Abstract
Education is an important aspect of preparing human resources as a means of national development. The success of education in improving human resources is not from teachers' role in developing student abilities. Professional teachers are required to have skills, skills in which pedagogic skills are one of the skills of a quality classroom teacher. One of the factors that affect the quality of teacher learning is the learning model. According to Robert Slavin, this study aims to describe the concept of the STAD type cooperative learning model and the relevance of the STAD type cooperative learning model to the process skills of elementary school students. The research method uses the method of literature study or literature study. The results showed that the concept of the STAD type cooperative learning model according to Slavin is a learning model carried out through small groups consisting of 4 to 5 students in a group or team, where each team or group consists of heterogeneous students (various types of different) such as gender, ability, ethnicity and race, and each group has a tutor as a student in carrying out group learning. Furthermore, the results show that its relevance to elementary school students' skills shows that the STAD type cooperative learning model (student team achievement division) can develop elementary school student process skills, where the discussion process carried out by students through quizzes involves students actively in higher-order thinking activities. It shows that the STAD cooperative learning model (student team achievement division) is very relevant for developing the skills of elementary school students
Pendahuluan
Pembangunan nasional merupakan salah satu tujuan dalam mencapai tujuan bangsa Indonesia. Keberhasilan pembangunan nasional tidak terlepas dari peran pendidikan. Melalui peningkatan kualitas pendidikan diharapkan juga meningkatkan sumber daya manusia sehingga menjadi bangsa maju. Menurut Dirgantoro menjelaskan bahwa pendidikan sebagai sarana dalam peningkatan mutu sumber daya manusia dalam menghadapi era globalisasi [1]. Pandangan tersebut mengungkapkan bahwa di era persaingan bebas pentingnya pendidikan sebagai sarana pembangunan nasional dalam rangka peningkatan sumber daya manusia agar manusia Indonesia berdaya saing. Keberhasilan pembangunan tidak terlepas dari penyiapan manusia Indonesia yang unggul. Dalam hal tersebut, pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pembangunan. Pelaksanaan pendidikan tidak terlepas dari pendidikan formal, salah satu jenjang pendidikan yaitu jenjang pendidikan sekolah dasar. Menurut Khair mengatakan sekolah dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal yang pertama ditempuh siswa, pendidikan sekolah dasar bertujuan mempersiapkan siswa pada jenjang selanjutnya, hal tersebut seharusnya pada jenjang sekolah dasar (SD) diharapkan mampu membangun landasan yang kokoh untuk mempersiapkan siswa pada jenjang selajutnya [2]. Artinya pendidikan sekolah dasar memegang peran sebagai landasan pengembangan kemampuan intelektual siswa dalam mempersiapkan gerasi muda yang bermutu.
Keberhasilan pendidikan tidak terlepas dari peran guru dalam pelaksanaan. Suyono dan Harianto mengatkan bahwa guru memiliki peran sebagai fasilitator siswa dalam mengembangakan ilmu pengetahuan, kemampuan intelektual, sosial, emosi dan spiritual siswa [3]. artinya guru merupakan salah satu kunci utama dalam mencapai tujuan pendidikan, dimana guru berperan sebagai pengembang dan penstransformasi ilmu pengetahuan kepada siswa secara langsung didalam kelas. Pelaksanaan keberhasilan pendidikan tidaklah mudah, sebab dalam pelaksanaan pendidikan masih ditemukan berbagai permasalahan. Abdullah mengatakan salah satu permasalahan pendidikan yaitu kesenjangan tujuan dalam mencapai keberhasilan pendidikan. Lebih lanjut, Abdullah mengatakan salah satu mencapai tersebut ialah penggunaan pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan guru [4]. Sedangkan hasil studi Rohaman menunjukkan bahwa pemilihan suatu metode dan model pembelajaran menjadi salah satu masalah utama dalam pembelajaran dalam semua mata pelajaran [5]. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan masih ditemukan permasalahan diantaranya dalam mencapai pelaksanaan pendidikan guru masih mengalami permasalahan penggunaan model pembelajaran di kelas.
Selanjutnya, hasil penelitian Hasan menunjukkan bahwa pada jenjang sekolah dasar guru masih mengalami permasalahan kesulitan pemilihan model pembelajaran dikelas [6]. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa guru masih mengalami permasalahan dalam pemilihan model pembelajaran dikelas, permasalahan tersebut sangatlah urgen. Sebab guru dituntut memiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas dengan memilih model pembelajaran yang inovatif. Menurut Trianto hakekat model pembelajaran ialah suatu perencanaan yang terstruktur digunakan guru sebagai tutorial atau pedoman pengajaran didalam kelas untuk mencapai tujuan belajar siswa [7]. Artinya model pembelajaran merupakan aspek penting sebagai upaya dalam mencapai keberhasilan siswa. Sedangkan, Slameto menjelaskan bahwa belajar merupakan suatu usaha yang dilakukan seseorang untuk merubah tingkah laku lama ke tingkah laku yang baru secara keseluruhan berdasarkan pengalaman interaksi dengan lingkungan [8]. Lebih lanjut, Dimyati dan Mudjiono hasil belajar ialah komponen penting sebagai tolak ukur keberhasilan siswa dalam mencapai sebuah kompetensi [9]. Salah satu aspek dalam mencapai kebehasilan siswa dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran ialah model pembelajaran yang digunakan guru. Model pembelajaran merupakan komponen pembelajaran yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan siswa dalam mempelajari sebuah kompetensi. Menurut Sanjaya model pembelajaran merupakan salah satu sarana guru dalam mencapai tujuan pembelajaran dikelas [10]. Salah satu model pembelajaran inovatif yang banyak digunakan dalam menyelesaikan permasalaha pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Students Team Achivement Devitions).
Berkenaan dengan berbagai uraian dan permasalahan diatas, bahwa model pembelajaran merupakan salah satu komponen penting sebagai sarana dalam mencapai tujuan pembelajaran, dimana tujuan pembelajaran merupakan sebagai salah satu aspek dalam mencapai keberhasilan pendidikan, salah satu model pembelajaran yang inovatif yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Berdasarkan berbgai uraian diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian “Studi Literatur: Analisis Konsep pembelajaran Kooperatif Tipe STAD menurut Slavin.”
Metode Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriftif kualitatif dengan jenis penelitian studi literatur (literatur review) atau disebut dengan penelitian penelitian kepustakaan (library research). Mestika menjelaskan bahwa jenis penelitian studi literatur atau studi kepustakaan adalah suatu bentuk proses kegiatan atau serangkaian penelitian yang dilakukan melalui memanfaatkan berbagai sumber-sumber dokumen atau kepustakaan dengan cara mencatat, membaca serta mengelola bahan atau sumber tersebut . Sementara itu, Syaodih menjelaskan penelitian studi literatur atau studi kepustakaan ialah suatu jenis kegiatan penelitian yang dilakukan dengan pencarian atau mengumpulkan sumber-sumber dari kepustakaan seperti ensklopedia, buku, jurnal ilmiah (publikasi ilmiah), koran, majalah, dokumen sejarah dan dokumen-dokumen lain [11]. Pendapat diatas tersebut menunjukkan bahwa penelitian studi pustaka atau literatur suatu proses kegiatan penelitin yang dilakukan dengan pengumpulan, menelaah, serta menginterprestasikan berbagai sumber-sumber kepustakaan yang dapat berbentuk seperti diantaranya; jurnal ilmiah/prosiding ilmiah (hasil publikasi ilmiah, buku, ensklopedia, majalah, koran, dokumen sejaran dan dokumen penting. Pada penelitian ini bertujuan mendeskripsikan konsep model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achivement Devision) menurut pandangan Slavin. Pada penelitian ini akan mengkaji secara literatur melalui sumber yang ditulis Slavin dalam berbagai bentuk seperti buku mapun publikasi ilmiah dan berbagai sumber lain yang memiliki keterkaitan dengan tema penelitian.
Teknik analisis data berhubungan dengan bagaimana menganalisis data untuk hasil penelitian. Pada penelitian ini, data yang telah sudah didapatkan kemudian dilakukan analisis dengan metode analisis deskriptif. Analisis data merupakan suatu proses kegiatan dalam pencarian beserta melakukan penyusunannya secara terstruktur dan sitematis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain [12]. Pada metode analisis deskriptif penelitian ini dilakukan melalui studi analisis dengan mendeskripsikan berbagai temuan dari fakta, menguraikannya, memberikan pemahaman dan penjelasan. Pada penelitian ini, teknik analisis data menggunakan studi literatur yang akan melalui tahapan-tahapan yang harus dilakukan seperti: (a) Pada tahap pertaman analisi data pada penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan berbagai literature seperti buku yang relevan (Karya Robert E. Slavin) dan berbagai hasil-hasil penelitian relevan yang sesuai dengan ide penelitian, kemudian peneliti melakukan proses review terhadap beberapa istilah penting dalam penelitian seperti nama peneliti, metode penelitian, tahun terbit jurnal, , tujuan penelitian, sampel, instrument (alat ukur) dan ringkasan hasil atau temuan-temuan yang digunakan dalam menjawab penelitian sesuai rumusan masalah. Pada penelitian ini melakukan review buku dan karya ilmiah Robert E. Slavin. Selanjutnya untuk menjawab penelitian juga melakukan revie buku dari Isjoni dan Agus Suprijanto. b) Kemudian membandingkan hasil temuan-temuan penelitian, pada tahap ini mensistesis hasil review untuk disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, (c) Dilanjutkan dengan menginterpretasikan dan analisis perbandingan dengan fokus penelitian. (d) Menyusun kesimpulan berdasarkan hasil analisis [15].
Hasil dan Pembahasan
A. Hakekat Pembelajaran Kooperatif
Penerapan model pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guru sebagai upaya dalam mencapai keberhasilan dalam mengajarkan sebuah materi pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut dapat memilih model pembelajaran yang tepat. Slavin mengatakan “cooperative learning has been suggested as the solution for wide array of educational problems”. Artinya pembelajaran kooperatif sebagai solusi dlam menyelesaikan permasalahan pendidikan. Pandangan Slavin menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat sebagai solusi dalam permasalahan proses pembelajaran, dan model ini merupakan model pembelajaran yang mengajarkan keterampilan berpikir. Hal tersebut diungkapkan Arends bahwa model pembelajaran kooperatif. Konsep model pembelajaran kooperatif menurut Slavin bahwa “in cooperative learning instructional methods, or peer-assisted learnin students work together in small groups to help each other learn. Many quite different approaches to cooperative learning exis. Pandangan Slavin mengenai model pembelajaran kooperatif tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang menekankan pembelajaran berkelompok kecil. Pandangan Slavin menurut pendapat Lie bahwa yang dimaksud berkelompok dalam pembelajaran kooperatif yaitu tidak hanya sekedar berkelompok, ada unsur-unsur yang membedakan dalam berkelompok, dalam kooperatif masing-masing kelompok memiliki aturan yang sistematis
Sedangkan, Isjoni menjelaskan konsep model pembelajaran kooperatif menurut Slavin ialah pada kegiatan pembelajaran tidak di dominasi guru, akan tetapi dalam berkelompok siswa dituntut saling menggali berbagai informasi. Pandangan Slavin mengenai pembelajaran kooperatif yaitu dimana siswa dibagi kedalam 4 siswa dalam satu kelompok, serta proses pembelajaran dilakukan secara heterogen berdasarkan beberapa perbedaan seperti jenis kelamin dan kemampuan, diaman proses pembelajaran terdapat tugas secara kelompok dan individu. Pandangan tersebut diungkapkan Slavin Sebagai berikut.
Slavin mengatakan “student are assigned to four-member learning teams that are mixed in performance level, gender, and ethnicity. The teacher presents a lesson, and then students work within their teams to make sure that all team members have mastered the lesson. Finally, all students take individual quizzes on the material, at which time they may not help one another”
Pandangan Slavin diatas menjelaskan bahwa dalam pembelajaran kooperatif pembentukan tim dilakukan dengan cara homogen, dimana dalam pembentukan tim dalam pembelajaran dengan menggabungkan berbagai kemampuan siswa yang berbeda. Senada dengan itu, Solihatin dan Raharjo menjelaskan pendapat Slavin bahwa yang dimaksud model pembelajaran kooperatif ialah suatu model pembelajara dimana siswa bekerja dan belajar secara berkelompok dengan setiap kelompok beranggotakan 5 sampai 6 siswa yang heterogen. Pandangan tersebut menekankan bahwa pada pembelajaran kooperatif siswa tidak dibedakan, pada setiap kelompok disarangkan dengan siswa yang berbeda. Lebih lanjut, Singh dan Agrawal mempertegas pandangan Slavin bahwa “cooperative learning is the learning process in which individuals learn in a small group with the help of each other” . Pandangan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan proses pembelajaran dengan melibatkan siswa untuk belajaran dengan kelompok-kelompok kecil. Lebih lanjut Singh dan Agrawal mengatakan “cooperative learning gives importance to cooperation as against our present educational system, which is based on competition”. Artinya pada pembelajaran kooperatif orientasi pembelajaran bersifat kompetisi, hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun berkelompok, akan tetapi setiap individu berkesempatan mengembangkan kompetensinya masing-masing. Pandangan tersebut menunjukkkan msekipun pembelajaran kooperatif meskipun dilakukan berkelompok akan tetapi pembelajaran menekankan pada kompetensi yang dimiliki siswa bersifat individu serta meningkatakan kemampuan interpersonal siswa.
B. Hakekat Kooperatif Tipe STAD Menurut Slavin
Pada model pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe, salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang yaitu tipe STAD (student teams achievment division). Slavin mengatakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan suatu model pembelajaran kooperatif tipe yang sederhana, serta model STAD sangat tepat bagi pendidik pemula . Slavin merupakan salah satu pakar yang menggagas pembelajaran kooperatif tipe STAD. Slavin mengatakan “STAD and TGT have been used in a wide variety of subjects, from mathematic: to language arts to social studies, and have been used from second grade through college” [13]. Pandangan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran STAD dapat digunakan pada berbagai mata pelajaran dan pada semua jenjang pendidikan. Lebih lanjut, Slavin mengatakan “the STAD method is most appropriate for teaching well-defined objectives with single right answers, such as mathematical computations and applications, language usage and mechanics, geography and map slulls, and science facts and concepts. However, it can easily be adapted for use with less well-defined objectives by incorporating more open-ended assessments, such as essays or performances” .
Padangan Slavin menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan pada semua jenis mata pelajaran seperti matematika, bahasa dan ilmu pengetahuan sosial. Namun, STAD jugar dapat digunakan pada mata pelajaran yang memerlukan satu jawaban yang tepat seperti matematika, geografi dan bahasa. Lebih Lanjut Slavin mengatakan “student Teams-Achievement Divisions (STAD) uses the same 4- to 5-member heterogeneous teams used in TGT, but replaces the games and tournaments with simple, 15-minute quizzes, which students take after studying in their teams” . Pandangan Slavin menunjukkan bahwa pembelajaran STAD merupakan pembelajaran dengan membentuk 4 -5 siswa, dan STAD memiliki kesamaan dengan TGT. Namun, pada proses pembelajaran STAD setiap 15 menit sekali siswa diberikan quiz atau pertanyaan seputar materi yang dipelajari, dan pertanyaan tersebut untuk di diskusikan secara kelompok. Senada dengan itu, Suryana dan Somadi menjelaskan pandangan Slavin bahwa pembelajaran STAD menurut Slavin bahwa pembelajaran yang dilakukan dengan membentuk team 4 sampai 5 siswa, dimana setiap kelompok terdiri dari siswa yang heterogen, dan pada proses pembelajaran salah satu anggota kelompok menjadi tutor. Sementara itu, Suprijono mengatakan pembelajaran kooperatif tipe STAD ialah pembelajaran yang dilakukan dengan membentuk kelompok 4-5 siswa, dimana pembentukan kelompok dilakukan dengan mencapur seperti jenis kelamin, suku, rasa tau kempuan siswa, dan dalam proses pembelajaran salah satu anggota kelompok menjadi pemandu anggota kelompoknya.
Berdasarkan berbagai pendapat diatas menunjukkan bahwa hakekat model pembelajan kooperatif tipe STAD menurut Slavin ialah suatu model pembelajaran yang sangat tepat digunakan bagi pemula atau pendidik yang baru menjadi guru, model pembelajaran STAD menupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan membentuk 4-5 orang siswa dalam kelompok, dimana dalam setiap kelompok didalamnya terdapat tutor atau ketua tim, pada pembentukan kelompok model pembelajaran STAD dilakukan secara heterogen dengan menggabungkan siswa dengan kemampuan, jenis kelamin dan suku yang berbeda dalam satu kelompok.
Keterampilan proses merupakan keterampilan yang sangat penting bagi siswa. Relevansi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan proses siswa menurut pandangan Slavin. Slavin mengatakan “the teams are given worksheets covering academic material similar to that to be included in the tournament. Teammates study together and quiz each other to be sure that all team members are prepared” [14]. Pandangan Slavin tersebut menunjukkan bahwa kooperatif tipe STAD bersifat turnamen, dimana adanya kompetisi antar individu dan antar kelompok, pada proses pembelajaran melibatkan pertanyaan tingkat tinggi. Pandangan Slavin berkenaan bahwa pembelajaran kooperatif berorientasi pada pembelajaran berpikirtingkat tinggi. Slavin mengatajan it “is often cited as a means of emphasising thinking skills and increasing higher-order learning” . Artinya pada pembelajaran kooperatif berorientasi pada higher order thinking skills, dimana keterampilan proses merupakan bagian dari ketermpilan berpikir tingkat tinggi. Pandangan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki relevansi pada peningkatan keterampilan proses siswa. Sementara itu, model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki karakteristik yang berbeda dalam proses langkah-langkah kegiatan pembelajaran. Adapun beberapa hal yang berkenaan dengan keterampilan proses pada pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Slavin. Pandangan Slavin pada model pembelajaran STAD bahwa proses pembelajaran yang dilakukan siswa tidak hanya mengacu pada hasil belajar, akan tetapi berkenaan dengan prilaku siswa yang berkenaan dengan proses belajar, diamana pada STAD mementingkan proses ilmiah dalam belajar. Hal tersebut dapat dilihat dari pandangan Slavin sebagai berikut;
Slavin mengatakan “cooperative reward structures reduce performance by reducing the connection between performance and outcome, and they increase performance by introducing interpersonal rewards for individual behavior, group norms favoring performance that helps the group to achieve its goals, and help among group members”.Pandangan tersebut menunjukkan bahwa tugas-tugas yang diberikan kepada siswa harus memiliki hubungan antara kompetensi dengan hasil belajar yang akan dicapai, adapun struktur rewar dalam pembelajaran STAD pada prinsipnya ialah mencapai keberhasialan siswa dalam pembelajaran yang dilakukan guru pada semua mata pelajaran. Selanjutnya, Slavin mengatakan “the net outcome depends on how much each of these factors is made important. For example, on some tasks, such as solving a single problem as a group, help from group members may be very useful, so a cooperative reward structure is likely to be effective”. Pandangan Slavin diatas menunjukkan pada pada pembelajaran kooperatif tipe STAD bahwa pada struktur proses pembelajaran yang dilakukan tidak hanya diskusi biasa, akan tetapai Slavin mengatakan bahwa pada STAD diskusi yang dilakukan dalam mengerjakan tugas mencakup kegiatan yang dilakukan siswa dengan pemecahan masalah, diamana kemampuan individu dan kemampuan kelompok dalam menyelesaiakan masalah. Pemecaham masalah merupakan salah satu kemampuan keterampilan proses.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Supartayasa pada siswa sekolah dasar pada pembelajaran IPA menemukan bahwa penerapan model pembelajaran STAD mempu meningkatkan keterampilan proses dan berpikir kritis siswa. Indikator keterampilan proses yang digunakan dalam penelitian Supartayasa yaitu klasifikasi, prediksi, komunikasi, menyimpulkan dan interprestasi dengan rata-rata kemampuan proses siswa dengan kategori sangat baik. Pada penelitiannya, Supartayasa menemukan bahwa yang membuat siswa sekolah dasar meningkat dalam keterampilan proses yaitu disebabkan pada pembelajaran STAD adanya tutor sebaya sehingga terjadi tukar pendapat anatar siswa dan tutor sebaya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa melalui diskusi dalam kelompok yang dipandu teman sebaya merupakan salah satu aspek dalam meningkatkan keterampilan proses siswa sekolah dasar dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Selanjutnya, hasil penelitian yang dilakukan Supardi pada siswa sekolah dasar pada pembelajaran IPA dengan menggunakan kooperatif tipe STAD menemukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD pada saat proses diskusi kelompok, siswa lebih aktif dalam melibatkan kegiatan berpikir dengan bekerja kelompok dan tukar pendapat sesame siswa, dan proses pembelajaran tidak terjadi secara hafalan. Selanjutnya, hasil penelitian Rakhmawan dan Julianto menunjukkan bahwa pemahaman siswa sekolah dasar lebih mendalam dalam mempelajaran konsep IPA dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa STAD merupakan pembalajaran yang relevan dalam mengajarkan pembelajaran IPA, pembelajaran IPA menekankan pada proses kegiatan ilmiah yang memerlukan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan secara ilmiah.
Senada dengan itu, Samatowa mengatakan pada hakekat IPA atau sains merupakan suatu bentuk pengetahuan yang objektif dan rasional mengenai alam semesta beserta segala bentuk isiny. Artinya bahwa pada prinsipnya belajar IPA merupakan suatu kegiatan yang melibatkan proses ilmiah siswa, dimana keterlibatan keterampilan proses ilmiah sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA. Lebih lanjut, Muharram dan Lodang menjelaskan hakekat pembelajaran IPA adalah suatu kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mempelajari fakta, teori dan hukum dengan cara-cara ilmia. Pandangan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran STAD dapat dikatakan relevan dengan pembelajaran IPA, sebab IPA pembelajaran yang menekankan pada keterampilan proses, sedangkan STAD memiliki langkah-langkah pembelajaran yang memiliki kaidah ilmiah. Sementara penelitian yang dilakukan Junmanili menunjukkan bahwa penggunaan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa sekolah dasar, dan pada kegiatan pembelajaran STAD Junmanili menemukan bahwa siswa lebih aktif dalam diskusi kelompok dengan cara proses ilmiah sesuai dengan pemahaman IPA [15]. Hasil penelitian Junmanili tersebut menunjukkan bahwa model STAD dapat menumbuhkan keterampilan proses siswa pada saat proses pembelajaran yang dilakukan guru.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan Susiyanto menunjukkan bahwa penerapan model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa sekolah dasar, serta hasil penelitian menunjukkan lembar kerja siswa sangat membantu siswa berdiskusi interaktif untuk tukar pikiran dengan melibatkan proses berpikir . Penelitian tersebut yang dilakukan Susiyanto menunjukkan bahwa model STAD sangat tepat digunakan dalam mengajar IPS dan proses pembelajaran yang dilakukan berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi. Artinya bahwa pembelajaran STAD dapat diterapkan pada semua bidang mata pelajaran, hal tersebut sesuai yang diungkapkan Slavin bahwa “STAD and TGT have been used in a wide variety of subjects, from mathematic: to language arts to social studies, and have been used from second grade through college”. Bahwa STAD dapat diterapkan pada mata pelajaran bahasa, IPA, IPS maupun matematika.
Berdasarkan berbagai kajian diatas menunjukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran yang dapat digunakan untuk semua pelajaran science, baik sacience natural atau science social. Pandangan tersebut menunjukkan model pemebelajaran kooperatif STAD sangat relevan dalam mengajarkan keterampilan berpiri dan kaidah ilmu pengetahuan, serta pembelajaran STAD sangat relevan untuk digunakan dalam menumbuhkan atau meningkatkan keterampilan proses siswa sekolah dasa
Kesimpulan
Berdasarkan analisis data melalui studi literatur melalui berbagai sumber buku dan jurnal, maka kesimpulan dalam penelitia ini yaitu pertama, konsep model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division) menurut Slavin ialah suatu model pembelajaran yang dilakukan melalui kelompok-kelompok kecil terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa dalam satu kelompok atau tim, dimana pada setiap tim atau kelompok terdiri dari siswa yang heterogen (berbagai jenis yang berbeda) seperti jenis kelamin, kemampuan, suku dan ras, serta setiap kelompok terdapat tutor sebabaya sebagai pemandu siswa dalam melaksanakan pembelajaran dikelompoknya. Selanjutnya, dalam proses pembelajaran STAD dilakukan dengan diskusi kelompok melalui quiz atau pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan materi atau kompetensi yang dipelajari siswa, quiz diberikan sebagai bahan diskusi untuk menumbuhkan keterampilan berpikir siswa secara individu. Kedua, Berdasarkan hasi analisis berberapa referensi dari sumber dari Slavin baik melalui buku dan jurnal, serta hasil-hasil penelitian lain yang dipublikasikan di jurnal membahas model pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division) relevansinya terhadap keterampilan proses siswa sekolah dasar menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD (student seams achivemen devision) dapat mengembangkan keterampilan proses siswa sekolah dasar, dimana proses diskusi yang dilakukan siswa melalui quiz melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan berpikir tingkat tinggi, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif STAD (Student Teams Achievement Division) sangat relevan untuk mengembangkan keterampilan proses siswa sekolah dasar.
References
- Abdullah. 2017. Pendekatan dan Model Pembelajaran Yang Mengaktifkan Siswa. Edureligia, Vol. 1 No. 1.
- Dirgantoro, A. 2016. Peran Pendidikan Dalam Membentuk Karakter Bangsa Menghadapi Era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jurnal Rontal Ke Ilmuan Pkn, Vol 2 No. 1.
- Hasan, H. 2015. Kendala Yang di Hadapi Guru Dalam Proses Belajar Mengajar Matematika di SD Gani Kabupaten Aceh Besar. Jurnal Pesona Dasar, Vol. 1 No. 4.
- Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Cetakan ke 2. Bandung: Alfabeta Tahun.
- Muharram, Lodang, H., Nurhayati dan Tanrere, M. 2010. Pengembangan Model Pembelajaran IPA Berbasis Bahan di Lingkungan Sekitar Melalui Pendekatan Starter Experimen. (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16 No. III.
- Lubis, H. 2018 Kompetensi Pedagogik Guru Kelas Dalam Pembelajaran Peserta Didik. Tunarungu. Cakrawala Dini:Jurnal Pendidikan Usioa Dini, Vol 9 No 1.
- Mestika, Z. 2008 Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
- Rochman, A. 2009. Masalah Pembelajaran dan Upaya Pencarian Solusi Melalui Klinik. Majalah Ilmiah Pembelajaran, No. 1.
- Suyono dan Harianto. 2012. “Belajar dan Pembelajaran”. Bandung: Remaja Rosdakarya.
- Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
- Syandih, N. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
- Slavin, R. E. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Terjemahan Nurulita. Bandung: Nusa Media.
- Slavin, R. E. 2010. Co-operative Learning: What Makes Groupwork Work?. OECD.
- Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu (Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Bumi Aksara.
- Tukiran, Ma’mur, B. dan Priyanto, E. 2019. Model Pembelajaran Student Team Achivemen Devision. Prosiding Seminar nasional Universitas Muhammadiyah Purwokerto ISBN: 978-602-6697-43-1.