Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v10i.564

The Effect of Group Investigation Learning Model on Social Studies Learning Outcomes of Class IV SDN SUKO 1 SIDOARJO


Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Terhadap Hasil Belajar IPS Kelas IV SDN SUKO 1 SIDOARJO

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Group Investigation Learning Outcome

Abstract

The purpose of this study is to determine the effect of Group Investigation learning model toward IPS (social studies) outcome in grade IV SDN Suko 1 Sidoarjo. This study used the pre-experimental design model with a one-group pretest-posttest design. The result shows that the T-test calculation was 19,31 ≥  t-table 1,717, which means that Ho was rejected and Ha was accepted. It means there is an influence of Group Investigation Learning Model toward social studies outcome in grade IV SDN Suko 1 Sidoarjo as 0,94. This study can be concluded that the Group Investigation learning model has a significant effect on social studies outcome at grade IV SDN Suko 1 Sidoarjo.

Pendahuluan

Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat penting untuk membekali siswa dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Melalui pendidikan yang bermutu dapat membangun sumber daya manusia yang berkualitas, martabat bangsa dan negara terjunjung tinggi dimata dunia.[1] Dengan adanya suatu pendidikan manusia dapat meningkatkan wawasannya secara luas dan memiliki tingkat berfikir yang positif. Pendidikan mampu mengembangakan kompetensi yang dimiliki manusia, sehingga pendidikan sangat dibutuhkan oleh setiap manusia. Tujuan dari pendidikan itu sendiri yakni dapat mengubah kehidupan dari setiap manusia menjadi lebih baik dimasa yang akan datang.

Kegiatan pembelajaran merupakan bentuk dari proses kegiatan belajar mengajar yang terdiri dari guru dan siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk memberikan wawasan yang luas untuk siswa dan mengarahkan siswa ke arah yang lebih baik dalam proses belajar, sehingga kegiatan proses belajar mengajar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan pembelajaran siswa memperoleh pengetahuan dan perubahan pada dirinya untuk berinteraksi dengan lingkungan yang ada di sekitar. Dalam pembelajaran siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tetapi lebih menekankan pemahaman yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru sangat berperan penting dalam kegiatan pembelajaran, karena guru yang membimbing dan mengarahkan siswa ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Pembelajaran yang efektif tidak mudah diciptakan seorang guru. Apalagi proses pembelajaran disekolah dasar saat ini menggunkan kurikulum 2013 yang memuat berbagi macam mata pelajaran dijadikan satu menjadi tema atau subtema. Salah satu mata pelajaran yang ada dalam kurikum 2013 yakni mempelajari Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Menurut Sumaatmaja dalam Afandi, IPS merupakan bidang pengetahuan dan program pendidikan yang menyajikan pengetahuan sosial dan membina siswa menjadi warga negara yang mempunyai tanggungjawab kepada masyarakat dan negara.[2] Menurut Rahma, IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dengan tujuan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan sosial yang berisikan konsep pengalaman belajar yang dipilih dan ditata dalam kerangka studi keilmuan sosial.[3] Berdasarkan kedua pendapat tersebut, IPS merupakan mata pelajaran yang mengaitkan siswa dengan kehidupan sehari-harinya. Karena Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang membekali siswa dengan pengetahuan sosial untuk memiliki sikap peduli lingkungan yang berguna dalam hidup bersosial dengan masyarakat atau lingkungannya.

Permasalahan pembelajaran dalam pendidikan IPS menurut Susanto terjadi karena peran siswa dalam pembelajaran yang terbatas dan pembelajaran didominasi oleh guru, sehingga keterampilan yang diperoleh siswa sebatas pengetahuan abstrak.[4] Menurut Serli, hambatan pembelajaran IPS terjadi karena pembelajaran menggunakan metode yang tidak menarik bagi siswa, guru sering menggunakan metode konvensional yang membuat siswa merasa jenuh/bosan, sehingga berdampak pada hasil belajar siswa. Sedangkan Romanda dalam I Wayan Darmayoga, dkk, menyatakan bahwa mata pelajaran IPS merupakan mata pelajaran yang membosankan, tidak menarik, sulitnya mengingat materi yang cukup banyak, dan sebagaian besar siswa mempelajari materi dengan cara menghafal.[5]

Pada permasalahan yang telah dijelaskan diatas, hal serupa juga terjadi di kelas IV SDN Suko 1 Sidoarjo. Permasalahan tersebut adalah pembelajaran berpusat pada guru, pembelajaran tidak melibatkan aktifitas siswa, siswa hanya duduk mendengarkan dan menjawab ketika guru memberikan pertanyaan, sehingga siswa belajar dengan mendengarkan dan menjawab pertanyaan dari guru. Dengan adanya permasalahan tersebut berdampak pada kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil belajar IPS pada siswa kelas IV yang hampir separuh dari keseluruhan siswa susah mencapai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Berdasarkan permasalahan tersebut perlu adanya variasi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga siswa tidak bosan dengan mata pelajaran IPS serta dengan adanya variasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi yang dipelajarinya.

Untuk menciptakan pembelajaran lebih bermakna, sebuah inovasi dalam pembelajaran sangat penting dilakukan oleh guru. Usaha sadar guru untuk mencoba berbagai strategi pembelajaran merupakan suatu penunjang inovasi baru. Model pembelajaran yang inovatif sangat penting dalam implementasi Kurikulum 2013, karena kurikulum ini lebih komprehensif dan kompleks. Model pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan belajar. Penggunaan model pembelajaran di kelas dapat dikatakan efektif, apabila seorang guru merencanakan model pembelajaran sesuai kondisi siswa di kelas. Dengan guru menggunakan model pembelajaran yang tepat maka proses belajar mengajar akan berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Dari berbagai model pembelajaran kooperatif yang ada, group investigation merupakan model pembelajaran yang bersifat demokrtis dan melatih kemandirian siswa dalam belajar. Group Investigation merupakan pembelajaran kooperatif yang melatih siswa berperan aktif dengan cara mencari informasi/materi yang akan dipelajari dari berbagai sumber seperti, buku pelajaran, internet atau sumber belajar lainnya. Model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstrukstivisme dan prinsip pembelajaran demokrasi.[6] Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model pembelajaran yang lebih menekankan atau memfokuskan pembelajaran tersebut pada siswa, bukan pembelajaran yang memfokuskan pada guru yang lebih aktif ketika proses belajar mengajar berlangsung.

Kelebihan model Group Investigation menurut Slavin dalam Serli, dkk yakni melatih siswa untuk mempelajari suatu pengetahun dengan mencari informasi secara mandiri. Sehingga model Group Investigation akan melatih siswa untuk mencari informasi yang dapat meningkatkan interaksinya dengan masyarakat disekitar.[7] Sedangkan menurut Susanto, pembelajaran IPS seharusnya membiasakan siswa untuk memahami informasi dan menghubungkan kehidupan sehari-hari. Jadi, model Group Investigation bisa menjadi alternatif untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS yang membiasakan siswa untuk hidup bersosial dengan masyarakat dalam upaya mencari informasi yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan melibatkan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa dari proses usahanya dalam kegiatan beljar untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku. Hasil belajar merupakan adanya perubahan yang terdapat pada diri siswa berdasarkan pada pengalaman dalam belajar. Pengalaman belajar siswa baik dari perubahan dalam berfikir siswa, perubahan tingkah laku siswa, atau kemampuan yang telah dimiliki oleh siswa yang akan mendapatkan hasil akhir siswa terdiri dari ranah kognitif, afektif dan prikomotor. Pengertian tentang hasil belajar menurut Nawawi didalam Ahmad Susanto yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam melakukan proses pembelajaran, yang dinyatakan mendapatkan skor dari hasil test yang telah dilakukan.[8]

Sebelum memasuki ranah hasil belajar, yang harus dilakukan terlebih dahulu adalah suatu proses pembelajaran dimana proses pembelajaran tersebut didalamnya memuat beberapa tujuan pembelajaran yang hendak dicapai dan yang terutama adalah hasil belajar siswa. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dilihat dari penilaian. Penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu.[9] Jadi penilaian dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mengetahui kemampuan siswa sudah memahami atau tidak dalam proses pembelajaran atau belum, seperti tujuan pembelajaran yang sudah dirancang guru supaya dapat berjalan menjadi pembelajaran yang kondusif. Penilaian berfungsi sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa pada proses pembelajaran.

Hasil belajar dapat diketahui jika siswa dapat memahami materi dengan baik. Dalam hasil belajar memilki hubungan erat dengan instruksional yang telah direncakan oleh seorang guru sebelum proses pembelajaran dimulai. Tujuan instruksional adalah merubah tingkah laku siswa yang diinginkan oleh siswa. Jadi dapat dijabarkan bahwa dalam menentukan penilaian tidak hanya melihat dari tujuan instruksional melainkan dijadikan umpan balik untuk menjadikan siswa lebih baik lagi dalam memahami materi.

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS Kelas IV di SDN Suko 1 Sidoarjo dan untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar kognitif siswa pada mata pelajaran IPS Kelas IV di SDN Suko 1 Sidoarjo.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Adapun jenis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian eksperimen yang akan memberikan sebuah perlakuan (treatment). Desain eksperimen yang digunakan ialah Pre-Experimental Design. Pre-Experimental Design merupakaneksperimentidaksungguh-sungguhkarenaterdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.[10] Penelitian ini menggunakan jenis penelitian One Group Pretest-Posttest Design yang akan membandingkan keadaan pada saat sebelum dan sesudah diberikan sebuah perlakuan. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini yaitu sebagai berikut:

Keterangan :

O1 = Nilai Pretest (sebelum diberikan perlakuan)

O2 = Nilai Posttest (setelah diberikan perlakuan)

X = Treatment (perlakuan) dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigaton

Populasi pada penelitian ini yaitu siswa kelas IV SDN Suko 1 Sidoarjo yang berjumlah 23 siswa. Pada penelitian ini peneliti menggunakan sampling jenuh karena pada teknik ini peneliti menggunakan semua anggota populasi sebagai sampel. Sumber data pada penelitian ini didapatkan dari nilai pretest dan posttest hasil belajar kognitif siswa kelas IV SDN Suko 1 Sidoarjo.

Jenis data yang digunakan peniliti yaitu jenis data primer yang secara langsung diambil oleh peneliti dari narasumber dan responden. Data primer ini dapat diperoleh langsung dari subjek penelitian berupa hasil pretest dan posttest terhadap hasil belajar kognitif. Dalam penelitian ini terdapat dua hipotesis yang akan dikaji. Pertama, ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum diterapkan model pembelajaran Group Investigation. Kedua, ada pengaruh kecil, sedang atau besar dalam penelitiannya.

Hasil dan Pembahasan

Hasil belajar siswa diperoleh dari tes, dimana tes tersebut berupa sola pilihan ganda yang berjumlah 20 butir soal. Tes hasil belajar tersebut diberikan kepada siswa kelas IV SDN Suko 1 Sidoarjo. Sebelum diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Group Investigation, siswa diberikan pretest terlebih dahulu kemudian setelah diberikan perlakuan dengan model pembelajaran Group Investigation maka siswa diberikan posttest. setelah diberikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Group Investigation nilai rata-rata pretest 66,9 sedangkan nilai rata-rata posttest 83,4. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPS kelas IV dengan menggunakan metode model pembelajaran Group Investigation.

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui instrumen tes yang telah di buat peneliti dapat dinyatakan valid atau tidak. Adapun hasil dari uji validitas yaitu 25 soal pilihan ganda terdapat 20 soal valid dan 5 soal tidak valid.

Butir Soal r tabel r hitung Keterangan
Soal 1 0.432 0.454 VALID
Soal 2 0.432 0.436 VALID
Soal 3 0.432 0.437 VALID
Soal 4 0.432 0.576 VALID
Soal 5 0.432 0.191 Tidak valid
Soal 6 0.432 0.161 Tidak valid
Soal 7 0.432 0.116 Tidak valid
Soal 8 0.432 0.563 VALID
Soal 9 0.432 0.486 VALID
Soal 10 0.432 0.522 VALID
Soal 11 0.432 0.454 VALID
Soal 12 0.432 0.547 VALID
Soal 13 0.432 0.250 Tidak valid
Soal 14 0.432 0.721 VALID
Soal 15 0.432 0.609 VALID
Soal 16 0.432 0.454 VALID
Soal 17 0.432 0.799 VALID
Soal 18 0.432 0.721 VALID
Soal 19 0.432 0.528 VALID
Soal 20 0.432 0.486 VALID
Soal 21 0.432 - 0.002 Tidak valid
Soal 22 0.432 0.799 VALID
Soal 23 0.432 0.613 VALID
Soal 24 0.432 0.614 VALID
Soal 25 0.432 0.486 VALID
Table 1. Hasil Validitas Soal Uji Coba

Setelah melakukan uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas tes untuk dapat mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tepat. Berikut hasil dari perhitungan dari reliabilitas dengan rumus KR-21.

rtabel rhitung Kesimpulan
0.432 0,9282 Tes dinyatakan reliabel
Table 2. Hasil Reliabilitas Tes

Dilihat dari tabel 3.2 bahwa perhitungan menunjukkan rhitungsebesar 0,9282 dan rtabelsebesar 0,432. Jadi rhitung> rtabelyaitu 0,9282 > 0.432. Dapat disimpulkan bahwa tes tersebut reliabel dan dapat digunakan saat penelitian.

Uji Normalitas untuk mengetahui apabila nilai thitung< ttabelmaka hasil tes dikatakan berdistribusi normal. Berikut hasil dari perhitungan dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat:

X2hitung X2tabel Keterangan
Pretest Posttest 7,799,88 11,07011,070 NormalNormal
Table 3. Hasil normalitas data

Berdasarkan tabel 3.3 diperoleh thitunguntuk data pretest sebesar 7,79, thitunguntuk data posttest sebesar 9,88. Harga tersebut dibandingkan dengan harga Chi-Kuadrat dengan tabel dk (derejat kebebasan = jumlah kelas – 1) yaitu (6-1 = 5). Apabila dk 5 dengan signifikan 5%, maka harga Chi-Kuadrat ttabel sebesar 11,070. Setelah dibanding antara thitungdengan ttabel menunjukkan kedua data pretest posttest lebih kecil dari ttabel. Data pretest thitung7,79 ≤ ttabel11,070. Data posttest thitung9,88 ≤ ttabel11,070. Jadi dapat disimpulkan bahwa data pretest dan posttest berdistribusi normal.

Hipotesis pertama, Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum diterapkan model pembelajaran Group Investigation. Analisis data akan dideskripsikan bahwa peneliti menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan uji t, dengan demikian akan diketahui ada tidaknya pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS di SDN Suko 1 Sidoarjo.

Keterangan Pretest Posttest (D) Jumlah siswa X2d
Total skorNilai rata-rata 154066,9 191583,4 375 23 360,87
Md = 16,3thitung = 19,31
Table 4. Hasil Uji t

Berdasarkan tabel 3.4 diatas diperoleh hasil uji t sebanyak 19,31. Diketahui ttabel 1,717 dengan taraf signifikan 5%. ttabel diperoleh dari dB = N – 1 = 20 – 1 = 19. Disimpulkan bahwa thitung > ttabel yaitu 19,31 > 1,717. Hal ini dapat dinyatakan ada pengaruh dari model pembelajaran Group Investigationterhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Suko 1 Sidoarjo.

Hal tersebut dikarenakan model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang kegiatan pembelajarannya dilakukan secara berkelompok dan terstruktur dengan baik. Model pembelajaran Group Investigation ini menekankan siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan melibatkan siswa aktif maka proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Dominasi guru berkurang karena partisipasi siswa meningkat. Didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Mustofa, dkk (2018) yang berjudul “Penerapan Model Group Investigation (GI) Berbantuan Media Video Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas IV SD” dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata 80. Hasil tersebut terbukti bahwa model pembelajaran Group Investigationberpengaruh.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Mustofa, dkk membuktikan bahwa model pembelajaran Group Investigation merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencari penyelesaian. Menurut Hendri (2014:10) dalam jurnal Mustofa dkk, model Group Investigation menekankan peran aktifnya siswa dalam pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok. Dengan melibatkan siswa aktif, maka proses pembelajaran akan menjadi lebih bermakna. Dominasi guru berkurang karena partisipasi siswa meningkat.

Untuk mengetahui ada pengaruh kecil, sedang atau besar dalam penelitiannya peneliti menggunakan rumus Eta Square. Berdasarkan hipotesis yang ada maka peneliti merumuskan hipotesis statistika: Ada pengaruh positif yang signifikan antara model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas IV mata pelajaran IPS di SDN Suko 1 Sidoarjo.

Jumlah Sampel Eta Squared Kriteria perjenjangan seberapa besar Keterangan
23 0,94 0,14 Terdapat pengaruh besar
Table 5. Hasil Eta Squared

Berdasarkan tabel 3.5 perhitungan dengan menggunakan rumus Eta Square diperoleh hasil 0,94. Hasil tersebut menunjukkan kriterianya ada pengaruh besar penelitian ini terhadap hasil belajar kognitif siswa. Dari hasil perolehan tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS di SDN Suko 1 Sidoarjo. Penggunaan model ini dapat berpengaruh besar karena model Group investigation melatih siswa lebih aktif dalam pembelajaran, dapat menuangkan idenya dengan kreatif, melatih siswa belajar bekerja sama dan dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam membuat suatu keputusan.

Didukung dengan penelitian Sri Wahyuni (2014) dengan judul “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Group Investigation (GI) Pada Siswa Kelas VI SDN Bandung, Wonosegoro”. Dengan menggunakan model Group Investigation terdapat perbedaan hasil belajar siswa sebelum dan sesudah diberi perlakuan dengan model Group Investigation pada saat pembelajaran berlangsung. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata peningkatan hasil belajar sebasar 0,83 yang termasuk dalam kategori pengaruh besar.

Penelitian yang dilakukan oleh Sri Wahyuni membuktikan bahwa model Group Investigation dapat berpengaruh besar terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa dikarenakan kelebihan penerapan model Group Investigation yang meliputi a) mendorong keaktifan siswa dalam pembelajaran, b) meningkatkan antusias belajar siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung, c) siswa belajar kerjasama yang bersifat konstruktif dan saling menghargai.

Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan hasil pembahasan dan analisis data dapat disimpulkan (1) Bahwa ada pengaruh model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS di SDN Suko 1 Sidoarjo, (2) bahwa ada pengaruh positif yang signifikan antara model pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS di SDN Suko 1 Sidoarjo.

Ucapan Terima Kasih

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, serta kepada kedua orang tua dan pihak sekolah SDN Suko 1 Sidoarjo yang telah mengizinkan peneliti untuk melakukan peneletian di tempat tersebut, tidak lupa terimakasih kepada teman-teman yang selalu memberikan support dan doanya.

References

  1. Aris Shoimin, 68 Model Pembelajaran Inovatif Dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014.
  2. R. Afandi, “Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar,” J. Pedagog., vol. 1, no. 1, p. 86, 2011.
  3. A. Angga, “Penerapan Model Group Investigation Berbantuan Media Video Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Kelas IV SD,” Kalam Cendikia, vol. 6, no. 2, p. 27, 2018.
  4. A. Susanto, Pengembangan Pembelajaran IPS Di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group, 2014.
  5. I. W. Darmayoga, “Pengaruh Implementasi Metode Mind Mapping Terhadap Hasil Belajar IPS Ditinjau Dari Minat Siswa Kelas IV SD Sathya Sai Denpasar,” Pendidik. Dasar, vol. 3, 2013.
  6. S. Wahyuni, “Peningkatan Keaktifan Dan Hasil Belajar IPS Melalui Model Group Investigation (GI) Pada Siswa Kelas VI SDN Bandung, Wonosegoro,” Scholaria, vol. 4, no. 3, 2014.
  7. S. Muzzilawati, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Berbantuan Media Kartu Potret Budaya Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Pembelajaran IPS,” Pena Ilm., vol. 2, no. 1, 2017.
  8. A. Susanto, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group, 2013.
  9. N. Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011.
  10. Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta, 2017.