Elementary Education Method
DOI: 10.21070/ijemd.v1i0.557

Management of Islamic Boarding School Curriculum Integration in Improving the Quality of Madrasah Education


Hubungan Pendidik dan Peserta Didik Dalam Konsep Pendidikan Islam Menurut Abbudin Nata

Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
Indonesia

(*) Corresponding Author

Islamic Education Educators Students

Abstract

This research is based on the phenomenon of the relationship between educators and children in the concept of Islamic education which was initiated by Abbudin Nata. so he has a big share in the progress of Islamic education, within the scope of teaching which is the subject of research questions, namely: What is the concept of Islamic education according to Abbudin Nata? How is the application of the concept of Islamic education according to Abbudin Nata? To solve this question, this study uses library research (library research). Because the research here uses literature, the writer examines the concept of Abuddin Nata's thoughts with other people's books. The results of the research show that according to Abuddin Nata, first, Islamic education according to Abuddin Nata is an effort to foster, guide and instruct students who make learning habits accept with sincerity of learning, seeking knowledge for the sake of Allah, consciously and planned to have a personality in accordance with the values ​​of Islamic teachings, namely the Al-Qur'an and Sunnah. Second, the concept of educators according to Abuddin Nata is an Islamic scholar who has a very broad knowledge of Islam based on his experience because it requires educators to be sincere only for Allah SWT, what is the condition of educators to be the most role models for their students. His view of students is that they are creatures that have natural potential and, giving up everything just to learn, pursue knowledge solely because of Allah SWT, being kind to their teachers.

Pendahuluan

maju atau mundurnya suatu bangsa dipengaruhi dengan pendidikan, jika pendidikanya berkualitas maka Negara juga akan mengikutinya dengan begitu akan menghasilkan manusia yang beriman dan berilmu pengetahuan tentu akan mempengaruhi di dalam masyarakat Tarbiyatul islam bisa kita tinjau dari berbagai aspek dalam ajaran islam secara kaffah, dikarenakan dalam pendidikan islam tidak bisa lepas dari hakekat dan tujuan manusia hidup dimuka bumi ini oleh sebab itu maka untuk menghasilkan individu individu hamba sahanya yang beribadah dan selalu beristiqomah kepada Allah SWT, supaya mendapatkan kehidupan yang tentram di akhirat dan di dunia dalam tatanan social ini menjadi rahmatan lil alalamin, sasaran yang hendak dicapai dalam islam.[1] Sedangkan banyak sekali pengertian dari definisi pendidikan diantaranya, mengolah rasa rohani dan jasmani ingin selalu merasa kurang terhadap ilmu apapun itu sebagaimana kita akan selalu haus kekayaan tapi bukan kekayaan duniawi akan tetapi kekayaan ukhrowi, Dalam pengertian pembelajaran islam terbagi menjadi dua pembahasan diantaranya pengajaran yang mana tidak bisa kita pisahkan dari pendidikan karena pendidikan sendiri yaitu rancangan rencana pembelajaran yang hendak diwujudkan sedangkan landasan pengajaran dengan melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam lembaga.[2]

Dalam upaya mengembangkan pendidikan di era modern tidak cukup hanya dengan memberikan bekal ketrampilan, pengetahuan, keimanan dan ketakwaan saja, akan tetapi mereka juga harus diarahkan dalam melahirkan manusia yang inovatif, kreatif, mandiri serta produktif, melihat perkembangan massa yang akan datang merupakan persaingan yang ketat.[3] Pada dasarnya Untuk menjadikan kualitas lembaga pendidikan maju sumber utamanya berasal dari pendidik. Meskipun ditopang dengan berbagai fasilitas bangunan fisik serta kurikulum yang begitu megah sekali pun, jika tidak yang bertugas menjadi pendidik maka akan sia-sia. Factor peran utamanya adalah pendidik. Abuddin,Sehingga diperlukanya memperbaiki kualitas dari pendidik supaya bisa mengorbitkan insan-insan peserta didik yang memiliki kualiatas, moralitas serta integritas. Sedangkan yang menjadikan persoalan dizaman saat ini problem terhadap perkembangan teknologi, dan berdampak terhadap inovatif, kreatif pendidik selama melaksanakan proses pembelajaran, dengan itu pengaruh dari kurikulum dituntut waktu pengajaran diharuskan memakai media computer. Sedangkan pendidik belum siap mengoperasionalkan strategi dan media pembelajaran, oleh sebab itu para peserta didik merasakan belum siap menerima pembelajaran dengan leluasa serta mempraktekanya dalam keseharianya

Adapun secara keseluruhan bisa diketahui hakekatnya setiap insan-insan mempunyai bakat. menjadikan ia seorang pendidik, tetapi bukan semata-mata kepada peserta didik tapi terutuk semua insan yang hidup dimuka bumi ini. Modal niat, sabar serta ikhlas dijadikan sebagai pendidik akan tetapi juga para peserta didik diharuskan juga memilikinya. untuk mencapai keberhasilan dituntut adanya hubungan diantara murid dan guru yang kekeluargaan sehingga akan mengenal inside lebih dalam watak serta karakter. Membentuk pendidikan tidak hanya mencerdaskan kehidupan manusia akan tetapi membetuk perilaku moralitas pula lebih menjadikan kepentingan utama. Ilmu pengetahuan dimanapun bisa dicari semua manusia melalui baca buku dan internet, Menjadikan profesi sebagai pendidik mempunyai peran yang vital di sebabkan dituntut untuk merubah karakter serta watak peserta didik menjadi lebih baik. Melihat pola kerangka berpikir terhadap pendidikan,

Metode Penelitian

Mengenai penelitian ini penulis mengunakan bentuk penelitian kepustakaan (library reseach) karena data-data yang akan di kumpulkan dan diteliti berasal dari sumber data sekunder karya tulisan abbudin nata yang terkait dengan pokok permasalahan. Makna dari penelitian library reseach merupakan mencari data berdasarkan hasil dari proses membaca buku-buku jurnal serta literature diberbagai tempat tidak harus dari perpustakaan.[4]

Pembahasan

Pendidik menurut Abuddin Nata

Kegunaan daripada pengertian pendidik merupakan mengarahkan seseorang yang sedang melaksanakan kegiatan serta memberikan keterampilan, pengalaman, dan pendidikan. manusia yang melaksanakan agenda kegiatan. Bisa siapa saja serta dimana aja, termasuk dirumah orang tua yang sudah menumbuhkan serta mendidik. Disebabkan secara teologis dan moral mereka yang sudah diberikan pertanggung jawaban terhadap mendidik anaknya. Kemudian kalau dilembaga pertanggung jawaban penuh diserahkan kepada pendidik atau guru. sedangkan dimasyrakat dilaksanakan kepada organisasi-organisasi kependidikan. Oleh sebab itu yang bisa dinamakan pendidik yaitu ustadz, guru, kedua orang tua, serta tokoh masyarakat lainya.[5]

Adapun istilah pendidikan, secara umum telah dimaknai sebagai suatu proses interaksi diantara Anak didik (siswa) dan pendidik (guru) untuk mengapai suatu tujuan yang sdah di tentukan. Mengacu dari tujuan-tujuan diantaranya berupa pembelajaran kompetensi KI/KD dan kompetensi inti. Komponen utama dari pendidikan yang tidak bisa di pisahkan yaitu tujuan pendidikan, pendidik, Anak didik, andaikan tidak lengakap diantara ketiganya maka belum bisa menjalankan pendidikan.[6] Pendapat Abuddin Nata terhadap tugas guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar diantaranya.

Pertama. Sebagai bagian fasilitator serta mediator. Sebagai fasilitator pendidik berusaha mencarikan refrensi yang berasal literatur, artikel jurnal dan buku-buku. Kegunaan fasilitator pendidik harus bisa mengolah rasa keingintahuan peserta didik terhadap pelajaran. Maka apabila pendidik akan lapar dengan keilmuan peserta didik juga akan merasakan hal yang sama. [7]

Kedua. Pendidik merupakan Demostrator. Beliau mengaikatkan dengan seorang pendidik hendaknya bisa menguasai materi pelajaran atau bahan materi yang akan di ajarkan. Agar meningkatkan pengetahuan yang dimilikinya supaya mudah difahami oleh peserta didik, mendidik secara totalitas merupakan belajar. Inti dari pengertian pendidik yaitu bahwa seorang pendidik hendaknya mempelajari materi terlebih dahulu sebelum mengajarkan.[8]

Ketiga. Di dalam undang-undang Dosen dan Guru sebagai evaluator. Merupakan pelaksana tugas guru adalah mengevaluasi sedangkan tugas dan fungsi yaitu evaluator. Evaluasi ini membahas mengenai perilaku tingkah para anak didik maupun berkenaan dengan pelajaran. Tujuan daripada hasil Evaluasi yaitu mentransfer kemampuan peserta didik mengacu pendapat dari atas yang bisa kita ketahui bahwa pekerjaan dari pendidik menyangkut dengan keterkaitan belajar mengajar.[9]

Peserta didik menurut abuddin Nata

Pengertian daripada anak didik merupakan manusia yang melaksanakan proses dengan membutuhkan arahan serta bimbingan yang terukur sampai kearah tujuan optimal sesuai dengan kemampuan fitrahnya.[10] Adapun pengertian dari segi psikologi perfektif peserta didik yaitu sekumpulan individu sedang melaksanakan proses perkembangan serta pertumbuhan secara psikis ataupun fisik. Sehingga mereka membutuhkan arahan serta bimbingan yang continuew sampai kearah sesuai minat firahnya atau bisa disebut bahan mentah (raw material). Makna ini hakekatnya pesrta didik senantiasa berkembang serta tumbuh kearah yang baik, serta natural (alamiah).[11] Pada dasarnya pengetahauan ilmu berasal dari Allah SWT, berasal dari kepastian tersebut, oleh sebabitu keluarlah mengenai memohon bagi seorang hamba terhadap Allah SWT yang menjadikan kewajibanya sebagai peserta didik ingin mewujudkan sesuatu pencari ilmu.

Sifat dan Akhlak Peserta Didik

Pada dasarnya sebagian menerangkan terhadap dari karakter setiap peserta didik mempunyai karakter serta budi pekerti dalam menjunjung medapatkan belajar secara optimal. Karakter yang baik bisa mendapatkan pengetahuan ilmu yang maksimal. Mengacu dari pemaparan dari atas karakter-karakter tersebut yang harus dipunyai dari setiap peserta didik, disebabkan dalam mencari ilmu serta kerelaan mendapatkan pengetahuan ilmu padadasarnya ialah semata mencari ridho untuk Allah SWT. Juga mencari keridhoan dari seorang pendidik,Apabila karakter harus dipunyai dari anak didik pandangan Abuddin Nata diantaranya :

Pertama:mempunyai sifat ikhlas semua karena Allah SWT. Tidak boleh bagi peserta didik mencari ilmu dengan niat ingin dipandang oleh manusia lebih, serta tidak boleh mencari keberhasilan duniaya saja dan mencari posisi kedudukan dari orang lainya A Fatah Yasin (2008) Seperti apa yang pernah dikatakan ulama yang berbunyi :‘’Apabila dinatara kalian menuntut pengetahuan ilmu hanya supaya ingin memperoleh kebahagian akhirat serta dunianya maka lebih bahagia dengan keilmuanaya. Sebaliknya apabila bagi peserta didik menutut pengetahuan ilmu semata-mata demi menghasilkan kedunian dari manusia maka merugilah ia’’

Kedua:sebagai peserta didik pula dituntut memiliki terhadap pendidik serta pengetahuan ilmu, tidak boleh mempunyai karakter sombong terhadap ilmu, sebagai peserta didik hendaknya juga mempunyai karakter tawakal serta wara’. setelah itu ia akan mendapatkan kemudahan selama belajar peserta didik harus mempunyai karakter rendah diri pula supaya diperhatikan oleh temanya dilembaga. Supaya mudah mempelajari pelajaran peserta didik harus menyempurnakan karakter rendah hati kepada temanya. Perlu juga merawat pikiran hati, misalnya berserah diri terhadap Allah SWT, memohon pengampun dosa kepada-Nya, tawakal serta berharap mendapatkan keridhaan-Nya

Ketiga:Memamerkan budi pekerti yang luas termasuk kepada pendidiknya. berusaha membuat pendidik bahagia serta tidak akan memperlihatkan kelakuan yang buruk terhadap pendidiknya.

Keempat:Hendaknya menekuni ketika melaksanakan pembelajaran serta bersungguh-sungguh ketika ingin mendapatkanya dengan memakai waktu malam dan siang penting terlebih menuntut ilmu. Supaya memperhatikan kesungguhanya selama mempelajari pelajaran. Bahkan ketika melakukan perjalanan. Peserta didik pula berupaya bisa membagi waktu yang bermanfaat.[12]

Kelima:Hendaknya peserta didik meperhatikan serta memelihara bagian tubuhnya yang dibutuhkan dalam menuntut pengetahuanya ilmunya. Disebabkan sebagai peserta didik yang menuntut ilmu membutuhkan kematangan fisik yang maksimal, berupa fikiran yang jernih, akal sehat, jiwa yang sehat,

Etika peserta didik terhadap pendidik

Ketika melaksanakan kegiatan menuntut ilmu. Peserta didik membutuhkan arahan serta pengajaran dari seorang pendidik sebagai motivator, yang sesuai dengan firman Allah SWT

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۚ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya : Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui (Qs.An-nahl : 43)

وَمَآ أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِىٓ إِلَيْهِمْ ۖ فَسْـَٔلُوٓا۟ أَهْلَ ٱلذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya : Kami tiada mengutus rasul rasul sebelum kamu (Muhammad), melainkan beberapa orang-laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui.(Qs.Al-Anbiya :7)

Adapun pelajar yang ingin memperoleh ilmu membutuhkan arahan serta pengajaran dari peran pendidik.[13] Suatu saat akan muncul perilaku yang baik dari peserta didik oleh sebab itu sudah waktunya peserta didik memahami serta mempunyai budi pekerti untuk keperluanya masing-masing. Diantaranya yang menjadikan peserta didik meperhatikan sikap pendidik; a) Ketika memakai pakaian hendaknya memantaskan diri dengan rapi, sopan. Jangan sampai mengundang fitnah yang melampaui batas; b) Hendaknya memperhatikan perilaku, perkataan yang menimbulkan fitnah belaka.Hendaknya jaga jarak antara sesuai kebutuhan seperlunya saja; c) Hendaknya saling menghormati, memperhatikan dan menjaganya saling mengingatkan untuk keperluan dunia ataupun akhirat supaya terhindar dari kejadian yang mengkin terlanjur; d) Hendaknya mengunakan norma-norma yang berlaku di dalam Agama selama melakukan proses kegiatan belajar didalam atau diluar sekolah.

Mengacu dari pandangan diatas dapat diambil wawasanya sebagai peserta didik membutuhkan perilaku penampilan serta perhatian dihadapan pendidik. Menjadi peserta didik hendaknya memperhatikan perbuatanya serta perkataanya ketika mengahadapi pendidik. Supaya menjaga jarak diantara pendidik dan peserta didik sebutuhnya saja.

Kesimpulan

Mengenai setelah membicarakan uraian oleh penulis bisa dapat ditarik kesimpulan hakekatnya pandangan beliau terhadap pendidik serta anak didik diantaranya hal-hal paling utama dalam pembahasan diantaranya :Pandangan Abuddin Nata Mengenai pendidik diharuskan mempunyai kompetensi kepribadian oleh setiap pendidik. di sebabkan adanya hubungan diantara akhlak serta sifat dari para pendidik. Sebelum mendidik. Agar seorang pendidik menekankan niat dalam mengajar semata-mata karena Allah SWT. Karakter pendidik menurut Abuddin Nata adanya hubungan diantara pola tingkah laku yang sesuai dengan nilai tata karma dalam ajaran islam. Di karenakan pola tingkah laku pendidik diperhatikan bagi para peserta didik(uswatun hasanah) pengertian lain pendidik pula dituntut memahami keluasan keilmuanya, dengan begitu tokoh Abuddin Nata menyeru terhadap pendidik untuk memperhatikan pelajaran secara terus menerus sebuah mata pelajaran. Metode pendekatanya melalui pendekatan sufistiknya serta spiritualnya guna memberikan kenyamanan mempengaruhi pendidik serta peserta didik diera golbalisasi sekarang ini Gagasan Abuddin Nata mengenai Peserta didik diharuskan mempunyai akhlak serta sifat guna memudahkan dalam memperoleh keberhasilan selama pelaksanaan proses belajar. Peserta didik dituntut untuk merelakan (legowo) hatinya demi belajar, senantiasa menuntut ilmu semata-mata karena Allah, selallu merasa rendah diri hati, mempunyai Akhlak terpuji, mempunyai sifat sabar selama mununtut ilmu serta tekun dalam mepelajari pelajaran. Sebagai peserta didik supaya semangat dalam proses belajar dengan memperhatikan kesehatan tubuhnya, memperhatikan pola makananya. Misalnya:minum makanan yang berkabohidrat Setelah memaparkan pandangan terhadap konsep pendidik serta anak didik dalam gagasan perspektif Abuddin Nata di era kekinian dengan ruang lingkup pendidikan di Indonesia.

Ucapan Terimakasih

Dalam artikel ini saya mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan saya kesehatan sehingga saya bisa menyelesaikan artikel ini dengan sebaik mungkin. Terima kasih telah menjadi orang tua yang sempurna.inspirasi, dorongan, dan dukungan yang telah kalian berikan kepada saya, saya mungkin bukan apa-apa saat ini. Terkadang saya merasa seperti tidak berada di tempat lain. Saya hanya merasa tidak ada yang bisa memahami saya. Tetapi kemudian saya ingat bahwa saya memiliki kalian, kawan. Sejujurnya saya tidak tahu apa yang akan saya lakukan tanpa kalian sahabatku Semua Bapak Ibu guru, Ustadz-Ustadzah, Bapak-Ibu Dosen, teruntuk dosen pembimbingku ibu Dr. Anita Puji Astutik, S.Ag, M.Pd.I terimakasih atas bimbingan,dan ilmu yang diberikan, serta doa yang tulus ikhlas selama ini. selaku pembimbing dalam pengerjaan artikel ini. Serta orang tua dan kawan-kawan yang sudah memberikan do’a serta dukungannya.

References

  1. A Fatah Yasin, Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press,2008.
  2. Ahmad Munjin Nasih.Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Refika Aditama,2009
  3. Abuddin, Nata, Paradigma Pendidikan Islam. Cet.1. Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001.
  4. Mahmud, metode penelitian pendidikan, bandung :pustaka setia,2011
  5. Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat. Gaya Media Pratama,2005
  6. Abuddin Nata, Manajemen Pendidikan, jakarta: Kencana Prenada Media Group,2010
  7. Azyumardi Azra, Pendidikan Islam Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru Jakarta; logos Wacana Ilmu,1999.
  8. Abuddin Nata, Pendidikan dalam Prespektif Hadits, Ciputat. UIN Jakarta Press,2005
  9. Abudin, Nata, Pendidikan dalam Prespektif Hadits, Ciputat. UIN Jakarta Press,2001
  10. M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan Pendekatan Interdispliner.Jakarta : PT Bumi Aksara,2008 cet. Ke-3
  11. Sukring,Pendidik dan Peserta Didik Persfektif Pendidikan Islam.(Yogjakarta.Graha ilmu,2013
  12. Abudin Nata, Persepktif Islam Tentang Pola Hubungan Guru-Murid Jakarta: RajaGrafindo,2001
  13. Zakiah drajat, dkk.Metodik KhususPengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Akasara,2001