran yang menggunakan model PBM dapat meningkat, karena dalam model ini mengharuskan siswa untuk berinteraksi, berdiskusi serta bekerja sama dengan siswa yang lain.[10] Sehingga dalam pembelajaran yang menggunakan PBM siswa yang biasanya pasif di dalam pembelajaran, bisa ikut belajar bersama dengan temannya.

Dari karakteristik model PBM ini, yaitu learning occurs in small groups, yang artinya siswa dibagi lagi menjadi beberapa kelompok kecil yang sifatnya heterogen.[8] Meskipun memiliki kelebihan seperti yang telah dijelaskan, kekurangan dalam menggunakan model ini saat pembagian kelompoknya kurang kondusif, karena siswa akan berpindah tempat sementara yang membuat suasana menjadi agak gaduh. Dari hasil penelitian ini, dengan menerapkan sebuah model yang cocok untuk memecahkan sebuah permasalahan matematika yaitu model pembelajaran berbasis masalah maka hasilnya siswa dapat mengetahui lebih teliti apa saja yang perlu dilakukan untuk memecahkan sebuah permsalahan.

Pembahasan yang kedua adalah seberapa besar pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa. Hal tersebut dapat dibuktikan berdasarkan hasil dari perhitungan data yang dilakukan menggunakan rumus eta squared menunjukkan hasil 0,096. Jika diinterpretasikan maka 0,06 ≤ 0,096< 0,14. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah memiliki pengaruh sedang dalam pemecahan masalah matematika siswa kelas V SDN Jati Sidoarjo. Hal tersebut menunjukkan adanya pengaruh model PBM terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika di kelas V SDN Jati Sidoarjo sehingga dapat digunakan sebagai strategi bagi tenaga pendidik dalam kegiatan pembelajaran di dalam kelas.

Kelas yang menerapkan model pembelajaran berbasis masalah dapat memecahkan masalah matematika dengan baik. berdasarkan pengelohan data dan analisis data yang telah dideskripsikan di atas, maka dapat dilihat bahwa terdapat pengaruh sedang terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Hasil kemampuan pemecahan masalah matematika kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V SDN Jati Sidoarjo, maka dapat disimpulkan, yaitu: 1) Ada pengaruh dalam model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V SDN Jati Sidoarjo yaitu dengan dibuktikan dari hasil thitung yaitu 2,107 dan hasilnya lebih besar dari ttabel yaitu 2,107 > 2,08. 2) Ada pengaruh dalam model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V SDN Jati Sidoarjo yaitu dengan perhitungan data menggunakan rumus eta squared yang hasilnya adalah 0,096 yang artinya memiliki pengaruh yang sedang.

Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai bahan masukan dan saran-saran, yaitu: 1) Untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa kelas V SDN Jati Sidoarjo perlu adanya penggunaan model pembelajaran berbasis masalah dalam penyampain materi matematika di kelas. Hal tersebut juga dapat membuat siswa dapat memecahkan masalah matematika dengan baik. 2) Sangat perlu dilakukan penelitian lebih lanjut bahwa model pembelajaran berbasis masalah bersifat saintifik, yang artinya siswa mencari sendiri solusi atas permasalahan yang diberikan oleh guru. Sehingga di dalam LKS sebaiknya diberikan sebuah permasalahan dimana siswanya melakukan sebuah aktivitas untuk menemukan sebuah rumus matematika yang diharapkan. Dan juga tidak bersimpangan dengan langkah-langkah dalam model pembelajaran berbasis masalah. 3) Sebaiknya penelitian yang menggunakan model pembelajaran berbasis masalah lebih mengetahui ciri-ciri sebuah permasalahan yang akan digunakan dalam pembelajaran. Masalah tersebut sebaiknya mengajak siswa untuk berpikir bagaimana caranya menemukan sebuah rumus matematika.

Ucapan Terima Kasih

Dalam hal ini peneliti menyampaikan penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua penulis atas pengertian, doa, dukungan serta teman-teman yang selalu memberikan semangat, motivasi, dan dukungan kepada penulis, serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam penyelesaian artikel ilmiah.

References

  1. Depdiknas, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta, 2006.
  2. M. Pidarta, Landasan Kependidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2014.
  3. D. Karso, Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka, 2014.
  4. A. Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group, 2013.
  5. N. M. D. Widyasari, I. G. Meter, and I. G. A. O. Negara, “Analisis Kesulitan-Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas IV Dalam Implementasi Kurikulum 2013 Di SD Piloting Se-Kabupaten Gianyar,” Mimb. PGSD Undiksha, vol. 3, no. 1, pp. 1–11, 2015.
  6. E. Untari, “Diagnosis Kesulitan Belajar Pokok Bahasan Pecahan Pada Siswa Kelas V Sekolah Dasar,” Media Prestasi, vol. 13, no. 1, pp. 1–8, 2013.
  7. Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012.
  8. Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
  9. D. Gunantara, Gede, “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V,” Mimb. PGSD Undiksha, vol. 2, no. 1, pp. 1–10, 2014.
  10. M. Nasir, “Efektivitas Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Based Learning ) Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Pelajaran Matematika,” Madrasah Ibtidaiyah, vol. 1, no. 2, pp. 1–19, 2016.